Perbedaan Hasil Skrining Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Pada Akseptor
Pil Oral Kombinasi dan Akseptor IUD di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri
Susanti Pratamaningtyas, Herawati Mansur, Winda Agus Setyo Rahaya................................................... 1
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Ibu Melakukan Pemeriksaan
Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVO) di Kelurahan Lepo-Lepo Kota Kediri
Rosmiati Pakkan.................................................................................................................................................................... 12
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita sekalian,
sehingga kita dapat menerbitkan Jurnal Ilmiah Bidan volume II nomor 1 di tahun 2017 sebagai kontribusi
ilmiah yang signifikan Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PP IBI). Jurnal Ilmiah Bidan merupakan
salah satu sarana untuk menyajikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelayanan
kebidanan.
Jurnal Ilmiah Bidan dapat dimanfaatkan oleh semua pihak, baik para bidan akademisi, bidan di
fasilitas pelayanan kesehatan, bidan yang ada di birokrasi dan di lembaga lainnya, mahasiswa kebidanan
maupun masyarakat umum yang tertarik dengan hal seputar kebidanan. Jurnal ini dapat menjadi wadah
berbagi ilmu teman sejawat bidan, sehingga kita dapat menjadi bidan yang profesional sebagaimana
diharapkan oleh masyarakat.
PP IBI mengucapkan terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak dalam menjaga eksistensi
dan keberlanjutan penerbitan jurnal ini. PP IBI menghimbau teman sejawat bidan agar menjadikan jurnal
ini sebagai media untuk membudayakan menulis ilmiah dengan berpartisipasi aktif mengirimkan tulisan
ilmiah sehingga dapat menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan pendidikan kebidanan.
Semoga jurnal ini secara terus menerus meningkat kinerjanya ditinjau dari kuantitas maupun kualitas
makalah yang dimuat. Semoga bidan bertambah maju.
ABSTRAK
Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks. Salah satu diantaranya
adalah penggunaan kontrasepsi pil oral kombinasi dan IUD yang digunakan lebih dari lima tahun. Perlu
adanya deteksi dini untuk pencegahan terjadinya lesi pra kanker salah satunya dengan pemeriksan inspeksi
visual asam asetat (IVA). Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan serviks dengan cara melihat langsung
dengan mata telanjang pada serviks setelah memulas dengan larutan asam asetat 3-5%. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil skrining inspeksi visual asam asetat (IVA) pada
akseptor pil oral kombinasi dan akseptor IUD di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri. Metode penelitian
ini menggunakan studi komparatif Non-Eksperimen bentuk Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini
adalah 14 responden akseptor pil oral kombinasi lebih dari lima tahun dan 14 responden akseptor IUD
lebih dari lima tahun dengan Simple Random Sampling. Alat ukur dalam penelitian ini yaitu kohort KB dan
atlas inspeksi visual asam asetat. Dari hasil penelitian didapatkan hasil kurang dari setengah akseptor pil
oral kombinasi menunjukkan hasil skrining IVA radang (28,57%). Sedangkan sebagian kecil akseptor IUD
menunjukkan hasil skrining IVA negatif (25%). Dari analisis data menggunakan uji Mann-Whitney U-Test
didapatkan hasil Sig 2 tailed (0,242) > ά (0,05) maka menolak hipotesis berarti tidak ada perbedaan
hasil skrining inspeksi visual asam asetat (IVA) pada akseptor pil oral kombinasi dan akseptor IUD di
Puskesmas Pesantren II Kota Kediri Tahun 2013. Pemeriksaan IVA hendaknya menjadi pemeriksaan rutin
di pelayanan dasar yaitu di Puskesmas kepada semua wanita yang menjadi faktor risiko sehingga deteksi
dini dapat dilakukan dengan baik.
Kata Kunci: Hasil Skrining IVA, Pil Oral Kombinasi, IUD
vagina yang bila dibiarkan akan mengarah pada sehingga sangat penting untuk melakukan
kanker serviks (Rifkin, 2009). pemeriksaan dini (Kartikawati, 2013). Meskipun
Berdasarkan penelitian Pratiwi (2009), bahwa kanker serviks masih belum dapat dieleminasi,
dari 15 kasus kanker serviks, 11 diantaranya adalah namun angka kejadiannya dapat ditekan dengan
wanita dengan riwayat pemakaian alat kontrasepsi melakukan berbagai pemeriksaan untuk mendeteksi
pil oral kombinasi. Berdasarkan jurnal penelitian dini kanker serviks, sekurang-kurangnya setahun
Joesoef (2009), bakterial vaginosis yang merupakan sekali (Rasjidi, 2010). Deteksi dini kanker
salah satu infeksi vagina yang mengarah ke kanker dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan
serviks yang sering menyerang diantara pengguna terjadinya kanker, deteksi ini dapat mengurangi
kontrasepsi IUD. Studi oleh Oxford dalam Family jumlah kematian akibat kanker karena jika kanker
Planning Association memperlihatkan adanya ditemukan pada stadium paling dini biasanya dapat
peningkatan yang signifikan dalam kejadian diobati sebelum menyebar lebih jauh (Rahayu,
neoplasia serviks pada para pemakai pil oral 2010). Pengobatan kanker serviks pada stadium
kombinasi jangka panjang dibandingkan dengan dini hasilnya akan lebih baik dengan salah satunya
pemakai IUD (Glasier, 2006). melakukan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual
Berdasarkan jurnal New Zealand Family Asam Asetat). IVA adalah pemeriksaan skrining
Planning Association, menyatakan bahwa hampir kanker serviks dengan cara mengamati serviks yang
50% wanita di dunia menggunakan kontrasepsi oral. telah diolesi asam asetat (Sari dkk, 2012). WHO
Dan akseptor pil oral lebih dari lima tahun di dunia menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi
dengan prosentase sebesar 28,4% (Bagshaw, 2009). tingkat atas prakanker (High-Grade Pracancerous
Sedangkan sebesar sembilan puluh juta wanita di Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan
dunia menggunakan IUD sebagai kontrasepsi yang spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif
efektif untuk jangka waktu yang lama (Serfaty, (positive predictive value) dan nilai prediksi negatif
2010). Menurut laporan BKKBN (2013), bahwa (negative predictive value) masing-masing antara
pengguna pil oral di Indonesia hampir 47% dan 10-20 % dan 92-97% (Wijaya, 2010).
pengguna IUD hanya 20,9%. Penggunaan pil Di benua Asia, Ghaemmaghami et al (2008)
oral yang lebih dari lima tahun sebesar 19,4% melaporkan penelitian terhadap 1200 perempuan
sedangkan IUD hampir 50% digunakan dalam yang menjalani skrining IVA didapatkan hasil
jangka waktu lama berkisar antara 5-8 tahun. positif 321 perempuan. Di Indonesia dalam
Sedangkan untuk peserta KB aktif di Propinsi Jawa penelitian Nuranna (2008) bahwa dari 1260 hasil
Timur selama tahun 2012 adalah 6.126.215 orang. IVA positif sebanyak 253 kasus. Di Jawa Timur,
Jumlah akseptor pil oral yaitu 21,41% dan untuk hasil IVA positif selama tahun 2011 sebanyak
akseptor pil oral lebih dari lima tahun sebesar 697 kasus. Hasil IVA positif selama tahun 2012
11,2% sedangkan untuk akseptor IUD 14,77% di Kota Kediri sebanyak 5 kasus. Selama tahun
dan digunakan dalam jangka waktu rata-rata 4-8 2009-2012 sebanyak 481 wanita telah melakukan
tahun. Jumlah akseptor pil oral di Kota Kediri pemeriksaan IVA di Puskesmas Pesantren II Kota
selama tahun 2012 adalah 6257. Sedangkan untuk Kediri dan didapatkan hasil IVA positif sebanyak
akseptor IUD sebesar 3535. Untuk akseptor pil 14 kasus. Dan dari 14 kasus yang hasilnya IVA
oral di Puskesmas Pesantren II selama tahun 2012 positif didapatkan 8 orang merupakan akseptor pil
yaitu 706 akseptor. Dan akseptor pil oral kombinasi oral kombinasi dengan lama pemakaian rata-rata
lebih dari 5 tahun sebanyak 15 orang. Sedangkan 4-5 tahun, dan 2 orang lainnya merupakan akseptor
akseptor IUD sebanyak 256 akseptor dan akseptor IUD selama lebih dari 5 tahun.
IUD lebih dari 5 tahun sebanyak 15 orang. Berdasarkan latar belakang diatas, maka
Semua perempuan berisiko kanker serviks, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Hasil Skrining Inspeksi Visual Asam Asetat Pada Akseptor Pil Oral
Kombinasi dan Akseptor IUD di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri 2013
Hasil IVA
Jenis Akseptor Negatif Radang Positif Kanker Total
N % N % N % N % N %
terjadi kanker serviks. Kemungkinan terjadinya 2. Hasil Skrining Inspeksi Visual Asam Asetat
kanker serviks pada pasien dengan pemakaian alat pada Akseptor IUD
kontrasepsi kombinasi estrogen dan progesteron Penelitian yang dilakukan pada akseptor
adalah 17,9 kali dibandingkan dengan pasien yang IUD di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri
tidak menggunakan alat kontrasepsi estrogen dan sesuai dengan besar perhitungan sampel yaitu 14
progesteron. responden. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kecil (25%) dari akseptor IUD menunjukkan hasil
dari 14 responden akseptor pil oral kombinasi yang skrining IVA negatif, kemudian sebesar 21,43%
digunakan selama lebih dari lima tahun mengalami dengan hasil skrining IVA radang dan sebesar 3,58%
peradangan pada serviks sebanyak 8 orang. dengan hasil skrining IVA positif. Sedangkan untuk
Keputihan sebagai akibat ektopik serviks, cukup hasil skrining IVA dengan kanker tidak ditemukan.
sering terjadi sebagai respons terhadap komponen Paritas merupakan keadaan dimana seorang
estrogen. Mucus inilah yang dapat mengiritasi wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
vagina dan vulva. Dan menurut Nurwijaya (2010), atau viable. Dari hasil penelitian menunjukkan
bila melihat dari mekanisme kerja dari pil oral bahwa lebih dari setengah akseptor IUD memiliki
kombinasi dalam mencegah kehamilan dengan jumlah paritas 3 (57,15%). Paritas yang berbahaya
cara menghentikan ovulasi dan menjaga kekentalan adalah dengan memiliki jumlah anak 3 atau lebih
lendir serviks yang akan memperlama keberadaan atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab
suatu agen karsinogenik di serviks yang terbawa dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel
melalui hubungan seksual. abnormal pada mulut rahim. Begitu juga dengan
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa pemakaian IUD yang seringkali menyebabkan
kurang dari setengah karakteristik umur pada trauma pada serviks, sehingga potensial terjadi
akseptor pil oral kombinasi yaitu kelompok umur perubahan sel abnormal. Hal tersebut didukung oleh
46-50 tahun dan 51-55 tahun sejumlah 4 orang Nurwathon (2009), menyatakan bahwa jika jumlah
(28,57%). Secara umum tanpa memperhatikan anak yang dilahirkan melalui jalan normal banyak
jenis kontrasepsi, umur 35-55 tahun memiliki dapat menyebabkan trauma pada serviks sehingga
risiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker memicu terjadinya perubahan sel abnormal dari
serviks. Risiko infeksi menetap/persisten justru epitel pada serviks dan dapat berkembang menjadi
meningkat di usia tua. Hal ini diduga karena seiring keganasan.
pertambahan usia, terjadi perubahan metaplasia. Berdasarkan tabel 5.6 bahwa akseptor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil IVA IUD dengan hasil skrining IVA radang sebanyak
positif pada akseptor pil oral kombinasi antara usia 6 dari 14 responden. Sesuai dengan mekanisme
46-55 tahun sebanyak 2 orang. Usia ini termasuk kerja dari kontrasepsi IUD yaitu menimbulkan
usia menopause dimana kadar estrogen dalam respons inflamasi. IUD yang mengandung
tubuh wanita sudah berkurang dan kadang sudah polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion
hilang secara fisiologis. Namun karena penggunaan Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4,
pil oral kombinasi yang rata-rata digunakan lebih sehingga terjadi denaturasi/koagulasi membran
dari 10 tahun menyebabkan menopause lambat sel. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang
yang artinya kadar estrogen dalam tubuh wanita menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan
masih ada dan bisa juga banyak sehingga paparan sel superfisialis terkelupas. Dari posisi IUD yang
estrogen yang tinggi dari pil oral kombinasi tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik
menyebabkan ketidakteraturan hormon sehingga sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang
terjadi pertumbuhan abnormal pada serviks. Inilah meningkat dan menyebabkan kerentanan pada
yang dapat memicu terjadinya lesi pra kanker. sel superfisialis. Hal-hal tersebut yang menjadi
penyebab terjadinya eversi pada serviks. Selain merupakan salah satu predisposisi kanker serviks
itu IUD juga dapat menyebabkan bertambahnya bila penggunaan kontrasepsi ini lebih dari lima
volume dan lama haid. Darah merupakan media tahun. Lesi pra kanker dapat dideteksi secara dini
subur untuk masuknya kuman sehingga berpotensi dengan melakukan pemeriksaan IVA. Pemeriksaan
menyebabkan infeksi bila personal hygiene kurang. IVA merupakan pemeriksaan serviks dengan cara
Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan epitel melihat langsung dengan mata telanjang pada
serviks menipis sehingga mudah mengalami eversi. serviks setelah memulas dengan larutan asam
Hal ini ditandai dengan sekret bercampur darah, asetat 3-5%.
metrorrhagia, ostium uteri eksternum tampak Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemerahan sekret juga bercampur dengan nanah, setengah (50%) dari 28 responden baik akseptor
dan ditemukan ovula nabothi. pil oral kombinasi dan IUD dengan hasil skrining
Hasil skrining IVA positif pada akseptor IVA radang. Keputihan pada serviks sebagai akibat
IUD sebesar 1 orang (3,58%). Hasil skrining IVA ektopik serviks, cukup sering terjadi sebagai respon
positif disebabkan eversi serviks yang menahun inflamasi baik dari sistem endokrin tubuh maupun
yang dapat menjadi servisitis kronik. Dari oleh trauma. Keputihan abnormal dapat disebabkan
semua kejadian eversi serviks itu menyebabkan oleh banyak hal. Salah satunya akibat paparan
tumbuhnya bakteri pathogen. Bila sampai kronis estrogen dan pemasangan IUD. Fungsi dari hormon
menyebabkan metastase keganasan leher rahim. estrogen itu sendiri yaitu menghasilkan cairan
Hal ini dipertegas oleh Romauli (2011) bahwa yang melembabkan serviks dan vagina. Apabila
pemakaian IUD yang lama yaitu lebih dari lima komponen estrogen berlebihan dalam tubuh,
tahun akan menyebabkan infeksi sehingga terjadi misalnya dengan pemakaian pil oral kombinasi,
eversi pada serviks yang akhirnya menjadi kanker dapat menyebabkan produksi cairan pada serviks
serviks. meningkat dari biasanya. Lendir serviks merupakan
media subur tumbuhnya kuman patogen. Mucus
3. Perbedaaan Hasil Skrining Inspeksi Visual inilah yang dapat mengiritasi vagina dan vulva dan
Asam Asetat pada Akseptor Pil Oral berpotensi terjadinya infeksi. Begitu juga dengan
Kombinasi dan Akseptor IUD trauma pemasangan IUD, yaitu akibat gesekan
Dari hasil analisis data dengan menggunakan benang IUD yang terus menerus membuat iritasi
Uji Mann Whitney U-Test dengan bantuan program lokal pada serviks sehingga terjadi eversi serviks
komputer didapatkan nilai p (0,242) > α (0,05) dan akhirnya menyebabkan servicitis kronik.
sehingga menolak hipotesis yang artinya tidak Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
ada perbedaan hasil skrining inspeksi visual asam ada hubungan yang ditemukan antara peningkatan
asetat pada akseptor pil oral kombinasi dan akseptor risiko terjadinya kanker serviks dengan lama
IUD di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri. Hasil penggunaan pil oral kombinasi yang digunakan
analisis tersebut berdasarkan penelitian yang lebih dari lima tahun (Cibula, 2010). Sedangkan
dilakukan kepada 28 akseptor, dimana 14 akseptor penggunaan kontrasepsi IUD akan lebih berisiko
pil oral kombinasi dan 14 akseptor IUD. terjadinya bakterial vaginosis yaitu infeksi
Pil oral kombinasi adalah pil kontrasepsi pada vagina yang bila dibiarkan akan mengarah
yang berisi hormon sintesis estrogen dan pada kanker serviks (Rifkin, 2009). Studi oleh
progesteron. Sedangkan kontrasepsi IUD adalah Oxford dalam Family Planning Association
alat kontrasepsi yang diletakkan dalam cavum uteri memperlihatkan adanya peningkatan yang
sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi signifikan dalam kejadian neoplasia serviks pada
dan menyulitkan telur berimplantasi dalam para pemakai pil oral kombinasi jangka panjang
uterus (Medfort, 2012). Kedua kontrasepsi ini dibandingkan dengan pemakai IUD (Glasier, 2006).
Tapi hal tersebut bertentangan dengan hasil Dalam studi di Spanyol yang dipublikasikan
penelitian bahwa tidak ditemukan hasil IVA dengan dalam jurnal kesehatan The Lancet Oncology
kanker baik pada akseptor pil oral kombinasi dan disebutkan bahwa para wanita yang menggunakan
IUD yang digunakan lebih dari lima tahun. Hal ini kontrasepsi jangka panjang jenis intrauterine
dikarenakan wanita dengan kanker serviks selalu device (IUD), bisa menurunkan risiko terkena
dirujuk fasilitas kesehatan yang lebih tinggi sedini kanker serviks. Dikatakan pula ada penurunan
mungkin untuk mendapatkan penanganan segera signifikan risiko kanker serviks pada pengguna
sehingga kecil kemungkinan dari pemeriksaan IVA kontrasepsi IUD. Walau IUD tidak berpengaruh
yang terbatas ditemukan hasil skrining IVA kanker. pada risiko infeksi HPV, tetapi alat kontrasepsi
Secara umum apabila dipantau dengan yang dimasukkan dalam rahim tersebut diketahui
benar, pil oral kombinasi terbukti relatif aman mencegah HPV menjadi ganas dan menyebabkan
bagi sebagian wanita. Menurut Cunningham kanker. Hal tersebut disimpulkan dari penelitian
(2006), kemungkinan kontrasepsi hormon sebagai epidemiologi yang menganalisa 26 hasil riset
kausa kanker tampaknya kecil. Pada penelitian mengenai kanker serviks dan melibatkan lebih dari
sebelumnya, justru memperlihatkan adanya efek 20.000 wanita dengan periode kajian hingga satu
protektif terhadap kanker serviks, ovarium dan dekade. IUD berhubungan dengan penurunan risiko
endometrium. Suatu studi multisentra WHO dua tipe utama kanker serviks hingga sepuluh tahun.
memperkuat pandangan bahwa tidak terjadi Dalam setahun pertama penggunaan IUD, risiko
peningkatan neoplasia yang signifikan pada terkena kanker ini bahkan turun hingga setengahnya.
akseptor pil oral kombinasi. Setiap wanita memiliki Mengenai durasi penggunaan IUD tidak memiliki
mekanisme pembentukan dan keseimbangan dampak pada risiko penyakit. Castellsague, dkk
hormonalnya masing-masing. Sehingga pil oral (2011), menjelaskan kemungkinan alasan bahwa
kombinasi memberikan efek samping yang terjadi suatu mekanisme dimana IUD menimbulkan
berbeda terhadap wanita satu sama lainnya karena efek protektif melalui induksi dari respon yang
pola hormonal yang mendasari pun juga berbeda. reaktif, kronis, pada tingkat rendah, inflamasi steril
Komposisi dalam pil oral kombinasi yang terdiri pada endometrium, kanal endoserviks, leher rahim
dari levonogestrel 0,15 mcg dan etinil estradiol yang mungkin termodifikasi melalui perubahan
0,03 mcg merupakan dosis standar minimal yang status imun mukosa setempat dan tidak ada
sudah dinyatakan aman dikonsumsi bagi wanita perbedaan efek protektif dalam lama pemakaian.
sebagai alat kontrasepsi. Tetapi hal ini tidak serta Mereka juga menyebutkan memasukkan atau
merta langsung dapat menyebabkan pemicu mencabut alat kontrasepsi akan mengganggu
terjadinya lesi pra kanker bila digunakan dalam lesi prakanker atau memicu respon imun dalam
jangka panjang, karena banyak hal yang menjadi jangka panjang yang memiliki efek proteksi
faktor penyebab selain kontrasepsi oral, seperti yang menghambat perkembangan HPV. Kendati
pola hidup yang tidak sehat, kadar cholesterol penelitian menemukan kaitan antara penggunaan
dalam darah yang tinggi, riwayat penyakit IUD dan risiko kanker serviks, namun para peneliti
diabetes mellitus dan jantung, sehingga dapat mengatakan tidak terbukti adanya sebab akibat
meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh. Namun dalam keduanya.
dalam penelitian ini, peneliti tidak mengkaji secara Saat ini publisitas kepada masyarakat tentang
rinci tentang hal tersebut. Menurut peneliti, efek keunggulan masing-masing dari kontrasepsi
samping merugikan dari pil KB yang selama ini membuat banyak perusahaan obat berlomba-lomba
terlalu banyak mendapat perhatian terutama pada membuat kontrasepsi yang dapat meminimalkan
para pemakai mungkin hanya terjadi akibat rasa efek samping negatif. Menurut analisis peneliti,
cemas karena publisitas yang terus menerus. akibat publisitas kepada masyarakat inilah yang
membuat masyarakat menjadi lebih berhati-hati and risk of cervical cancer: a pooled analysis of
dalam memilih metode kontrasepsi khususnya pil 26 epidemiological studies. The Lancet Oncology,
oral kombinasi dan IUD, sehingga hal tersebut Volume 12, Issue 11, Pages 1023 - 1031, October
dapat menurunkan kejadian lesi pra kanker yang 2011
murni disebabkan oleh faktor predisposisi dari Cibula D, Gompel A, Mueck AO, La Vecchia C,
penggunaan kontrasepsi tersebut. Hannaford PC, Skouby SO, Zikan M, Dusek L.
Hormonal contraception and risk of cancer. 2010
KESIMPULAN Nov-Dec; 16(6):631-50
Cunningham, F. Gary. (2009) Obstetry Williams Vol 1
1. Kurang dari setengah akseptor pil oral edisi 22. Jakarta: EGC
kombinasi di Puskesmas Pesantren II Kota Curtis KM, Marchbanks, Peterson HB. Neoplasia
Kediri Tahun 2013 yang melakukan skrining with use of intrauterine devices. Contraception
inspeksi visual asam asetat (IVA) menunjukkan 2007:75(6):60-9
hasil adanya radang. Depkes RI. (2009) Buku Saku Pencegahan Kanker
2. Sebagian kecil akseptor IUD di Puskesmas Leher Rahim Dan Kanker Payudara
Pesantren II Kota Kediri Tahun 2013 yang ________(2010) Gerakan Perempuan Melawan
melakukan skrining inspeksi visual asam asetat Kanker Serviks. http://www.depkes.go.id diakses
(IVA) menunjukkan hasil negatif. tanggal 21 Februari 2013
3. Tidak ada perbedaan hasil skrining inspeksi ________(2012) Kegiatan Dalam Rangka Hari
visual asam asetat (IVA) pada akseptor pil oral Kanker Sedunia 2013 Di Jawa Timur.http://dinkes.
kombinasi dan akseptor IUD di Puskesmas jatimprov.go.id/contentdetail/11/1/275/kegiatan_
Pesantren II Kota Kediri Tahun 2013. dalam_rangka_hari_kanker_sedunia_2013_di_
jawa_timur.html. Diakses tanggal 13 Maret 2013
DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Jawa Timur. (2012) Kegiatan
Pengendalian Kanker di Jawa Timur<http://
Aminati, Dini. (2013) Cara Bijak Mengahadapi dinkes.jatimprov.go.id/contentdetail/11/5/156/
dan mencegah Kanker Leher Rahim (Serviks). kegiatan_pengendalian_kanker_di_Jawa_timur.
Yogyakarta: Briliant Books html> diakses tanggal 4 Februari 2013
Anwar, Muchamad. (2011) Ilmu Kandungan Edisi Emilia, Ova. Hananta, I putu Yudha. Kusumanita,
ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Dhanu. Freitag LM, Hary. (2010) Bebas Ancaman
Prawirohardjo Kanker Serviks. Yogyakarta: Buku Seru
Arikunto, Suharsimi. (2010) Prosedur Penelitian Gant, Norman F. (2011) Dasar-Dasar Ginekologi dan
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Obstetri. Jakarta: EGC
Cipta Glasier, Anna. Ailsa. Gebbie (2006) Keluarga
Bagshaw. The combined oral contraceptive. Risks and Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
adverse effects in perspective. Manager Medical EGC
Service. 2009:12(2):91-6 Handayani, Sri. (2010) Buku Ajar Pelayanan Keluarga
Baziad, Ali. (2008). Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihanna
YBP-SP Hidayat, Aziz Alimul. (2008) Riset Keperawatan
BKKBN. (2013) Laporan Pelayanan Kontrasepsi. dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/MDKReports/ Medika
KB/. Diakses tanggal 2 Maret 2013 Joesoef MR, Karundeng A, Runtupalit C, Moran
Castellsague, Xavier. (2011) Intrauterine device use, JS, Lewis JS, Ryan CA. High rate of bacterial
cervical infection with human papillomavirus, vaginosis among women with intrauterine device
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI
IBU MELAKUKAN PEMERIKSAAN
METODE INSPEKSI VISUAL ASAM
ASETAT (IVA) DI KELURAHAN
LEPO-LEPO KOTA KENDARI
Rosmiati Pakkan
Pengurus Cabang IBI Kota Kendari
e-mail : rosmiati_pakkan@yahoo.com
ABSTRAK
Metode Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) merupakan salah satu metode yang efektif dan efisien
untuk mendeteksi dini kanker serviks. Angka kematian karena kanker serviks (kanker leher rahim) masih
tinggi di dunia setiap dua menit seorang perempuan meninggal karena kanker serviks, penyebab kematian
utama wanita di negara berkembang termasuk Indonesia, Lebih 70 persen kasus yang datang ke rumah
sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Beberapa faktor yang disinyalir berhubungan dengan
motifasi ibu melakukan Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) pengetahuan,pekerjaan dan sosial ekonomi. Hal
tersebut sebagaimana terjadipada umumnya Pasangan usia subur di wilayah Puskesmas lepo-lepo kota
kendari tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pekerjaan dan sosial ekonomi dengan
motivasi ibu melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam asetat ( IVA ) Kelurahan Lepo–Lepo.
Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan rancangan cross secsional study dimana
Populasi adalah ibu pasangan usia subur di kelurahan Lepo-Lepo Kota Kendari pada tahun 2015 sebanyak
105 responden. Pengambilan Sampel menggunakan teknik probability simple random sampling didapatkan
sampel 83 responden secara acak Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Data
yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan program statistic (SPSS) versi
21 dengan menggunakan uji chi-square.
Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan pengetahuan dengan motivasi ibu melakukan
pemeriksaan Inspeksi Visual Asam asetat ( IVA ) dengan X2 hitung 9,303 > X2 tabel 3,841dengan nilai
p-value=0,001, ada hubungan pekerjaan dengan motivasi ibu melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam asetat (IVA) X2 hitung 7,751 > X2 tabel 3,841 dengan nilai p-value=0,003 ada hubungan sosial
ekonomi dengan motivasi ibu melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) Kelurahan Lepo–
Lepo X2 hitung 8,811 > X2 tabel 3,841 atau nilai p-value=0,001.
Kata Kunci : Pengetahuan, Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Motivasi Ibu Melakukan Pemeriksaan IVA
dependen hanya satu kali pada satu saat. cukup dan pengetahuannya cukup 21 responden (33,7%)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mutivasi kurang sedangkan pengetahuannya kurang 21
Pasangan Usia Subur (PUS) yang berdomisili di responden (33,7%) motivasi cukup dan pengetahuan
Kelurahan Lepo – Lepo Kota Kendari berjumlah kurang 24 responden (20,5%) motivasi kurang.
105 0rang Pasangan Usia Subur (PUS). Penentuan Hasil uji statistic Continuity Corection
besar sampel penulis menggunakan rumus Soekidjo diperoleh nilai X2 hitung > X2 tabel (9,303 > 3,481)
Notoatmodjo (2010). besarnya sampel adalah dan nilai p = 0,001 (p< 0,05) yang artinya ada
83 orang Tehnik pengambilan sampel dilakukan hubungan signifikan pengetahuan dengan mutivasi
secara simple random sapling. ibu melakukan pemeriksaan metode inspeksi visual
asam asetat (IVA).
HASIL DAN PEBAHASAN
2. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Motivasi Ibu
A. Hasil Peneitian Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Viasul Asam
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Motivasi Ibu asetat (IVA)
di Kelurahan Lepo-Lepo Kota Kendari dapat Hubungan pekerjaan ibu dengan motivasi
dilihat pada tabel 1 berikut ini : ibu melakukan pemeriksaan Inspeksi (Visual Asam
Tabel 1. menunjukkan bahwa dari 83 responden asetat) IVA di Kelurahan Lepo-Lepo Kota Kendari
yang pengetahuan cukup 17 responden (12 %) motivasi-nya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. menunjukkan bahwa dari 83 responden dan nilai p = 0,001 (p < 0,05) yang artinya Ho
yang bekerja 15 responden (9,6%) motivasi cukup ditolak yaitu ada hubungan antara sosial ekonomi
dan yang bekerja 17 responden(36,1%) motivasinya dengan mutivasi ibu melakukan pemeriksaan
kurang sedangkan tidak bekerja 23 responden(36,1 metode inspeksi visual asam asetat (IVA).
%) responden motivasi cukup dan 28 responden
(25,3) tidak bekerja motivasi kurang PEMBAHASAN
Hasil Uji statistic Continuity Corection
variabel pekerjaan dengan motivasi ibu melakukan A. Hubungan Pengetahuan dengan Motivasi Ibu
Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) diperoleh nilai X2 Berdasarkan tabel distribusi responden
Hitung 7,751 > X2 tabel 3,841) dan nilai p= 0,003 mengenai pengetahuan yaitu dari 83 responden
(p < 0,05) yang artinya ada hubungan pekerjaan yang melakukan pemeriksaan IVA sebahagian
dengan mutivasi ibu melakukan pemeriksaan mempuyai pengetahuan cukup 21 responden
metode inspeksi visual asam asetat (IVA). (33,7%) motivasi kurang dan pengetahuan kurang
21 responden ( 33,7%) motivasi cukup dari hasil
3. Hubungan Sosial Ekonomi Ibu Dengan uji statistik yang dilakukan pada taraf kepercayaan
Motivasi Ibu Melakukan Pemeriksaan IVA. 95% (α = 0,05) diperoleh nilai X2 hitung = 9,303
Hubungan Sosial Ekonomi ibu dengan lebih besar dari X2 tabel pada df 1 = 3,841 dengan
motivasi ibu melakukan pemeriksaan Inspeksi melihat nilai p value = 0,001 < α 0,05, yang berarti
Visual Asam Asetat (IVA) di Kelurahan Lepo-Lepo ada hubungan pengetahuan dengan motivasi ibu
Kota Kendari dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam
khawtir hasilnya tidak akurat jika pemeriksaannya asetat (IVA) , dan melihat poster-poster di sarana
dilakukan di Puskesmas atau di tempat-tepat pelayanan kesehtan Posyandu,Puskesmas serta dari
pelayanan lainnya seperti di pos-pos pelayanan media elektronik (TV) bahaya dari kankerserviks
Inspeksi Viasul Asam asetat (IVA), Sedangkan jika tidak sedini mungkin tidak terdeteksi. beberapa
responden pengetahuan kurang motivasi cukup dari responden mengatakan tindakan yang lebih
melakukan inspeksi visual asam asetat (IVA) awal lebih baik untuk segera ditindaki jika terjadi
yaitu responden yang sangat memperhatikan perubahan-perubahan kondisi serviks apakah ada
kesehatannya dan rasa ingin tahu hasil pemeriksaan perubahan sel.Bagi responden yang bekerja tidak
Inspeksi Viasul Asam asetat (IVA). termotivasi melakukan pemeriksaan Inspeksi Viasul
Dari hasil wawancara peneliti dengan Asam asetat (IVA) ,takut/malu akan diagnosa
esponden pengetahuan cukup dan motivasi cukup yang dikemukakan dokter serta beberapa dari
peningkatan pengetahuan tentang kanker serviks responden tidak mengutamakan kesehatan lebih
dan pemeriksaan Inspeksi Viasul Asam asetat (IVA) memperhatikan melakukan kesibukan pekerjaan
diperoleh dari penyuluhan, baik secara formal yaitu rumah tangga setelah kembali dari kantor.
penyuluhan di tempat-tempat pelayanan kesehatan Sedangkan responden bekerja diluar rumah
seperti Posyandu (penyuluhan di tempat arisan, memiliki penghasilan lebih mudah menjangkau
atau dasa wisma), baik oleh petugas kesehatan sarana dan prasarana sesuai yang dikehendaki
maupun dari pemerintahan setempat. responden,bahkan akan lebih banyak memiliki
Sejalan dengan yang dikemukakan pengetahuan tentang cara medeteksi kanker serviks
Handayani (2012) menyatakan salah satu hal melalui pengalaman/pergaulan di tempat pekerjaan
yang mempengaruhi ibu dalam mendeteksi dini dan membaca majalah, brosur, leaflet, dan
dalam upaya pencegahan kanker serviks adalah penyuluhan, di tempat-tempat pelayanan kesehatan
pengetahuan ibu yang bisa didapatkan dari media yaitu puskesmas, posyandu,bidan praktek mandiri
informasi dan lingkungan ibu semakin baik dokter praktek swasta dan pemerintahan setempat
pengetahuan ibu maka akan semakin baik pula yang bekerja sama dengan dinas Kesehatan. Hal
dukungan ibu utuk termotivasi dalam tindakan ini sejalan dengan teori (Dinas Tenaga Kerja dan
preventif (melakukan deteksi dini dengan metode Transmigrasi). Dengan bekerja, seseorang akan
tes Inspeksi Viasul Asam asetat (IVA) memperoleh jasa. Dengan jasa inilah manusia
memenuhi kebutuhannya.
B. Hubungan Pekerjaan dengan Motivasi Ibu
Berdasarkan tabel 2 distribusi responden C. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Motivasi
mengenai pekerjaan yaitu dari 83 responden bekerja Berdasarkan tabel distribusi responden
32 responden (38,6 %) tidak bekerja 51 responden mengenai sosial ekonomi yaitu dari 83 responden
(61,4 %) . dari hasil uji statistik yang dilakukan pada yang sosial ekonomi cukup yaitu sebanyak
taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh nilai 23 (27,7 %) responden dan yang sosial ekonomi
X2 hitung = 7,751 lebih besar dari X2 tabel pada df kurang sebanyak 60 (72,3 %) .dari tabel hubungan
1 = 3,841 dengan meihat nilai p value = 0,003 < α sosial eknomi dengan motivasi ibu melakukan
0,05 yang berarti ada hubungan pekerjaan dengan pemeriksaan metode Inspeksi Visual Asam asetat
motivasi ibu melakukan pemeriksaan metode (IVA) dari hasil uji statistik yang dilakukan pada
inspeksi visual asam asetat ( IVA). taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh nilai
Hasil penelitian tidak bekerja 23 responden X2 hitung = 8,811 lebih besar dari X2 tabel pada
(36,1 %) motivasi cukup karena memiliki peluang df 1 = 3,841 dengan nilai p value = 0,001 < α
memperoleh informaasi seputar deteksi dini 0,05 berarti ada hubungan sosial ekonomi dengan
kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam motivasi ibu melakukan pemeriksaan metode
akbidkertosono@yahoo.co.id
ABSTRAK
Latar belakang: Setiap tahunya terdapat lebih dari 500.000 kasus baru dan 260.000 kasus kematian
akibat kanker serviks, PenelitianWHO (2005) dalam Rasjidi (2010). Indonesia setiap harinya terdapat 41
kasus baru kanker serviks dan 20 wanita meninggal dunia sehingga diperkirakan setiap satu jam seorang
perempuan meninggal karena kanker serviks (Yuliatin, 2010). Cakupan program skrining di Indonesia baru
sekitar 5% wanita yang melakukan pemeriksaan skrining Pap Smear, Sehingga hal tersebut yang dapat
menyebabkan masih tinggi kanker serviks di negara Indonesia (Samadi, 2010), Sedangkan target Indonesia
80%. Tujuan: Mempelajari dan menjelaskan hubungan pengetahuan sikap dan praktik serta perbedaan
antar tingkat risiko WUS dalam pemeriksaan pap smear di desa Bangsri Kecamatan Kertosono Kabupaten
Nganjuk.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Cross sectional.
Alat pengumpulan data berupa kuesioner dengan sampel sebanyak 129 responden. Penelitian ini
menggunakan teknik proporsional random sampling Selanjutnya penentuan sampel penelitian dilakukan
secara random. Uji statistik menggunakan chi-square, t-test dan regresi logistic sederhana. Hasil:
Responden yang melakukan praktik pap smear sebanyak 7%, variabel yang berhubungan dengan praktik
pap smear yaitu dukungan suami dan sikap. Terdapat perbedaan sikap, praktik pap smear berdasarkan
tingkat risiko. Variabel yang paling dominan dalam penelitian ini adalah dukungan suami dengan nilai
OR 26,520. Saran: Kegiatan edukasi yang terarah, terencana dan berkesinambungan kepada suami untuk
memberikan dukungan pada istri tentang pentingnya pemeriksaan pap smear, pemberian edukasi dapat
masuk melalui kegiatan pengajian, arisan kelompok suami dalam kelompok kecil atau interpersonal.
Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, praktik pap smear
Tabel Hubungan Pengetahuan dengan Praktik Pap smear pada WUS di Desa Bangsri
Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun 2015
Tabel Hubungan Sikap dengan Praktik Pap smear pada WUS di Desa Bangsri Kecamatan
Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun 2015
95 % CI
Variabel B p-value OR For Exp (B)
Lower
Upper
pemeriksaan pap smear 95% (CI 4,270-164,720) 6. Responden yang memiliki sikap positif
yang dikontrol oleh variabel usia saat ini, sikap, sebanyak 41,1%.
dan riwayat keluarga kanker serviks.
B. SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Bagi Responden
Wanita Usia Subur diharapkan lebih
A. Kesimpulan aktif mencari informasi mengenai pemeriksaan
Berdasarkan analisis data penelitian, pap smear pada petugas kesehatan, rekan,
maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai keluarga dan media masa. Diharapkan wanita
berikut: usia subur mendapatkan edukasi dan periksa
1. Variabel yang berhubungan yaitu dukungan pap smear secara terarah terencana dan
suami dan sikap. berkesinambungan.
2. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan
berdasarkan tingkat risiko, terdapat perbedaan 2. Bagi Dinas Kesehatan
sikap, praktik berdasarkan tingkat risiko. Diharapkan dapat meningkatkan kualitas
3. Variabel yang paling dominan dalam tenaga keesehatan terlatih dan menyediakan sarana
penelitian ini adalah dukungan suami. dan prasarana untuk meningkatkan program pap
Responden yang mendapatkan dukungan smear.
suami berpelung 26 kali untuk melakukan
praktek pap smear dibanding dengan 3. Bagi Puskesmas
responden yang tidak mendapatkan dukungan Menindak lanjuti hasil penelitian dapat
suami. melakukan kegiatan edukasi yang terarah,
4. Responden yang melakukan praktik pap smear terencana dan berkesinambungan kepada suami
sebanyak 7%. untuk memberikan dukungan pada istri tentang
5. Responden memiliki pengetahuan tinggi pentingnya pemeriksaan pap smear, pemberian
sebanyak 64,3%. edukasi dapat masuk melalui kegiatan pengajian,
Nuraeni
Stikes Bina Generasi Polewali Mandar, Kab. Polewali
Mandar, Propinsi Sulawesi Barat
Neny7997@gmail.com
ABSTRACT
Gymnastics is a sport that involves the performance of movements that require strength, speed and
harmony Regular physical movement. The modern form of gymnastics is: Cross unbalanced, balance beam,
floor exercise. These forms supposedly evolved from exercises used by the ancient Greeks to climb and
descend a horse and circus performances.
The purpose of this study was to prove no effect disminore gymnastics against a decrease in pain in
adolescents SMK 1 Tapango District of Tapango Polewali Mandar
The gymnastics group Mann Whitney test to determine the effect is not significant given and given
gymnastics dysmenorrhea.
The population was 30 patients teenage girls in vocational Tapango Tapango District of Polewali
Mandar. The technique used is total sample and the sampling consisted of 30 respondents of which 15
respondents were diberika group gymnastics dysmenorrhea and 15 respondents were not given group
gymnastics dimenore who met the inclusion criteria. Data collected by means of unstructured interviews
and direct observation in patients.
From the results of the study showed that there is influence given and not given exercises to decrease
pain of dysmenorrhea. This can be seen with a value of P = 0.000 which is less than the significance level
α = 0:05 to show gymnastics dysmenorrhea effectively used to reduce pain
Based on the results of the study are gymnastic effect on the pain of dysmenorrhea dysmenorrhea.
While the advice is recommended for researchers to multiply the number of existing samples so the results
more meaningful and more accurate than research ini.
Keywords: Gymnastics, Dysmenorrhea, pain, Mann Whitney
ABSTRAK
Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan
kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur. Bentuk modern dari senam ialah : Palang
tak seimbang, balok keseimbangan, senam lantai. Bentuk-bentuk tersebut konon berkembang dari latihan
yang digunakan oleh bangsa Yunani kuno untuk menaiki dan menuruni seekor kuda dan pertunjukan sirkus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan ada pengaruh senam disminore terhadap
penurunan nyeri pada remaja SMK 1 Tapango Kecamatan Tapango Kabupaten Polewali Mandar
Kelompok senam di uji Mann Whitney untuk mengetahui ada pengaruh bermakna tidak diberikan
dan diberikan senam dismenore.
Populasinya adalah 30 pasien remaja putri di SMK Tapango Kecamatan Tapango Kabupaten Polewali
Mandar. Tehnik sampel yang digunakan secara Total sampling dan terdiri dari 30 responden dimana 15
responden merupakan kelompok diberikan senam dismenore dan 15 responden kelompok tidak diberikan
senam dimenore yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
tidak terstruktur dan observasi langsung pada pasien.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh diberikan dan tidak diberikan senam dismenore
terhadap penurunan nyeri. Hal ini dapat dilihat dengan nilai P = 0.000 yaitu kurang dari tingkat kemaknaan
α = 0.05 sehingga menunjukan senam dismenore efektif digunakan untuk menurunkan nyeri
Berdasarkan hasil penelitian adalah senam dismenore berpengaruh terhadap nyeri dismenore.
Sedangkan saran yang dianjurkan bagi peneliti memperbanyak jumlah sampel yang ada agar hasilnya lebih
bermakna dan lebih akurat dari penelitian ini.
Kata Kunci : Senam, Dismenore, Nyeri, Mann Whitney
reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang menjadikan senam sebagai salah satu alternatif
mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah terapi ke dalam intervensi yang diterapkan bidan/
maupun kantor. Pada umumnya 50-60% wanita perawat untuk memberikan pelayanan asuhan
diantaranya memerlukan obat-obatan analgesik kebidanan bagi masalah dismenore yang sering
untuk mengatasi masalah dismenore ini (3). dialami remaja d. Memberi pengalaman baru
Latihan-latihan olahraga yang ringan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dan
sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore. dapat mengetahui keefektifan terapi senam secara
Olahraga/senam merupakan salah satu teknik langsung dalam menangani masalah dismenore
relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi remaja dan mengaplikasikan teori yang telah
nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga/ didapat untuk mengatasi masalah dismenore pada
senam tubuh akan menghasilkan endorphin. keluarga peneliti sendiri.
Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf
tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi BAHAN DAN CARA KERJA
sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak
sehingga menimbulkan rasa nyaman (4). Dari hasil 1. Desain penelitian
penelitian ternyata dismenore lebih sedikit terjadi Berdasarkan tujuan penelitian ini, desain
pada olahragawati dibandingkan wanita yang tidak yang akan digunakan adalah quasy experiment,
melakukan olahraga/senam (3). dengan rancangan kelompok tidak diberikan
Dari uraian diatas dan mengingat sering intervensi dan diberikan intervensi. Sampel
timbulnya masalah dismenore pada remaja yang terlebih dahulu memenenuhi kriteria inklusi
dapat mengganggu aktivitas belajar mengajar maka setelah itu sampel dilakukan penilaian skala
perlu adanya penelitian untuk mencari alternative nyeri sebelum intervensi dan setelah intervensi
terapi yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan senam dismenore. Berdasarkan penelitian ini
biaya untuk mencegah dan mengatasi masalah maka desain yang digunakan adalah rancangan
dismenore tersebut dengan senam dismenore dalam dibagi dua kelompok, pertama kelompok yang
mengurangi maupun mengatasi masalah nyeri haid diberikan intervensi dan kedua kelompok
ini. diberikan intervensi. Dalam rancangan ini
Adapun tujuan khusus dalam penelitian dilakukan randomisasi, artinya pengelompokan
ini adalah: Mengetahui penurunan nyeri sebelum anggota-anggota kelompok control dan kelompok
dilakukan senam dismenore pada remaja putri eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau
SMK Tapango Kecamatan Tapango Kabupaten random. Kemudian dilakukan pretes (01) pada
Polewali Mandar. kedua kelompok tersebut, dan diikuti intervensi
Manfaat dari penelitian ini antara lain (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa
a. Dapat membantu remaja yang mengalami waktu dilakukan post tes (02) pada kedua
dismenore dalam mengurangi dan mencegah kelompok tersebut ( 9).
nyeri saat menstruasi sehingga dapat mengikuti
pembelajaran dari awal hingga akhir mata pelajaran 2. Sampel
b. Sebagai informasi bagi institusi pendidikan Sampel adalah sebagian atau wakil dari
bahwa senam merupakan salah satu alternatif populasi yang diteliti dan dianggap mewakili
terapi untuk mengatasi dan mengurangi siswa- seluruh populasi (9).
siswa yang mengalami dismenore sehingga mereka Dengan kriteria inklusi adalah karakteristik
dapat lebih berkonsentrasi dalam mengikuti proses sampel yang dapat dimasukkan atau layak
pembelajaran dan dapat mengajarkan gerakan untuk di teliti. Sampel yang diambil adalah
senam tersebut kepada siswa-siswanya c. Dapat 30 kemudian dibagi menjadi 15 remaja putri
melakukan senam dismenore dan 15 remaja b. Nyeri saat menstuasi setelah melakukan
putri yang tidak melakukan senam dismenore di senam
SMK Tapango Kecamatan Tapango Kabupaten 1) Definisi Operasional
Polewali Mandar. Perasaan tidak nyaman yang dirasakan
remaja saat menstruasi akibat kontraksi uterus
3. Identifikasi Variabel (dismenore) sebelum melakukan teknik relaksasi
3.1. Variabel Independen dengan senam gerakan sederhana.
Tabel 3
Uji Unpaired T Test
Group Statistics
Nyeri Responden N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Senam Equal 252.000 .000 2.268 18 .036 .417 .184 .031 .803
Dismenore variances
assumed
Equal variances 2.803 11.000 .017 .417 .149 089 .744
not assumed
ABSTRACT
regulation of apoptosis and FSH receptors on the granulosa cells. Reversiblility of contraceptive methode,
as demonstrated by evidance that no significant disperancy effect of Mab bZP3 toward average number of
antral follicles between control and treatment groups on day 20th.
Key words: imunocontraception, Monoclonal antibody bovine zona pelusida 3, normal antral
follicles, atretic antral follicles.
ABSTRAK
Kepadatan penduduk masih merupakan masalah yang penting bagi negara-negara bekembang seperti
Indonesia. Di sisi lain penggunaan metode kontrasepsi yang saat ini diandalkan untuk menangani masalah
tersebut memiliki bbeberapa kekurangan yang menyababkan upaya menekan jumlah penduduk kurang
optimal. Pengembangan metode kontrasepsi dengan target non hormonal seperti penggunan Monoklonal
antibodi bovine ZP3 sebagai kandidat bahan imunokontrasepsi perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh Mab-bZP3 sebagai kandidat bahan immunokontrasepsi terhadap histologi ovarium
yaitu jumlah folikel antral yang normal dan atretik. Penelitian True experimental ini dilakukan terhadap
36 hewan coba yang terdiri dari tiga kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan, masing-masing
dianalisa pada hari ke-5, ke-10, dan ke-20 setelah perlakuan. Kelompok kontrol diberikan suntikan Phospat
Buffer Saline 50 μl dan kelompok perlakuan diberi suntikan Mab bZP3 sebanyak 50 μl. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah folikel antral normal
(p-value 0,715) maupun folikel antral atretik (p-value 0,604) antara kelompok kontrol dengan perlakuan.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value 0.071) rata-rata jumlah folikel antral atretik antara
waktu pemeriksaan pada masing-masing kelompok kontrol dan perlakuan. Namun, terdapat perbedaan
yang signifikan (p-value 0.036) rata-rata jumlah folikel antral normal antar waktu pemeriksaan pada
masing-masing kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok kontrol yang diperiksa pada hari ke-5, berbeda
signifikan hanya dengan kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan yang diperiksa pada hari ke-20.
Sedangkan rata-rata jumlah folikel antral normal terendah terdapat pada kelompok kontrol yang diperiksa
pada hari ke-20, namun tidak berbeda signifikan dengan kelompok perlakuan yang diperiksa pada hari
ke-20. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa Mab bZP3 sebagai kandidat bahan imunokontrasepsi tidak
berpengaruh terhadap perkembangan folikel, dalam hal regulasi apoptosis dan fungsi reseptor FSH pada
sel granulosa. Efek kontrseptif bersifat reversible, yang ditunjukkan dengan tidak adanya perbedaan yang
signifikan jumlah folikel antral antara kelompok kontrolndan perlakuan pada hari ke-20.
Kata Kunci: imunokontrasepsi, Monoclonal antibodi bovine zona pelusida 3, folike antral normal,
folikel antral atretik.
pada folikel antral dilakukan dengan pewarnaan transformasi data dengan transformasi untuk
Haematoksilin Eosin. Pengamatan dilakukan di folikel antral atretik dan Log (Y+0.5) untuk data
bawah mikroskop cahaya. Sel folikel dihitung folikel normal.
di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran Hasil uji normalitas pada folikel antral
400x. Ciri folikel atretik menurut JuniquerA (1997) normal yaitu nilai koefisien 0,989 dan p-value
adalah folikel dengan ciri terlepasnya sel granulosa > 0.100. Hasil uji normalitas pada folikel antral
dari membrane basal, terdapat banyak celah di atretik yaitu nilai koefisien 0,984 dan p-value >
antara sel-sel penyusun membrane granulosa serta 0.100. Ini menunjukkan bahwa asumsi normalitas
terlepasnya sel-sel folikel dan masuk ke dalam pada kedua variabel tersebut telah terpenuhi.
antrum folikuli. Hasil uji homogenitas pada folikel antral
normal yaitu nilai koefisien 2.09 dan p-value 0.094.
ANALISA STATISTIK Hasil uji homogenitas pada folikel antral atretik
yaitu nilai koefisien 1.22 dan p-value 0.326. Ini
Hasil pemeriksaan jumlah folikel antral normal menunjukkan bahwa asumsi normalitas pada kedua
dan atretik ditampilkan dalam bentuk mean±SD variabel tersebut telah terpenuhi.
dan dianalisa secara statistik menggunakan Nested Jumlah Folikel Antral Normal dan Atretik
ANOVA. P value kurang dari 0,005 dinyatakan pada pemberian Antibodi Mab-bZP3
tidak signifikan secara statistik. Pengujian asumsi Berikut deskriptif jumlah folikel antral
normalitas dilakukan dengan menggunakan uji normal dan atretik pada masing-masing kelompok :
Tabel 1.
Deskriptif Jumlah Folikel Antral Normal dan Atretik
Mean ± SD
Saphiro Wilk. Pengujian asumsi homogenitas ragam deskriptif ditunjukkan bahwa pada kelompok
dilakukan dengan menggunakan uji Levene. kontrol, rata-rata jumlah folikel antral normal
terendah didapatkan pada kelompok mencit yang
HASIL DAN PEMBAHASAN diperiksa pada hari ke-20 yakni sebesar 0.50 ± 0.84
dan tertinggi didapatkan pada kelompok mencit
Dalam penelitian ini, data jumlah folikel yang diperiksa pada hari ke-5 yakni sebesar 5.00
antral normal dan atretik bernilai kecil, sehingga ± 6.13. Pada kelompok perlakuan, rata-rata jumlah
sebelum dilakukan analisis, dilakukan proses folikel antral normal terendah didapatkan pada
kelompok mencit yang diperiksa pada hari ke-20 menentukan jumlah oosit, yang secara klinis
yakni sebesar 0.83 ± 1.17 dan tertinggi didapatkan berhubungan dengan outcome berupa kehamilan
pada kelompok mencit yang diperiksa pada hari atau kelahiran hidup, tergantung pada kualitas dan
ke-5 yakni sebesar 2.17 ± 0.98. kuantitas oosit [10].
Rata-rata jumlah folikel antral atretik Untuk menguji perbedaan rata-rata jumlah
pada kelompok kontrol, terendah didapatkan folikel antral normal dan atretik dilakukan proses
pada kelompok mencit yang diperiksa pada pengujian dengan menggunakan Nested ANOVA
hari ke-10 yakni sebesar 2.83 ± 2.56. dan kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut LSD 5%.
tertinggi didapatkan pada kelompok mencit yang Berikut hasil perbandingan rata-rata jumlah folikel
diperiksa pada hari ke-20 yakni sebesar 4.50 antral dengan menggunakan Nested ANOVA dan
± 3.15. Rata-rata jumlah folikel antral atretik LSD 5% :
Tabel 2.
Hasil Perbandingan Rata-Rata Jumlah Folikel Antara Kontrol dan Perlakuan
Menggunakan Nested ANOVA dan LSD 5%
Mean ± SD
terendah didapatkan pada kelompok mencit yang Hasil perbandingan rata-rata jumlah folikel
diperiksa pada hari ke-20 yakni sebesar 3.00 ± antral normal dan atretik didapatkan p-value lebih
2.37. dan tertinggi didapatkan pada kelompok dari 0,05 pada semua variabel. Hal ini menunjukkan
mencit yang diperiksa pada hari ke-5 yakni bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
sebesar 6.83 ± 1.47. rata-rata jumlah folikel antral normal maupun
Berdasarkan tabel 1. jumlah folikel antral folikel antral atretik antara kelompok kontrol
normal semakin sedikit seiring dengan semakin dengan perlakuan.
bertambahnya usia saat dilakukan pemeriksaan. Tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan
Pola perubahan folikel normal seperti ini mirip antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
dengan proses fisiologis yang terjadi pada pada kedua jenis folikel antral, baik normal maupun
perkembangan folikel di ovarium. Seiring atretik menjadi indikasi bahwa pemberian Mab
dengan bertambahnya usia wanita, jumlah folikel b-ZP3 hanya bekerja untuk menutup reseptor ZP3,
berkurang sehingga menurunlah jumlah folikel tidak menyebabkan gangguan pada sel granulosa.
antral[8]. Jumlah folikel antral dapat digunakan Dijelaskan bahwa sel granulosa terbukti sebagai
sebagai metode untuk memperkirakan jumlah oosit sel utama dalam ovarium yang menyediakan
yang sehat dalam ovarium pada masa reproduksi kondisi fisik dan kimia yang adekuat berguna
dan memiliki hubungan diagnostik yang penting bagi perkembangan folikel dan oosit normal. Hal
dalam keluarga berencana [9]. Jumlah folikel antral ini berlangsung selama proses folikulogenesis
diferensiasi sel pregranulosa menjadi sel granulosa / cyclic recruitment) untuk mencapai tahap pre-
yang matur [11]. ovulasi. Akhirnya, berkurang jumlah folikel pada
Hasil penelitian ini juga memberi petunjuk kumpulan folikel pada fase istirahat menyebabkan
bahwa pemberian mab-bZP3 tidak mempengaruhi folikel ovarium menyusut [14].
reseptor FSH yang terdapat pada sel granulosa. Tidak adanya perbedaan yang signifikan
Reseptor FSH pada folikel hanya dimiliki oleh jumlah folikel antral yang mengalami atresia pada
sel granulosa[12]. Proses seleksi folikel dominan penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian Mab-
memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap FSH, bZP3 tidak menyebabkan regulasi apoptosis pada
yang menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor folikel. Dikemukakan bahwa apotosis folikular
FSH. Hasilnya adalah, peningkatan inhibin dan diperlukan untuk mengatur perkembangan folikel
estradiol memicu mekanisme feedback negatif yang primordial sampai ke tahap preovulatory dan hanya
mencegah folikel melanjutkan proses perkembangan. satu yang dominan akhirnya mengalami ovulasi,
Selain sel granulosa, sel teka juga memainkan peran sedangkan lebih dari 99% folikel mengalami
penting, karena produksi hormon steroid dibutuhkan atresia. atresia diatur oleh kematian sel terprogram
untuk pertumbuhan folikel yang normal [13]. (apoptosis) dan survival promotoring factor
Jumlah folikel antral normal atau yang sehat termasuk gondaotropin dan regulator ontraovarian
secara morfologi berkaitan dengan keberlangsungan (steroid gondala, sitokin, protein intraseluler) [15] [16].
fungsi reproduksi seorang wanita. Dijelaskan bahwa Berikut hasil perbandingan rata-rata jumlah
pada tahap antral, kebanyakan folikel mengalami folikel antral normal dan atretik antara waktu
atresia. Namun, di bawah stimulasi gonadotropin pemeriksaan :
Tabel 3.
Hasil Perbandingan Rata-Rata Jumlah Folikel Antara Waktu Pemeriksaan
Menggunakan Nested ANOVA dan LSD 5%
Mean ± SD
Jumlah Jumlah
Antibodi Pemeriksaan Folikel Folikel
Antral Normal Antral Atretik
yang optimal setelah pubertas, sebagian kecil di Keterangan: Pada mean±sd jika memuat
antaranya dibebaskan (pengambilan secara siklik huruf yang berbeda berarti ada perbedaan yang
signifikan dan jika memuat huruf yang sama berarti dan kelompok perlakuan, dan antara kelompok
tidak ada perbedaan yang signifikan. kontrol hari ke-20 dengan kelompok perlakuan
Tabel 3. menunjukkan bahwa tidak terdapat hari ke-5 dan ke-10. Ini menjadi bahwa Mab bZP3
perbedaan yang signifikan (p-value 0.071) rata- dapat diharapkan sebagai metode kontrasepsi
rata jumlah folikel antral atretik antara waktu yang memiliki ciri berdaya guna (efektif) dalam
pemeriksaan pada masing-masing kelompok kontrol mencegah kehamilan dan bersifat reversible. Sifet
dan perlakuan. Namun, terdapat perbedaan yang efektif ditunjukkan oleh adanya antara kelompok
signifikan (p-value 0.036) rata-rata jumlah folikel kontrol hari ke-20 dengan kelompok perlakuan
antral normal antara waktu pemeriksaan pada hari ke-5 dan ke-10. Sifat reversible ditunjukkan
masing-masing kelompok kontrol dan perlakuan. dengan adanya perbedaan yang signifikan antara
Berdasarkan hasil uji LSD 5%, ditunjukkan kelompok kontrol hari ke-5 dengan hari ke-20
bahwa rata-rata jumlah folikel antral normal baik kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
tertinggi terdapat pada kelompok kontrol yang Diterangkan bahwa secara umum persyaratan
diperiksa pada hari ke-5, namun tidak berbeda metode kontrasepsi ideal antara lain aman, berdaya
signifikan dengan kelompok kontrol yang diperiksa guna, harga terjangkau dan bersifat reversibel [2].
pada hari ke-10, dan kelompok perlakuan yang Sifat efektif dan reversible dari suatu
diperiksa pada hari ke-5 dan ke-10. Sedangkan metode kontrasepsi sangat sesuai bagi pengguna
rata-rata jumlah folikel antral normal terendah kontrasepsi yang berada dalam rentang reproduksi
terdapat pada kelompok kontrol yang diperiksa sehat, yaitu mereka yang paling mungkin untuk
pada hari ke-20, namun tidak berbeda signifikan mengalami kehamilan. Saifudin (2012) menjelaskan
dengan kelompok perlakuan yang diperiksa pada bahwa dalam penggunaan kontrasepsi rasional,
hari ke-20. berdasarkan usia, maka pada usia reproduksi sehat
Dari tabel 3. dapat dilihat, perbedaan yang (20-35 tahun), pilihan utama kontrasepsi adalah
signifikan hanya terjadi antara kelompok kontrol yang memiliki ciri efektifitas tinggi dan mampu
hari ke-5 dengan hari ke-20 baik kelompok kontrol mengembalikan kesuburan [17].
ABSTRACT
Early changes that appear in adolescents especially young women is biological development. One
of adolescent development that appear is menstruation in young women. At the time of menstruation
problems that many women experience is the discomfort or pain and it is commonly called dysmenorrhea.
The prevalence of dysmenorrhea is quite high in the world which estimated 50% of all women in the
world suffer from dysmenorrhea in a menstrual cycle. The prevalence of dysmenorrhea is quite high of 183
adolescents, 119 (65%) experienced dysmenorrhea and decreased quality of life (70.6% became irritable,
44.5% emotionally unstable, and lazy to do the legwork (Kumhar et al, 2011: pages 267). The incidence
of dysmenorrhea in Central Java reached 56%, incidence of dysmenorrhea 68.4% is discovered in Jepara
itself.
The purpose of this study was to determine the effectiveness of the leaf extract of aloe vera (aloe
vera) and Temu Lawak (Curcuma Xanthorhiza Roxb) in reducing dysmenorrhea in adolescent girls.
This research is a quantitative pre experimental design “Quasi Experimental Pre-Post Test with
Control Group”. Interventions that were given is aloe vera and temulawak. The population in this study
were all girl students in class VIII junior of IT Ihsanul Fikri Junior High School and the sample of 40
respondents were taken by simple random sampling technique. Data were collected using a questionnaire
containing a pain scale of Bourbanis scale. The results were analyzed using the Wilcoxon test with Confident
Interval by 95%.
Results showed there is effect giving extract aloe vera and temulawak to the reduction of dysmenorrhea
and get the value of p = 0.001. Giving aloe vera more effective than temulawak with a mean value of aloe
vera 3.2 greater than temulawak 2,85. Giving aloe vera more effective against decrease pain scale in
students with dysmenorrhea.
Keywords: Aloe Vera, Temu Lawak, dysmenorrhea
ABSTRAK
Pada remaja wanita perubahan paling awal muncul adalah perkembangan secara biologis. Salah
satu tanda ke remajaan secara biologis, yaitu mulainya remaja wanita mengalami menstruasi. Pada saat
menstruasi masalah yang banyak dialami wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat dan
hal ini biasa disebut dismenore. Prevalensi dismenore cukup tinggi di dunia, dimana diperkirakan 50% dari
seluruh wanita di dunia menderita dismenore dalam sebuah siklus menstruasi .Prevalensi dismenore cukup
tinggi dari 183 remaja, 119 (65%) mengalami dismenore dan mengalami penurunan kualitas hidup (70,6%
menjadi mudah tersinggung, 44,5% emosi tidak stabil, dan malas melakukan pekerjaan rutin (Kumhar et al,
2011: hal 267). Angka kejadian dismenore di Jawa Tengah mencapai 56%, di Jepara sendiri angka kejadian
dismenore 68,4%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian ekstrak daun lidah buaya (aloe
vera) dan temu lawak dalam menurunkan dismenore pada remaja putri.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif pre experimental dengan desain “Quasi Experimental Pre-Post
Test with Control Group”. Intervensi yang diberikan adalah pemberian lidah buaya dan temulawak. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswi putri di kelas VIII SMP IT Ihsanul Fikri dengan jumlah sampel
40 responden diambil dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner berisi skala nyeri dari Bourbanis scale. Hasil dianalisis menggunakan Wilcoxon test. dengan
Confident Interval 95%.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pemberian lidah buaya dan temulawak terhadap
penurunan dismenore dan mendapatkan nilai p= 0,001. Pemberian lidah buaya lebih efektif untuk
menurunankan skala nyeri dismenore dibandingkan dengan temulawak dengan nilai mean lidah buaya 3,2
lebih besar dari temulawak 2,85.
Disarankan dapat disosialisasikan melalui seminar, atau lokakarya dan digunakan sebagai salah satu
sumber Evidence Based Practice khususnya penggunaan tanaman herbal yaitu lidah buaya dan temulawak
sebagai tanaman untuk mengatasi dismenore.
Kata Kunci : Lidah Buaya, Temulawak ,Dismenore
tanpa dismenore, sedangkan gejala pra menstruasi dihilangkan sehingga tidak terjadi dismenorhea
yang dialami sebelum menstruasi karena perubahan primer.16 Curcumenol sebagai agen analgetika akan
kadar estrogen serta progesteron. 6 menghambat pelepasan PG yang berlebihan.17
Dismenorea primer adalah penyakit yang
paling sering dilaporkan oleh remaja dan dewasa METODE PENELITIAN
muda.7 Prevalensi dismenore cukup tinggi di dunia,
dimana diperkirakan 50% dari seluruh wanita di Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dunia menderita dysmenorrhea dalam sebuah siklus dengan desain penelitian “Quasi Experimental
menstruasi.8 Prevalensi dysmenorrhea cukup tinggi Pre Test Post Test with Control Group”. Intervensi
dari 183 remaja, 119 (65%) mengalami dysmenorrhea yang diberikan adalah pemberian lidah budaya
dan mengalami penurunan kualitas hidup (70,6% dan temulawak. Penelitian ini dilakukan untuk
menjadi mudah tersinggung, 44,5% emosi tidak stabil, mengetahui efektifitas pemberian ekstrak
dan malas melakukan pekerjaan rutin. 9 Kejadian daun lidah buaya (aloe vera) dan temu lawak
dysmenorrhea meningkat dengan umur (13,6% pada dalam menurunkan dysmenorrhea pada remaja
umur 12 tahun, 39,5% pada umur 13 tahun, 50,3% putri. Penelitian dilakukan bulan Juni 2016 di
pada umur 14 tahun dan 55% pada umur 15 tahun. SMP IT Ihsanul Fikri Kecamatan Mungkid.
10 Dysmenorrhea pada remaja harus ditangani Teknik pengambilan sampel pada penelitian
meskipun hanya dengan pengobatan sendiri atau ini menggunakan Purposive sampling Sampel
non farmakologis. 11 Pendekatan non-farmakologis pada penelitian ini sebanyak 40 orang yaitu
yang sering digunakan remaja untuk mengatasi remaja putri di kelas VIII SMP IT Ihsanul Fikri
dysmenorrhea antara lain: kompres hangat, olahraga, Kecamatan Mungkid yang mengalami dismenore
terapi mozart,dan relaksasi, senam dan minum yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
minuman herbal. Brain gym dapat meningkatkan meliputi bersedia menjadi responden, tidak sedang
b-endorphin sehingga bisa menurunkan rasa nyeri saat mengalami stres psikologis, tidak alergi terhadap
mengalami dysmenorrhea. 12 Sejumlah 90% wanita temulawak, tidak alergi terhadap lidah buaya, siswi
menggunakan pengobatan herbal untuk mengatasi dengan haid teratur, tidak memiliki sakit yang
dysmenorrhea dan melaporkan efektif mengurangi berhubungan dengan alat reproduksi, dismenore
nyeri.13 pada hari 1 atau hari ke 2 pada saat penelitian tidak
Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman minum obat yang dapat mengurangi nyeri.
fungsional karena semua bagian dari tanaman dapat
dimanfaatkan, baik untuk perawatan tubuh maupun HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengobati berbagai penyakit .14 Antrakuinon
dalam lidah buaya mengandung aloin dan emodin Hasil Penelitian
yang berfungsi sebagai analgesik.15 Kandungan 1. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum Dan
bahan alami temulawak bisa mengurangi keluhan Sesudah Diberikan Lidah Buaya
dismenorea primer. Temulawak mempunyai
kandungan curcumin dan curcumenol, curcumine Tabel 1.1.Distribusi Frekwensi Nyeri
berfungsi sebagai antiinflamasi dan antipiretik, Dismenore Sebelum Dan Sesudah Diberikan
sedangkan curcumenol berfungsi sebagai analgetik. Lidah Buaya Pada Remaja Putri(n=20)
Mekanisme biokimia terpenting yang dihambat Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
oleh curcumine adalah influks ion kalsium ke dalam Nyeri Ringan Sedang Berat
sel-sel epitel uterus. Jika penghambatan terhadap
influks ion inidilakukan ke dalam sel epitel uterus, Sebelum 0 9(45 %) 10(50%) 1(5%)
maka kontraksi uterus bisa dikurangi atau bahkan Sesudah 10(50%) 10(50%) 0 0
Berdasarkan Tabel 1.1 sebelum diberikan efektif menurunkan nyeri dismenore. Namun dari
lidah buaya responden paling banyak mengalami kedua intervensi tersebut lidah buaya lebih efektif
nyeri sedang sebanyak 10 responden.Setelah dibanding temu lawak. Hal ini dilihat dari selisih
diberikan intervensi lidah buaya tidak dijumpai mean masing-masing intervensi. Pada intervensi
lagi responden dengan nyeri sedang ataupun nyeri lidah buaya selisih rata–rata sebesar 3,2 yang berarti
berat. lebih besar dari selisih rata-rata pada intervensi
temu lawak yaitu 2,8.
2. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Temu Lawak PEMBAHASAN
Tabel 1.2.Distribusi Frekwensi Intensitas Nyeri 1. Intensitas nyeri dismenore sebelum dan
Dismenore Sebelum Dan Sesudah sesudah diberikan lidah buaya dan temulawak
Diberikan TemulawakPada Remaja Putri Nyeri haid terjadi karena ada peningkatan
(n=20) produksi prostaglandin. Peningkatan ini akan
mengakibatkan kontraksi uterus dan vasokontriksi
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri pembuluh darah, maka aliran darah yang menuju
Nyeri Ringan Sedang Berat ke uterus menurun sehingga tidak mendapat suplai
Sebelum 0 12(60%) 7(35%) 1(5%) oksigen yang adekuat sehingga menyebabkan
nyeri. 18
Sesudah 15(75%) ) 4(20 %) 1(5 %) 0
Untuk mengatasi dismenore dapat dilakukan
dengan pemberian obat analgesik dan anti inflamasi
Melihat Tabel 1.2 didapatkan sebelum
dan terapi ramuan herbal yang telah di percaya
diberikan temu lawak skala nyeri remaja putri
khasiatnya yang berasal dari bahan-bahan tanaman.
sebagian besar adalah nyeri ringan sebanyak 12
Obat herbal lain yang dapat digunakan adalah
responden. Setelah diberikan tindakan tidak di
lidah buaya. Lidah mengandung antrakuinon
jumpai lagi responden dengan nyeri berat.
dan kuino, antrakuinon dan kuinon memiliki
efek menghilangkan rasa sakit (analgetik) dan
3. Perbedaan Penurunan Nyeri dismenore
menghilangkan pusing. Antrakuinon mengandung
Sebelum Dan Sesudah Intervensi Lidah Buaya
aloin dan emodin yang dapat berfungsi sebagai
dan Temulawak
analgesik. 15 Aktivitas analgesik dari tanaman ini
dikaitkan dengan kehadiran carboxypeptidases
Tabel 1.3. Perbedaan Nyeri Dismenore Sebelum
enzim dan Bradykinase yang cenderung untuk
Dan Sesudah Intervensi Lidah Buaya dan
menghilangkan rasa sakit.Tanaman diketahui
TemulawakPada Remaja Putri (n=20)
mengandung beberapa alkaloid dan zat steroid
Mean Mean Selisih bertanggung jawab atas pelepasan rasa sakit.
Kelompok Skala Nyeri Skala Nyeri skor skala p value Selain itu, kehadiran dua Dihydrocoumarin dengan
sebelum sesudah nyeri imunomodulator dan antioksidan properti telah
Lidah buaya 3,8 0,6 3,2 0,000 dilaporkan dalam studi sebelumnya. Ini cenderung
untuk membantu dalam pengurangan rasa sakit
Temulawak 3,3 0,45 2,85 0,000
melalui stimulasi sistem kekebalan tubuh dan
penurunan prostaglandin yang bertanggung jawab
Hasil Uji Wilcoxon diperoleh p value 0,001
untuk rasa sakit.19
baik pada pemberian lidah buaya maupun temu
Pemberian temulawak pada respon yang
lawak. Hal ini berarti lidah buaya dan temulawak
mengalami dismenorea akan dapat mengurangi
skala nyeri haid. Kurkumin yang terkandung dalam 2010, antrakuinon cenderung membantu dalam
temulawak mempunyai aktivitas penghilang rasa pengurangan rasa sakit melalui stimulasi sistem
sakit dan anti radang. Selain itu Curcumin juga kekebalan tubuh dan penurunan prostaglandin yang
dapat mengatasi ansietas, demensia, dismenore bertanggung jawab untuk rasa sakit.19 Antrakuinon
gingivitis, sakit kepala, impotensi, lumbago, berfungsi sebagai anti imflamasi, sedangkan aloin
paringitis dan vertigo. Curcumin yang terkandung dan emodin dalam antrakuinon berfungsi sebagai
dalam temulawak 100% mampu menghilangkan analgesik.
nyeri bawah perut yang dapat terjadi selama Pemberian temulawak pada responden yang
menstruasi. Curcumin sebagai analgesic telah di mengalami dismenore juga dapat mengurangi nyeri
konfirmasi dalam mengurangi berbagai jenis nyeri dismenore. Temulawak mengandung curcumin yang
seperti sakit gigi, kolik perut dan nyeri sendi.20 dapat berfungsi sebagai analgesik. Curcumine dan
anthocyanin akan bekerja dalam menghambat rekasi
2. Efektifitas pemberian lidah buaya dan cyclooxygenase (COX) sehingga menghambat atau
temulawak dalam menurunkan nyeri dismenore mengurangi terjadinya inflamasi sehingga akan
pada remaja putri mengurangi atau bahkan menghambat kontraksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa uterus. Mekanisme penghambatan kontraksi uterus
tingkat efektifitas pemberian lidah buaya dengan melalui curcumine adalah dengan mengurangi
temulawak dalam menurunkan dismenore adalah influks ion kalsium (Ca2+) ke dalam kanal kalsium
lebih efektif pada pemberian temulawak daripada pada sel-sel epitel uterus. Sebagai agen analgetika,
lidah buaya akan tetapi dengan perbedaan selisih curcumenol akan menghambat pelepasan
rata-rata penurunan skala nyeri yang sedikit (hampir prostaglandin yang berlebihan.21 Hasil penelitian
sama). Pemberian lidah buaya dan temulawak pada ini menunjukkan bahwa pemberian temulawak juga
siswi yang mengalami nyeri haid mempunyai efek berpengaruh pada penurunan dysmenorhea pada
yang sama yaitu terjadi penurunan skala nyeri siswi. Hal ini karena curcumenol yang terkandung
antara 3,2 dan 2,85. Jika dilihat dari hasil penelitian dalam temulawak dapat berfungsi sebagai
tersebut, kedua perlakukan menimbulkan efek analgesik. Curcumenol sebagai agen analgetika
analigesik yang hampir sama. Hasil penelitian ini akan menghambat pelepasan Prostaglandin yang
menunjukkan lidah buaya mempunyai pengaruh berlebihan.22
terhadap dismenore. Fungsi analgesik pada lidah
buaya adalah antrakuinon. KESIMPULAN
Prostaglandin cenderung untuk merangsang
saraf yang sinyal rasa sakit ke otak dan terlibat Gambaran skala nyeri sebelum diberikan
dalam pembengkakan pembuluh darah di lokasi lidah buaya skala nyeri respoden sebagian
cedera, membuka ruang di dinding kapiler untuk besar mempunyai intensitas nyeri ringan 9
sel darah putih.19 Aktivitas analgesik dari tanaman (45%) Setelah diberikan intervensi lidah buaya
ini dikaitkan dengan kehadiran carboxypeptidases tidak dijumpai lagi responden dengan nyeri
enzim dan Bradykinase yang cenderung untuk sedang maupun nyeri berat. Gambaran nyeri
menghilangkan rasa sakit.Tanaman diketahui sebelum diberikan temulawak, skala nyeri siswi
mengandung beberapa alkaloid dan zat steroid sebagian besar mempunyai intensitas nyeri
bertanggung jawab atas pelepasan rasa sakit. ringan 12 (60%).Setelah diberikan temulawak
Hasil penelitian sebelumnya juga sebanyak tidak dijumpai lagi responden dengan
menunjukkan adanya pengaruh pemberian lidah nyeri berat.Pemberian lidah buaya (p value =
buaya terhadap penurunan nyeri. Penelitian 0,001) dan temulawak (p value = 0,001) efektif
yang dilakukan oleh Mawle Dan Masika tahun terhadap penurunan nyeri dismenore. Pemberian
lidah buaya lebih efektif dibandingkan dengan Students and its Correlation with Biological
temulawak dengan nilai mean lidah buaya 3,2 Variables. Scholars Journal of Applied Medical
lebih besar daru temulawak 2,85. Disarankan Sciences (SJAMS).., 2014; 2(6E):3165-3175.
pada: mayarakat hendaknya membudidayakan 7. Rehman, H., Begum, W., Anjum, F.,
tanaman lidah buaya dan temulawak untuk bahan dan Tabasum, H. (2013). Approach to
herbal mengatasi dismenore, sekolah hendaknya dysmenorrhoea in ancient ages and its current
dapat memberikan informasi kepada siswi tentang relevance. International Journal of Herbal
pemanfaatan temulawak dan lidah buaya sebagai Medicine 2013; 1 (4): 88-91
salah satu pengoabatan secara nonfarmakologis 8. Iswari. D.P., Surinati, K., dan Mastini, P. (2014).
dalam menurunkan nyeri menstruasi sehingga Hubungan Dismenore dengan aktivitas belajar
dapat mengurangi pemakaian obat analgesik mahasiswi PSIK FK UNUD Tahun 2014.
bagi siswi yang mengalami dismenore. Tenaga Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kesehatan (bidan), hendaknya secara periodik Kedokteran Universitas Udayana
bekerja sama dengan pihak sekolah (BP) 9. Kumbhar, S.K., Reddy, M., Sujana, B.,
memberikan penyuluhan kesehatan tentang Reddy, R.K., Bhargavi, D.K., Balkrishna, C.
reproduksi sehat, khususnya tentang dismenore (2011). Prevalence Of Dysmenorrhea Among
dan penanganannya dengan lidah buaya atau Adolescent Girls (14-19 Yrs) Of Kadapa
temulawak. Peneliti lain ini bisa menjadi sumber District And Its Impact On Quality Of Life:
referensi di bidang farmakologis atau obat A Cross Sectional Study. National Journal of
alternatif untuk mengurangi nyeri haid baik untuk Community Medicine Vol 2 Issue 2 July-Sept
siswi maupun wanita lainnya. 2011
10. Kazama, M., Maruyama, K., dan Nakamura,
DAFTAR PUSTAKA K. (2015). Prevalence of Dysmenorrhea and
Its Correlating Lifestyle Factors in Japanese
1. F.J. Monks, Koers, Haditomo.S.R. Psikologi Female Junior High School Students. Tohoku
perkembangan : pengantar dalam berbagai J. Exp. Med., 2015, 236, 107P-r1
bagiannya. Gajah Mada University Press : 11. Azizah, N. (2013). Aplikasi relaksasi nafas
Yogyakarta. 2002. dalam sebagai upaya Penurunan skala nyeri
2. Schwartz. M.W. Pedoman klinis pediatric. menstruasi (dismenorrhea) pada siswi MTS.
EGC : Jakarta. 2005. Ibtidaul Falah Samirejo Dawe Kudus tahun
3. Sarwono.W. Psikologi remaja edisi revisi. PT. 2013. JIKK Vol. 5. No. 1 Januari 2014 : 14-22
Raja Grafindo Persada : Jakarta. 2013. 12. Yona, F., Misrawati., Zulfitri, R., Efektivitas
4. Tangcai.K, Titapant.V, Bonboonhirnsarn.P. Brain Gym Terhadap Penurunan Nyeri
Dysmenorrhoae in thai adolescent prevalence, Dismenore. Skripsi. Tidak dipublikasikan
impact and knowledge of treatment. J.Med 13. Tariq, N., Hashim, M.J., Jaffery, T., Ijaz, S.,
ASSOC Thai. 2004. Sami, S.A., Badar, S., dan Ara, Z. (2009).
5. Chung, S., Kim, T., Lee, H., Lee, A., Jeon, D., Impact and Healthcare-seeking Behaviour of
Park, J., dan Kim, Y. (2014). Premenstrual premenstrual symtoms and dysmenorrhoea.
Syndrome and Premenstrual Dysphoric British Journal of Medical Practitioners,
Disorder in Perimenopausal Women. Journal Desember 2009. Volume 2 Number 4. 40-43
of Menopausal Medicine 2014;20:69-74 14. Widiawati, W., dan Lutfiati, D. (2014).
6. Lakkawar, N.J., Jayavani R. L., Arthi, N.P., Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah
Alaganandam, P., dan Vanajakshi N. (2014. berjerawat antara masker lidah buaya dengan
A Study of Menstrual Disorders in Medical masker non lidah buaya. e- Journal. Volume 03
Nomer 01 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode 19. Mwale, M., dan Masika, P.J. (2010). Analgesic
Februari 2014, hal 217-225 and anti-inflammatory activities of Aloe ferox Mill.
15. Surya, P., Gouri, B., Yogeshchand, R., aqueous extract. African Journal of Pharmacy and
Gyanander, A., Jitender, B., Balram, G. (2015). Pharmacology Vol. 4(6) pp. 291-297, June 2010
Aloevera; A natural adjunct in periodontal 20. Chakraborty, P.S., Ali, S.A., dan Kaushik, S
therapy. Journal Of Biological Science. VOL et al (2011). Curcuma longa - A multicentric
2 ISSUE 9 September 2015 Paper 1 clinical verification study. Indian Journal of
16. Safitri, M., Utami, T., dan Sukmaningtyas, Research in Homoeopathy. Vol. 5, No. 1,
W. (2014). Pengaruh Minuman Kunyit Asam January - March, 2011
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid 21. Amaza, D.S., Sambo, N., Zirahei, J.V., Dalori,
Primer Pada Mahasiswi DIII Kebidanan. M.B., Japhet, H., dan Toyin, H. (2012).
Diakses tanggal 8 Februari 2016 dari jurnal. Menstrual Pattern among Female Medical
unimus.ac.id/index.php/ psn12012010/article/ Students in University of Maiduguri, Nigeria.
view/1216 British Journal of Medicine & Medical
17. Winarso, A. (2012). Pengaruh Minum Research 2(3): 327-337, 2012
Kunyit Asam Terhadap Penurunan Tingkat 22. Winarso, A. (2012). Pengaruh Minum
Nyeri Dismenorea Pada Siswi Di Madrasah Kunyit Asam Terhadap Penurunan Tingkat
Tsanawiyah Negeri Jatinom Klaten. Jurnal Nyeri Dismenorea Pada Siswi Di Madrasah
Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 2, Tsanawiyah Negeri Jatinom Klaten. Jurnal
November 2014, hlm 106-214 Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 2,
18. Guyton A.Cdan J.E. Hall. (2007). Buku Ajar November 2014, hlm 106-214
Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: Buku
Penerbit Kedokteran EGC
EFEKTIVITAS KELOMPOK
PENDUKUNG ASI (KP-ASI) EKSKLUSIF
TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF
Email : bekti_yuniyanti@yahoo.com
ABSTRACT
National policy in giving exclusive breastfeeding for 6 (six) months has been firmed as SK Menkes
No. 450/Menkes/SK/IV/2004. The scoop in giving exclussive breastfeeding doesn’t fullfill national target
yet, one of the factors is any stigma and stereotype that breastfeeding is women’s bussiness. Exclussive
breastfeeding support groups (KP-ASI) is a group that consist of pregnant mother and mother with 2 years
old baby, handled by motivator so they will be supported, loved and attented to merge positive emotionally
that can increase oxytocine hormon product to accelerate breasstmilk product.
This research is to know the effectivity for exclussive breastfeeding support groups (KP-ASI) toward
attitude in giving exclussive breastfeeding. The type of that research is Quasi Experiment with Postest
Only Control Group Design. That was done at March to May 2016 in Puskesmas Tembarak, Temanggung
District. Getting sample with total sampel 44 respondences that were divided into 2 groups. Intervention
group was given KP-ASI support and control group was given a leaflet about exclussive breastfeeding.
Data prepared by using Chi Square Test.
The result showed that there were most of groups (86,4%) which had KP-ASI support and few groups
(31,8%) with leaflet gave exclussive breastfeeding.
The conclusion of the research is a group establishment with exclussive breastfeeding support
efectively towards in giving exclusive breastfeeding (p value 0,0001). Suggested to society to establish
exclussive breastfeeding support group (KP-ASI) in each area with midwife and health volunteer local
assistance, so they can give support to pregnant mother and mother with 2 years old baby to give exclussive
breastfeeding. For midwives are able to be companion and motivator for exclussive breastfeeding support
group (KP-ASI).
Key Words : KP-ASI, exclusive breastfeeding
ABSTRAK
Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan dalam
SK Menteri Kesehatan No.450/Menkes/SK/IV/2004. Cakupan pemberian ASI eksklusif secara nasional
belum memenuhi target nasional, salah satunya karena adanya stigma dan stereotipe bahwa menyusui
merupakan urusan perempuan. KP-ASI eksklusif adalah suatu kelompok yang beranggotakan ibu hamil
dan ibu yang memiliki bayi dibawah usia dua tahun dengan dipandu oleh motivator agar ibu merasa
didukung, dicintai dan diperhatikan sehingga muncul emosi positif yang akan meningkatkan produksi
hormon oksitosin untuk melancarkan produksi ASI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kelompok pendukung ASI eksklusif terhadap
perilaku pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian Quasi Experiment dengan rancangan Postest Only
Control Group Design. Penelitian dilakukan bulan Maret-Mei 2016 di wilayah kerja Puskesmas Tembarak
Kabupaten Temanggung. Pengambilan sampel dengan total sampel sejumlah 44 responden yang terbagi
menjadi dua kelompok. Kelompok intervensi diberikan perlakuan Dukungan KP-ASI eksklusif sedangkan
kelompok kontrol diberikan perlakuan pemberian leaflet tentang ASI eksklusif. Pengolahan data
menggunakan Uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan kelompok yang mendapat dukungan KP-ASI sebagian besar (86,4%)
memberikan ASI secara eksklusif sedangkan kelompok dengan pemberian leaflet hanya sebagian kecil
(31,8 %) yang memberikan ASI secara eksklusif.
Kesimpulan penelitian ini adalah pembentukan kelompok pendukung ASI eksklusif efektif terhadap
perilaku pemberian ASI eksklusif (p value 0,0001). Disarankan pada masyarakat agar membentuk KP-
ASI eksklusif di masing-masing wilayah dengan dibantu oleh bidan desa dan kader kesehatan setempat
sehingga dapat memberikan dukungan pada ibu hamil dan ibu yang memiliki anak usia kurang dari dua
tahun untuk memberikan ASI secara eksklusif. Bagi bidan agar bersedia menjadi pendamping sekaligus
motivator bagi KP-ASI eksklusif dalam upaya meningkatkan cakupan ASI eksklusif.
Kata Kunci : KP-ASI, ASI eksklusif
Saat menyusui bayinya terjadi 2 reflek dalam keluarga dan masyarakat sangat penting dalam
tubuh ibu, yaitu refleks oksitosin dan refleks let mempersiapkan, mendorong, dan mendukung ibu
down. Rangsangan hisapan bayi pada puting susu serta menciptakan suasana yang kondusif bagi ibu
akan dilanjutkan ke hipofise posterior sehingga hamil dan menyusui.
dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah sampai Seorang ibu hamil dan menyusui
ke alveoli sehingga akan mempengaruhi sel membutuhkan asupan gizi yang mencukupi agar
mioepitelium. Kontraksi sel ini akan memeras produksi ASI optimal8. Anggota keluarga khususnya
air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan suami mempunyai peran penting agar ibu hamil dan
masuk ke sistem duktulus selanjutnya mengalir ke menyusui terjamin asupan gizinya. Pada sebagian
duktus dan masuk ke mulut bayi. Refleks ini akan besar keluarga, perempuan atau istri bahkan yang
dapat meningkat dengan adanya perasaan senang sedang menyusui mendapatkan prioritas terakhir
ibu saat melihat bayi, mendengarkan suara bayi, saat makan setelah suami dan anak-anaknya. Hal ini
mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. dapat menyebabkan produksi ASI kurang optimal.
Sedangkan jika ibu merasa kurang mendapatkan Selain itu, di masyarakat masih ada beberapa
dukungan maka akan menyebabkan ibu merasa makanan yang harus dipantang selama menyusui.
cemas, stress, dan takut. Hal ini dapat menghambat Oleh karena itu, dukungan keluarga termasuk
refleks let down sehingga pengeluaran ASI akan pemberian kesempatan gizi yang optimal amat
terhambat dan dapat mengganggu pencapaian ASI diperlukan oleh seorang ibu dalam masa menyusui.
Eksklusif9. Dukungan masyarakat luas akan dapat
Hasil analisa bivariat menyebutkan bahwa membantu ibu dalam mencapai keberhasilan
pembentukan KP-ASI eksklusif efektif terhadap menyusui. Masyarakat dapat berpartisipasi
perilaku pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian dengan membantu mendorong dan memberikan
ini sejalan dengan penelitian Pawestri dengan hasil kesempatan sebanyak mungkin bagi ayah dan
Peran KP-Ibu efektif mempengaruhi pemberian ASI ibu menyusui untuk bersama dengan bayinya dan
eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pandak menciptakan kasih sayang yang erat. Anggota KP
I Bantul Yogyakarta17. Adanya KP-ASI eksklusif ASI eksklusif selain ibu-ibu menyusui maupun
akan mendorong suatu komunikasi antar anggota yang tidak menyusui juga melibatkan suami serta
baik sesama ibu menyusui, suami dan masyarakat tokoh agama dan tokoh masyarakat. Keterlibatan
dalam upaya memberikan wawasan dan merubah tokoh masyarakat dan tokoh agama sebagai tokoh
sikap ibu menyusui serta meningkatkan peran dan yang dihormati dan dianut maka diharapkan akan
dukungan keluarga maupun masyarakat dalam mampu menjadikan kegiatan menyusui sebagai
mencapai keberhasilan ASI eksklusif18. sebuah gerakan atau budaya yang merupakan suatu
Dukungan dari lingkungan keluarga bentuk ibadah. Dengan menumbuhkan menyusui
termasuk suami, orang tua, saudara dan masyarakat sebagai sebuah gerakan budaya serta salah satu
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bentuk ibadah dalam masyarakat maka akan
pemberian ASI secara eksklusif7. Adanya dukungan muncul upaya untuk terus menciptakan kondisi
dari berbagai pihak akan memberikan kebahagiaan, yang kondusif bagi kegiatan menyusui8.
ketenangan, dan kenyamanan yang dirasakan ibu Dukungan yang tidak kalah penting adalah
sehingga meningkatkan produksi hormon oksitosin kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian/
yang akan membantu kelancaran produksi ASI. lembaga/ dinas terkait terhadap pemberian ASI.
Sebaliknya kesedihan, lelelahan fisik dan mental Peraturan tersebut diharapkan mampu menjadi
seorang ibu akan menghambat produksi hormon payung bagi tenaga kerja perempuan yang
oksitosin sehingga mengganggu pengeluaran menyusui agar tetap bisa menyusui/ memerah ASI
ASI9. Dengan demikian, peran seorang suami, selama waktu kerja, dan mendorong pengusaha
untuk menyediakan ruang laktasi yang sesuai dengan pemberian leaflet hanya sebagian kecil
dengan standar kesehatan8. Selain itu, perlu adanya (31,8 %) yang memberikan ASI secara eksklusif.
supervisi dan motivasi dari Dinas Kesehatan pembentukan kelompok pendukung ASI efektif
dan Puskesmas secara berkala, pendampingan terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif (p value
kegiatan KP-ASI eksklusif oleh bidan, penerbitan 0,0001). Disarankan agar masyarakat membentuk
surat keputusan serta kegiatan penyegaran bagi KP-ASI eksklusif di masing-masing wilayah
motivator KP-ASI eksklusif 19. dengan dibantu oleh bidan desa dan kader kesehatan
setempat sehingga dapat memberikan dukungan
KESIMPULAN pada ibu hamil dan ibu setelah melahirkan untuk
memberikan ASI secara eksklusif. Bagi bidan agar
Kelompok yang mendapat dukungan KP- bersedia menjadi pendamping sekaligus motivator
ASI eksklusif sebagian besar (86,4%) memberikan bagi KP-ASI eksklusif dalam upaya meningkatkan
ASI secara eksklusif sedangkan kelompok cakupan ASI eksklusif.
ABSTRACT
Postpartum period is a most susceptible to morbidity. The problem there is that one of them is the
process of lactation. During childbirth, the knowledge of breastfeed technique is very important to know.
How breastfeeding can cause breast milk don’t come out optimally so that can lead to a dam of breatfeeding.
Good knowledge of the dam can have breatfeeding if not applied they already know. This research aims to
know the relationship of knowledge of postpartum mothers about breastfeeding techniques with the barrage
of breastfeeding.
Methods the study was analytic with cross sectional design. Sample research postpartum mothers
over three days in total sampling and population of 32 mother. The methode of data collection by interview
and observations. Data analysis that is analysis Univariate and bivariate with test chi square.
Most of the research results (35%) of mothers have a good knowledge and a fraction (18.8%) of
mothers experience a dam of breatfeeding. The results of the P value (0.036) < 0.05) there is means a
significant relationship between knowledge of postpartum mothers about breastfeeding techniques with the
dam of breastfeeding.
From the research results expected health workers understand more about the process of lactogenesis
and give information for public about the process of establishing breastfeeding
Keywords: Knowledge, Childbirth, Breastfeeding techiques, Dams Engineering ASI
ABSTRAK
Masa nifas merupakan masa paling rentan terjadinya angka kesakitan. Salah satu penyebab kesakitan
pada ibu nifas yaitu masalah pada proses laktasi. Dalam masa nifas, pengetahuan tentang tehnik menyusui
sangat penting untuk di ketahui. Cara menyusui yang salah dapat menyebabkan ASI tidak keluar optimal
sehingga dapat mengakibatkan Bendungan ASI. Ibu yang mempunyai pengetahuan baik dapat mengalami
bendungan ASI karena ibu tidak menerapkan yang telah diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan ibu postpartum tentang tehnik menyusui dengan terjadinya bendungan ASI.
Metode penelitian ini adalah analitik dengan rancangan crosssectional. Sampel penelitian yaitu ibu
postpartum lebih dari tiga hari secara total sampling dan populasi berjumlah 32 ibu. Tehnik pengumpulan
data dengan cara wawancara dan observasi. Analisa data yaitu analisa univariat dan bivariat dengan
menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian sebagian besar (56,3%) ibu mempunyai pengetahuan baik dan sebagian kecil (18,8%)
ibu mengalami bendungan ASI. Hasil p value (0,036)<0.05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan ibu postpartum tentang tehnik menyusui dengan terjadinya bendungan ASI.
Diharapkan tenaga kesehatan lebih memahami tentang proses laktogenesis dan memberitahukan
pada masyarakat tentang proses pembentukan ASI.
Kata Kunci : Pengetahuan, Nifas, Tehnik Menyusui, Bendungan ASI
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan bahwa dari 32 ibu postpartum sebagian besarnya
terhadap suatu objek tertentu.10,11 mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 18
ibu (56,3%), hampir setengahnya yaitu sebanyak
TUJUAN 12 ibu (37,5%) mempunyai pengetahuan cukup,
sebagian kecil yaitu sebanyak 2 (6,3%) mempunyai
Berdasarkan uraian di atas tujuan penelitian ini pengetahuan kurang.
adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu
postpartum tentang tehnik menyusui dengan terjadinya Tabel 4.2
bendungan asi di wilayah kerja PKM Melong Asih Gambaran Frekuensi Kejadian Bendungan Asi
Kota Cimahi periode Juni- Agustus 2016. di Wilayah Kerja PKM Melong Asih
Tabel 4.3
Hubungan Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Tehnik Menyusui dengan
Terjadinya Bendungan ASI di Wilayah Kerja PKM Melong Asih
Bendungan ASI
Kategori Total P
Pengetahuan Bendungan ASI Tidak Bendungan ASI Value
N % N % N %