Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FIKIH TAHARAH

DOSEN PEMBIMBING

ALI KHOSIM, S.HI., M.Ag.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

 Afrinaldi (1197050007)
 Alia Fadhilatun N (1197050011)
 Anggi Herdiman (1197050017)
 Dani Muhamad R (1197050026)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

TEKNIK INFORMATIKA

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Fikih Taharah.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah ilmu fiqih. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Fikih Taharah secara mendalam bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ali Khosim, S.HI., M.Ag.
selaku dosen bidang mata kuliah ilmu fiqih yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................1
C. TUJUAN...........................................................................................................1
D. KONTRIBUSI KEILMUAN............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. THAHARAH....................................................................................................2
B. WUDLU...........................................................................................................5
C. MANDI.............................................................................................................6
D. TAYAMMUM..................................................................................................6
E. ISTINJA’..........................................................................................................7
F. HIKMAH BERSUCI........................................................................................7
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................8
A. KESIMPULAN.................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci
dan segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting
terutama karena diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa
seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula
badan, pakian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sebingga thaharah dijadikan
sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat
menjalankan ibadah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian thaharah?
2. Sebutkan pembagian thaharah!
3. Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
4. Benda apa sajakah yang najis?
5. Sebutkan pembagian najis!
6. Bagairnana cara-cara bersuci dari hadas dan najis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang pengertian thaharah.
2. Untuk mengetahui pembagian thaharah,
3. Untuk mengetahui macam-macam air dan pembagannya,
4. Untuk memahami benda-benda yang menyebabkan najis.
5. Untuk mengetahui pembagian najis.
6. Memahami cara-cara bersuci dari hadas dan najis.

D. KONTRIBUSI KEILMUAN
Semoga dengan makalah ini mahasiswa dan mahasiswi dapat memahami
pengertian thaharah, klarifikasi air untuk bersuci, pembagian najis dan cara
bersuci dari najis.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. THAHARAH
1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran,
baik yang nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut
istilah para fuqaha' berarti membershkan diri dari hadas dan najis, seperti
mandi, berwudlu dan bertayammum. (Safuddin Mujtaba', 2003:1)

Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum.
Sedangkan suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan,
tempat dan pakaian.

Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:


a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jens-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.

Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci Allah


berfirman dalam Al-Qur'an yang Artinya:
"Mereka bertanya kepadamu tentang haidh, Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran, Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelun mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. 2:222)

Adapun thaharah dalam ilmu fiqih ialah:


a. Menghiangkan najis.
b. Berwudlu.
c. Mandi
d. Tayammum.

Alat yang terpenting untuk bersuci alah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu
dan sebagainya yang bias dijadikan sebagai alat pengganti air.

Air dibagi menjadi 4, yaitu :


1. Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan
tidak bercampur dengan sesuatu yang lain. Air mutlak itu ada tujuh jenis,
yaitu:
1) Air hujan
2
2) Air laut
3) Air sungai
4) Air sumur
5) Air yang bersumber dari mata air
6) Air es
7) Air embun.

2. Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh
digunakan), yaitu air yang dipanaskan dengan terik matahari ditempat logam
yang bukan emas.
3. Air musta 'mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah
digunakan untuk bersuci.
4. Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah
kemasukan benda najis atau yang terkena najis.

2. Macam-Macam Thaharah
a. Bersuci dari dosa (bertaubat).
Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga sebagai
metode mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada
Allah. Jika dosa yang dimaksudkan berhubungan dengan manusia, sebelum
bertaubat ia harus meminta maaf kepada semua orang yang disakitinya. Sebab
Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara langsung jika berhubungan
dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya :


"Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai
waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada
setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka sungguh Aku
takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat) ".

Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubat yang sesungguhnya.


Ciri-cirinya adalah:
a) Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan,
b) Berjanji tidak akan mengulanginya.
c) Meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.
d) Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak
perbuatan baik dengan mengharap keridhoan dari Allah SWT.

b. Bersuci menghilangkan najis.

3
Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda
maupun amal perbuatan. Sedangkan menurut fi1qaha berarti kotoran (yang
berbentuk zat) yang mengakibatkan sholat tidak sah.
2.1 Benda-benda najis,yaitu:
a. Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belaang)
b. Darah
c. Babi
d. Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan
e. Anjing
f. Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang
g. Susu binatang yang haram dimakan dagingnya
h. Wadi dan nadzi
i. Muntahan dari perut

2.2 Macam-macam Najis


Najis, dibagi menjadi 3 bagian:
l. Najis Mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum
berumur1tahun dan belum pemah makan sesuatu kecuali ASI. Cara
mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke bagian yang terkena najis
sampai bersih.
2. Najis Mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari manusia dan
binatang, kecuali air mani, kubul dan dubur. Najis ini dibagi menjadi dua:
a. Najis 'ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.
b. Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau
arak yang sudah kering dan sebagainya. Cara mensucikannya, cukup
dibilas dengan air hingga hilang semua sifatnya (bau, warna, rasa dan
rupanya)
3. Najis Mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi. Cara mensucikannya,
dengan lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian dicuci dengan air
bersih 7 kali dan salah satunya dicampur dengan debu.

2.3 Najis yang dirraafkan


1. Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu, dan
sebagainya.
2. Najis yang sangat sedikit
3. Darah bisul dan sebangsanya.
4. Kotoran binatang yang mengenai biji-bijan yang akan ditebar
5. Kotoran binatang ternak yang mengenai susu ketika diperah
6. Kotoran ikan di dalam air
7. Darah yang mengenai tukang jagal
8. Darah yang masih ada pada daging.

c. Bersuci dari Hadas


4
Hadas menurut makna bahasa "peristiwa", Sedangkan menurut syara' adalah
perkara yang mempengaruhi anggota-anggota tubuh sehingga menjadikan sholat
dan pekerjaan- pekerjaan lain yang sehukum degannya tidak sah karenanya,
karena tidak ada sesuatu yang meringankan, Hadas dibagi menjadi dua :
a) Hadas kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat
anggota tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Hadas
menjadikan sholat dan semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini hilang dengan
cara berwudlu.
b) Hadas besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh.
Menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum
dengannya tidak sah, Hadas besar ini bisa hilang dengan cara mandi
besar.

B. WUDLU
1. Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan, Sedangkan
menurut istilah
syara' wudhu adalah bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadas
kecil yang terdapat pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki
disertai dengan niat.

2. Rukun Wudlu
Antara lain:
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh dua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian kepala
e. Membasuh kaki sampai rata
f. Tertib, artinya urut.

3. Sunnah Wudlu
a. Membaca basmalah
b. Membasuh tangan sampai pergelangan
c. Berkumur-kumur
d. Membersihkan hidung
e. Menyela-nyela janggut yang tebal
f. Mendahulukan anggota yang kanan
g. Mengusap kepala
h. Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki terlebih dahulu
i. Megusap kedua telinga
j. Membasuh sampai tiga kali Berturut-turut
k. Berdo 'a sesudah widlu
5
4. Hal-hal yang membatalkan wudlu
a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b. Tertidur dengan posisi tidak duduky ang tetap
c. Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e. Tersentuhnya kulit laki- laki dengan kulit perempuan yang bukan
muhrim dan tidak beralas.

C. MANDI
1. Pengertian
Mandi dalam bahasa arab adalah ghuslu artinya mengalirkan air pada apa
saja. Menurut pengertian syara' berarti meratakan air yang suci pada seluruh
tubuh disertai dengan niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh
tubuh baik yang berupa kulit, rambut, ataupun kuku dengan memakai niat
tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah.

2. Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)


a. Hubungan suami stri
b. Mengeluarkan mani
c. Mari
d. Haid
e. Nifas
f. Wiladah (meahirkan)

3. Rukun Mandi
a. Niat
b. Menghliangkan najis bila terdapat pada badannya
c. Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit

4. Sunnah Mandi
a. Membaca basmalah
b. Berwudlu sebelum mandi
c. Menggosok badan dengan tangan
d. Menyea-nyela pada rambut yang tebal
e. Membasuh sampai tiga kaff Berturur-turut
f. Mendahulukan anggota yang kanan
g. Memakai basahan

D. TAYAMMUM
1. Pengertian
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudu atau
mandi apabila berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi,1995:20)

6
2. Syarat Tayammum
a. Islam
b. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit yang
apabila menggunakan air akan kambuh sakitnya
d. Telah masuk waktu shalat
e. Dengan debu yang suci
f. Bersih dari Haid dan Nifas

3. Rukun Tayammum, yaitu:


a. Niat
b. Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan
atau diletakkan ke debu
c. Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan
yang baru dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali
memukul
d. Tertib.
4. Sunnah Tayammum, yaitu:
a. Membaca basmalah
b. Mendahulukan anggota kanan
c. Menipiskan debu di telapak tangan
d. Berturur-turut

5. Hal-hal yang Membatalkan Tayammum


a. Semua yang membatalkan wudlu
b. Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c. Karena murtad

E. ISTINJA'
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua jalan, wajib istinja' dengan air atau
dengan tiga buah batu, yang lebih baik mula-mula dengan batu atau sebagainya
kemudian diikuti dengan air. (Suhiman Rasjid, 1981 :37)

F. HIKMAH BERSUCI
1. Thaharah termasuk tuntutan fitrah.
2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang Islam
3. Memelihara kesehatan,
4. Menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadas dan najis juga berfungsi sebagai
penghapus dosa kecil dan berhikmah membersihkan kotoran indrawi.

7
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Kebersihan yang sempurna menurut syara' disebut thaharah, merupakan
masaah yang sangat penting daam beragama dan menjadi pangkal dalam
beribadah yang menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak
ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syariat Islam,
karena syariat Islam menganiurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun
manusia masih dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat
dan ibadah- ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus
pula membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mersucikannya
karena kotoran itu sangat menjijikkan bagi manusia.

8
DAFTAR PUSTAKA

• Anwar Moch, Fiqih Islam Terjamah Matan Taqrib, Bandung: P'T Ahna'arif,
1987
• H. Muqarrabin, Fiqih awam, Denak : Cv. Media Ilrnu, 1997
• Mushtafa, Abid Bishri, Terjamah Shabih Muslim, Semarang: CY Asy-Syifa,
1993
• Al-Gazzi Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar
Al-Fikr, 2005
• Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al-Kafi, Taqrirqtus Sadidah Fi
Masailil Mufidah, Surabaya : Dar Al-Ulurn Al-Islamiyah, 2006
• Abu Bakar Imam Taqiyuddin, Bin Muhammad Alhusaini , Kfayatul
Akhyar, Surabaya : Bina Imam, 2003
• Muhammad Arsyad Al-Banjari Syekb, Sabjlal Mubtadin, (Surabaya: PT Bina
Ilmu)

Anda mungkin juga menyukai