Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

KOMUNIKASI KEPERAWATAN MATERNITAS

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Komunikasi


Dalam Keperawatan yang diampu oleh:
Bapak Uus Husni M, S.Kp., M.Si

Disusun oleh:
Uswatun Hasanah NIM. 170711013
Sariti NIM. 170711039
Sopiyah Nurwati NIM. 170711040
Fegi Rosdiyanti NIM. 170711007
Andini NIM. 170711020

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2018
VISI DAN MISI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

VISI
Fakultas Ilmu Kesahatan Universitas Muhammadiyah Cirebon adalah
‘menjadi fakultas ilmu kesehatan unggulan dalam menyiapkan sarjana di bidang
kesehatan yang islami, profesional, dan mandiri di bidang kesehatan komunitas’.

MISI
Misi Fakultas Ilmu Kesehatan Adalah :
1. Melaksanakan Catur-Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah dalam bentuk
pendidikan dan pengajaran berbasis nilai keislaman.
2. Melaksanakan berbagai kegiatan ilmiah bertema kesehatan dan ilmu keperawatan
komunitas
3. Menjalin kerjasama tingkat nasional maupun internasional yang bertujuan
meningkatan kompetensi lulusan.

TUJUAN
1. Menghasilkan kader Muhammadiyah berakhlaktul karimah dan bermanfaat bagi
masyarakat
2. Terwujudnya penelitian dalam bidang kesehatan dan ilmu keperawatan sehingga
mampu meningkatkan pelayanan dibidang komunitas
3. Terwujudnya pengabdian kepada masyarakat sehingga mampu meningkatkan
taraf kesehatan masyarakat
4. Terlaksananya kegiatan seminar, simposium, workshop, atau temu ilmiah berbasis
kesehatan komunitas baik lokal, nasional, maupun internasional
5. Terwujudnya kerjasama tingkat nasional maupun internasional dengan berbagai
insitusi dalam upaya meningkatkan kompentensi lulusan Fakultas Ilmu kesehatan.
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN
PROGRAM PROFESI NERS

VISI
Menjadi program studi ilmu keperawatan dan ners yang islami,
profesional, dan mandiri di bidang keperawatan komunitas tingkat Nasional pada
tahun 2022.

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana dan profesi keperawatan yang islami sesuai
catur dharma pendidikan tinggi muhammadiyah
2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah keperawatan tingkat nasional
3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kompetensi
keperawatan

TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan yang berkompeten dan islami di bidang keperawatan
2. Menghasilkan penelitian yang berkualitass dalam bidang keperawatan
3. Terselenggaranya pengabdian kepada masyarakat secara bersinambungan dalam
bidang keperawatan
4. Terselenggranya kegiatan ilmiah yang mendorong peningkatan kompetensi
keperawatan tingkat nasioanl berupa seminar, workshop, maupun simposium
5. Terbinanya kerjasama nasional maupun internasional guna meningkatkan
kompetensi luslusan di bidang keperawatan.
KATA PENGHANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkatdan rahmat-Nya sehingga penulisan dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul komunikasi keperawatan mertenitas.
Penulis menyampaikan terimakasi kepada pihak yang telah bersedian
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran
penyusunan makalah ini
Penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun
tersusun sangat sederhana.
Memikin semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai
pihak yang membangun

Cirebon, oktober 2018

penulis
DAFTAR ISI

Visi Dan Misi Fakultas Ilmu Kesehatan


Visi Dan Misi Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Program Profesi Ners
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................3
E. Ruang Lingup...........................................................................................................3

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Definisi Komunikasi................................................................................................4
B. Tujuan Komunikasi..................................................................................................5
C. Fungsi Komunikasi..................................................................................................7
D. Jenis Komunikasi....................................................................................................8
E. Komunikasi Terapetik............................................................................................10
F. Tujuan Komunikasi Terapetik...............................................................................11
G. Teknik Komunikasi Terapetik...............................................................................12
H. Komunikasi Dengan Ibu Hamil.............................................................................14
I. Kominikasi Saat Antenatal Care/Prenatal Pada Ibu Hamil....................................15
J. Tujuan Komunikasi Antenatal Care Pada Ibu Hamil............................................15
K. Komunikasi Intranatal Pada Ibu Hamil..................................................................16
L. Tujuan Komunikasi Intranatal Pada Ibu Hamil.....................................................16
M. Komunikasi Post Partum Pada Ibu Hamil.............................................................16
N. Tujuan Kominikasi Pada Masa Nifas (Postpartum) ..............................................17
O. Jenis Gangguan Psikologis Ibu Post Partum..........................................................17
BAB III : KASUS

A. Kasus......................................................................................................................20
B. Permasalahan.........................................................................................................20
C. Penyelesaian...........................................................................................................20

BAB VI : PEMBAHASAN
A. Definisi Post Partum..............................................................................................21
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas (Postpartum)..............................................................22
C. Perubahan post partum...........................................................................................22
D. Post partum blues...................................................................................................23
E. Gejala-gejala post partum blues.............................................................................23
F. Penyebab Postpartum Blues...................................................................................24
G. Masalah Pada Postpartum Blues............................................................................25
H. Penanganan post partum blues...............................................................................26
I. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Terjadinya Post Partum Blues
27
J. Pencegahan Postpartum Blues...............................................................................29

BAB V : KESIMPULAN

A. Kesimpulan............................................................................................................32
B. Saran......................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................33

LAMPIRAN

A. Dialog.................................................................................................................... 34
B. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Pada
zaman sekarang ilmu komunikasi berkembang sangat pesat diseluruh belahan
dunia. Salah satu kajian dari ilmu komunikasi ialah komunikasi didunia kesehatan
sangatlah diperlukan karena komunikasi disini bertujuan untuk memperbaiki
derajat kesehatan masyarakat melalui pemahaman melalui pemahaman yang telah
diberikan.
Kenyataannya komunikasi merupakan suatu yang sangat mutlak yang
wajib dimiliki semua orang tidak terkecuali perawat. Perawat dalam menjalankan
tugas sehari-harinya selalu berhubungan langsung dengan pasien. Maka
komunikasi sangatlah penting bagi perawat karena komunikasi merupakan sarana
yang sangat efektif dan memudahkan perawat dalam melaksanakan tugasnya.
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga dalam hal ini harus bisa
berkomunikasi dengan anggota kesehatan lainnya. Seringkali banyak pasien yang
meminta pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang di derita pasien bukan
hanya fisik saja namun jiwanya juga mengalami gangguan emosi. Penyebabnya
bisa karena lingkungan yang berbeda dari biasanya sehingga pasien merasa asing
dan cenderung gelisah.
Tidak jarang pasien yang dirawat membuat ulah yang bermacam-macam,
dengan maksud mencari perhatian dari orang-orang. Disinilah peranan
komunikasi mempunyai andil yang sangat penting, dengan menunjukkan
perhatian sepenuhnya sikap yang baik kepada pasien.
Diharapkan seorang perawat mampu bekerja sama dengan pasien dalam
memberikan asuhan keperawatan agar dalam proses penyembuhan bisa berjalan
dengan baik. Komunikasi yang baik bagi perawat yaitu perawat harus mampu
memberikan kepercayaan pada diri pasien agar dalam pemberian pelayanan
kesehatannya bisa berjalan dengan baik pula.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Komunikasi ?
2. Apa Tujuan Komunikasi ?
3. Apa Fungsi Komunikasi ?
4. Apa Jenis Komunikasi?
5. Apa Komunikasi Terapetik?
6. Apa Tujuan Komunikasi Terapetik?
7. Apa Teknik Komunikasi Terapetik?
8. Apa Komunikasi Dengan Ibu Hamil?l
9. Apa Kominikasi Saat Antenatal Care/Prenatal Pada Ibu Hamil?
10. Apa Tujuan Komunikasi Antenatal Care Pada Ibu Hamil?
11. Apa Komunikasi Intranatal Pada Ibu Hamil?
12. Apa Tujuan Komunikasi Intranatal Pada Ibu Hamil?
13. Apa Komunikasi Post Partum Pada Ibu Hamil?
14. Apa Tujuan Kominikasi Pada Masa Nifas (Postpartum)?
15. Apa Jenis Gangguan Psikologis Ibu Post Partum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Komunikasi
2. Untuk mengetahui dari Tujuan Komunikasi
3. Untuk mengetahui Fungsi Komunikasi
4. Untuk mengetahui Jenis Komunikasi
5. Untuk mengetahui Komunikasi Terapetik
6. Untuk mengetahui Tujuan Komunikasi Terapetik
7. Untuk mengetahui Teknik Komunikasi Terapetik
8. Untuk mengetahui Komunikasi Dengan Ibu Hamil
9. Untuk mengetahui Kominikasi Saat Antenatal Care/Prenatal Pada Ibu Hamil
10. Untuk mengetahui Tujuan Komunikasi Antenatal Care Pada Ibu Hamil
11. Untuk mengetahui Komunikasi Intranatal Pada Ibu Hamil
12. Untuk mengetahui Tujuan Komunikasi Intranatal Pada Ibu Hamil
13. Untuk mengetahui Komunikasi Post Partum Pada Ibu Hamil
14. Untuk mengetahui Tujuan Kominikasi Pada Masa Nifas (Postpartum)
15. Untuk mengetahui Jenis Gangguan Psikologis Ibu Post Partum

D. Manfaat
Memberikan informasi dan wawasan kepada pembaca mengenai
komunikasi pada perawatan maternitas, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
keperawatan merternitas

E. Ruang lingkup
Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu
hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu hamil maupun banyinya dengan alesan menegakkan hubunggan
kepercanyaan dengaan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin
atau mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan
kesehatan. Faktor umur kehamilan anak lahir pematur didefinisikan sebagai anak
yang lahir pada <37 minggu usia kehamilan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin coomunicare yang berarti
berpartisipasi atau memberitahukan. Hingga sekarang, definisi komunikasi masih
terus didiskusikan oleh para pakar ilmu komunikasi. Komunikasi dapat dipahami
sebagai suatu konsep serba makna tergantung pada konteks penggunaan
kalimatnya, misalnya:
1. Saya mengambil jurusan komunikasi
2. Tulisan anda kurang komunikatif
3. Masalah itu telah saya komunikasikan dengan keluargannya
4. Dia mampu berkomunikasi dengan baik, Karena itu banyak temannya.
Kata komunikasi dalam contoh tersebut diatas mempounyai makna yang
berbeda, namun secara umum dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
sesuatu
1. Yang dapat dipahami
2. Sebagai hubungan atau saling hubungan
3. Saling pengertian
4. Sebagai pesan atau (Alo liliweri, 1997).
Dalam bahasan buku ini,penulis menyajikan beberapa definisi komunikasi
untuk melihat berbagai pendapat dalam mendefinisikan komunikasi, antara lain:
1. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambanmg tertentu, mengandung arti dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. (Edwared Depari, dari
AW Widjaja,2000).
2. Komunikasi adalah suatu rangkaian peristiwa yang terkait dalam penyampaian
pesan dari pengirim ke penerima. Komunikasi adalah proses dimana seseorang
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan (James A.F.
Stoner).
3. William J Seiller (1988) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses
yang mana symbol verbal dan non verbal dikirimkan, dan diberi arti
4. Hovlan, Janis, dan Kelley adalah ahli sisiologi amerika mengatakan bahwa
“communication is the process baik which an individual transmits stimuli
(usully verbal) to modify the behavior of other individuals” dengan kata lain
komunikasi adalah proses individu dalam mengirim stimulus (umumnya
dalam bentuk verbal) untuk merubah tingkah laku orang lain. (Forsdale,1981)
5. Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan mengatakan
bahwa komunikasi adalah suatu proses pemberian signal menurut aturan
tertentu, sehingga dengan cara ini suatu system dapat didirikan dipelihara, dan
diubah. “communication is the process by which a system is estadlished,
maintanined, and aktered by means of shared signals tht operate according to
rules”
Dari beberapa difinisi tersebut diatas secara umum dapat disimpulkan
bahwa komunikasi merupakan proses pengeriman atau pertukaran (stimulus,
signal,symbol,informasi). Baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari
pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek
kognitif, efektif maupun psikomotor).

B. Tujuan Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari, atau lebih spesifik kehidupan perawat dalam
menjalankan perannya, perawat tidak dapat lepas dari keberadaan orang lain
hubungan yang baik akan sangat membantu perawat dalam menjalankan tugasnya,
baik kepada teman sejawat, tim kesehatan yang lain maupun kepada klien dan
kepada keluarga klien kepentingan perawat umtuk mendapatkan atau
menyampaikan laporan yang jelas dan lengkap dari teman sejawat (perawat) yang
jaga dinas sebelumnya, menerima order atau menyampaikan perkembangan klien
kepada tim kesehatan lain (dokter,petugas gizi,fisioterapis, atau petugas yang
lainnya) serta menyampaikan informasi yang jujur dan jelas kepada klien dan
keluarga klien adalah contoh betapa pentingnya komunikasi yang efektif bagi
perawat dalam menjalankan tugasnya, secara umum, tujuan komunikasi adalah:
1. Supaya pesan yang kita sampaikan dapat mengerti orang lain (komunikan).
Dalam menjalankan perannya sebagai kiomunikator, perawat perlu
menyampaikan pesan dengan jelas, lengkap dan sopan. Hal ini sangat penting
agar pesan kita dapat diterima oleh klien, teman sejawat maupun kolega,
sehingga tujuan bersama dalam membantu kesembuhan kliendapat dicapai
2. Memahami orang lain
Sebagai komunikator, proses komunikasi tidak akan dapat berlangsung
dengan baik bila peraweeat tidak dapat memahami kondisi atau apa yang
diinginkan oleh klien (komunikan). Pemahaman ini sangat penting agar proses
komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain.
Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai educator yaitu memberikan
pendidikan kesehatan pada klien. Peran ini akan efektif dan berhasil bila apa
yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan diterima oleh klien.
4. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu
Mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan kita
bukanlah hal mudah disini perlu adanya pendekatan-pendekatan yang jitu agar
orang lain (klien) percaya dan yakin bahwa apa yang kita harapkan untuk
dilakukan tersebut benar-benar dapat bermanfaat bagi klien atau komunikan
yang lain. Upaya ini dapat dilakukan pendekatan yang persuasive dan
demonstratif agar komunikasi dapat melakukan dengan benar apa yang
diharapkan komunikator.
Secara singklat dapat kita lakukan bahwa tujuan komunikasi adalah
mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan komuunikator dapat
diterima oleh orang lain (komunikan).
Sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai tanggung jawab sesuai tugas
dan wewenangnya, secar umum komunikasi yang dilakukan perawat mempunyai
tujuan dan target yaitu: 1) social change/social participation,2) attitude change,3)
opinion change, dan 4) behavior change.
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan agar pelayanan
keperawatan yang diberikan dapat berjalan efektif. Kemampuan berkomunikasi
yang efektif ini merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat
professional.

C. Fungsi Komunikasi
Dalam aktifitas keseharian, fungsi komunikasi sangat luas dan menyeluruh
pada banyak aspek kehidupan. Beberapa fungsi komunikasi antara lain:
a. Informasi,pengumpulan,penyimpanan,pemprosesan,penyebaran
berita,data,gambar,fakta,pesan, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat
mengambil keputusan yang tepat.
b. Sosialisasi
Dengan komunikasi, sesuatu yang ingin disampaikan dapat disebarluaskan
kemasyarakatan luas. Fungsi sosialisasi ini sangat efektif bila dilakukan
dengan pendekatan yang tepat, misalnya komunikasi massa baik langsung
maupun tidak langsung (melalui media)
c. Motivasi
Proses komunikasi yang dilakukan secara persuasive dan argumentative
dapat berfungsi sebagai penggerak semangat, pendorong bagi seseorang
untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh komunikator
d. Perdebatan dan diskusi
Suatu permasalahan yang masih kontroversial atau polemik dalam
hubungan dengan masalah-masalah publik dapat dibahas dan diselesaikan
dengan menggunakan komunikasi yang intens baik melalui debat maupun
diskusi.
e. Pendidikan
Proses pengalihan (transformasi) ilmu pengetahuan dan tehnologi untuk
mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta
ketrampilan dan kemahiran dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik
dan efektif.
f. Memajukan kehidupan
Contoh dari fungsi komunikasi ini adalah menyebarkan kebudayaan dan
seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, membuat leaflet,
booklet atau sejenisnya yang berisi tentang bagaimana hidup sehat,
membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetika
dan lain-lain

D. Jenis Komunikas
Jenis komunikasi sebagaimana disampaikan oleh widjaja (2000)
dibedakan menjadi 5 macam, yaitu komunikasi tertulis, komunikasi verbal,
komunikasi non verbal, komunikasi satu arah, dan komunikasi dua arah.
1. Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan secara
tertulis, baik dengan tulisan manual maupun tulisan dari media. Jenis
komunikasi ini dapat berua surat, surat kabar/ media massa atau media
elektronik yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Dalam konteks
komunikasi keperawatan, komunikasi jenis ini dapat berupa catatan
perkembangan pasien, catatan medis, catatan/ laporan perawatan, dan
catatan pentig lainnya.
Keuntungan komunikasi tertulis adalah dapat dibaca berulang –
ulang, dapat dijadikan bukti ontentik, biyaya miinimal, dapat
didokumentasikan dan bersifat tetap. Sedangkan kekurangannya adalah
memerlukan dokumentasi yang cukup banyak, kadang – kadang tidak
jelas, umpan balik dapat berlangsung dengan waktun yang cukup lama dan
sebagainya. Untuk mengatasi maslh tersebut maka komunikasi tertulis
hendaknya memperhatikan hal – hal dibawah ini ;
a. Menggunakan tulisan yang jelas dan mudah dibaca
b. Menggunakan kata – kata yang sederhana, umum, tidak bertele – tele
c. Fokus pada pesan yang ingin disampaikan
d. Memberi ilustrasi, bagan, denah, dan sket u tuk memperjelas kalau
perlu
2. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang disampaikan secara lisan.
Komunikasi ini dapat dilaksanakan secara langsung dengan percakapan
tatap muka, maupun secara tidak langsung melalui telepon, teleconference
dan sebagainya. Keuntungan dari komunikasi ini adalah dapat dilakukan
secara cepat, langsung, jelas dan kemungkinan salah faham kecil karena
proses umpan balik dapat terlaksana kecuali komunikasi yang sifatnya satu
arah dan formal. Sedangkan kekurangan komunikasi ini adalah bahasa
yang digunakan harus di mengerti oleh komunikan, membutuhkan
pengetahuan yang cukup agar komunikasi yang dilaksanakan berlangsung
lancar. Pada komunikasi satu arah antara bawahan dan atasan biasanya
terjadi dominasi pembicaraan dan bawahan tidak berani untuk melkukan
umpan balik.
Jenis komunikasi lisan tidak hanya tergantung pada kata–kata saja,
namun juga sangat dipengaruhi oleh bentuk–bentuk paralinguistik,
misalnya irama, kecepatan, penekanan, intonasi dan nada suara yang
digunakan. Bentuk–bentuk ini sangat mempengaruhi persepsi dan
membantu komunikan dalam menginterpretasikan pesan yang diterima.
Menurut perry & potter (1985), dalam menggunakan komunikasi
verbal yang perlu diperhatikan adalah: denotative dan conotative meaning
(kemakan kata , bahasa yang digunakan), vocabulary (perbendaharaan
kata), pacing (kecepatan berbicara) intonation (nada suara), claritiy and
brevity (kejelasan dan keringkasan), yang terakhir timin and relevance
( waktu dan kesesuaian ).
3. Komunikasi Non Verbal
Adalah komunikasi yang terjadi dengan menggunakan mimik atau
bahasa tubuh, pantonim, dan atau bahasa isyarat.
Dimbley dan Burton, (1992) sebagaimana yang dikutip Roger B.Ellis dkk,
mengatakan bahwa bahasa tubuh mempunyai beberapa unsur, antara lain :
a. Gerak tubuh
b. Ekspresi
c. Pandangan
d. Postur
e. Jarak tubuh dan kedekatan
f. Sentuhan
4. Komunikasi Satu Arah
Komunikasi ini biasanya bersifat koersif, yang dapat berupa
perintah, intruksi, dan bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi –
sanksi. Komunikasi ini jarang bahkan tidak ada kesempatan untuk
melakukan umpan balik karena sifat pesannya mau tidak mau diterima
oleh komunikan.
5. Komunikasi Dua Arah
Komunikasi yang memungkinkan bahkan harus ada proses
feedback, biasanya bersifat informative dan atau persuasive.

E. Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapetik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-
klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi
adalah mempengaruhi perilaku orang lain.

Komunikasi adalah hubungan. Hubungan perawat-klien yang terapeutik


tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi (Budi Anna Keliat).
Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien maupun
perawat yang didentifikasikan dalam 4 tindakan yang harus diambil antara
perawat-klien, yaitu:
 Tindakan diawali perawat
 Respon reaksi dank lien
 Interaksi dimana perawat dank lien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan
 Transakti dimana hubungan timbale balik pada akhirnya dibangun utnuk
mencapai tujuan hubungan.
Kalthner,dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi
dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-oranng yang
professional dengan menggunakan pendekatan personal berdasarkan perasaan dan
emosi. Didalam komunikasi komunikasi terapeutik harus ada unsure keparcayaan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar
dan bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien dan
merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan untuk
penyembuhan pasien (Heri Purwanto, 1994)
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal yaitu
komunikasi antara orang-orang secara tatap mka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi secara langsung, baik secara verbal dan non verbal
(Mulyana, 2000).
Persoalan mendasar dari komunikasi teraputik adalah adanya saling
kebutuhan antara perawat dan pasien, perawat membantu pasien dan pasien
menerima bantuan

F. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik dilaksanakan dengan tujuan:
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban masalah dan
mengurangi beban permasalahan dan pikiran seta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-
hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam mengambil tibdakan yang efektif
dan mempertahankan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal
peningkatan derajat kesehatan
4. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga
kesehatan) cara personal dan professional dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah klien.
G. Teknik komunikasi terapetik
Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat
menggunakan berbagai teknik komunikasi terapetik sebagai berikut (struart dan
sundeen, 1987; 124):
1. Mendengar (lestening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat dapat
mengetahui perasaan klien, member kesempatan lebih banyak pada klien
untuk bicara. Perawat harus menjasdi pendengar yang aktif dengan tetap kritis
dan korektif bila apa yang disampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan tejnik
ini adalah member rasa aman klien dalam mengungkapkan perasaannya dan
menjagga kestabilan emosi/psiologis klien.
Misalnya: “silakan mengungkapkan perasaan soudara, saya akan
mendenggarkan disini dengan baik”.
2. Pertanyaan terbuka (brood opening)
Teknik ini memberikan kesempatan klien untuk menggungkapkan
perasaannya sesuai kehendak klien tampa membatasi, contoh: “apa yang
sodara pikirkan?”, “apayang kita bicarakan hari ini?.
Agar klien merasa aman dalam mengugkapkan perasaanny, perawat dapat
memberikan dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan “saya
mengerti apa yang saudara katakana”.
3. Mengulang (restarting)
Menggulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk
menguantkan ungkupan klien dan member idukasi perawat mengikuti
pembericaraan klien. Misalnya: “ooh…jadi saudara tadi malam tidak bisa
tidur”
4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti
karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak
lengkap atau mengemukakannya berpindah pindah. Contoh: “dapatkah anda
dapat menjelaskan kembali tentang…?” gunanya untuk kejelasan dan
kesamaan ide, perasaan dan persepsi perawat –klien.
5. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komunikasi.
Refleksi ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu refleksi isi, bertujuan
memvalidasi apa yg didengar. Refleksi perasaan, yang bertujuan member
respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui
dan menerima perasaannya.
Tehnik refleksi ini berguna untuk:
a. Mengetahui dan menerima ide perasaan
b. Mengoreksi
c. Member keterangan lebih jelas.
Sedangkan kerugiannya adalah:
a. Mengulang terlalu sering tema yang sama
b. Dapat menimbulkan marah, iritasi dan frekuensi.
6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topic yang telah dipilih dan yang penting serta
menjaga pembicaraan tetap menuju tujuannya lebih spesifik, lebih jelas, dan
berfokus pada realitas.
Contoh:
Klien : “petugas kesehatan yang ada dirumah sakit ini kurang perhatian
kepada pasiennya”.
Perawat : “apakah saudara sudah minum obat?”.
7. Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan.
Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.
Contoh : “anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah pada saya”.
8. Indentifikasi tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul
selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan perhatian dan
mengeksplorasi masalah yang penting.
Misalnya : “saya lihat dari semua keterangan yang anda jelaskan, anda
telah disakiti. Apakah ini ada latar belakang masalahnya?”.
9. Diam (silence)
Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya untuk memberikan kesempatan berfikir dan memotivasi klien
untuk bicara. Pada klien yang menarik diri, ehnik diam berarti perawat
menerima klien, misalnya :
Klien : saya jengkel kepada suami saya
Perawat : diam (memberikan kesempatan klien)
Klien : suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alesan yang jelas,
kalo saya Tanya pasti marah
10. Informing
Tehnik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk mendidikan
kesehatan bagi klien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab panas
yang dialami klien.
Klien : suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi padahal saya sudah
minum obat, kira-kira kenapa ya suster?
Perawat : baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuhmeningkat dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi,
dehidrasi atau karena metabolism yang meningkat.
11. Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase
kerja dan tidak tepat pada fase pada awal hubungan.
Misalnya : klien tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab bentuk
dan sesak nafas, salah satunya karena merokok, kami berharap anda dapat
mengurangi atau berhenti merokok.

H. Komunikasi Dengan Ibu Hamil


kehamilan adalah suatu masa dimana seorang wanita membawa embrio
yang telah dibuahi dalam tubuhnya. Kehamilan pada manusia terjadi selama 40
minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari
pembuahan).
I. Kominikasi Saat Antenatal Care/prenatal Pada Ibu Hamil
Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada
ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang
sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan alasan menegakkan
hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat
mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan
kesehatan. Asuhan antenatal penting untuk menjamin proses alamiah
kelahitran berjalan normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan
dilahirkan.
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh
suatu proses kehamilan dan persalinann yang aman dan memuaskan.

J. Tujuan Komunikasi Antenatal Care Pada Ibu Hamil


1. memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin
2. meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, menternal dan sosial
ibu dan bayi.
3. mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan
4. mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
5. mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan memberi asi
ekslusif
6. mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal
7. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan prenatal.
Menurut depkes RI (2010) tujuan antenatal care (ANC) adalah untuk
menjaga ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas
dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
Menurut muchtar(2015) tujuan antenatal care adalah menyiapkan
seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,
persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

K. Komunikasi Intranatal Pada Ibu Hamil


Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan, disertai dengan pengeluaran placenta dan
selaput janin dari tubuh ibu. (sulaiman sastrawinata,1983)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi)
yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain
(Rustam muchtar,1998).

L. Tujuan komunikasi Intranatal Pada ibu Hamil


a. Untuk tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan
dan sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya.
b. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang mungkin dapat
mengganggu kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan
beresiko.
c. Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan
memperhatikan aspek ibu dan bayi.

M. Komunikasi Post Partum Pada Ibu Hamil


Post partum menurut marni (2012), merupakan masa beberapa jam
sesudah lahirnya plasenta sampai minggui ke enam setelah melahirkan. Masa
post partum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir setelah alat-alat
kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira
enam minggu. Sedangkan post partum menurut sujiyatini (2012), merupakan
masa pulih kembali, mulai dari persalinan sesuai sampai alat-alat kandungan
seperti prahamil. Lama pada masa ini sekitar 6-8 minggu. Masa nifas dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ-organ reproduksi kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Jadi masa nifas adalah masa kembalinya organ
reproduksi seperti keadaan sebelum hamil dalamwaktu 6 minggu setelah
melahirkan (mansur,2009).

N. Tujuan Kominikasi Pada Masa Nifas (Postpartum)


Tujuannya dari pemberian asuhan pada masa nifas menurut Mansur
(2010), adalah :
a. Memulikan dan mempertahankan kesehatan fisik ibu dengan mobilisasi
bertahap, menjaga kebersihan, mencegah terjadinya anemi.
b. Memulikan dan mempertahankan kesehatan psikologis ibu dengan
member dukungan dan memperkuat keyakinan ibu dalam menjalankan
peran ibu.
c. Mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas dan bila perlu
melakukan penggobatan ataupun rujukan.
d. Memperlancar dalam pembentukan ASI,
e. Memberikan konseling informasi dan edukasi/KIE pada ibu dan
keluarganya tentang perubahan fisik dan tanda-tanda infeksi, pemberian,
ASI, asuhan pada diri sendiri, gizi seimbang, kehidupan seksual dan
konterepsi sehinnga ibu mampu merawat dirinya dan bayinya secara
mandiri selama masa nifas.

O. Jenis Gangguan Psikologis Ibu Post Partum


Menurut Diagonastic andnstatistika manual of mental disorder
(american psychiatric,2000) tentang petunjuk resmi untuk mengkaji dan
diagnosis penyakit psikiater, bahwa gangguan yang dikenali selama post
partum adalah:
a. Post partum blues
Postpartum blues, maternity blues atau baby blues merupakan gangguan
mood/efek ringan sementara yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke
10 setelah persalinan ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian
atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur
(pillitteri,2003). Bobak (2005) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
podt partum blues adalah perubahan mood pada ibu post partum terjadi
setiap waktu setelah ibu melahirkan tetapi sering kali terjadi pada hari
ketiga atau ke empat post partum dan memuncak anatara hari kelima dan
ke 14 post partum yang ditandai dengan tangisan singkat, perasaan
kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak
dapat tidur.
Ibu post partum mengalami post partum blues mempunyai gejala antara
lain rasa marah, murung, cemas, kurang konsentrasi, mudah menangis
(tearfulness), sedih (sadness), nafsu makan menurun (appetite), sulit tidur
(pillitter, 2003; Lyn dan Pyerre,2007 dalam macthmudah, 2010).
b. Depresi postpartum
Adalah perasaan sedih akibat berkurangnya kebebasan bagi ibu, penurunan
estetika dan perubahan tubuh, berkurangnya interaksi sosial dan
kemandirian yang disertai gejala sulit tidur, kurang nafsu makan, cemas,
tidak berbahaya, kehilangan kontrol, pikiran yang menakutkan mengenai
kondisi bayi, kurang memperhatikan bentuk tubuhnya, tidak menyukai
bayi dan takut menyentuh bayinya dimana hal ini terjadi selama 2 minggu
berturut-turut dan menunjukkan perubahan drai keadaan sebelumnya
(Lubis,2010).
Gejala yang timbul anatara lain kehilangan harapan (hopessness),
kesedihan, mudah menangis, tersinggung, mudah marah, menyalahkan
dirinya sendiri, nafsu makan menurun (appetite), berat badan menurun,
isomnia, selalu dalam keadaan cemas, sulit berkosentrasi,sakit kepala yang
hebat kehilangan minat untuk melakukan hubungan seksual dana ada ide
untuk membunuh diri (Beck, 2001; Lynn dan pyerre, 2007 dalam
macmuda,2010).
c. Post partum psikologis
Mengalami depresi berat seperti gangguan yang dialami penderita depresi
postpartum ditambah adanya gejala proses pikir (delucion,hallucination
and incoherence of association) yang dapat mengancam dan
membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga sangat
memerlukan pertologan dari tenaga professionl yaitu psikeater dan
pemberia obat (Olds, 2000, pilliaterri, 2003, Lynn dan pieere,2007).
BAB III
KASUS
A. Kasus
Ny.R berusia 28 tahun dengan kehamilan pertama telah melahirkan seorang
anak yang berjenis laki-laki di rumah sakit ciremai Cirebon dengan persalinan
normal. Menurut istrinya suaminya sangat sigap dan beratanggung jawab untuk
keluarga kecilnya . Tetapi setelah kurang lebih 3 hari post partum, pasien
mengatakan gelisah dan kurang tidur . tidak mau makan .pasien merasa takut
apabila kelak ia tidak bisa memberikan didikan yang terbaik untuk anaknya , dan
dia juga takut kalau suaminya tidak mau menerima dengan kondisi tubuhnya yang
tidak seperti dulu lagi.

B. Permasalahan
1. klien gelisah dan murung
2. klien kurang tidur
3. klien tidak mau makan
4. klien takut tidak bisa mendidik anaknya dengan baik
5. klien kurang percaya diri karena kondisi tubuhnya yang tidak seperti dulu
lagi.

C. Penyelesaian
1. klien tidak merasa gelisah lahi dan tidak murung
2. klien sudah tidak insom lagi
3. klien makanya sudah mulai teratur
4. klien sudah bisa bertanggung jawab
5. klien sudah percaya diri dan tidak merasakan kekuatirannya lagi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Definisi Post Partum


Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(peurperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pemulihan
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah 6 minggu
sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan
normal sebelum hamil (bobak,2010).
Masa post partum merupakan masa pemulihan, diperlukan asuhan pada
masa nifas agar ibu dapat melakukan adaptasi fisiologi pada masa nifas.Salah satu
cakupan ilmu keperawatan adalah keperawan martenitas yang mana bidang garap
keperawatan mertenitas lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan anak. Kesehatan
ibu tidak akan pernah lepas dari sebuah keadaan mulai dari perawatan selama
prenatal, intra partum dan Post Partu Post Partum merupakan periode waktu atau
masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil
membutuhkan waktu sekitar 6 minggu (Farrer. 2001).
Priode post partum merupakan situasi krisis bagi ibu, pasangan, dan
keluarga akibat berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikologis,
maupun struktur keluaga yang memerlukan proses adaptasi atau penyesuaian.
Adaptasi secara fisik dimulai sejak bayi dilahirkan sampai kembalinya kondisi
tubuh ibu pada kondisi seperti sebelum lahair, yaitu kurang waktu 6 sampai 8
minggu (murray & McKinney, 2007). Proses adaptasi psikilogi pada seorang ibu
sudah dimulai sejak di hamil. Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa
yang normal terjadi dalam hidup, namun banyak ibu yang mengalami stres yang
signifikan. Ada kalanya ibu menglami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut post partum blues atau baby blues (Marmi, 2012).
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas (Postpartum)
Tujuannya dari pemberian asuhan pada masa nifas menurut Mansur
(2010), adalah :
a. Memulikan dan mempertahankan kesehatan fisik ibu dengan mobilisasi
bertahap, menjaga kebersihan, mencegah terjadinya anemi.
b. Memulikan dan mempertahankan kesehatan psikologis ibu dengan
member dukungan dan memperkuat keyakinan ibu dalam menjalankan
peran ibu.
c. Mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas dan bila perlu
melakukan penggobatan ataupun rujukan.
d. Memperlancar dalam pembentukan ASI,
e. Memberikan konseling informasi dan edukasi/KIE pada ibu dan
keluarganya tentang perubahan fisik dan tanda-tanda infeksi, pemberian,
ASI, asuhan pada diri sendiri, gizi seimbang, kehidupan seksual dan
konterepsi sehinnga ibu mampu merawat dirinya dan bayinya secara
mandiri selama masa nifas.

C. Perubahan Post Partum


Perubahan yang mendadak pada ibu post partum penyebab utamanya :

a. kekecewaan emosional
b. rasa sakit pada masa nifas awal
c. kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan kecemasan pada
kemampuannya untuk merawat bayinya
d. rasa takut tidak menarik lagi bagi suaminya
e. emosi selama minggu pertama menjadi labil dan perubahan suasana
hatinya dalam 3-4 hari pertama.

masa ini sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh begitu banyak faktor,
maka penekanan utama adalah pendekatan keperawatan dengan memberikan
bantuan, simpati dan dorongan semangat. Periode Post Partum menurut Rubin,
1961 (Bobak,2005) dibagi menjadi tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya
sebagai orang tua, yang mana fase-fase penyesuaian tersebut Taking In Phase,
Taking Hold Phase dan Letting Go Phase. Taking in phase dimana perilaku ibu
cenderung mengharapkan keinginannya terpenuhi oleh orang lain, perhatian ibu
terpusat pada diri sendiri, pemenuhan kebutuhan diutamakan untuk istirahat dan
makan, mengenang pengalaman melahirkan, berperilaku pasif dan bergantung
pada orang lain. Hal yang utama hanya memperhatikan terhadap kesehatan dan
kesejahteraan dirinya bukan pada bayinya. Perilaku ibu mungkin bergantung dan
pasif dan ibu siap menerima bantuan dari orang lain, dalam memenuhi kebutuha
fisiologis dan psikologisnya. Pada fase ini cenderung menimbulkan depresi
ringan, namun bila depresi ini berkelanjutan, maka akan menimbulkan gangguan
jiwa yang mengarah pada patologis. Keadaan cemas merupakan manifestasi
langsung dari stress kehidupan yang sangat erathubungannya dengan pola
kehidupan. Cemas itu sendiri merupakan keadaa khawatir, gelisah takut dan tidak
tentram (Stuart & Sundeen 2005).

D. PostPartum Blues

Post partum blues yaitu suatu keadaan depresi ringan yang sifatnya
sementara, dialami sebagian besar ibu yang terjadi sebagaian akibat perubahan-
perubahan baik fisiologis, hormonal, maupun psiologis (Pieter dan Lubis, 2010).
Baby blues sendiri merupakan suatu perasaan gemira oleh kehadiran sang buah
hati, namun disertai peraaan cemas, kaget dan sedih sehingga dapat menimbulkan
kelelahan secara psikis pada sang ibu tersebut (Melinda, 2010). Gangguan ini
terjadi 14 hari pertama pasca melahirkan dan terjadi pada puncak reaksi gangguan
pada 3 atau 4 hari pasca melahirkan. Post partum ini terjadi setiap wanita pasca
melahirkan. Priode post partum menjadi suatuhal yang penting untuk digunakan
sebagai tanda paling awal apakah ibu mengalami post partum baby blues atu
tidak.
E. Gejala-Gejala Post Partum Blues

Gejala post partum blues (Nofak dan Broom, 20019) yaitu suatu keadaan
yang tidak dapat dijelaskan merasa sedih, mudah tersinggung, gangguan pada
nafsu makan dan tidur. Selanjutnya dengan kata lain, cirri-ciri post partum blues
menurut Yaoung dan Ehrhardt (dalam Strong dan Default, 2009) diantaranya :

1. perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang bergantian dan sulit
diprediksi seperti menangis, kelelahan, mudah tersinggung, kadang-
kadang mengalami kebingungan ringan atau mudah lupa
2. pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi yang baru
dilahirkannya, ketidaknyamanan, karena kelahiran anak, dan perasaan
asing terhadap lingkungan tempat bersalin.
3. merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena
suasana hati yang berubah ubah.
4. kehilangan control terhadap kehidupannya karena ketergantungan bayi
yang baru dilahirkannya.

Genaro (dalam Bobak dkk., 2004) menjelaskan bahwa selama post partum
blues, ibu akan mengalami rasa kecewa dan mudah tersinggung, ditunjukan
dengan perilaku mudah menangis, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan
tidur, dan merasa cemas.
Hanse, Jones (dalam Bobak dkk., 2004) menjelaskan bahwa post partum
blues dapat menyebabkan serangan menangis, perasaan kesepian atau ditolak,
kecemasa, kebingungan, kegelisahan, kelelahan, mudah lalay, dan sulit tidur.
Cannerlley dan Gath menggambarkan suatu instrument yang reliable dan
valid yang mengukur tujuh gejala post partum blues, yaitu perubahan suasana hati
yang tidak pasti, merasa “tidak mampu”, kecemasan, perasaan emosional yang
berlebihan, mengalami keseduhan, kelelahan, dan kebingungan atau pikiran yang
kacau (dalam Bobak dkk, 2004).
F. Penyebab Postpartum Blues

Beberapa penyebab postpartum blues diantaranya :

a. perubahan hormone
b. stress
c. ASI tidak keluar
d. Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
e. Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat oprasi.
f. Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istrimaupun
persoalan lainya dengan suami
g. Masalah dengan orangtua dan mertua
h. Takut kehilangan bayi
i. Takut memulai hubungan suami isrti (ML), anak akan terganggu
j. Bayi sakit (kuning, dll)
k. Rasa bosan si ibu
l. Problem dengan si sulung.

G. Masalah Pada Postpartum Blues

Beberapa masalah yang dapat timbul pada klien yang mengalami post partum
blues diantaranya :

a) Menangis dan ditambah ketakutan tidak bisa member asi


b) Frustasi karena anak tidak mau tidur
c) Ibu merasa lelah, migraine, dan cenderung sensitive
d) Merasa sebal terhadap suami
e) Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua
f) Menangis dan takut apabila bayinya meninggal
g) Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami
h) Mengahabiskan waktu bersma bayi yang terus menerus menangis sehingga
membuat ibu frustasi
i) Prilaku anak semakin nakal sehingga ibu semakin stress
j) Adanya persoalan dengan suami
k) Stress bila bayinya kuning
l) Adanya masalah dengan ibu
m) Terganggunya tidur pada ibu di malam hari karena bayinya menanggis
n) Jika ibu mengalami luka oprasi, yang rasa sakitnya menambah masalah
bagi ibu.
o) Setiap kegiantan ibu menjadi terbatas karena hardirnya seorang bayi
p) Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut menggangu bayi
q) Kebanyakan para ibu baru ingin peulang kerumah orang tuanya dan berada
didekat ibunya.

H. Penanganan Post Partum Blues


Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-
fase sebagai berikut :
1) Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung
menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2) Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu
memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
sehingga timbul percaya diri.
3) Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
Penanganan gangguan mental post partum pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momenmomen lainya. Para ibu yang
mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya.
Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini
membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang
harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka
membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira
mendapat pertolongan yang praktis.
Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk
mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin
menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang
keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan
pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang
berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita
untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera
memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan
merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang
memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat
diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat
tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang
mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan para ibu
yang mengalami post-partum blues . Pengobatan medis, konseling emosional,
bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman
dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar
dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional,
intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
I. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Terjadinya Post Partum Blues
Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi post partum tidak
berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional.
Suasana sekitar kehamilan dan kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi
pencetus timbulnya gangguan emosional. Nadesul (2002), penyebab nyata
terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah adanya ketidak seimbangan
hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan kehamilan dan persalinan.
Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang dianggap sebagai
penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin
mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective,
kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidak puasaan dalam
pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan
terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa
kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan
dengan munculnya gejala depresi.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Llewellyn–Jones (2004),
karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum adalah : wanita
yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari
keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari
suami atau orang–orang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita
yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya
kurang komunikasi dan informasi, wanita yang mengalami komplikasi selama
kehamilan.
Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi
postpartum sebagai berikut :
a) Faktor konstitusional. Gangguan post partum berkaitan dengan status
paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai
bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan
sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita
primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita
primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan
diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat
b) Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya
gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor
fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting.
Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten
selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini
sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan
estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor
penyebab yang sudah pasti.
c) Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu”
pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak
bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel
(Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya cinta dalam
menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara
ibu dan anak.
d) Faktor dukungan dari keluarga. Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan
bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan
depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.

J. Pencegahan Postpartum Blues


Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu,
memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor ekonomi
yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu. Hampir semua wanita,
setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu, seperti sedih dan
takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi kepekaan seorang ibu pasca
melahirkan. Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab untuk
menghindari post partum blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah berusaha
melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri.
Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti
faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternative untuk
menghindari post partum blues. Selain itu juga dapat mengkonsultasikan pada
dokter atau orang yang profesional, agar dapat meminimalisir faktor resiko
lainnya dan membantu melakukan pengawasan.
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko post
partum blues yaitu :
1) Pelajari diri sendiri. Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum
Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda
akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
2) Tidur dan makan yang cukup. Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan
lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya
penting selama periode postpartum dan kehamilan.
3) Olah raga. Olah raga adalah kunci untuk mengurangi post partum. Lakukan
peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat
Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
4) Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan Jika
memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah
atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara
sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah
menyembuhkan postpartum yang diderita.
5) Beritahukan perasaan. Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan
perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri.
Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera
beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
6) Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan. Dukungan dari keluarga atau
orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan
pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi
pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada
di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
7) Persiapkan diri dengan baik. Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
8) Senam Hamil. Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam
mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak
akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang
diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
9) Lakukan pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat
membantu Anda melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode
postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan
memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan
lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan
segalanya.
10) Dukungan emosional. Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga,
akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan
kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga
Anda merasa lebih baik setelahnya.
11) Dukungan kelompok post partum blues. Dukungan terbaik datang dari orang-
orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan Anda.
Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa
Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kehidupan ini tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Pada jaman
sekarang ilmu komunikasi berkembang sangat pesat diseluruh belahan dunia.
Kenyataannya komunikasi merupakan suatu yang sangat mutlak yang wajib
dimiliki semua orang tidak terkecuali perawat. Perawat dalam menjalankan tugas
sehari – harinya selalu berhubungan langsung dengan pasien. Selain
berkomunikasi dengan pasien, perawat juga dalam hal ini harus bisa
berkomunikasi dengan anggota kesehatan lainnya.

B. Saran
1. Kepada perawat atau bidan yang bertugas di ruang nifas, untuk
mengurangi kecemasan pada ibu post partum perlu memberikan motivasi
kesiapan ibu terhadap peran barunya dan pentingnya dukungan keluarga
2. Kepada perawat atau bidan yang bertugas di poliklinik kebidanan
diharapkan dapat lebih meningkatkan peran sertanya dalam memberikan
konseling kepada ibu hamil pada saat prenatal care tentang faktorfaktor
yang berpengaruh terhadap kondisi psikologis ibu dari mulai kehamilan
sampai setelah melahirkan
DAFTAR PUSTAKA

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelanyanan.


Yogyakarta: Graham Ilmu.

Kirana, Yuke. (2015). Hubungan Tingkat Kecemasan Postpartum Dengan


Kejadian Postpartum Blues Dirumah Sakit Dustria Cimahi. [online]. Jurnal ilmu
keperawatan, 1(13), 13 halaman.

Fatmawati, Diah Ayu. (2015). Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhada


Kejadian Postpartum Blues. [online]. Jurnal EDU HEALTH, 2(5) 14 halaman.

Rusniati Dan Haalimatusakdiah. (2017). Tindakan Keperawatan Postpartum


Normal Dan Adaptasi Fisiologi Pada Ibu Postpartum Dirumah Sakit Aceh.
[online]. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Falkultas Keperawatan, 4(2) tersedia: http
://www.jim.unsiyah.ac.id/fkep/artikel (view/4533).
LAMPIRAN KASUS

A. Dialog
Di sebuah keluarga yang harmonis, ada sepasang suami istri yang tengah
berbahagia karena sebentar lagi keduanya akan dikaruniai seorang anak. 
Suatu pagi yang cerah.
Afgan : pagi sayang…(sambil memberikan segelas susu pada istrinya)
Rara : pagi pa, makasih ya sudah buatin mama susu.
Afgan : sama-sama sayang, diminum ya sampe habis lo! Itu buat
kamudan bayi kita
Rara : iya deh (seraya meminum susunya)
Afgan : oh ya papa berangkat ke kantor dulu ya ma.
Rara : iya, hati-hati ya pa.
Afgan : ingat loh kalo perlu apa-apa panggil mama aja.
Rara : iya-iya
Afgan : kalo begitu papa pamit ya. (sambil mencium kening istrinya)
Assalamualaikum
Rara : wa’alaikum salam
Tidak berapa lama sepeninggal suaminya ke kantor bu Rara merasakan
sakit perut yang hebat.
Rara : mamama…..aduh! aduh! (meringis kesakitan)
Mertua : iya nak ada apa? (tampak panik)
Rara : ini bi perut saya sakit sekali ma
Mertua : astagfirullah nampaknyakamu akan melahirkan nak
Rara : ma, tolong cepat kasih tau afganma, saya sudah tidak kuat...
rasanya sakit
Mertua : iya nak (mengangkat gagang telp)
Kring….kring…kring…
Afgan : assalamualikum, ada apa ma?
Mertua : wa’alaikumsalam afgan cepat pulang istrimu mau melahirkan
Afgan : apa?! Ok,Kalo begitu aku pulang sekarang ma
Mertua : iya nak sebaiknya cepat
Afgan : jangan lupa persiapkan semua perlengkapan yang akan dibawa
kerumah  bidan ya ma.
Mertua : ya nak (seraya menutup pembicaraan)
Sesampainya di klinik bidan, ibu rara segera dimasukkan ke dalam ruang
bersalin.
Bidan : permisi, kalo boleh saya tahu siapa anggota keluarga yang akan
menemani Ibu rara dalam menjalani persalinan?
Kak Putri : kamu aja gan ,
Afgan : saya bu bidan, saya suaminya     
Bidan : baiklah kalo begitu, mari pak silahkan masuk. Kita sudah tidak
punya banyak waktu
Mertua : tolong selamatkan anak dan cucu saya.
Bidan : iya ibu, kami akan mengusahakannya
Proses persalinanpun berlangsung dengan normal, bu Rara melahirkan
seorang bayi laki-laki. Setelah berhasil melewati 2 jam masa postpartum,
bu Rara dipindahkan keruang perawatan nifas. Setelah menjalani proses
persalinannya, entah kenapa ibu rara disergap rasa takut, sedih, dan benci pada
dirinya sendiri.
Kak Putri : dek, bagaimana proses persalinannya tadi Eh, kok murung gitu?
Mestinya senang dong, ini kan buah hati yang di tunggu-tunggu.
Mertu : iya nak, apa yang membuat hatimu sedih? Semestinya kamu
gembira dengan anak kalian ini.
Rara : saya senang bu, akhirnya buah hatiku lahir dengan persalinan
yang normal dan selamat tapi saya juga sedih.
Kak putri : apa yang membuatmu sedih?
Rara : saya takut kalau-kalau nanti saya tak mampu merawat anak ini,
takut tidak mendididknya dengan baik bu.
Mertua : kenapa musti ditakutkan nak? Semua wanita akan melewati
Rara : tapi saya takut tidak mampu bu. (menangis)
Mertua : tenanglah, masih ada suami dan ibu yang akan menemani dan
membantumu.
Kak Putri : tenanglah dek, kamu ni belum-belum sudah takut duluan. Kakak
juga siap membantumu
Rara : iya, makasih kak putri, makasih ya bu... tapi rasanya masih ada
yang mengganjal di hati
Kak putri : dulu kakak juga sempat berfikir seperti itu tetapi alkhamdulilah
kakak bias melewatinya, bahkan kamu tau sendiri kan... sekarang
kakak sudah punya 4 orang anak. Ketika kamu melihat tumbuh
kembang mereka, kamu akan bangga bahkan tidak menyangka
bahwa kamu bisa membesarkan mereka dengan cinta dan kasih
sayang yang kamu dan anas miliki.
Rara : saya juga khawatir bu dengan bentuk tubuh saya. Saya takut kalau
nanti mas Afgan tidak lagi menyukaiku dan berpaling ke wanita
lain.
Mertua : insyaallah tidak nak, ibu yakin kalau kamu dan afgan bisa
melewati ini semua. ibu mengenal Afgan dari kecil, ia adalah anak
dan suami yang bertanggungjawab terhadapmu dan dengan
cintanya begitu besar buatmu, sepertinya kecil kemungkinan
untuknya berpaling darimu.
Kak Putri : iya, kamu jangan berpikir macam-macamlah dek, kalau kakak
lihat dia sangat sayang padamu apalagi setelah kamu melahirkan
buah hatinya, insyaallah ia akan semakin sayang padamu dan juga
anak buah cinta kalian berdua ini.
Beberapa saat kemudian suami bu Rara datang. Took,tok,tok.
Afgan : assalamualaikum,
Semua : waalaikumsalam,
Afgan : sayang, gimana kabar keadaan kamu?udah agak mendingan...?
Rara : alkhamdulilah pa..dari mana?
Afgan : dari menyelesaikan urusan administrasi sama bidan. Oya, papa
punya kabar baik, besok mama dan bayi kita sudah boleh pulang ke
rumah.
Ibu mertua : alkhamdulilah kalau gitu...
Keesokan harinya, ibu Rara dan bayinya beserta keluarga pulang kerumah.
Walaupun hari telah berganti, ibu Rara masih juga belum bisa kehilangan
perasaan sedihnya. Setiap hari ibu rara menangis, melampiasnkan kesedihan yang
menggayuti hatinya. Melihat istrinya yang seperti itu, Tentu saja suaminya merasa
sedih, bingung dan prihatin. Ia berusaha mencari jalan keluar atas masalah yang
dialami istrinya tersebut. Beberapa hari kemudian ia dengan tidak sengaja bertemu
dengan teman lamanya yang sekarang sudah menjadi bidan profesional
Bidan Andin : Afgan ya?
Afgan : iya benar.
Bidan Andin : masih ingat dengan saya?
Afgan : maaf, siapa ya?
Bidan Andin : saya andin, masa kamu sudah lupa?
Afgan  : ho ia, saya ingat. kita kan dulu satu SMA ya?
Bidan Andin : iya pak, betul sekali. Bagaimana kabar kamu sekarang? Sudah
nikah belum?
Afgan : alkhamdulilah, saya sudah menikah dan istri saya minggu lalu
habis melahirkan. Tapi sepertinya dia mengalami masalah. Ia
selalu tampak sedih dan senang menyendiri di kamar.
Bidan andin : oh, mungkin ia sedang mengalami Postpartum blues. Sebenarnya
itu normal pada ibu yang pasca bersalin, umumnya terjadi 3 hari
sampai 2 minggu. Namun apabila hal ini tidak cepat ditangani
misalnya dengan dukungan sosial dari berbagai pihak utamanya
keluarga, bisa saja bisa berlangsung sampai 1 tahun atau bahkan
trauma berkepanjangan.
Afgan : astagfirullah, apa benar yang kamu bilang itu? Saya tidak ingin
melihatnya sedih terus menerus. (berfikir sejenak) oya, kamu kan
tau tentang psikologi dan urusan kejiwaan, siapa tahu kamu bisa
bantu masalah yang sedang dihadapi istri saya. Kalian kan sama-
sama perempuan, mungkin bisa bicara dari hati ke hati.
Bidan andin : iya, insyaallah saya akan mencoba membantunya.
Beberapa hari kemudian, pak afganmembawa isterinya itu kerumah untuk
bertemu dengan bidan.
Afgan : ma, kenalin ini bidan andinteman SMA papa dulu.
Bidan Andin : kenalkan, saya bidan andini, biasa dipanggil Andin saja.
Rara : ho ia, saya Rara istri pak Afgan. Suami saya semalam sudah
cerita tentang anda kepada saya. (bidan Andin tersipu malu dengan
senyum-senyum)
Afgan : oke, ma, bidan, saya tinggal dulu ya. mau berangkat ke kantor,
udah kesiangan
 Rara : iya pa, hati-hati di jalan ya  jangan pulang telat.
Masuk ke pokok pembahasan, sesi curhat bersama bidan Andin
Dokter Ning : sebenarnya apa yang menjadi masalah ibu?
Ibu Rara : begini bu bidan, saya itu setelah melahirkan, Rasanya hati ini
kesal melulu dan maunya marah-marah atau ngambek . Persis
kayak anak kecil. Padahal, semua itu bukan sifat saya.
Bidan andin : memangnya apa yang membuat ibu sedih?
Ibu Rara : entah kenapa ya bu bidan? Saya juga jadi pencemburu dan
pemarah. Suami pulang terlambat sedikit saja, saya marah-marah
dan berpikir ia main dengan wanita lain.
Bidan Andin : Itu normal dialami para ibu, terutama yang baru melahirkan dan
apalagi ini adalah pengalaman pertamanya. Tapi seiring
berjalannya waktu perasaan ibu itu akan berangsur-angsur
menghilang bahkan ibu akan merasa sangan bangga dan senang
melihat pertumbuhan anak kita, tingkah polah lucu anak,
celotehnya yang mengundang tawa, dan sebagainya.
Ibu Rara : oh begitu ya bu bidan? (sambil mengamngguk-angguk)
Bidan Andin : semestinya ibu menghindari berfikir negatif yang justru akan
memperparah kesedihan ibu itu. Baiknya, ibu tidak berprasangka
buruk dulu terhadap suami. ia kan bekerja, jadi pulang telat sedikit
perlu dimaklumi, ya mingkin saja ada pekerjaan yang harus
diselesaikan saat itu juga atau bahkan bisa saja kena macet dijalan.
Saran saya, mungkin ibu bisa menanyakan kabar keberadaannya
melalui telepon dan sebagainya.
Ibu Rara : Iya juga sih bu bidan, tapi saya khawatir dengan bentuk tubuh
saya setelah melahirkan ini. Rasanya sudah tidak menarik lagi.
Saya takut kalau-kalau suami saya menggandeng wanita lain yang
masih muda, cantik dan menarik.
Bidan Andin : ibu, tidak baik berprasangka seperti itu. Kalau ada masalah atau
apapun baiknya dibicarakan dari hati ke hati antara ibu dan suami.
Lagian kalau saya lihat sih, nampaknya suami ibu itu sangat
sayang dengan ibu dan bayinya. Dia begitu memperhatikan kondisi
ibu dan sangat bertanggung jawab terhadap kesejahteraan keluarga
ini.
Ibu Rara : iya,banyak orang yang bilang seperti itu. Ya semoga saja benar
apa yang bidan katakan.
Bidan Andin : selain itu, rasa kesedihan ibu juga dapat dikurangi dan dicegah
dengan Jangan sampai merasa sangat lelah. Istirahat yang cukup
dapat mencegah terjadinya gangguan emosional.
Ibu Rara : iya bu bidan
Bidan Andini : Jika ibu mengalami kegelisahan, ingatlah, Anda tak sendiri.
Begitu banyak     perempuan lain yang juga melahirkan, dan tidak
apa-apa. Mereka bisa melewati masa-masa yang sedang ibu alami
saat ini.
Ibu Rara : iya bu bidan, terima kasih atas saran dan nasehatnya.
Alkhamdulilah perasaan saya sudah agak ringan.
Bidan Andin : iya, sama-sama bu. Ini memang sudah tugas saya. Saya doakan
semoga ibu bisa melaluinya. Amin
Ibu Rara : insyaallah, amiin.      
Hari berganti hari, Seiring berlalunya Sang waktu, ibu Rara bisa menerima
kondisinya sekarang yaitu berperan sebagai seorang ibu dari anaknya dan istri
bagi suaminya. Ia mulai pandai memenej perasaannya dan mulai menjalani
aktivitas seperti ibu-ibu pada umumnya. Suami dan keluarga pun tak henti-
hentinya menberi dukungan moril kepada ibu rara untuk mampu melewati setiap
fase perkembangan anaknya.

B. Kesimpulan Kasus
Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu
mengalami perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta
dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan
endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat
mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini
membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang
harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga
mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa
gembira mendapat pertolongan yang praktis.
Inti dari Asuhan yang diberikan mencakup perilaku, emosional,
intelektual, sosial dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

Anda mungkin juga menyukai