Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dari pihak penyusun
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan membahas Geopolitik
Indonesia dalam bentuk makalah. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu
Dosen sebagai bahan pertimbangan nilai.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu khususnya dari rekan-rekan sekelompok kami sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun ada beberapa hambatan yang kami alami dalam
penyusunan makalah ini. Namun, berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari berbagai
pihak akhirnya dapat teratasi.

Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca. Dan apabila
dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya pembaca dapat memakluminya. Akhir
kata dengan kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah
ini. Sekian dan terima kasih.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam hubungan dengan kehidupan manusia dalam suatu Negara dalam hubungannya dengan
lingkungan alam, kehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan Yang
Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan (khlifatullah) di bumi yang menerima amanatnya untuk
mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba Tuhan mempunyai kewajiban untuk beribadah dan
menyembah Tuhan sang pencipta dengan penuh ketulusan. Adapun sebagai wakil Tuhan di bumi,
manusia dalam hidupnya berkewajiban memelihara dan dan memanfaatkan segenap karunia
kekayaan alam dengan sebaik-baiknya untuk kebutuhan hidupnya. Kedudukan manusia tersebut
mencakup tiga segi hubungan, yaitu: Hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan antar
manusia, dan hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya. Bangsa Indonesia sebagai umat
manusia religious dengan sendirinya harus dapat berperan sesuai dengan kedudukan tersebut.

Sebagai Negara kepulauan dengan masyarakatnya yang beraneka ragam, Negara Indonesia memiliki
unsure-unsur kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan
geografi yang strategi dan kaya akan sumber daya alam. Sementara kelemahannya terletak pada
wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu
tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara.

Dalam pelaksanannya bangsa Indonesia tidak bebas dari pengaruh interaksi dan interelasi dengan
lingkungan sekitarnya, baik lingkungan regional maupun internasional. Dalam hal ini bangsa
Indonesia perlu memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak terombang-ambing dalam
memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Salah satu
pedoman bangsa Indonesia adalah wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara.
Sehingga kelompok kami menjadikan kasus Selat Malaka yang menjadi Studi kasus dalam tugas
kelompok ini.
B. Rumusan masalah

Dari latar belakang yang telah ada, penulis merumuskan beberapa permasalahan diantaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan geopolitik Indonesia dan wawasan Nusantara?


2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi wawasan Nusantara?
3. Bagaimanakah Perkembangan wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya?
4. Apakah Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara?
5. Bagaimanakah kedudukan dan implementasi dari wawasan Nusantara?
6. Bagaimanakah hubungan wawasan Nusantara dan ketahan Nasional?
7. Apa yang menjadi salah satu studi kasus terkait tema, dimana hal itu merupakan informasi
terkini pada bangsa Indonesia?

C. Tujuan 

1. Mahasiswa mengetahui apakah arti dari Geopolitik Indonesia dan wawasan Nusantara 
2. Mahasiswa mampu menjelaskan factor apa saja yang mempengaruhi wawasan Nusantara
3. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan wilayah Indonesia dan dasar hukumnya
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara
5. Mahasiswa dapat mengetahui kedudukan dan implementasi dari wawasan nusantara
6. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan wawasan Nusantara dan ketahanan Nasional
7. Mahasiawa dapat mengetahui studi kasus terkait Geopolitik Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

1. Geopolitik Indonesia

A. Pengertian Geopolitik

Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud


kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik
(kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial
dalam arti luas) suatu Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak
langsung kepada system politik suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung
akan berdampak pada geografi Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu pada
geografi sosial (hukum geografis), mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan
segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik geografi suatu Negara.

Sebagai Negara kepulauan, dengan masyarakat yang berbhinneka, Negara Indonesia


memiliki unsur-unsur kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan
keadaan geografi yang strategis dan kaya sumber daya alam. Sementara kelemahannya
terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam
satu bangsa dan satu tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara ini.
Dorongan kuat untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia tercermin pada
momentum sumpah pemuda tahun 1928 dan kemudian dilanjutkan dengan perjuangan
kemerdekaan yang puncaknya terjadi pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945.

Penyelenggaraan Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai system kehidupan nasional


bersumber dari dan bermuara pada landasan ideal pandangan hidup dan konstitusi Undang-
Undang Dasar 1945. dalam pelaksanaannya bangsa Indonesia tidak bebas dari pengaruh
interaksi dan interelasi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan regional maupun
internasional. Dalam hal ini bangsa Indonesia perlu memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai
pedoman agar tidak terombang-ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk
mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia adalah
wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara sehingga disebut dengan
wawasan nusantara. Kepentingan nasional yang mendasar bagi bangsa Indonesia adalah
upaya menjamin persatuan dan kesatuan wilayah, bangsa, dan segenap aspek kehidupan
nasionalnya. Karena hanya dengan upaya inilah bangsa dan Negara Indonesia dapat tetap
eksis dan dapat melanjutkan perjuangan menuju masyarakat yang dicita-citakan.

Oleh karena itu, wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia. Hal ini dipahami
berdasarkan pengertian bahwa dalam wawasan nusantara terkandung konsepsi geopolitik
Indonesia, yaitu unsur ruang, yang kini berkembang tidak saja secara fisik geografis,
melainkan dalam pengertian secara keseluruhan (Suradinata; Sumiarno: 2005).

B. Pengertian Wawasan Nusantara

Istilah wawasan berasal dari kata ‘wawas’ yang berarti pandangan, tinjauan, atau penglihatan
indrawi. Akar kata ini membentuk kata ‘mawas’ yang berarti memandang, meninjau, atau
melihat, atau cara melihat.sedangkan istilah nusantara berasal dari kata ‘nusa’ yang berarti
diapit diantara dua hal. Istilah nusantara dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah
perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak diantara samudra Pasifik dan
samudra Indonesia, serta diantara benua Asia dan benua Australia.

Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan
posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.
Sedangkan wawasan nusantara memiliki arti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta sesuai dengan
geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan
cita-cita nasionalnya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara

1. Wilayah (Geografi)

a. Asas Kepulauan (Archipelagic Principle)

Kata ‘Archipelago’ dan ‘Archipelagic’ berasal dari kata Italia ‘Archipelagos’. Akar
katanya adalah ‘archi’ yang berarti terpenting, terutama, dan ‘pelagos’ berarti laut atau
wilayah lautan. Jadi, ‘Archipelago’ berarti lautan terpenting.
Istilah ‘Archipelago’ adalah wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya. Arti ini
kemudian menjadi pulau-pulau saja tanpa menyebut unsur lautnya sebagai akibat
penyerapan bahasa barat, sehingga Archipelago selalu diartikan kepulauan atau kumpulan
pulau.
Lahirnya asas Archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu
dalam kesatuan utuh, sementara tempat unsure perairan atau lautan antara pulau-pulau
berfungsi sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah. Asas dan wawasan
kepulauan ini dijumpai dalam pengertian the Indian Archipelago. Kata Archipelago
pertama kali dipakai oleh Johan Crawford dalam bukunya the history of Indian
Archipelago (1820).
Kata Indian Archipelago diterjemahkan kedalam bahasa Belanda Indische Archipel yang
semula ditafsirkan sebagai wilayah Kepulauan Andaman sampai Marshanai.

b. Kepulauan Indonesia

Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan Nederlandsch


oostindishe Archipelago. Itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi wilayah
Negara Republik Indonesia. Sebagai sebutan untuk kepulauan ini sudah banyak nama
yang dipakai, yaitu ‘Hindia Timur’, ‘Insulinde’ oleh Multatuli, ‘nusantara’. ‘indonesia’
dan ‘Hindia Belanda’ (Nederlandsch-Indie) pada masa penjajahan Belanda. Bangsa
Indonesia sangat mencintai nama ‘Indonesia’ meskipun bukan dari bahasanya sendiri,
tetapi ciptaan orang barat. Nama Indonesia mengandung arti yang tepat, yaitu kepulauan
Indonesia.
Dalam bahasa Yunani, ‘Indo’ berarti India dan ‘nesos’ berarti pulau. Indonesia
mengandung makna spiritual yang didalamnya terasa ada jiwa perjuangan menuju cita-
cita luhur, Negara kesatuan, kemerdekaan dan kebebasan.
c. Konsepsi tentang Wilayah Indonesia

Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa konsepsi mengenai


pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut :
1. Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
2. res Cimmunis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia karena itu
tidak dapat dimiliki oleh masing-m,asing Negara
3. Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa
4. Mare Clausum (the right and dominion of the sea), menyatakan bahwa hanya laut
sepanjang pantai saja yang dimiliki oleh suatu Negara sejauh yang dapat dikuasai dari
darat (waktu itu kira-kira sejauh tiga mil)
5. Archipelagic State Pinciples (Asas Negara Kepulauan) yang menjadikan dasar
konvensi PBB tentang hokum laut.
Saat ini Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United Nation Convention on the Law of
the sea UNCLOS) mengakui adanya keinginan untuk membentuk tertib hokum laut
dan samudra yang dapat memudahkan komunikasi internasional dan memajukan
penggunaan laut dan samudra secara damai. Di samping itu ada keinginan pula untuk
mendayagunakan kekayaan alamnya secara adil dan efesien, konservasi dan
pengkajian hayatinya, serta perlindungan lingkungan laut.
Sesuai dengan hukum laut Internasional, secara garis besar Indonesia sebagai Negara
kepulauan memiliki Teritorial, Perairan Pedalaman, Zona Ekonomi Eksklusif, dan
Landasan Kontinental.

Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Negara kepulauan adalah suatu Negara yang seluruhnya terdiri atas satu atau lebih
kepulauan dapat mencakup pulau-pulau lain. Pengertian kepulauan adalah gugusan
pulau, termasuk bagian pulau, perairan diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang
hubungannya satu sama lain demikian erat sehingga pulau-pulau perairan dan wujud
alamiah lainnya merupakan satu kesatuan geografi, ekonomi dan politik yang hakiki,
atau yang secara histories dianggap demikian.2. laut territorial adalah salah satu
wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12 nil laut diukur dari garis pangkal,
sedangkan garis pangkal adalah garis air surut terendah sepanjang pantai, seperti yang
terlihat pada peta laut skala besar yang berupa garis yang menghubungkan titik-titik
terluar dari dua pulau dengan batasan-batasan tertentu sesuai konvensi ini. Kedaulatan
suatu Negara pantai mencakup daratan, perairan pedalaman dan laut territorial tersebut.
3. perairan pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah dalam dari
garis pangkal.
4. zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal. Di
dalam ZEE Negara yang bersangkutan memiliki hak berdaulat untuk keperluan
eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan sumber daya alam hayati dari
perairan.
5. landasan kontinen suatu Negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya
yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang merupakan kelanjutan alamiah
wilayah daratannya. Jarak 200 mil laut dari garis pangkal atau dapat lebih dari itu
dengan tidak melebihi 350 mil, tidak boleh melebihi 100 mil dari garis batas
kedalaman dasar laut sedalam 2500 m.

d. Karakteristik Wilayah Nusantara

Nusantara berarti Kepulauan Indonesia yang terletak diantara benua Asia dan benua
Australia dan diantara samudra Pasifik dan Samudra Hindia, yang terdiri dari sekitar
17.508 pulau besar maupun kecil. Jumlah pulau yang sudah memiliki nama adalah
6.044 buah. Kepulauan Indonesia terletak pada batas-batas astronomi sebagai
berikut :Utara : 60 08’ LUSelatan : 110 15’ LSBarat : 940 45’ BTTimur : 1410 05’
BTJarak utara selatan sekitar 1.888 km, sedangkan jarak barat timur sekitar 5.110 km.
bila diproyeksikan pada peta benua Eropa, maka jarak barat timur tersebut sama
dengan jarak antara London dengan Ankara, Turki. Bila diproyeksikan pada peta
Amerika Serikat, maka jarak teresbut sama dengan jarak antara pantai barat dan
pantai timur Amerika Serikat.Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250
km2, yang terdiri atas daratan seluas 2.027.087 km2 dan perairan 127.166.163 km2.
luas wilayah daratan Indonesia jika dibandingkan dengan Negara-negara Asia
Tenggara merupakan yang terluas.
3. Perkembangan wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya

a. Sejak 17 Agustus 1945 sampai dengan 13 Desember 1957

Wilayah Negara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas hindia
belanda berdasarkan ketentuan dalam “Teritoriale Zee en Maritieme Kringen
Ordonantie” tahun 1939 tentang batas wilayah laut territorial Indonesia. Ordonisasi
tahun 1939 tersebut menetapkan batas wilayah laut teritorialsejauh 3 mil dari garis
pantai ketika surut, dengan asas pulau demi pulau secara terpisah-pisah.

Pada masa tersebut wilayah Negara Indonesia bertumpu pada wilayah daratan pulau-
pulau yang terpisah-pisah oleh perairan atau selat antara pulau-pulau itu. Wilayah laut
territorial masih sangat sedikit karena untuk setiap pulau hanya ditambah perairan
sejauh 3 mil disekelilingnya. Sebagian besar wilayah perairan dalam pulau-pulau
merupakan perairan bebas. Hal ini tentu tidak sesuai dengan kepentingan keselamatan
dan keamanan Negara Kesatuan RI.

b. Dari Deklarasi Juanda (13 Desember 1957) sampai dengan 17 Februari 1969

Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi jJuanda yang dinyatakan


sebagai pengganti Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut :
1) Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan RI yang utuh dan bulat.
2) Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia disesuaikan dengan asas Negara
kepulaauan (Archipelagic State Principles)
3) Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan
keamanan Negara Indonesia

Asas kepulauan itu mengikuti ketentuan Yurespundensi Mahkamah Internasional pada


tahun 1951 ketika menyelesaikan kasus perbatasan antara Inggris dengan Norwegia.
Dengan berdasarkan asas kepulauan maka wilayah Indonesia adalah satu kesatuan
kepulauan nusantara termasuk peraiarannyayang utuh dan bulat. Disamping itu,
berlaku pula ketentuan “point to point theory “ untuk menetapkan garis besar wilayah
antara titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar.
Deklarasi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 4/Prp?1960
tanggal 18 Februari 1960 tentang Perairan Indonesia. Sejak itu terjadi perubahan
bentuk wialayh nasional dan cara perhitungannya. Laut territorial diukur sejauh 12 mil
dari titik-titik pulau terluar yang saling dihubungkan, sehingga merupakan satu
kesatuan wilayah yang utuh dan bulat. Semua perairan diantara pulau-pulau nusantara
menjadi laut territorial Indonesia. Dengan demikian luas wilayah territorial Indonesia
yang semula hanya sekitar 2 juta km2 kemudian bertambah menjadi 5 juta km2 lebih.
Tiga per lima wilayah Indonesia berupa perairan atau lautan. Oleh karena itu, Negara
Indonesia dikenal sebagai Negara maritime.

Untuk mengatur lalu lintas perairan maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.8
tahun 1962 tentang lalu lintas damai di perairan pedalaman Indonesia, yang meliputi :

1) Semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia,


2) Semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas,
3) Semua pelayaran dari dan ke laut bebas dengan melintasi perairan Indonesia.
Pengaturan demikian sesuai dengan salah satu tujuan Deklarasi Juanda tersebut,
sebagai upaya menjaga keselamatan dan keamanan Negara.

c. Dari 17 Februari 1969 (Deklarasi Landas Kontinen) sampai sekarang

Deklarasi tentang landas kontinen Negara RI merupakan konsep politik yang


berdasarkan konsep wilayah. Deklarasi ini dipandang pula sebagai upaya untuk
mengesahkan Wawasan Nusantara. Disamping dipandang pula sebagai upaya untuk
mewujudkan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. konsekuensinya bahwa sumber kekayaan
alam dalam landas kontinen Indonesia adalah milik eksklusif Negara.

Asas pokok yang termuat di dalam Deklarasi tentang landas kontinen adalah sebagai
berikut :
1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landasan kontinen Indonesia
adalah milik eksklusif Negara RI
2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landas kontinen
dengan Negara-negara tetangga melalui perundingan
3) Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu garis yang di tarik
ditengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar Negara
tetangga.
4) Claim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan diatas landas
kontinen Indonesia maupun udara diatasnya.

Demi kepastian hokum dan untuk mendukung kebijaksanaan Pemerintah, asas-asas


pokok tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1973 tentang
Landas Kontinen Indonesia. Disamping itu UU ini juga memberi dasar bagi
pengaturan eksplorasi serta penyidikan ilmiah atas kekayaan alam di landas kontinen
dan masalah-masalah yang ditimbulkannya.

d. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Pengumuman Pemerintah Negara tentang Zona Ekonomi Eksklusif terjadi pada 21


Maret 1980. Batas ZEE adalah sekitar 200 mil yang dihitung dari garis dasar laut
wilayah Indonesia. Alasan-alasan yang mendorong pemerintah mengumumkan ZEE
adalah :
1) Persediaan ikan yang semakin terbatas
2) Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia
3) ZEE memiliki kekuatan hokum internasional

Melalui perjuangan panjang di forum Internasional, akhirnya Konferensi PBB tentang


Hukum Laut II di New York 30 April 1982 menerima “The United Nation Convention
on the Law of the sea” (UNCLOS), yang kemudian ditandatangani pada 10 Desember
1982 di Montego Bay, Jamaica oleh 117 negara termasuk Indonesia. Konvensi tersebut
mengakui atas asas Negara Kepualauan serta menetapkan asas-asas pengukuran ZEE.
Pemerintah dan DPR RI kemudian menetapkam UU No.5 tahun 1983 tentang ZEE,
serta UU No. 17 tahun 1985 tentang Ratifikasi UNCLOS. Sejak 3 Februari 1986
indonesia telah tercatat sebagai salah satu dari 25 negara yang telah meratifikasinya.
4. Unsur-Unsur Dasar wawasan Nusantara

1. Wadah

Wawasan Nusantara sebagai wadah meliputi tiga komponen yaitu:

a. Wujud wilayah

Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang didalamnya terdapat
gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh dalamnya perairan. Baik laut maupun
selat serta di atasnya merupakan satu kesatuan ruang wilayah. Oleh karena itu nusantara
dibatasi oleh lautan dan daratan serta dihubungkan oleh perairan dalamnya. Sedangkan
secara vertikal ia merupakan suatu bentuk kerucut terbuka ke atas dengan titik puncak
kerucut dipusat bumi.

Letak geografis negara berada di posisi dunia antar dua samudera dan dua benua. Letak
geografis ini berpengaruh besar terhadap aspek-aspek kehidupan nasional di Indonesia.
Perwujudan wilayah nusantara ini menyatu dalam kesatuan politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.

b. Tata Inti Organisasi

Bagi Indonesia, tat inti organiasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut
bentuk dan kedaulatan negara, kekuasaan pemerintahan, sistem pemerintahan dan sistem
prwakilan. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Kedaulatan
berada di tangan rakyat yang dilaksanakan menurut Undang-Undang. Sistem
pemerintahannya menganut sistem presidensial. Presiden memegang kekuasaan
pemerintahan berdasarkan UUD 1945. Indonesia adalah negara hukum (Rechtsstaat)
bukan negara kekuasaan (machsstaat). Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempunyai
kedudukan kuat, yang tidak dapat dibubarkan oleh Presiden. Anggota MPR merangkap
sebagai anggota MPR.

c. Tata Kelengkapan Organisasi

Tata kelengkapan organisai adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara yang harus
dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan organnisasi
masyarakat, kalangan pers serta seluruh paratur negara.

Senus lapisan masyarakat itu diharapkann dapatt mewujudkab denokrasi yang secara
konstiyusional berdasarkan UUD 1945 dan secara ideal berdasarkan dasar falsafah
Pancasila, dalam berbagai kegiatan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

2. Isi wawasan Nusantara

Isi Wawasan Nusantara tercermin dalam perspektif kehidupan manusia Indonesian dalam
eksistensinya yang meliputi cita-cita bangsa dan asas manunggal yang terpadu.

a. Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam pembukaab UUD 1945 yang meliputi:
1) Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
2) Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yng bebas.
3) Pemerintaahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesiadan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
bangsa dan ikutmmelaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

b. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal, utuh menyeluruh
yang meliputi:
1) Satu kesatuan wilayah Nusantra yang mencakup daratan, perairan dan digantara
secara terpadu.
2) Satu kesatuan politik, dalam arti UUD dan politik peelaksanaannyaserta satu ideologi
dan identitas nasional.
3) Satu kesatuan sosial budaya, dalam arti satu perwujudan masyarakat Indonesia atas
dasar “BhinekaTunggal Ika”, satuu tertib sosil dan satu tertib hukum.Satu kesatuan
ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha bersama dan asas kekelurgaan dalam
satu sistem ekonomi kerakyatan.
4) Satu kestuan pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata)
5) Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya yang mencakup aspek kehidupan nasional.
c. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batinniah dan Lahiriah
a. Tata laku batiniah berdaasarkan falsafah bangsa yang membentuksikap mental
bangsa yang memilki kekuatan batin.

b. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanunggalan kata
dan karya, keterpaduan pembicaraan, pelaksanaan, pengawasan dan pengadilan.

5. Kedudukan dan Implementasi Wawasan Nusantara

A. Wawasan nusantara merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya leh seluruh rakyat
dengan tujuan agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam rangka mencapai
dan mewujudkan tujuan nasional. Wawasan Nusantara dalam paradigm nasional dapat
dilihat dari hierarki paradigm nasional sebagai berikut :
 Pancasila, sebagai dasar Negara, merupakan landasan idiil
 UUD 1945, sebagai konstitusi negara, merupakan landasan
konstitusional
 Wawasan nusantara, sebagai visi bangsa, merupakan landasan visional
 Ketahanan Nasional, sebagai konsepsi bangsa, merupakan landasan
konsepsional
 GBHN, sebagai kebijaksanaan dasar bangsa, merupakan landasan
operasional.

Fungsi wawasan nusantara adalah pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu


dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan dan perbuatan , baik bagi
penyelenggara Negara ditingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat dalam
kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.

Tujuan wawasan nusantara adalah mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala


bidang dari rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional dari pada
kepentingan orang perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah.

6. Hubungan wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional

Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar tetap megarah pada pencapaian


tujuan nasiaonal diperlakuakan suatu landasan dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi
wawasan nasional. Wawasan Nasional Indonesia menumbuhkan dorongan dan
rangsangan untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional.
upaya pencapaian tujuan nasional dilakukan dengan pembangunan nasional yang juga
harus berpedoman pada wawsan nasional.
Dalam proses pembangunan nasional untuk pencapaian tujuan nasional selalu
menghadapi berbagai kendala dan ancaman. Untuk mengatasi perlu dibangun suatu
kondisi kehidupan nasional yang disebut katahan nasioanl. Kenerhasilan pembangunan
akan meningkatkan kondisi dinamik kehidupan nasional dalam wujud ketahan nasional
yang tangguh. Sebaliknya, ketahan nasional yang tangguh akan mendorong pembangunan
nasional semakin baik.
Wawasan nasional bangsa nindonesia adalah wawasan Nusantara yang merupakan
pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. sedangkan
ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian
tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu perlu adanya suatu
konsepsi Ketahanan Nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia.
Secara ringkas dapt dikatakan bahwa wawasan nusantara dan ketahan nasional
merupakan konsepsi yang saling mendukung antara sebgai pedoman bagi
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang
seterusnya.

7. Studi Kasus Terkait Geopolitik Indonesia

Kawasan Asia Tenggara merupakan empat dari sembilan choke points  strategis yang tersebar
di seluruh penjuru dunia, sehingga tidak mengherankan isu-isu politik maupun keamanan
kerap mewarnai konstelasi kawasan ini. Dinamika geopolitik kawasan yang mewarnai
perjalanan negara-negara Asia Tenggara tidak terlepas dari interaksi yang dibangun
antarnegara dalam kawasan (Yudhoyono, n.d: 4). Potensi  sumber daya alam yang melimpah
ditambah posisi yang strategis membuat kawasan Asia Tenggara kerap menjadi sasaran
geostrategi aktor-aktor di dalam dan luar kawasan, bahkan tak jarang sejumlah kekuatan
eksternal berupaya menyusupi maupun menanamkan pengaruhnya di kawasan ini.
Banyaknya aktor yang terlibat kerap mengakibatkan clash of interests yang berujung pada
ketegangan. Hal ini bisa dilihat dari sengketa maritim di Laut China Selatan dan Selat
Malaka. Kedua titik ini merupakan titik maritim dan energi yang paling vital bagi sejumlah
negara. Geopolitik yang akan dibahas adalah geopolitik Indonesia, Malaysia, dan Singapura,
serta perspektif ketiga negara tersebut terhadap posisi strategis Selat Malaka.

Dinamika geopolitik Indonesia banyak dipengaruhi oleh dinamika kawasan. Presiden


Yudhoyono (n.d) dalam artikelnya yang bertajuk “Geopolitik Kawasan Asia Tenggara:
Perspektif Maritim” mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki kepentingan geopolitik
utama untuk menjaga keutuhan dan kesatuan negara dari semua sektor, yakni politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan. Kebijakan geopolitik Indonesia ini termanifestasi
dalam Wawasan Nusantara (Yudhoyono, n.d: 18). Pada masa Orde Baru,
pengimplementasian kebijakan geopolitik mengandalkan metode diplomasi yang disebut
dengan “diplomasi pembangunan” yang bertujuan untuk “mendekati” AS, Jepang, dan mitra
dagang Indonesia demi memulihkan perekonomian domestik yang carut marut. Dapat dilihat
di sini bahwa sektor ekonomilah yang menjadi fokus utama saat itu (Universitas Indonesia,
n.d: 36).

Disepakati dan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity


and Cooperation) menunjukkan bahwa negara-negara wajib meletakkan dasar-dasar
perjanjian tersebut sebagai pedoman untuk menghindari ancaman maupun penggunaan
kekerasan (renunciation of the threat or the use of force). Dengan berpegang pada pedoman-
pedoman tersebut, diharapkan negara-negara yang terlibat perjanjian mampu menyelesaikan
setiap ketegangan atau perselisihan paham melalui langkah prosedural yang logis dan
rasional, efektif, dan fleksibel dengan mereduksi kecurigaan yang berimplikasi pada
terhambatnya kerjasama maupun perdamaian (Universitas Indonesia, n.d: 36).

Dalam mewujudkan pertahanan negara, Indonesia masih mengalami sejumlah kendala,


misalnya kebijakan dan strategi pertahanan yang belum komprehensif, partisipasi masyarakat
yang rendah dalam upaya membangun pertahanan, sarana dan prasarana yang masih minim,
masih rendahnya tingkat kesejahteraan anggota TNI, minimnya kepemilikan alutsista dan
pemeliharaan yang kurang memadai akibat anggaran pertahanan yang rendah, dan lainnya
(Universitas Indonesia, n.d: 39). Geostrategi pertahanan yang telah diupayakan Indonesia
antara lain: (1) perjanjian Military Training Area (MTA) dengan Singapura; (2) latihan
militer bersama dengan Malaysia (KEKAR MALINDO, MALINDO JAYA, ELANG
MALINDO, AMAN MALINDO, dan DARSASA); (3) Joint Commission for Bilateral
Cooperation bersama Filipina terkait masalah Moro dan isu perbatasan; (4) kerjasama
dengan Thailand untuk menangani isu separatism; (5) penguatan kerjasama pertahanan
dengan ASEAN; (6) kerjasama dengan Eropa, Australia, China, dan Rusia terkait pelatihan
militer dan fasilitas perlengkapan TNI, dan lain sebagainya (Universitas Indonesia, n.d: 40-
41).

Geopolitik Malaysia adalah mempertahankan keutuhan wilayahnya yang dipisahkan Laut


Natuna. Wilayah semenanjung dengan wilayah Sabah dan Serawak juga dianggap menjadi
salah satu tantangan geopolitik yang harus dihadapi Malaysia di masa depan. Malaysia
memiliki sejumlah hubungan yang cukup intim dengan negara tetangganya, namun tidak bisa
dipungkiri bahwa ia masih menyimpan kecurigaan dan belum sepenuhnya percaya terhadap
negara-negara sekitarnya tersebut. Salah satu kecurigaan Malaysia dilatarbelakangi oleh
sengketa batas maritim wilayahnya dengan Singapura dan Indonesia yang hingga kini masih
belum ditemukan solusinya. Geopolitik Malaysia juga mendapat ancaman terkait The Rising
China yang mengklaim Laut China Selatan yang meliputi gugusan Spratly
Island (Yudhoyono, n.d: 4-5).

Ketiga negara di atas memiliki peranan yang cukup signifikan terhadap pengamanan Selat
Malaka. Selat Malaka yang berada diantara Samudera Hindia dan Pasifik merupakan jalur
transportasi yang vital bagi sejumlah negara di sekitarnya. Hal ini tidak mengherankan karena
hampir 72% kapal tanker seluruh dunia dan lebih dari 500 kapal berlayar melewati kawasan
ini setiap harinya (Universitas Indonesia, n.d: 42). Selat Malaka memiliki ukuran panjang
sekitar 800 km, lebar 50 hingga 320 km, dan kedalaman minimal 32 meter. Selat ini
merupakan selat terpanjang di dunia yang digunakan sebagai jalur pelayaran internasional.
Sekitar 30% dari perdagangan dunia dan 80% dari impor minyak Jepang, Korea Selatan, dan
Taiwan, melalui selat ini,  yakni sekitar 11,0 Mb/d pada tahun 2003. (Rodrigue, 2004: 13).
Posisi yang strategis ini dinilai dapat mengundang kejahatan, misalnya peredaran barang
ilegal dan aksi perompakan laut.

Sejarah mengatakan bahwa Selat Malaka yang menjadi basis perdagangan kawasan
sekitarnya telah memainkan peran signifikan dalam pembentukan kawasan pesisir seperti
Sriwijaya, Aceh, Malaka, dan Johor. Selat Malaka juga memberi andil besar terhadap
pembangunan ekonomi dan sosial negara-negara pantai seperti Indonesia, Singapura,
Malaysia dan Thailand. Jika perdamaian dan stabilitas di selat ini terjaga, maka pembangunan
daerah, pasokan energi, dan perdagangan internasional antara Uni Eropa dan Asia Timur
otomatis akan mengalami peningkatan. Peran krusial Selat Malaka yang paling utama adalah
sebagai SLOC terpenting setelah Selat Hormuz, jalur perdagangan, dan jalur pergerakan
angkatan laut dari berbagai negara (Monika, 2011: 91). Menyadari akan pentingnya
keamanan Selat Malaka, ketiga negara –Indonesia, Malaysia, dan Singapura− pun sepakat
meresmikan Malsindo Trilateral Coordinated Patrol pada tanggal 20 Juli 2004 di Batam,
dimana kegiatan yang diusung adalah patroli terkoordinasi antar ketiga negara

Tidak hanya ketiga negara di atas saja yang memandang penting Selat Malaka. Sejumlah
kekuatan eksternal seperti AS, China, dan Jepang juga memiliki kepentingan di selat ini.
Kepentingan AS di kawasan Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka, adalah ingin
menghambat perjalanan minyak menuju China dari Timur Tengah. Kepentingan geopolitik
China berkaitan erat dengan pengamanan SLOC-nya yang terbentang dari Teluk Persia
hingga Laut China Timur, karena jalur SLOC ini merupakan jalur pengangkutan minyak
yang paling penting bagi China (Yudhoyono, n.d: 8).

Mengingat China adalah salah satu negara yang konsumsi minyaknya cukup tinggi terkait
pemenuhan kebutuhan industrinya, AS pun khawatir kelancaran sirkulasi pengangkutan
minyak akan berimplikasi terhadap meningkatnya perekonomian China. Kekhawatiran ini
bukan tidak beralasan. Ketika perekonomian China semakin masif, maka hegemoni AS di
ranah Asia Pasifik bahkan internasional ditakutkan akan menurun dan digantikan oleh China.
Upaya yang ditempuh AS selanjutnya adalah memasukkan angkatan militernya ke Selat
Malaka di bawah justifikasi penguatan Regional Maritime Security di Asia Tenggara dan
memasifkan basis militer serta latihan militer bersama, khususnya dengan Filipina, demi
memantau perkembangan dan mereduksi ancaman di Selat Malaka (Cipto, 2007:142).

Selain Selat Malaka, China juga memiliki kepentingan untuk menguasai Laut China Selatan,
termasuk Paracel  dan Spratly Island. Potensi minyak dan gas bumi yang melimpah di
kawasan ini membuat China menetapkan Laut China Selatan sebagai satu dari empat core
national interest selain Taiwan, Tibet, dan Xinjiang. Oleh sebab itu, kehadiran kapal asing
−dalam hal ini kapal perang AS− di kawasan ini akan selalu memantik kegeraman dari China
(Yudhoyono, n.d: 8). China pun mengembangkan angkatan lautnya dengan cara menguatkan
armada kapal atas air dan kapal selam serta membeli kapal induk dari Rusia (Yudhoyono,
n.d: 15).

Alasan geopolitik Jepang di Selat Malaka tidak jauh berbeda China, yakni ingin
mengamankan SLOC-nya yang terbentang dari Teluk Persia hingga ke Laut Jepang.
Mengingat Jepang adalah negara yang miskin sumber daya mentah maupun energi,
pengamanan SLOC ini bertujuan untuk mengamankan pasokan energi dari Timur Tengah.
Kekhawatiran Jepang terkait keamanan SLOC-nya ini membuat Jepang mengirimkan
kapalJapan Coast Guard untuk menggelar patroli di perairan Selat Malaka secara rutin
(Yudhoyono, n.d: 9).

Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai perspektif dan geostrategi Indonesia,
Malaysia, dan Singapura terhadap Selat Malaka.

Indonesia. Selat Malaka merupakan titik penting bagi Indonesia. Bukan hanya dalam era
kekinian saja selat ini memiliki posisi penting dalam geopolitik Indonesia. Sejak ratusan
tahun silam, selat ini telah berperan terhadap pembentukan sejumlah daerah pesisir di
Sumatera, misalnya Aceh dan Sriwijaya. Sejak itu pula Selat Malaka berkontribusi besar
terhadap pembangunan ekonomi dan sosial kawasan tersebut. Posisi Indonesia yang
dipandang sebagai salah satu kawasan strategis menjadikannya sebagai jalur perpanjangan
perlintasan minyak dan komoditas lain dari Selat Malaka.

Indonesia memandang sebagian Selat Malaka sebagai ZEE Nusantara. Dalam mengamankan
Selat Malaka pun Indonesia berpedoman pada ZEE ini. Dalam artikel yang
bertajuk Singaporean Journal of International & Comparative Law (1998: 314), diketahui
bahwa Indonesia memiliki strategi jangka panjang agar tidak terlalu bergantung pada Selat
Malaka melalui pemberlakuan jalur lain, yakni Selat Sunda dan Lombok-Makassar
(Singaporean Journal of International & Comparative Law, 1998: 314).

Indonesia juga memperkuat kekuatan tempurnya di kawasan Selat Malaka melalui


penyediaan skuadron pesawat tempur F-16 blok 52 yang dilengkapi dengan senjata mutakhir
di Pangkalan Udara (lanud) TNI Angkatan Udara Roesmin Nuryadin, Pekanbaru. Mayor Sus
Filfadri selaku Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud TNI AU
membeberkan bahwa dipilihnya Lanud Roesmin Nuryadin sebagai lokasi penempatan satu
skuadron pesawat tempur F-16 tersebut tidak lepas dari lokasi strategis Lanud Pekanbaru
yang secara geografis berada di kawasan Selat Malaka dan berbatasan langsung dengan
Malaysia serta Singapura (metrotvnews.com, 2013).

Malaysia. Selat Malaka memiliki arti penting bagi Malaysia mengingat lebih dari setengah
kapal milik Angkatan Laut Kerajaan Malaysia ditempatkan di selat tersebut (Singapore
Journal of International & Comparative Law, 1998: 314). Malaysia mengklaim bahwa Selat
Malaka merupakan bagian dari perairannya yang berarti selat tersebut merupakan bagian dari
kedaulatannya. Berkaitan dengan Selat Malaka, Malaysia juga merespon baik adanya rencana
pembangunan jembatan Selat Malaka yang menghubungkan Pulau Rupat, Indonesia, dengan
Teluk Gong, Malaysia (Kampung TKI, n.d). Dengan dibangunnya megaproyek jembatan ini,
devisa negara dipastikan akan mengalami lonjakan.

Kerjasama pertahanan yang digelar Malaysia untuk mengamankan Selat Malaka antara lain
(1) Malacca Strait Sea Patrol atau Masilindo TrilateralCoordinated Patrol bersama
Indonesia dan Singapura; dan  (2) The Eyes in the Sky olehMalacca Strait Security
Initiative (MSSI) bersama Indonesia, Singapura dan Thailand (Vavro, 2008: 13-14).

Singapura. Mengingat Singapura merupakan negara yang “mini” dari segi luas wilayah,


maka kewaspadaannya terhadap negara lain menjadi tinggi. Namun hal inilah yang
menjadikan Singapura memiliki mentalitas baja dalam mempertahankan wilayahnya.
Sehingga tidak mengherankan jika negara ini begitu concern  pada pertahanan negaranya
melalui pemberlakuan anggaran pertahanan yang sangat besar. Nilai penting Selat Malaka
bagi negara ini bisa dlihat dari segi ekonomi dan strategis, navigasi, sumber daya laut, dan
pariwisata (Singapore Journal of International & Comparative Law, 1998: 315).

Dalam mengamankan Selat Malaka, Singapura tidak mengambil langkah sendirian. Bersama
dengan Indonesia, Singapura mengadakan perjanjian mengenai Military Training
Area (MTA) pada tahun 2000 (Universitas Indonesia, n.d: 49). Masih berkaitan dengan
pengamanan Selat Malaka, keduanya juga terlibat latihan militer bersama secara rutin dimana
Singapura telah mendirikan Air Combat Maneuvering Range di Pekanbaru untuk digunakan
bersama (Universitas Indonesia, n.d: 42). Strategi pertahanan Singapura,porcupine
strategy, juga bertambah kuat karena disokong oleh aktifnya Singapura dalam dialog dan
forum internasional terkait kerjasama keamanan (Cipto, 2007: 136-7).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dinamika geopolitik ketiga negara
dipengaruhi oleh dinamika kawasan Asia Tenggara. Segala macam kebijakan geopolitik yang
diambil tiap negara berkaitan erat dengan fenomena-fenomena yang muncul di kawasan.
Selat Malaka sebagai salah satu choke point strategis di kawasan Asia Tenggara memiliki arti
penting bagi negara-negara sekitarnya, khususnya dari segi ekonomi. Tidak mengherankan
jika banyak sekali aktor yang ingin menanamkan dominasinya kepada selat ini, baik aktor
intra maupun ekstra kawasan. Beragamnya kepentingan yang terlibat tak pelak
mengakibatkan terjadi ketegangan-ketegangan yang berujung pada konflik. Sejumlah negara
yang menyadari akan potensi konflik ini berupaya melakukan tindakan preventif demi
mengamankan kawasan perairan Selat Malaka, mengingat ketidakkondusifan keamanan
kawasan ini akan berimbas pada konstelasi keamanan secara domestik maupun regional.
Penulis memandang bahwa konstelasi keamanan Selat Malaka masih diwarnai sejumlah
konflik tapal batas dan kejahatan transnasional (terorisme, sea piracy). Seiring globalisasi,
nilai Selat Malaka ini akan terus bertumbuh dengan intensitas perdagangan yang kian
meningkat. Pertempuran kepentingan dan upaya perluasan sphere of influencediprediksi
masih akan terjadi di selat ini, mengingat banyaknya keuntungan yang menggiurkan dari nilai
strategis yang ditawarkannya. Hal ini merupakan tantangan bagi ASEAN agar semakin
meningkatkan kiprahnya di kawasan. Sebagai organisasi regional, ASEAN harus
menjalankan fungsinya secara maksimal dalam mereduksi setiap potensi konflik di kawasan
ini agar tidak menjadi konflik terbuka.
Selain negara-negara yang berbatasan dengan Selat Malaka, banyak negara lainnya seperti
misalnya Jepang dan Cina juga memiliki kepentingan di selat yang terpendek dan termurah
ini. Beberapa permasalahan yang kerap mengganggu keamanan dan kestabilan kondisi di
Selat Malaka adalah perompakan, terorisme, intervensi asing dan masalah bilateral dari
ketiga negara sendiri. Menyikapi adanya intervensi asing di Selat Malaka, perlu diingat pula
bahwa di dalam ASEAN sendiri terdapat norma non-interference and nonintervention. Selain
itu, negara-negara di pesisir juga harus mengurangi dan menghapus konflik
regional, menahan diri dari mengundang intervensi dari kekuatan eksternal ketika terjadi
konflik, abstain dari keberpihakan militer dengan salah satu negara besar,
penghapusan bertahap pangkalan militer asing di kawasan dan pengembangan ekonomi di
tingkat nasional dan regional. Menurut penulis, dalam era globalisasi dimana liberalisasi dan
perdagangan bebas sangat didukung seperti saat ini, penggunaan dari Selat Malaka akan
semakin meningkat dan menambah kepentingan strategis dari selat ini juga.

Anda mungkin juga menyukai