Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

K3 DAN HUKUM TENAGA KERJA

Penerapan Aturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sesuai UU No. 01


Tahun 1970

DISUSUN OLEH :

FANY RAZITA HARAHAP


4204171170

DOSEN PENGAMPU :
ARMADA, ST., MT

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PRODI DIV-TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS
TAHUN AKADEMIK. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah k3 dan hukum tenaga kerja ini.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bengkalis, 20 Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR………………………………………………………..…..i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja...............................................4
2.2 Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja.....................................................5
2.3 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.....................................................5
2.4 Peran Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Perusahaan.........................7
2.5 Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja.......................................7
2.6 Penerapan aturan K3 sesuai UU No. 1 Tahun 1970.......................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi  keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina
dan Thailand. Kondisi  tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia
akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan
pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal
kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya.
Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau
bermartabat. Seperti yang disebutkan pada UUD 1945 pasal 27 ayat (2)
menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dan atas dasar pasal tersebut
dikeluarkanlah UU No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja,
yaitu pasal 9 : “Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama”.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama.  Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat
terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan.
Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.

1
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan
pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah
tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang
mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri,
keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir
Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja
dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah, sebagai
berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja?
b. Apa saja fungsi dari kesehatan dan keselamatan kerja?
c. Apa tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja?
d. Apa peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam perusahaan ?
e. Apa saja ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja?

2
f. Bagaimana penerapan aturan kesehatan dan keselamatan kerja sesuai
UU No. 1 tahun 1970?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah, sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian kesehatan dan keselamatan kerja
b. Untuk mengetahui fungsi dari kesehatan dan keselamatan kerja
c. Untuk mengetahui tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja
d. Untuk mengetahui peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam
perusahaan
e. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja
f. Untuk mengetahui penerapan aturan kesehatan dan keselamatan kerja
sesuai UU No. 1 tahun 1970

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan
bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja
menurut para ahli sebagai berikut :
a. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
b. Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi
para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
c. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana
kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
d. Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada
kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
e. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan
kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik

4
itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
f. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan
oleh perusahaan.
g. Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
tempat kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).

2.2 Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Pada pelaksanaannya K3 memiliki fungsi yang cukup banyak dan
bermanfaat, baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja. Berikut ini adalah
beberapa fungsi K3 secara umum:
a. Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian akan
adanya risiko dan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan di
lingkungan kerja.
b. Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses organisir,
desain tempat kerja, dan pelaksanaan kerja.
c. Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para
pekerja di lingkungan kerja.
d. Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
e. Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya,
metode, prosedur dan program.
f. Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian
bahaya dan program pengendalian bahaya

2.3 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Menurut UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, tujuan dari
K3 adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit dikarenakan pekerjaan.

5
Selain itu, K3 juga berfungsi untuk melindungi semua sumber produksi agar
dapat digunakan secara efektif.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3
adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

6
Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:

a. Manusia (pekerja dan masyarakat)


b. Benda (alat, mesin, bangunan dll)
c. Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuh-tumbuhan)

2.4 Peran Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Perusahaan


Berikut ini adalah beberapa peran K3 di lingkungan kerja:
a. Masing-masing tenaga kerja memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan atas kesehatan dan keselamatan untuk kesejahteran hidup
dan meningkatkan produksi.
b. Semua orang yang berada di lingkungan kerja perlu dijamin
keselamatannya.
c. Semua sumber produksi harus digunakan secara efisien dan aman.
d. Harus ada tindakan antisipatif dari perusahaan sebagai upaya untuk
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja,

2.5 Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Mengacu pada pengertian K3 di atas, ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan oleh perusahaan dalam pelaksanaan K3, yaitu:
a. Lingkungan Kerja
Ini adalah lokasi dimana para pekerja melakukan aktifitas bekerja.
Kondisi lingkungan kerja harus memadai (suhu, ventilasi, penerangan,
situasi) untuk meminimalisir potensi terjadinya kecelakaan atau
penyakit.
b. Alat Kerja dan Bahan
Ini adalah semua alat kerja dan bahan yang dibutuhkan suatu
perusahaan untuk memproduksi barang/ jasa. Alat-alat kerja dan bahan
merupakan penentu dalam proses produksi, tentunya kelengkapan dan
kondisi alat kerja dan bahan harus diperhatikan.

7
c. Metode Kerja
Ini merupakan standar cara kerja yang harus dilakukan oleh pekerja
agar tujuan pekerjaan tersebut tercapai secara efektif dan efisien, serta
keselamatan dan kesehatan kerja terjaga dengan baik. Misalnya,
pengetahuan tentang cara mengoperasikan mesin dan juga alat
pelindung diri yang sesuai standar.

2.6 Penerapan aturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sesuai UU No. 1


Tahun 1970
Dalam era industri seperti sekarang ini, tidak dapat kita pungkiri begitu
banyak perusahaan-perusahaan besar yang berdiri di Indonesia. Mulai dari
perusahaan kelas ringan sampai kelas berat ada. Sebagai perusahaan yang
telah mempekerjakan orang-orang di dalamnya, perusahaan diwajibkan untuk
memberi perlindungan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja kepada
setiap pihak di dalamnya agar tercapai peningkatan produktivitas perusahaan.
Pemerintah sendiri sebenarnya cukup menaruh perhatian terhadap
permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja ini. Berbagai macam produk
perundang-undangan dan peraturan-peraturan pendukung lainnya dikeluarkan
untuk melindungi hak-hak pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
mereka. Beberapa perusahaan yang ada sebagian juga telah memiliki standar
keamanan dan kesehatan kerja.
Undang-Undang tersebut berawal dari UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. UU Nomor 1 Tahun 1970 tersebut menjelaskan pentingnya
keselamatan kerja baik itu di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
air, dan di udara di wilayah Republik Indonesia. Implementasinya
diberlakukan di tempat kerja yang menggunakan peralatan berbahaya, bahan
B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya), pekerjaan konstruksi, perawatan
bangunan, pertamanan dan berbagai sektor pekerjaan lainnya yang
diidentifikasi memiliki sumber bahaya. Undang-undang tersebut juga
mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

8
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
Menurut Permenaker PER.05 / MEN / 1996 Bab I, salah satu upaya dalam
mengimplementasikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah SMK3 (Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). SMK3 meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. SMK3 merupakan
upaya integratif yang harus dilakukan tidak hanya dilakukan oleh pihak
manajemen tetapi juga para pekerja yang terlibat langsung dengan pekerjaan.
Perundang-undangan yang dihasilkan tentu saja harus selalu diawasi
dalam proses implementasinya. Proses pengawasan tersebut diharapkan bisa
menekan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya menghasilkan angka zero accident yang memang merupakan tujuan
dilaksanakannya SMK3. Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan,
namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya
karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia yang masih
kurang memilki pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja serta
perusahaan-perusahaan yang ternyata memang belum memenuhi standar
kesehatan dan keselamatan kerja.
Beberapa program yang dilaksanakan pemerintah dalam upaya
mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja diantaranya adalah :
1. Kebijakan, Hukum, dan Peraturan
a. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif,
sebagaimana terlihat pada daftar peraturan perundang-undangan K3
yang terdapat dalam Lampiran II. Undang-undang K3 yang terutama di
Indonesia adalah Undang-Undang No. 1/ 1970 tentang Keselamatan

9
Kerja. Undang-undang ini meliputi semua tempat kerja dan
menekankan pentingnya upaya atau tindakan pencegahan primer.
b. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Di antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang
telah memberlakukan undang-undang yang paling komprehensif
(lengkap) tentang sistem manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-
perusahaan yang berisiko tinggi. Peraturan tersebut (Pasal 87 UU no
13 Tahun 2003) menyebutkan bahwa “setiap perusahaan yang
mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat proses atau
bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan
kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit
akibat kerja diwajibkan menerapkan dan melaksanakan sistem
manajemen K3.
Audit K3 secara sistematis, yang dianjurkan Pemerintah,
diperlukan untuk mengukur praktik sistem manajemen K3. Perusahaan
yang mendapat sertifikat sistem manajemen K3 adalah perusahaan
yang telah mematuhi sekurang-kurangnya 60 persen dari 12 elemen
utama, atau 166 kriteria.
c. Panitia Pembina K3 (P2K3)
Menurut Topobroto (Markkanen, 2004 : 15), Pembentukan Panitia
Pembina K3 dimaksudkan untuk memperbaiki upaya penegakan
ketentuan-ketentuan K3 dan pelaksanaannya di perusahaan-
perusahaan. Semua perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 50
karyawan diwajibkan mempunyai komite K3 dan mendaftarkannya
pada kantor dinas tenaga kerja setempat. Namun, pada kenyataannya
masih ada banyak perusahaan dengan lebih dari 50 karyawan yang
belum membentuk komite K3, dan kalau pun sudah, komite tersebut
sering kali tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.
d. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Berdasarkan Undang-Undang No 3/ 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, Pemerintah mendirikan perseroan terbatas PT

10
JAMSOSTEK. Undang-undang tersebut mengatur jaminan yang
berkaitan dengan :
 Kecelakaan kerja [JKK]
 Hari tua [JHT],
 Kematian [JK], dan
 Perawatan kesehatan [JPK].

Keikutsertaan wajib dalam Jamsostek berlaku bagi pengusaha yang


mempekerjakan 10 karyawan atau lebih, atau membayar upah bulanan
sebesar1 juta rupiah atau lebih. Pekerja yang mengalami kecelakaan
kerja berhak atas manfaat/ jaminan yang meliputi (i) biaya
transportasi, (ii) biaya pemeriksaan dan perawatan medis, dan/ atau
perawatan di rumah sakit, (iii) biaya rehabilitasi, dan (iv) pembayaran
tunai untuk santunan cacat atau santunan kematian.

e. Konvensi-konvensi ILO yang berkaitan dengan K3


Pada tahun 2003, Indonesia masih belum meratifikasi Konvensi-
konvensi ILO yang berkaitan dengan K3 kecuali Konvensi ILO No
120/ 1964 tentang Higiene (Komersial dan Perkantoran). Tetapi hingga
tahun 2000, Indonesia sudah meratifikasi seluruh Konvensi Dasar ILO
tentang Hak Asasi Manusia yang semuanya berjumlah delapan.
Karena Indonesia mayoritas masih merupakan negara agraris
dengan sekitar 70% wilayahnya terdiri dari daerah pedesaan dan
pertanian, Konvensi ILO yang terbaru, yaitu Konvensi No. 184/ 2001
tentang Pertanian dan Rekomendasinya, dianggap merupakan
perangkat kebijakan yang bermanfaat. Tetapi secara luas Indonesia
dipandang tidak siap untuk meratifikasi Konvensi ini karena rendahnya
tingkat kesadaran K3 di antara pekerja pertanian. Tingkat pendidikan
umum pekerja pertanian di Indonesia juga rendah, rata-rata hanya 3
sampai 4 tahun di sekolah dasar (Markkanen, 2004 : 16)

11
2. Penegakan Hukum
Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan peraturan hukum
terkait K3 kemudian membentuk lembaga-lembaga penunjang
diantaranya :
a. Direktorat Pengawasan Norma K3 di DEPNAKERTRANS
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pengawasan/
inspeksi keselamatan kerja telah didesentralisasikan dan
tanggung jawab untuk pengawasan tersebut telah dialihkan ke
pemerintah provinsi sejak tahun 1984. Di Direktorat Jenderal
Pengawasan Ketenagakerjaan DEPNAKERTRANS, sekitar
1,400 pengawas dilibatkan dalam pengawasan ketenagakerjaan
secara nasional. Sekitar 400 pengawas ketenagakerjaan
memenuhi kualifikasi untuk melakukan pengawasan K3 di
bawah yurisdiksi Direktorat Pengawasan Norma K3 (PNKK).
b. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan
Pelayanan kesehatan kerja adalah tanggung jawab Pusat
Kesehatan Kerja di bawah Sekretariat Jenderal Departemen
Kesehatan. Pusat ini dibagi menjadi (i) Seksi Pelayanan
Kesehatan Kerja, (ii) Seksi Kesehatan dan Lingkungan Kerja,
dan (iii) Unit Administrasi.
Pusat ini sudah menyusun Rencana Strategis Program
Kesehatan Kerja untuk melaksanakan upaya nasional. K3
merupakan salah satu program dalam mencapai Visi Indonesia
Sehat 2010, yang merupakan kebijakan Departemen Kesehatan
saat ini. Visi Indonesia Sehat 2010 dibentuk untuk mendorong
pembangunan kesehatan nasional, meningkatkan pelayanan
kesehatan yang merata dan terjangkau untuk perorangan,
keluarga, dan masyarakat .
c. Dewan Tripartit National Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(DK3N)

12
Dewan K3 Nasional (DK3N) dibentuk oleh
DEPNAKERTRANS pada tahun 1982 sebagai badan tripartit
untuk memberikan rekomendasi dan nasihat kepada Pemerintah
di tingkat nasional. Anggota Dewan ini terdiri dari semua
instansi pemerintah yang terkait dengan K3, wakil-wakil
pengusaha dan pekerja dan organisasi profesi. Tugasnya adalah
mengumpulkan dan menganalisa data K3 di tingkat nasional
dan provinsi, membantu DEPNAKERTRANS dalam
membimbing dan mengawasi dewan-dewan K3 provinsi,
melakukan kegiatan-kegiatan penelitian, dan
menyelenggarakan program-program pelatihan dan pendidikan.
Selama periode 1998-2002, DK3N telah menyelenggarakan
sekurangkurangnya 27 lokakarya dan seminar mengenai
berbagai subyek di sektor-sektor industri terkait. DK3N juga
telah menerbitkan sejumlah buku dan majalah triwulan.
Pada hakikatnya kita memang tidak akan menemukan
konsep dan realita yang berjalan bersamaan, begitu pula
dengan implementasi dari K3 yang belum bisa berjalan
maksimal apabila belum ada komitmen yang tegas dari
berbagai pihak baik pmerintah, pengusaha dan lembaga terkait
lainnya dalam melaksanakan K3.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis
dan emosional.

Pada intinya Keselamaan dan kesehatan kerja wajib diikuti oleh setiap
orang yang terlibat dalam suatu pekerjaan maupun aktifitas yang bisa
menimbulkan suatu kecelakaan kerja, Perusahaan-perusahan di Indonesia pun
sudah menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), karena sangat
penting peran K3 ini dalam perusahaan yang untuk perlindungan kepada
pekerja dan mencegah atau menurunkan terjadinya kecelakan pekerja, 
bagaimana pun pekerja adalah aset perusahaan yang sangat penting. K3 juga
bermanfaat sebagai Meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja pada perusahaan, dengan adanya sistem K3 di perusahan akan
meminimalisir biaya anggaran akibat kecelakaan kerja.

3.2 Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan
karena sakit d a n kecelakaan kerja akan menimbulkan
kerugian ekonomi ( lost benefit ) suatu  perusahaan atau
negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara
maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat

14
DAFTAR PUSTAKA

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/keselamatan-dan-kesehatan
kerja/pertanyaan-mengenai-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-indonesia-1,
diakses pada hari sabtu, 21 Maret 2020 pukul 20.30 WIB.

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-k3.html, diakses pada hari


sabtu, 21 Maret 2020 pukul 20.34 WIB.

http://benderak3.blogspot.com/2015/11/makalah-undang-undang-no-1-th-
1970.html, diakses pada hari sabtu, 21 Maret 2020 pukul 21.34 WIB.

https://www.academia.edu/35198252/MAKALAH_UNDANG-
UNDANG_NO_1_TH_1970, diakses pada hari minggu, 22 Maret 2020 pukul
11.03 WIB.

http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja.html, diakses pada hari minggu, 22 Maret 2020 pukul 11.05 WIB.

https://www.academia.edu/5385328/K3_makalah_tugas, diakses pada hari


minggu, 22 Maret 2020 pukul 11.29 WIB.

http://ardisukma.blogspot.com/2013/07/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-
kerja.html, diakses pada hari minggu, 22 Maret 2020 pukul 11.52 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai