Disusun Oleh:
APOTEKER 33 PAGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks kesejarahan, berdirinya Muhammadiyah merupakan tuntutan
dankeharusan sejarah agar bangsa Indonesia memiliki jati diri dan daya tawar yang tinggi
dimata penjajah. Berdirinya Muhammadiyah sebenarnya didorong oleh kegelisahan
dankeprihatinan terhadap model dakwah dan pola pemikiran keagamaan konvensional-
tradisional saat itu.Dalam doktrin Islam disebutkan : “kuntum khaira ummah”, namun
kenyataan hampirseluruh bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam hidup dalam
tekanan penjajah.Oleh karena itu, KH. Ahmad Dahlan (nama kecil beliau Muhammad
Darwis) merasa perlumendirikan Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H.
Bertepatan dengan 18 November 1912 M.Secara garis besar factor yang melatarbelakangi
lahirnya Muhammadiyah antara lain dikarenakan: (1) Kondisi internal umat Islam, dan (2)
Kondisi eksternal umat Islam.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga
dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah
1330 H atau 18 November 1912 oleh Muhammad Darwis, yang kemudian dikenal dengan
K.H. Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Keraton Yogyakarta sebagai
seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam
keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau
tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya
berdasarkan Qur`an dan Hadist.
K.H. Ahmad Dahlan, (Kauman, Yogyakarta, 1868-23 Februari 1923). Ia adalah
pendiri organisasi Muhammadiyah. Nama kecilnya Muhammad Darwis. Beliau anak
keempat dari K.H. Abu Bakar. Beliau menikah dengan Siti Walidah dan di karuniai enam
anak. Pada tahun 1888, beliau disuruh orang tuanya menunaikan ibadah haji. Beliau
bermukim di Mekah selama 5 tahun untuk menuntut ilmu agama Islam, seperti kiraat,
tauhid, fiqih, tasawuf, ilmu mantik dan ilmu falak. Sekembalinya ke kampungnya, Kauman
(Yogyakarta), pada tahun 1902, ia berganti nama jadi Haji Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903 beliau berkesempatan kembali pergi ke Mekah untuk memperdalam
ilmu agama selama 3 tahun. Beliau banyak belajar dengan Syekh Ahmad Khatib
Minangkabau. Beliau tertarik pada pemikiran Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al-Afgani,
Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Rida. Kitab tafsir yang menarik hatinya adalah
Tafsir al-Manar. Dari tafsir ini beliau mendapat inspirasi dan motivasi untuk mengadakan
perbaikan dan pembaruan umat Islam di Indonesia. Beliau memulai usaha-usaha
meluruskan akidah dan amal ibadah masyarakat Islam di Kauman. Usaha yang dilakukan
antara lain mendirikan surau dengan kiblat yang benar. K.H. Ahmad Dahlan meluruskan saf
masjid tersebut dengan memberi tanda garis putih. Tindakan ini menurut kepala penghulu
merupakan suatu kesalahan, sehingga ia di berhentikan dari jabatannya sehingga khatib di
masjid tersebut. Pada tahun 1909, ia memasuki perkumpulan Budi Utomo sehingga pada
tahun 1911 berhasil mendirikan sekolah dengan sistem kelas sebagaimana sekolah Belanda,
bukan lagi belajar di surau. Di sekolah ini diajarkan bukan saja ilmu-ilmu agama, melainkan
juga ilmu-ilmu umum seperti berhitung, ilmu bumi dan ilmu tubuh manusia. Murid
perempuan tidak lagi di pisahkan dari murid laki-laki, sebagaimana di surau-surau. Pada
tahun 1910 Ahmad Dahlan juga memasuki Jami’at Khair untuk mendapatkan informasi
tentang perkembangan dunia islam, khususnya timur tengah. Sarekat islam didirikan pada
akhir tahun 1911 di solo, K.H. Ahmad Dahlan juga memasukinya. Keinginannya untuk
bergabung dengan organisasi ini terdorong oleh rasa kebangsaannya.
Dari organisasi-organisasi tersebut ia melihat benih-benih ide yang ia tanamkan
mulai berkembang, maka ia merasa perlu untuk mendirikan sebuah wadah dalam bentuk
organisasi untuk menghimpun orang-orang yang seide dengan beliau. Atas dorongan
murid-muridnya serta teman-temannya demikian juga dari para anggota Budi Utomo, pada
tanggal 18 november 1912 (8 zulhijah 1330), K.H. Ahmad Dahlan mendirikan
Muhammadiyah. Selain beliau sendiri, pengurusnya adalah Abdullah Siradj (penghulu),
Haji Ahmad, Haji Abdurrahman, R. Haji Muhammad, R.H. Djaelani, Haji Anis, dan Haji
Muhammad Fakih.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga
dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.Tujuan
utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam
proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur
dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan
masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama
yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan
manusia dalam segala aspeknya.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-
perintah Al Quran, diantaranya dalam QS. Ali Imran ayat 104 yang artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.”
Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk
bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui
bagaimanakah sejarah berdirinya Muhammadiyah dan apa maksud dan tujuan
Muhammadiyah itu dibentuk, mengetahui visi dan muhammadiyah, dan perkembangan
Muhammadiyah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan
dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-
jauhnya.” (QS. An-Nisa, ayat 116)
Ketika berbicara muhammadiyah tidak akan pernah lepas dari KHA.dahlan itu
sendiri. Sebagai ketua umum muuhammadiyah beliau jugalah yangg mendirikan
muhammadiyah. Dengan berlanfdaskan pada tafsir QS. Al-Imran ayat 104 “ dan hendaklah
ada golongan diantara kamu menyeruh kepada yang ma’ruff dan mencegah dariyang
mungkar...” bahwa golongan umat yang dikatakan beruntung adalah yang mau untuk
menyeruh kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Yangg memang pada masa
itu, keadaan kaum yogyakarta yang mayoritas masih di dominasi oleh kaum abangan
sehinggga kegiatan pribadatan masih tercampur oleh budaya-budaya hindu-budha yang
menjadikan agama islam tidak murni lagi. Pada masa itu kaum muslim khususnya di
yogyakarta walaupun beragama islam tapi masih tercampur dengan animisme dan
dinamisme. Hal ini terliihat denggan adanya sesajen, ruwutan, dll yang dalam
muhammadiyah dikenal denggan istilah penyakit TBC ( tahayul, bid’ah, dan kurofat). Dari
semangat berjuang inilah kemudian muncul rumusan untuk mendirikan organisasi
kemasyarakkatan.. pada awal berdirinya masih mencakup ruang lingkup yang kecil yaitu
sekitar kerisidenan yogyakarta, tetapi kemudian meluas ddan berkembang hingga seluruh
indonnesia bahkan sampai keluar negeri. Dengan tujuan menciptakan masyarakat islam
yang sebenar benarnya, artinya adalah masyarakat islam yang sesuai dengan sunnah dan
alquran tidak lebih dan tidak kurang. Yang harapanya akan terwujud masyarakat islam yang
adil, makmur dan ssejahtera.
Pada mulanya Muhammadiyah hanyalah sebuah kelompok kecil yang mepunyai misi
agak bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan penduduk Indonesia. Namun
Muhammadiyah merupakan kelompok yang terdiri dari orang-orang yang peuh pengabdian
serta mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi atas tersebarnya apa yang mereka yakini
sebagai ajaran yang benar dari Muhammad SAW dan dalam rangka peningkatan kehidupan
keagamaan mereka sendiri.
Pada masa-masa awal sebelum dan setelah Muhammadiyah didirikan, Kyai Haji
Ahmad Dahlan lebih menekankan usahanya dengan menginsyafkan beberapa. Orang
keluarganya serta teman-teman sejawatnya di Yogyakarta dengan menyalurkan cara-cara
berfikir baru melalui pengajian-pengajian dan ceramah agama.16 Kegiatan-kegiatan tersebut
dapat dilihat melalui keterlibatannya dalam organisasi Budi Utomo dan Syarikat Islam
(SI). Muhammadiyah secara resmi didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November
1912 M, bertepatan dengan tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Para tokoh yang turut menjadi anggota pimpinan Muhammadiyah pada masa
berdirinya itu adalah:
1. Kyai Haji Ahmad Dahlan (Ketua)
2. Abbdullah Siradj (Sekretaris)
3. Haji Achmad
4. Haji Sarkawi
5. Haji Muhammad
6. Raden Haji Djaelani
7. Haji Anies
8. Haji Muhammad Pakih
Pada tanggal 20 Desember 1912 organisasi baru ini mengajukan permohonan badan
hukum kepada pemerintahan kolonial Belanda dengan dilengkapi Rancangan Anggaran
Dasarnya. Namun pemerintah Belanda belum memberikannya, karena masih merasa
keberatan atas territorial yang meliputi Jawa dan Madura yang tercantum dalam Rancangan
Anggaran Dasar itu. Atas nasehat Liefrinck-Resident kolonia Belanda di Yogyakarta dan
Rinkers, seorang penasihat untuk urusan pribumi. Akhirnya Gubernur Jendral Hindia Belanda
mengeluarkan Besluit No. 18, tertanggal 22 Agustus 1914 sebagai pengakuan secara legal
atas berdirinya Muhammadiyah dengan wilayah operasionalnya terbatas pada residensi
Yogyakarta.
Setelah Muhammadiyah menerima Besluit tersebut, selanjutnya organisasi itu
merumuskan tujuannya sebagai berikut:
1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad s.a.w kepada penduduk Indonesia di
dalam residensi Yogyakarta.
2. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Muhammadiyah memulai gerakannya secara
sederhana. Pada mulanya kurang terlihat adanya pembagian kerja dengan tugas dari para
pimpinanya yang terdiri dari sembilan orang itu. Menurut Deliar Noer (1991), hal ini
disebabkan oleh masih terbatasnya daerah aktifitas yang hanya meliputi Kauman Yogyakarta
saja.21 Sampai pada tahun 1917 gerakan Muhammadiyah masih terbatas di kota Yogyakarta
saja. Kegiatan yang dilaksanakann masih terbatas pengajian-pengajian dengan menteri
keagamaan dan keorganisasian. Bertepatan menjelang diselenggarakannya Kongres ke-9
Budi Utomo pada tahun 1917, pembenahan administrasipun dimulai untuk menyambut
pengembangan Muhammadiyah keluar Yogyakarta.
Momentum yang sangat tepat telah diperoleh Muhammadiyah ketika Kyai Haji
Ahmad Dahlan mendapat kesempatan untuk ber-tabligh dalam konggres Budi Utomo.
Tabligh Kyai Haji Ahmad Dahlan sangat menarik para peserta konggres yang banyak di
antara mereka datang dari luar kota Yogyakarta, sehingga kemudian Muhammadiyah banyak
menerima permohonan yang datang dari beberapa daerah diJawa untuk mendirikan
cabangnya. Setelah keluarnya izin pemerintah untuk mendirikan cabang-cabangnya di luar
Yogyakarta dan Jawa pada tahun 1921, maka mulailah gerakan tersebut meluas hingga ke
Surabaya, Srandakan, Imogiri, Blora, Kepanjen,(cabang-cabangnya berdiri tahun 1921), Solo,
Purwokerto, Pekalongan, Pekajangan, Banyuwangi, Jakarta, dan Garut (cabang-cabangnya
berdiri tahun 1922). Pada tahun 1925 berdiri cabang Muhammadiyah di Kudus dan pada
tahun itu juga, Muhammadiyah telah mendirikan cabangnya di Padang Panjang, Sumatera
Barat. Hingga tahun 1938 cabang Muhammadiyah telah merata ke seluruh daerah di Hindia –
Belanda.
Seiring dengan berkembanganya Muhammadiyah secara kelembagaan merata di
seluruh daerah Nusantara hingga masa kemerdekaan, dari ide pembaharuan pun turut
berkembang pula. Namun antara keduanya semakin memiiki rentan jarak yang makin tidak
seimbang. Dengan arti kata bahwa pembaharuan yang dapat diukur dengan menggunakan
standar amal praktis kelihatan melaju, sementaraide pembaharuan dalam bidang pemikiran
dipandang mengalami gejala kemandekan. Gejala kemandegan ini diduga muncul dari
adanya aspek “rutinitas”, yaitu: Keasyikan para pemimpin dalam mengeluti urusan-urusan
teknis keseharian organisasi sehingga melengahkan dan mematikan dinamika berfikir serta
kreatifitas dalam meresponi persoalan-persoalan mendasar yang terus berkembang.Hal ini
kelihatannya problem yang sedang dihadapi oleh Muhammadiyah dewasa ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan
Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah
satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam. maksud dan tujuan
Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah Berdirinya Muhammadiyah”,
kami dari kelompok 7 menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga belum
sempurnanya makalah kami. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari dosen pembimbing dan teman-teman sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara Bekerjasama dengan Depag
RI, 1997.
http://www.muhammadiyah.or.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammadiyah
http://dahlanbersabar.blogspot.com/2011/02/27makalah-latar-belakang-berdirinya.html
http://ervan1420.wordpress.com/2012/12/29/makalah-kemuhammadiyahan/
http://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya-muhammadiyah-di-
indonesia/