PEWARNAAN GRAM
Disusun Oleh :
DELIA MENTARI
I1031181026
PENDAHULUAN
2
Ada dua macam pengecatan yang termasuk dalam pewarnaan diferensial,
yaitu pengecatan gram dan pengecatan bakteri yang tahan asam (acid-fast).
Pewarnaan diferensial yang paling penting dalam bakteriologi adalah pewarnaan
gram karena bertujuan untuk mengelompokkan bakteri dalam dua kelompok besar
yaitu gram-positif dan gram-negatif.
1.2 Tujuan
- Melaksanakan teknik pewarnaan untuk membedakan bakteri ke dalam dua
kelompok utama : gram – positif dan gram – negatif.
- Mempermudah melihat bentuk jasad (misal : ragi, jamur atau bakteri)
- Memperjelas bentuk dan ukuran jasad
- Melihat struktur luar dan dalam jasad
- Melihat reaksi jasad terhadap pewarnaan (sifat kimia dan fisika)
3
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
a) Handscoon/sarung tangan latex
b) Kawat ose
c) Korek api
d) Masker
e) Mikroskop cahaya
f) Pembakar bunsen
g) Penjepit tabung
h) Pipet tetes
i) Rak pewarnaan
j) Rak tabung reaksi
k) Slide atau kaca preparat
l) Slide dryer
m) Stopwatch
n) Tisu
2.1.2 Bahan
a) Alkohol
b) Aquades
f) Kristal violet
g) Minyak emersi
h) Safranin
i) Spirtus
4
2.2 Mekanisme Kerja
5
m. Diteteskan larutan iodin sebanyak 2-3 tetes hingga mengenai seluruh
koloni bakteri di permukaan preparat selama 30-60 detik. Bilas dengan
aquades.
p. Bilas dengan aquades dan pastikan semua zat pewarna sudah larut
dengan aquades. Karena jika kurang bersih dalam membilas dapat
mempengaruhi hasil.
s. Bawa slide yang sudah kering ke bawah lensa objektif mikroskop dan
tetesi dengan minyak emersi karena akan menggunakan perbesaran
100x.
6
BAB III
HASIL
A.
B.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
Teknik pewarnaan yang cukup mudah dan cepat untuk dilakukan namun
tetap membutuhkan ketelitian yang tinggi adalah teknik pewarnaan gram. Teknik
pewarnaan ini pertama kali ditemukan oleh Christian Gram, dengan metode
pewarnaan gram bakteri dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu bakteri gram
negatif atau bakteri gram positif, tergantung dari hasil pengamatan, jika bakteri
berwarna ungu maka termasuk ke dalam golongan bakteri gram positif sedangkan
jika berwarna merah maka termasuk ke dalam bakteri gram negatif. Hal ini terjadi
berdasarkan reaksi struktur sel bakteri terhadap zat pewarna, lebih tepatnya ada
atau tidaknya lapisan lipid pada bakteri. Bakteri gram positif adalah bakteri yang
dapat mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram
dan hal ini berbanding terbalik dengan bakteri gram negatif, dimana jenis bakteri
ini tidak dapat mempertahankan zat warna kristal violet pada saat proses
pewarnaan. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop,
sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah, perbedaan klasifikasi
antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding
sel bakteri.
Pada praktikum yang telah dilakukan memiliki tujuan yang sama dengan
pemaparan di atas yaitu untuk mengidentifikasi koloni bakteri tersebut termasuk
8
kedalam bakteri gram negatif atau positif, kita harus tahu cara untuk membedakan
yang mana gram negatif atau gram positif karena penanganan masing-masing dari
bakteri tersebut pasti akan berbeda, misalnya jenis penyakit yang ditimbulkannya
(diagnosis), resistensinya terhadap faktor luar atau tata laksana yang harus
dilakukan apabila seorang pasien terjangkit penyakit yang disebabkan bakteri.
Selain itu untuk mengetahui bentuk dari koloni bekteri tersebut, bentuk bakteri
ada coccus yaitu berbentuk bulat terbagi menjadi diplococcus terdapat dua buah
coccus, streptococcus berbentuk seperti rantai dari coccus, sarcina membentuk
kubus atau double tetrad, tetrad membentuk susunan empat buah coccus atau
staphlococcus berbentuk seperti susunan anggur, basil yang berbentuk batang
terbagi menjadi diplobasil, streptobasil dan cocobasil dan spiral terbagi juga
menjadi bentuk vibrio yang mempunyai bentuk koma, spirilium yaitu spiral dan
terakhir adalah spirochaeta berbentuk seperti pilinan yang lebih dalam. Zat
pewarna yang digunakan dalam pewarnaan gram terdapat empat zat warna yaitu
kristal violet ungu yang akan memberikan warna ungu pada koloni bakteri pada
saat diberikan zat warna ini maka kedua bakteri baik gram positif atau negatif
akan sama-sama bereaksi dengan berubah menjadi warna ungu, kemudian ada
pewarna iodin yang digunakan untuk memperkuat pada proses pewarnaan dan
kedua jenis bakteri akan masih tetap berwarna ungu, kemudian alkohol yang
digunakan sebagai dekolorisasi atau yang berfungsi untuk melunturkan kelebihan
zat pewarna yang ada pada sel bakteri saat proses inilah yang akan sangat
menentukan hasil akhir dari proses pewarnaan, karena tingkat riskan atau
kegagalan sangat besar pada tahap ini, jika terlalu lama didiamkan di atas
slide/kaca preparat maka dapat menyapu semua bakteri yang ada pada slide
sehingga pada saat akan diteliti di bawah mikroskop koloni dari bakteri tidak akan
terlihat dikarenakan telah luruh bersamaan dengan alkohol, namun jika terlalu
sebentar saat meneteskan alkohol pada bidang slide yang terdapat koloni bakteri
maka zata pewarna yang sebelumnya sudah diteteskan tidak akan tercuci dengan
bersih, contohnya pewarna kristal violet, maka tentu saja akan mempengaruhi
hasil akhir dari pewarnaan yang seharusnya bakteri gram negatif namun karena
kurang bersih dalam membilas bakteri akan tetap berwarna ungu, sebenarnya
9
tercuci atau tidaknya warna dasar pada sel bekteri tergantung pada komponen
lipid pada dinding bakteri tersebut, jika komponen dinding sel kuat mengikat
warna maka warna tidak akan tercuci. Selanjutnya, adalah zat warna safranin yang
merupakan zat warna tandingan yang berfungsi untuk memberikan warna kembali
pada sel-sel bakteri yang sebelumnya telah hilang saat didekolorisasi oleh alkohol,
dimana jika bakteri tersebut merupakan gram negatif akan menyerap zat pewarna
ini dan berubah menjadi warna merah, sedangkan untuk gram positif akan tetap
berwarna ungu. Selain dari empat zat pewarna ada aquades yang berfungsi
sebagai pembilas saat telah ditetesi zat pewarna, zat pewarna yang telah diteteskan
dengan aquades akan membuat warna asli terlihat dengan jelas.
Pada pewarnaan gram sampel bakteri A yang telah kami lakukan, prosedur
pewarnaan sudah tepat dan sesuai dengan jenis bakteri yang ada. Berdasarkan
gambar yang terdapat pada hasil pengamatan dengan perbesaran lensa objektif
100x, maka bakteri yang didapatkan adalah bakteri gram negatif karena saat
10
diteliti di bawah mikroskop terlihat jelas berwarna merah, dengan bentuk basil
atau batang. Pada saat praktikum dilakukan, kelompok kami hanya melakukan
pewarnaan pada sampel bakteri A karena asisten lab yang membimbing kami
yaitu Kak Nur, lupa memberitahukan agar kami melakukan pewarnaan pada
sampel bakteri A dan sampel bakteri B. Jadi, pada pewarnaan gram sampel bakteri
B, kami mendapat instruksi dari Pak Mahyarudin untuk meminjam hasil dari
kelompok lain. Pada bakteri dengan sampel bakteri B, bakteri termasuk kedalam
bakteri gram positif karena memiliki hasil pewarnaan bewarna ungu dengan
bentuk basil (batang) khususnya diplobasil. Jadi, apabila prosedur praktikum
pewarnaan gram yang dilakukan pada kedua sampel sudah tepat, kita akan dapat
melihat bagaimana perbedaan warna pada bakteri gram positif dan warna pada
bakteri gram negatif.
11
BAB V
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Dimas. 2015. Analisis Mikrobiologis pada Berbagai Jenis Air Minum.
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
13