DIREKTUR UTAMA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN TENTANG PROSEDUR PENJAMINAN
OPERASI KATARAK, REHABILITASI MEDIK DAN BAYI
BARU LAHIR DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang
selanjutnya disebut BPJS Kesehatan adalah badan
hukum publik yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.
4. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
Masyarakat.
5. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang
selanjutnya disingkat FKRTL adalah Fasilitas
Kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat spesialistik atau sub
-5-
BAB II
PROSEDUR PENJAMINAN OPERASI KATARAK,
REHABILITASI MEDIK DAN BAYI BARU LAHIR
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
Dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya pelayanan
kesehatan, BPJS Kesehatan mengatur prosedur
penjaminan pelayanan kesehatan untuk:
a. operasi katarak;
b. rehabilitasi medik; dan
c. bayi baru lahir.
-6-
Bagian Kedua
Prosedur Penjaminan Operasi Katarak
Pasal 3
(1) BPJS Kesehatan menjamin operasi katarak
berdasarkan indikasi medis. dan standar pelayanan
dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan
BPJS Kesehatan.
(2) Penjaminan operasi katarak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan kepada Peserta penderita
penyakit katarak dengan visus kurang dari atau
sama dengan 6/18 preoperatif sesuai dengan indikasi
medis.
(3) Dalam hal sesuai dengan indikasi medis penetapan
visus belum memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dan ditemukan indikasi
medis lain yang membutuhkan operasi katarak,
maka dilakukan penjaminan dan pembayarannya
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan .
(4) Pelayanan operasi katarak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat dilakukan melalui tindakan:
a. Phacoemulsification;
b. Small Incision Cataract Surgery (SICS);
c. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE); atau
d. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE),
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 4
Pelayanan operasi katarak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (4), diberikan oleh dokter yang telah memiliki
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
-7-
Pasal 5
(1) Pelayanan operasi katarak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) diberikan dengan
mempertimbangkan jumlah maksimal tindakan
operatif setiap bulan dengan jumlah 60 operasi
katarak per SIP dokter untuk masing-masing fasilitas
kesehatan yang memiliki dokter spesialis mata.
(2) Pelayanan operasi katarak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat melebihi jumlah maksimal
tindakan operatif setiap bulan apabila terdapat kasus
operasi gawat darurat (emergency).
Bagian Ketiga
Prosedur Penjaminan Rehabilitasi Medik
Pasal 6
(1) BPJS Kesehatan menjamin pelayanan rehabilitasi
medik berdasarkan indikasi medis dan standar
pelayanan dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan BPJS Kesehatan.
(2) Penjaminan pelayanan rehabilitasi medik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
paling banyak 2 (dua) kali kunjungan per peserta per
minggu atau paling banyak 8 (delapan) kali
kunjungan per peserta per bulan.
(3) Dalam hal pelayanan rehabilitasi medik diberikan
melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), penjaminan dan pembayarannya sesuai dengan
ketentuan yang disepakati bersama antara BPJS
Kesehatan dengan organisasi profesi.perhimpunan
dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi.
(4) Pelayanan rehabilitasi medik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan di fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan memiliki
-8-
Bagian Keempat
Prosedur Penjaminan Bayi Baru Lahir
Pasal 7
(1) BPJS Kesehatan menjamin pelayanan bayi baru lahir
dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan
BPJS Kesehatan.
(2) Penjaminan pelayanan pada bayi baru lahir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan permenkes nomor 76 tahun 2016 tentang
pedoman INA-CBG dalam pelaksanan JKN.yang
memperoleh pelayanan neonatal esensial,
dibayarkan 1 (satu) paket dengan persalinan ibunya.
(3) Bayi baru lahir yang memperoleh pelayanan neonatal
esensial dan memerlukan perawatan dengan sumber
daya lainnya dibayarkan terpisah dari paket
persalinan ibunya.
(4) Perawatan dengan sumber daya lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) merupakan perawatan bayi
baru lahir yang diagnosa penyakitnya ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
-9-
undangan.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
I. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan ini Berlaku mulai berlaku 3 bulan setelah
diundangkan pada tanggal diundangkan
II. Pada saat peraturan ini diberlakukan, peraturan
direktur jaminan pelayanan kesehatan BPJS
Kesehatan nomor 2,3, dan 5 tahun 2018 dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Juli 2018
DIREKTUR UTAMA
BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
FACHMI IDRIS
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
-10-
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA