Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal.

316-323
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret https://jurnal.uns.ac.id/jpkim

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN


PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI POKOK KELARUTAN
DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MODEL
DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MIND MAP
DI KELAS XI IPA 2 SEMESTER GENAP SMA
MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Zunia Rizky Wanda Lailasari, Budi Utami*, dan Nurma Yunita Indriyanti
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP,Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

*Keperluan Korespondensi, HP: 081227973456, email: budiutami@staff.uns.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar
siswa dengan model pembelajaran discovery learning berbantuan mind map pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan garam kelas XI IPA 2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
tahun pelajaran 2016/2017, Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan dalam dua siklus, tiap siklusnya terdapat empat tahapan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA
Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun pelajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, kajian dokumen, angket dan tes, dengan deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery learning berbantuan
mind map dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan garam kelas XI IPA 2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar.
Pada siklus I, ketercapaian siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi sebesar 77% dan pada
siklus II meningkat menjadi 100%, pada aspek afektif ketercapaian siklus I sebesar 94% dan
meningkat menjadi 100% pada siklus II. Pada aspek kognitif ketercapaian ketuntasan siklus I
sebesar 34% dan meningkat menjadi 68% pada siklus II. Pada aspek psikomotor ketercapaian
pada siklus I sebesar 100%.

Kata kunci: penelitian tindakan kelas, discovery learning, mind map, kemampuan berpikir kritis,
prestasi belajar

PENDAHULUAN sarana. Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan memiliki salah satu tujuan
Menurut Undang-Undang Sisdik-
untuk meningkatkan kualitas pendidikan
nas nomor 20 tahun 2003, pendidikan
di Indonesia. Dalam pembelajaran KTSP
adalah usaha sadar dan terencana untuk
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
mewujudkan suasana belajar dan proses
sistem penilaian meliputi tiga aspek yaitu
pembelajaran agar peserta didik secara
: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
aktif mengembangkan potensi dirinya
psikomotor [2]. Pada kurikulum tingkat
untuk memiliki kekuatan spiritual
satuan pendidikan ini pembelajaran
keagamaan, pengendalian diri, kepri-
sudah tidak berpusat pada guru namun
badian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
menjadi berpusat pada peserta didik,
keterampilan yang diperlukan dirinya,
sehingga menuntut siswa untuk aktif
masyarakat bangsa dan negara[1].
dalam proses pembelajaran yang terjadi
Di Indonesia, mutu pendidikan
didalam kelas.
sudah mulai diperbaiki dengan melaku-
Di SMA Muhammadiyah 1
kan pembaharuan kurikulum yang
Karanganyar, guru masih cenderung
terdahulu dan perbaikan sarana pra-
mengunakan metode ceramah dan

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 316


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 316-323

penggunaan media pembelajaran yang Salah satu solusi yang dapat


masih kurang, sehingga membuat digunakan yaitu dengan pembelajaran
potensi peserta didik dan kemampuan discovery (belajar penemuan). Pem-
berpikir kritis mereka masih belum belajaran discovery learning menunjuk-
berkembang. Kemampuan berpikir kritis kan bahwa peserta didik tidak diberikan
adalah pemikiran yang beralasan dan informasi target atau pemahaman
dan reflektif yang berfokus pada konseptual dan harus menemukan
memutuskan apa yang harus dipercayai secara mandiri dan hanya dengan materi
atau dilakukan [3]. Menurut Brookfield yang telah disediakan [5]. Pada
dengan berpikir kritis siswa dapat belajar pembelajaran ini siswa akan saling
berpikir, menulis, dan berbicara secara bertukar pendapat dan saling berdiskusi
kritis[4]. Oleh karena itu semakin tinggi untuk memecahkan suatu masalah
kemampuan berpikir kritis siswa maka sehingga pada kesimpulan akhirnya
semakin tinggi juga kualitas pem- mereka akan menemukan suatu konsep
belajaran yang dihasilkan. dan prinsip secara sendirinya. Pem-
Kelas XI IPA 2 merupakan kelas belajaran dengan discovery learning
yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan mendorong pemahaman siswa
yang rendah hal ini terbukti dari hasil ter terhadap suatu konsep akan menjadi
berpikir kritis yang menunjukkan bahwa semakin dalam dengan kemampuan
sebanyak 44,68% siswa memiliki berpikir kritis siswa yang semakin tinggi
kemampuan berpikir kritis rendah, [6]. Hal tersebut didukung dengan
23,40% siswa memiliki kemampuan penelitian yang dilakukan Nugrahaeni
berpikir kritis sedang dan 31,93% siswa yang menyatakan bahwa dengan
memiliki kemampuan berpikir kritis yang penerapan model pembelajaran discovery
tinggi. learning dalam kelas dapat meningkat-
Berdasarkan hasil wawancara kan kemampuan berpikir kritis siswa dan
dengan guru mata pelajaran kimia di hasil belajar kimia[7].
SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar, Menurut Zhang terdapat tiga hal
pada pembelajaran kimia siswa yang utama dalam pembelajaran discovery
memenuhi batas ketuntasan masih learning yaitu (1) menggambarkan
kurang dari 50%, khususnya untuk kelas masalahan dan membuat pernyataan
XI IPA 2 yang memiliki ketuntasan umum,(2) menguji pernyataan yang telah
belajar yang rendah sekitar 10-20% dan dirumuskan dengan eksperiment atau
salah satu materi yang kurang dikuasai informasi yang valid dan (3) refleksi
oleh siswa kelas XI IPA SMA [8].Selain itu, model pembelajaran
Muhamadiyah 1 Karanganyar adalah discovery learning dapat mendorong
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. minat belajar siswa sehingga membuat
Pada materi ini siswa masih mengalami siswa menjadi aktif dan lebih mudah
kesulitan dalam pemahaman konsep dan lama memahami materi [9].
perhitungan yang ada pada materi Penggunaan media pembelajaran
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal ini dapat membantu dalam proses belajar.
dikarenakan pada materi ini siswa lebih Media pembelajaran yang digunakan
sering menghafal materi dari pada pada penelitian ini adalah mind map.
memahaminya sehingga pemahaman Media mind map dianggap cocok karena
yang diperoleh siswa terbatas. mind map ini merupakan media mencatat
Berdasarkan hasil observasi yang yang menyenangkan dan efektif dalam
dilakukan di kelas XI IPA 2 SMA memperoleh dan mengumpulkan informasi
Muhammadiyah 1 Karanganyar, diketahui yang akan masuk dan keluar pada otak
bahwa siswa belum aktif dalam proses seseorang, dengan menggunakan suatu
pembelajaran, prestasi belajar siswa gambar atau symbol yang akan
yang masih tergolong rendah, kurang membuat informasi lebih mudah diingat
pahamnya siswa pada materi Kelarutan [10]. Maka dari itu dengan penggunaan
Dan Hasil Kali Kelarutan, serta masih media mind map siswa dapat melatih
tergolong rendahnya kemampuan ber- logika dan kretivitas mereka secara
pikir kritis siswa. bersamaan [11].

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 317


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 316-323

Berdasarkan uraian latar materi kimia khususnya materi kelarutan


belakang di atas, maka perlu dilakukan dan hasil kali kelarutan dan kemampuan
penelitian tindakan kelas (PTK) siswa dalam berpikir kritis masih rendah
mengenai penggunaan model discovery sehingga perlu ditingkatkan, selain itu
learning berbantuan mind map pada berdasarkan pada hasil observasi awal
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan menunjukkan siswa cendurung pasif
garam di XI IPA 2 untuk meningkatkan dalam proses pembelajaran.
kemampuan berpikir kritis siswa dan Hasil kajian dokumen menunjuk-
prestasi belajar. kan bahwa ketuntasan nilai siswa untuk
materi kimia masih rendah, khususnya
METODE PENELITIAN pada kelas XI IPA 2. Sedangkan hasil
prasiklus kemampuan berpikir kritis siswa
Penelitian yang dilakukan merupa-
menunjukkan bahwa masih banyak siswa
kan penelitian tindakan kelas (PTK).
yang memiliki kemampuan berpikir kritis
Dalam melaksanakan penelitian tindakan
yang rendah. Sehingga perlu dilakukan
kelas dibutuhkan empat tahap yaitu 1)
suatu tindakan untuk mengatasi masalah
perencanaan (planning), 2) tindakan
yaitu dengan menerapkan model
(acting), 3) pengamatan (observing), 4)
discovery learning berbantuan mind map.
refleksi (reflecting). Subjek penelitian
Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2007)
adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA
salah satu model pembelajaran yang
Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun
dapat mempengaruhi domain kognitif dan
pelajaran 2016/2017. Pemilihan subjek
keaktifan siswa adalah discovery learning
dalam penelitian berdasarkan pada
[13]. Selain itu berdasarkan penelitian dari
observasi awal dan wawancara guru,
Nugrahaeni (2017) disimpulkan bahwa
dimana subjek teridentifikasi memiliki
dengan menggunakan model discovery
permasalahan dalam pembelajaran yaitu
learning dapat meningkatkan kemam-
berpikir kritis dan pretasi belajar yang
puan berpikir kritis siswa [7].
rendah.
Data yang dikumpulkan meliputi 1. Siklus I
data keadaan siswa yang berupa data
a. Perencanaan Tindakan
kualitatif dan kuantitatif. Data aspek
kualitatif berupa observasi, wawancara, Pada tahap perencanaan tindakan
dan angket yang menggambarkan ini, peneliti menyususn silabus
proses pembelajaran di kelas sedangkan berdasarkan data silabus dari guru, dan
data aspek kuantitatif yang dimaksud membuat perencanaan pelaksanaan
adalah hasil penilaian kemampuan pembelajaran (RPP) berdasarkan
berpikir kritis siswa dan prestasi belajar silabus tersebut yang kemudian dikaji
siswa yang meliputi kognitif,sikap, dan bersama dengan guru. Setelah itu
psikomotor pada siklua I dan siklus II. peneliti menyusun instrument berpikir
Teknik analisis data pada penelitian kritis,aspek kognitif, aspek afektif dan
ini menggunakan analisis deskriptif, penilaian aspek psikomotor.
Analisis data menggunakan beberapa Berdasarkan data silabus, alokasi
tahap yaitu 1) tahap reduksi data, 2) waktu untuk materi kelarutan dan hasil
tahap penyajian data, 3) tahap penarikan kali kelarutan garam sebanyak 10 jam
kesimpulan dan teknik triangulasi atau pelajaran, yang kemudian dibagi menjadi
pengujian kabsahan dan uji kevalidan 4 kali pertemuan dimana setiap
[12] pertemuan menerapkan model discovery
learning berbantuan mind map.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan mind map menurut Edward
dan Cooper (2010) merupakan cara
Pada awal penelitian dilakukan
efektif dalam memperoleh informasi,
observasi, wawancara, kajian dokumen
selain itu dengan visualisasi gambar
dan angket untuk mengetahui kondisi
membuat informasi lebih mudah untuk
awal siswa. Dari hasil wawancara
diingat[14]. Maka dari itu, pada penelitian
menunjukkan bahwa siswa masing
ini media mind map digunakan sebagai
mengalami kesulitan dalam memahami

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 318


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 316-323

bahan bantu dalam proses pembelajar- c. Observasi Tindakan


an.
Hasil observasi selama proses
b. Pelaksanaan Tindakan pembelajaran berlangsung menunjukan
bahwa terjadi peningkatan keaktifan
Pada tahap pelaksanaan tindakan
siswa pada setiap pertemuan meskipun
siklus I dilakukan sebanyak 4 kali
belum seluruhnya siswa aktif dalam
pertemuan, dimana 3 pertemuan diguna-
pembelajaran. Analisis hasil tes pada
kan untuk menyampaikan materi
siklus I dapat dibuat dalam beberapa
sedangkan 1 kali pertemuan dilakukan
kategori-kategori. Hasil penilaian
untuk evaluasi. Pelaksanaan tindakan di
kemampuan berpikir kritis siswa dapat
awali dengan memberikan apersepsi
dibuat kategori seperti pada Gambar 1.
kepada siswa, memberikan motivasi dan
menyampaikan tujuan dan model pem-
belajaran kepada siswa. Pada kegiatan 10,63%
Sangat Tinggi
pendahuluan guru membagi siswa Tinggi
12,76% 31,91%
menjadi 7 kelompok. kemudian guru Sedang
memberikan suatu stimulation kepada Rendah
siswa, yang bertujuan untuk merangsang 44,70% Sangat Rendah
rasa ingin tahu dan berpikir siswa dan
siswa diminta untuk mengidentifikasi
masalah dan membuat suatu. Gambar 1. Persentase Nilai Kemampuan
Setelah itu, siswa menggunakan Berpikir Kritis Siklus I
mind map dan sumber literature lain
yang akan digunakan untuk membukti- Gambar 1 menunjukkan bahwa
kan pernyataan yang mereka buat, dan secara umum kemampuan berpikir kritis
mengolah data yang diperoleh untuk siswa pada siklus I telah memenuhi
mengerjakan lembar diskusi secara target ketercapaian yaitu 75% dengan
kelompok dengan berbantuan mind map kategori tinggi dan sangat tinggi, namun
yang telah ditugaskan oleh siswa. terdapat 4 indikator kemampuan berpikir
Setelah diskusi selesai, siswa kembali ke kritis yaitu indikator 1) menentukan
tempat duduk masing- masing dan masalah dari suatu peristiwa, 3) yaitu
perwakilan siswa menyampaikan hasil memahami arti kata, indikator 4)
diskusi untuk membuktikan pernyataan membuat kesimpulan logis, 7) meng-
yang mereka buat serta siswa menarik evaluasi berdasarkan fakta, yang
kesimpulan dari permasalahan yang di capaiannya masih dibawah target
berikan oleh guru. Setelah itu, guru sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II.
mengevalusi hasil diskusi siswa dan Penilaian kemampuan berpikir kritis
memberikan memberikan penguatan berupa benar dan salah yang dikategori-
konsep materi. Pada akhir pembelajaran kan menjadi 5 kategori pengelompokkan
guru dan siswa bersama- sama yaitu sangat tinggi, tinggi,sedang rendah
menyimpulkan hasil pembelajaran yang dan sangat rendah [15].
dimanfaatkan agar lebih paham Hasil penilaian aspek kognitif dapat
mengenai materi yang telah diajarkan. dilihat pada Gambar 2.
Selain itu guru memberikan tugas berupa
pembuatan mind map untuk materi
selanjutnya.
Pertemuan kedua dan ketiga tidak 34% Tuntas
jauh berbeda dengan pertemuan
Belum Tuntas
pertama, tetapi keaktifan siswa pada 65,96%
pembelajaran menjadi lebih
meningkat.Pada pertemuan keempat
dilakukan evaluasi siklus 1 meliputi
aspek kemampuan berpikir kritis, aspek Gambar 2. Persentase Ketuntasan
kognitif, dan aspek afektif. Belajar Aspek Kognitif Siklus I

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 319


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 316-323

Gambar 2 menunjukkan bahwa d. Refleksi Tindakan


siswa yang tuntas pada aspek kognitif
Berdasarkan hasil analisis pada
masih di bawah target yaitu 65%. Pada
siklus I menunjukkan bahwa masih
hasil siklus I terdapat tiga indikator yang
terdapat aspek yang belum mencapai
belum tuntas yaitu menjelaskan
target yaitu kemampuan berpikir kritis
pengaruh ion senama, menjelaskan
dan aspek kognitif. Hal ini diakibatkan
pengaruh pH terhadap kelarutan dan
karena terdapat beberapa siswa yang
memperkirakan terbentuknya endapan
tidak memperhatikan guru dan pasif
berdasarkan kelarutan, sehingga perlu
dalam pembelajaran sehingga membuat
dilanjutkan pada siklus II.
siswa masih kesulitan dalam memahami
Hasil penilaian aspek afektif dapat
materi,kurang telitinya siswa dalam
dilihat pada Gambar 3.
pengerjaan tes serta kurangnya waktu
dalam proses pengerjaan tes yang
6,38%
dilakukan pada siklus I. Oleh karena itu,
Sangat Baik perlu dilaksanakan siklus II yang
42,55% 51,06% Baik diharapkan dapat mencapai target yang
sudah ditentukan.
Kurang
2. Siklus II
a. Perencanaan
Gambar 3. Persentase Ketuntasan
Tindakan siklus II lebih difokuskan
Aspek Afektif Siklus I
untuk perbaikan terhadap kendala-
kendala yang ada pada siklus I dan
Dari analisis aspek afektif yang
hanya difokuskan pada materi dengan
telah dilakukan pada 47 siswa yang
indikator-indikator yang belum mencapai
berada dalam kelas XI IPA 2 SMA
ketuntasan yaitu menjelaskan pengaruh
Muhammadiyah Karanganyar
ion senama, menjelaskan pengaruh pH
menunjukkan bahwa sebanyak 51,06%
terhadap kelarutan dan memperkirakan
siswa masuk dalam katerogi sangat baik,
terbentuknya endapan berdasarkan
siswa yang masuk dalam kategori baik
kelarutan. Pada siklus II guru juga
sebanyak 42,55% siswa , sedangkan
mendorong siswa untuk lebih aktif pada
untuk kategori kurang baik sebanyak
proses belajar mengajar dan memberikan
siswa 6,38% siswa. Berdasarkan hasil
pemahaman lebih mengenai materi.
tersebut aspek afektif telah memenuhi
target ketercapaian yaitu 75%. b. Pelaksanaan
Hasil penilaian aspek psikomotor di Pada pembelajaran yang dilakukan
sajikan pada Gambar 4. di siklus II guru lebih menfokuskan pada
materi-materi yang belum dipahami pada
siklus I yaitu pengaruh ion senama,
Tuntas pengaruh pH terhadap kelarutan dan
100% memperkirakan terbentuknya endapan
Belum Tuntas berdasarkan kelarutan. Pada siklus II
menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih
aktif dalam proses pembelajaran dan
Gambar 4. Persentase Ketuntasan menyelesaikan soal diskusi yang
Penilaian Aspek Psikomotor diberikan oleh guru.
c. Observasi Tindakan
Berdasarkan Gambar 4
menunjukkan bahwa semua siswa sudah Hasil observasi menunjukkan
mencapai ketuntasan pada penilaian bahwa siswa menjadi lebih aktif pada
psikomotor yang berupa pembuatan siklus II dari pada siklus I. Analisis tes
mind map. yang sudah dilakukan pada siklus II
dapat dilihat dari hasil masing-masing
aspek dapat dilihat pada masing-masing

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 320


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 316-323

aspek yaitu kemampuan berpikir kritis, Berdasarkan Gambar 7 pada siklus


kognitif dan afektif. II pada aspek afektif mengalami
Hasil penilaian kemampuan peningkatan dari siklus I dan telah
berpikir kritis pada siklus II dapat dilihat memenuhi taget ketercapaian yaitu
pada Gambar 5. sebesar 70% untuk kategori baik dan
sangat baik.
d. Refleksi
44,68% Sangat Tinggi Berdasarkan hasil analisis siklus II
55,31% menunjukkan bahwa semua aspek telah
Tinggi
memenuhi target ketercapaian, sehingga
penelitian berakhir pada siklus II.
3. Perbandingan Hasil Antar Siklus
Gambar 5. Persentase Nilai Kemampuan
Berpikir Kritis Siklus II Perbandingan hasil antarsiklus
dilakukan untuk mengetahui peningkatan
Berdasarkan pada Gambar 5 hasil tindakan pada siklus I dan siklus II.
menujukkan bahwa kemampuan berpikir Berdasarkan hasil penilaian tindakan
kritis siswa untuk kategori tinggi dan siklus I dan siklus II diperoleh pening-
sangat tinggi telah memenuhi target katan hasil dari semua indikator kerja
ketercapaian yaitu 75%. Semua indikator yang dinilai.
kemampuan berpikir kritis siswa juga
sudah mencapai target sehingga 30
26
penilaian aspek kemampuan berpikir 25
kritis diakhiri pada siklus II. 21 21
Jumlah Siswa

Hasil penilaian aspek kognitif siklus 20


II disajikan pada Gambar 6 15
15

10
6 5
31,91% Tuntas 5
Belum Tuntas 0
68,05%
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat
Tinggi Rendah
Kriteria
Gambar 6. Ketuntasan Aspek Kognitif Siklus 1 Siklus 2
Siklus II
Gambar 8. Analisis Kemampuan Berpikir
Gambar 6 menunjukkan bahwa Kritis Siklus I Dan Siklus II
pada aspek kognitif telah mencapai
batas ketercapaian yaitu 65% sedangkan Berdasarkan Gambar 8 dapat
pada hasil siklus II aspek kognitif siswa dilihat bahwa terdapat peningkatan pada
mencapai 68,05% siswa yang tuntas. siklus II dimana pada siklus II sudah tidak
Hasil penilaian aspek afektif dapat terdapat siswa yang tergolong siswa
kita lihat pada Gambar 7. yang memiliki kemampuan berpikir kritis
sedang dan rendah. Pada hasil siklus II
ini menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan dengan kemampuan
40,42% Sangat Baik
berpikir kritis siswa, yang mana pada
59,57% Baik siklus II ini hanya terdiri dari siswa
dengan kemampuan berpikir kritis yang
sangat tinggi dan siswa dengan
kemampuan berpikir kritis tinggi.
Gambar 7. Ketuntasan Aspek Afektif Penggunaan disvcovery learning dapat
Siklus II

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 321


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 316-323

melatih kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan bahwa terdapat pening-


lebih baik [16]. katan pada siklus II.
35 Berdasarkan uraian hasil dan
32 31 pembahasan, penelitian dengan meng-
30 gunakan model pembelajaran discovery
learning berbantuan mind map dapat
Jumlah Siswa

25
dikatakan berhasil dalam meningkatkan
20 16 15 kemampuan berpikir kritis dan prestasi
15 belajar siswa. Indikator kerja yaitu
10
meliputi kemampuan berpikir kritis,
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
5 psikomotor siswa telah mencapai target.
0
Tuntas Belum Tuntas KESIMPULAN
Kriteria Berdasarkan hasil penelitian maka
Siklus 1 Siklus 2 dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran discovery learning
Gambar 9. Ketuntasan Aspek Kognitif berbantuan mind map pada materi
Siklus I dan Siklus II kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Berdasarkan Gambar 9 dapat siswa (77% pada siklus I menjadi 100%
dilihat bahwa terjadi peningkatan aspek pada siklus II) dan prestasi belajar siswa
kognitif dari siklus I ke siklus II. (aspek kognitif 34% pada siklus I menjadi
Peningkatan aspek kognitif sebesar 68,05% pada siklus II, aspek afektif
34,05% atau 15 siswa telah mencapai 93,61% pada siklus I menjadi 100% pada
batas ketuntasan. siklus II, dan aspek psikomotor 100%
pada siklus I) di kelas XI IPA 2 SMA
30 28
Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun
24
25 pelajaran 2016/2017.
20 19
Jumlah Siswa

20 UCAPAN TERIMA KASIH


15 Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Munfarid, S.Ag., M.PdI
10
selaku kepala SMA Muhammadiyah 1
5 3 Karanganyar dan kepada Ibu Rizala
Noer Aini, S.Pd selaku guru kimia yang
0 telah memberikan ijin kepada penulis
Sangat Baik Baik Kurang untuk menggunakan kelas XI IPA 2 untuk
Kriteria penelitian, serta kepada siswa-siswi
Siklus 1 Siklus 2 kelas XI IPA 2 SMA Muhammadiyah 1
Karanganyar tahun pelajaran 2016/2017
Gambar 10. Ketuntasan Aspek Afektif yang telah membantu penulis dalam
Siklus I dan Siklus II menyelesaikan penelitian ini.

Berdasarkan Gambar 10 yang DAFTAR RUJUKAN


telah disajikan diatas dapat dilihat bahwa [1] Departemen Pendidikan Nasional.
pada siklus I dan siklus II mengalami (2003). Undang- Undang Nomor 20
perubahan, pada siklus I menunjukkan Tahun 2003 tentang Sistem
bahwa masih terdapat siswa yang Pendidikan Nasional. Jakarta:
memiliki aspek afektif yang kurang baik Depdiknas.
sebesar 6%, sedangkan untuk siklus II
sudah tidak terdapat siswa yang memiliki [2] Yamin, M. (2007). Kiat
aspek afektif yang kurang baik. Hal ini Membelajarkan Siswa. Jakarta:
Gaung Persada Press.

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 322


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 316-323

[3] Fisher, A. (2006). Critical Thingking [10] D’Antoni, A, et al. (2010). “Does the
An Introduction. Inggris: Mind Map Learning Strategy
Cambridge University Press. Facilitate Information Retrievel &
Critical Thinking in Medical
[4] Brookfield, S. D. (1997). “Assesing Students?”. BMC Medical
Critical Thinking”. New Direction for Educationi.
Adult and Continuing Education:
Jossey- Bass Publisher. [11] Buzan, Tony. (2007). Buku Pintar
Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia
[5] Tenenbaum, Harriet R. (2011). Pusaka Utama.
Does Discovery- Based Intruction
Enhance Learning?. Artikel. City [12] Sugiyono. (2013). Metode
University of New York. Penelitian Pendidikan. Bandung:
Alfabeta
[6] Eggen, Paul dan Don Kauchack.
(2012). Strategi dan Model [13] Baharuddin, H dan Wahyuni, N.
Pembelajaran Mengajarkan (2010). Teori Belajar dan
Konten dan Keterampilan Berpikir. Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-
Jakarta: PT Indeks Ruzz Media.
[7] Nugrahaeni, A, Redhana,W., [14] Edward, S dan Nick
Kartawan A,M,I. (2017). Jurnal Cooper.(2010). The Clinical
Pendidikan Kimia Indonesia. Vol 1 Teacher. Vol 7. 236-239.
(1). 23-29.
[15] Azwar, S. (2012). Penyusunan
[8] Reid, D.J., J. Zhang & Q. Chen. Skala Psikologi. Yogyakarta:
(2003). Journal of Computer Pustaka Belajar
Assistend Learning. 19. 9-20.
[16] Jong, Ton De & Wouter Van
[9] Puspitadewi,R., Saputro, A.N.C., Joolingen. (1998). Journal Review
Ashadi. (2016). Jurnal Pendidikan of Education Research. 68. 179-
Kimiai. Vol 5(4). 114-119. 202.

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 323

Anda mungkin juga menyukai