Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan

1. Halusinasi

a. Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi

yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi

berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan

tanpa stimulus nyata (Keliat, dkk., 2012).

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun

pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan

sadar atau bangun, dasarnya mungkin organic, fungsional, psikiotik

ataupun histerik[ CITATION Tri11 \l 1033 ].

b. Jenis Halusinasi

Jenis halusinasi menurut(Keliat, dkk., 2012):

1) Halusinasi Pendengaran

a) Data objektif :

(1) Bicara atau tertawa sendiri tanpa lawan bicara

(2) Marah-marah tanpa sebab

(3) Mencondongkan telinga kea rah tertentu

(4) Menutup telinga

6
7

b) Data subjektif :

(1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan

(2) Mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap

(3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang

berbahaya

2) Halusinasi Penglihatan

a) Data objektif :

(1) Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu

(2) Ketakutan pada objek yang tidak jelas

b) Data subjektif :

(1) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,

melihat hantu atau monster

3) Halusinasi Penghidu

a) Data objektif :

(1) Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu

(2) Menutup hidung

b) Data subjektif :

(1) Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses,

kadang-kadang bau itu menyenangkan

4) Halusinasi Pengecapan

a) Data objektif :

(1) Sering meludah

(2) Muntah
8

b) Data subjektif :

(1) Merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses

5) Halusinasi Perabaan

a) Data subjektif:

(1) Menggaruk-garuk permukaan kulit

b) Data objektif :

(1) Mengatakan ada serangga di permukaan kulit

(2) Merasa seperti tersengat listrik

c. Karakteristik Perilaku

Karakteristik perilaku halusinasi menurut [ CITATION Emi16 \l 1033 ] :

1) Bicara, senyum, tertawa sendiri.

2) Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidung

(mencium) dan merasa sesuatu yang tidak nyata.

3) Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata.

4) Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.

5) Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.

6) Sikap curiga dan bermusuhan.

7) Menarik diri, menghindar dari orang lain.

8) Sulit membuat keputusan

9) Ketakutan

10)Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, sikat gigi,

ganti pakaian, berhias yang rapi.

11) Mudah tersinggung, jengkel, marah.


9

12) Meyalahkan diri sendiri atau orang lain.

13) Muka merah, kadang pucat.

14) Ekspresi wajah tegang.

15) Tekanan darah meningkat.

16)Nafas terengah-engah , nadi cepat, banyak keringat.

2. Terapi musik

a. Pengertian

Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi

yang bertujuan untuk mengurangi perilaku agresif, memberikan

rasa tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi,

pengembangan spiritual dan menyembuhkan gangguan psikologi.

Terapi musik juga digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk

mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan dan gangguan

psikologis[ CITATION Pur16 \l 1033 ].

Terapi musik adalah intervensi klinis yang menggunakan musik.

Terapi musik merupakan salah satu intervensi psikososial yang

dapat digunakan untuk menurunkan gejala skizofrenia serta

meningkatkan interaksi sosial serta fungsi neuropsikologis . Terapi

musik dapat mempengaruhi respon fisiologis, aktivitas sistem

syaraf, sistem endokrin, dan sistem kardiovaskular. Terapi musik

akhirnya akan menstabilkan mental dan fisik, meningkatkan emosi,

fungsi kognitif, dan perilaku positif. Hal ini juga menjelaskan

mengapa individu dengan skizofrenia cenderung melihat musik


10

sebagai sesuatu yang menarik dan menenangkan [ CITATION Kam17 \l

1033 ].

Dalam asuhan keperawatan jiwa salah satu cara untuk

mengontrol halusinasi adalah dengan melalui aktivitas yang

terjadwal. Untuk mengurangi resiko munculnya kembali halusinasi

adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas . Dengan

beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak

waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk

itu pasien yang megalami halusinasi dapat dibantu untuk

mengatasi halusinasinya dengan cara berktivitas secara teratur dari

bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

Setiap kegiatan yang dilatih dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan

pasien sampai tidak ditemukan waktu luang (Keliat, dkk., 2012).

Jadi, terapi musik dapat di jadwalkan sebagai salah satu

aktivitas yang bermanfat bagi pasien dengan gangguan halusinasi.

b. Jenis Terapi Musik

Musik dibagi atas 2 jenis yaitu musik “acid” (asam) dan

“alkaline” (basa). Musik yang menghasilkan acid adalah musik hard

rock dan rapp yang membuat seseorang menjadi marah, bingung,

mudah terkejut dan tidak fokus. Musik yang menghasilkan alkaline

adalah musik klasik yang lembut, musik instrumental, musik


11

meditatif dan musik yang dapat membuat rileks dan tenang seperti

musik klasik[ CITATION Dam14 \l 1033 ].

c. Manfaat musik

Manfaat musik untuk kesehatan dan fungsi kerja otak telah

diketahui sejak zaman dahulu. Para dokter Yunani dan Romawi

kuno menganjurkan metode penyembuhan dengan mendengarkan

permainan alat musik seperti harpa dan flute. Secara psikologis

pengaruh penyembuhan musik pada tubuh adalah pada

kemampuan saraf dalam menangkap efek akustik. Kemudian

dilanjutkan dengan respon tubuh terhadap gelombang musik yaitu

dengan meneruskan gelombang tersebut keseluruh sistem kerja

tubuh. Efek terapi musik pada sistem limbik dan saraf otonom

adalah menciptakan suasana rileks, aman dan menyenangkan

sehingga merangsang pelepasan zat kimia Gamma Amino Butyic

Acid (GABA), enkefallin, atau beta endorphin yang dapat

mengeliminasi neurotransmiter rasa tertekan, cemas dan stres

sehingga menciptakan ketenangan dan memperbaiki suasana hati

atau mood pasien[ CITATION Pur16 \l 1033 ].

3. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi

a. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap

dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah


12

kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental,

sosial maupun spiritual dapat ditentukan

Adapun dalam keperawatanjiwa pengkajian awal dilakukan

dengan menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan keluhan

pasien. Setelah ditemukan tanda-tanda menonjol yang mendukung

adanya gangguan jiwa, maka pengkajian dilanjutkan dengan

menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Data yang

dikumpulkan mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa,

pengkajian psikososial, dan pengkajian status mental. Teknik

pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan

pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi pasien,

serta melalui pemeriksaan (Keliat, dkk., 2012)

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu Anda

dapatkan adalah sebagai berikut :

1) Jenis dan isi halusinasi

Data objektif dapat Anda kaji dengan cara

mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif dapat

Anda kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien.

Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

2) Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya

halusinasi.

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi

munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan


13

halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore, atau malam? Jika

mungkin pukul berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-

menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah

ketika sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu? Hal ini

dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu

terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan

munculnya halusinasi, sehingga pasien tidak larut dalam

halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya

halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk

mencegah terjadinya halusinasi.

3) Respons terhadap halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika

halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien

hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul.

Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang

terdekat pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi

perilaku pasien saat halusinasi timbul.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko

perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi


14

secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,

membatasi, mencegah dan merubah

1) Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan halusinasi

pendengaran.

2) Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran

berhubungan dengan menarik diri.

3) Isolasi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

kronis.

4) Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan defisit

perawatan diri : mandi dan berhias.

c. Perencanaan

Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat

dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang

diberikan.

Diagnosa : Gangguan sensori/persepsi halusinasi

1) SP I :

a) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien.

b) Mengidentfifikasi isi halusinasi pasien.

c) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien.

d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien.

e) Mengidentifikasi situasi yangmenimbulkan halusinasi.

f) Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi.

g) Mengajarkan pasien menghardik halusinasi.


15

h) Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik

hausinasi ke dalam jadwal kegiatan harian.

2) SP II

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara

bercakap-cakap dengan orang lain.

c) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap

ke dalamjadwal kegiatan harian.

3) SP III

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan

kegiatan (kegiatan yang biasa dilkukan pasien di rumah).

c) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan untuk

mengendalikan halusinasi ke dalam jadwal kegiatan harian.

4) SP IV

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat

secara teratur.

c) Menganjurkan pasien memasukkan aktivitas minum obat ke

dalam jadwal kegiatan harian.


16

d. Pelaksanaan

pelaksanaan keperawatan merupakan inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

1) Membantu pasien mengenali halusinasi.

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi. Anda dapat

melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi

halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadi

halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang

menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien saat

halusinasi muncul.

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.

Untuk membantu pasien agar mampu mengonrol halusinasi.

Anda dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti

dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi

b) Menghardik halusinasi.

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri

terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang

muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap

halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan

halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu

mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang

muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan


17

kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa

yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :

(a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi.

(b) Memperagakan cara menghardik.

(c) Meminta pasien memperagakan ulang.

(d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku

pasien.

c) Bercakap-cakap dengan orang lain.

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan

bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-

cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus

perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke peracakapan

yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah

satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah

dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

d) Melakukan aktivitas yang terjadwal.

Untuk mengurangi resiko munculnya kembali halusinasi

adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas . Dengan

beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami

banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan

halusinasi. Untuk itu pasien yang megalami halusinasi dapat

dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara

berktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur


18

malam, tujuh hari dalam seminggu. Setiap kegiatan yang

dilatih dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien sampai

tidak ditemukan waktu luang. Tahapan intervensinya adalah

sebagai berikut :

(a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk

mengatasi halusinasi.

(b) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien.

(c) Melatih pasien melakukan aktivitas.

(d) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan

aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai

aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari

dalam seminggu.

(e) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan memberikan

penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.

e) Menggunakan obat secara teratur.

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus

dilatih dengan menggunakan obat secara teratur sesuai

program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sering

kali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien

mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk

mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu

pasien harus dilatih menggunakan obat sesuai program dan


19

berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien

patuh menggunakan obat :

(a) Jelaskan kegunaan obat.

(b) Jelaskan akibat putus obat.

(c) Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat

(d) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

( benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu,

benar dosis).

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan klien

setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu

dievaluasi karena merupakan system pendukung yang penting

[ CITATION Tri11 \l 1033 ].

1) Apakah klien dapat mengenal halusinasinya, yaitu isi halusinasi,

situasi, waktu dan frekuensi munculnya halusinasi.

2) Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya ketika

halusinasi muncul.

3) Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya dengan

menggunakan empat cara baru, yaitu menghardik, menemui

orang lain dan bercakap-cakap, melaksanakan aktivitas yang

terjadwal dan patuh minum obat.

4) Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya

mempraktikkan empat cara mengontrol halusinasi.


20

5) Apakah klien dapat memperdayakan system pendukungnya atau

keluarganya untuk mengontrol halusinasinya.

6) Apakah klien dapat mematuhi minum obat.

Anda mungkin juga menyukai