Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini
kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang judul
―Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia‖.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing demi lancarnya penyelesaian
tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan penulis berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Kesempurnaan hanya
milik Sang Pencipta, maka makalah ini pun tak jauh dari kekurangan. Saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan untuk makalah ini yang mungkin kelak kan
berguna bagi nusa dan bangsa.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Wawasan Nusantara
2.2. Latar belakang Konsepsi wawasan Nusantara
2.3. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia
2.4. Perwujudan Wawasan Nusantara
2.5. Otonomi Daerah Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
• Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai geografi
wilayah nusantara yg menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan
cita-cita nasionalnya.
Konsep wawasan bangsa tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu
pada akhir abad XIX dan awal abad XX dan dikenal sebagai geopolitik, yang pada
mulanya membahas geografi dari segi politik negara (state). Selanjutnya berkembang
konsep politik—dalam arti distribusi kekuatan—pada hamparan geografi negara,
sehingga tidaklah berlebihan bahwa geopolitik sebagai ilmu ―baru‖ dicurigai sebagai
upaya pembenaran pada kosepsi ruang (Sunardi. 2004 : 157). Oleh karena itu dalam
membahas masalah wawasan nasional bangsa, disamping membahas sejarah terjadinya
konsep wawasan nasional akan dibahas pula teori geopolitik dan implementasinya pada
negara kita. Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, yang secara umum
didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang
bhineka, dan lingkungan geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan
dan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional dan turut serta menciptakan dalam
ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua itu dalam rangka mencapai Tujuan
Nasional. Oleh karena itu hakekat tujuan wawasan nusantara adalah kesatuan dan
persatuan dalam kebhinekaan, yang mengandung arti :
1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi, posisi dan
potensi geografi serta kebhinekaan budaya.
2. Pedoman pola tindak dan pola pikir kebijaksanaan nasional
3. Hakikat Wawasan Nusantara persatuan dan kesatuan dalam ke-bhinekaan.
Yang disepakati sebagai wilayah negara Indonesia adalah bekas wilayah Hindia
Belanda. Namun demikian dalam rancangan UUD maupun dalam keputusan PPKI
tentang UUD 1945, ketentuan tentang mana wilayah negara Indonesia itu tidak
dicantumkan. Hal ini dijelaskan oleh ketua PPKI—Ir. Sukarno—bahwa : dalam UUD
yang modern, daerah (= wilayah) tidak perlu masuk dalam UUD (Setneg RI, tt : 347).
Berdasarkan penjelasan dari Ketua PPKI tersebut, jelaslah bahwa wilayah atau tanah air
atau tumpah darah Indonesia meliputi batas bekas Wilayah Hindia Belanda.
Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan
kepentingan nasional dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan batas
wilayah tidak saja untuk mempertahankan wilayah tetapi juga untuk menegaskan hak
bangsa dan negara dalam pergaulan internasional. Wujud geomorfologi Indonesia
berdasarkan Pancasila—dalam arti persatuan dan kesatuan—menuntut suatu konsep
kewilayahan yang memandang daratan/pulau, lautan serta udara angkasa diatasnya,
sebagai satu kesatuan wilayah. Dari dasar inilah laut bukan lagi sebagai alat pemisah
wilayah.
Dalam menentukan batas wilayah negara, Pemerintah RI meng-acu pada Aturan
peralihan UUD-45, pasal II—―Segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang dasar
ini‖—yang memberlakukan undang-undang sebelumnya. Pemerintah Hindia Belanda
telah menge-luarkan peraturan perundang-undangan wilayah dan termuat dalam
Ordomantie tahun 1939 yang diundangkan pada 26 Agustus 1939 yang dimuat dalam
Staatblad No. 422 tahun 1939, tentang ―Territoriale Zee en Maritieme Kringen
Ordonantie‖. Berdasarkan ketentuan ordonansi ini, penentuan lebar laut wilayah
sepanjang 3 mil laut dengan cara penarikan garis pangkal berdasar garis air pasang
surut, yang dikenal pula mengikuti contour pulau/darat. Ketentuan demikian itu
mempunyai konsekwensi bahwa secara hipotetis setiap pulau yang merupakan bagian
wilayah negara Republik Indonesia mempunyai laut teritorial sendiri-sendiri.
Sedangkan disisi luar atau sisi laut (outer limits) dari tiap-tiap laut teritorial dijumpai
laut bebas. Jarak antara satu pulau dengan pulau lain yang menjadi bagian wilayah
negara Republik Indonesia ―dipi-sahkan‖ oleh adanya kantong-kantong laut yang
berstatus sebagai laut bebas yang berada diluar yuridiksi nasional kita. Dengan
demikian dalam kantong-kantong laut nasional tidak berlaku hukum nasional.
Berdasar itulah pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan pengumuman
Pemerintah Republik Indonesia tentang wilayah perairan Negara Republik Indonesia
yang dikenal sebagai ―Deklarasi Juanda‖ Ir. Juanda pada periode itu sebagai Perdana
Menteri Republik Ind-nesia yang pada hakekatnya melakukan perubahan terhadap
ketentuan ordonansi pada lembaran negara (staatblad) no. 422 tahun 1939 sebagai
berikut :
1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang surut
(low water line), tetapi didasarkan pada sistem pe-narikan garis lurus (straight base
line) yang diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar dari
pada pulau-pulau atau bagian pulau yang termasuk kedalam wilayah negara
Republik Indonesia (= point to point theory).
2. Penentuan lebar laut wilayah dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut. Deklarasi Juanda
pada hakikatnya adalah menerapkan asas archipelago atau asas nusantara. Didalam
deklarasi ini terkandung kepentingan dan tujuan bangsa Indonesia ialah keutuhan
wilayah negara di lautan.
Deklarasi ini selanjutnya diakomodasikan dalam rangkaian peraturan perundang-
undangan, sebagai berikut :
1. Undang-undang no. 4 PRP tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Dalam UU ini
diberikan penjelasan dan kejelasan tentang :
a. alasan atau argumentasi perlunya meninjau kembali peraturan tentang penentuan
batas laut wilayah.
b. Makna dan pengertian : perairan Indonesia, laut wilayah Indo-nesia, perairan
pedalaman Indonesia.
2. Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 1960 tentang lalu-lintas laut damai perairan
Indonesia. Peraturan ini menentukan aturan-aturan, antara lain tentang : lalu lintas
laut damai kendaraan air asing di perairan pedalaman, pengertian dan makna lalu
lintas damai kendaraan asing, bentuk dan luas kedaulatan wilayah Nusantara sejak
―Deklarasi Juanda 1957
Wilayah sebagai Ruang Hidup
Antara satu negara dengan negara lain memiliki wilayah negara yang tidak
sama
Konsep Geopolitik
Secara etimologi Geopolitik dari bahasa Yunani: geo = bumi yang menjadi
wilayah hidup; polis = kesatuan masyarakat yg berdiri sendiri atau negara; teia = urusan
(politik) bermakna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Konsep Geopolitik,
merupakan ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan
masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.Dikemukakan oleh
Frederic Ratzel sebagai ilmu bumi politik (political geogrephy). Juga Rudolph Kjellen
dan Karl Haushofer, sebagai Geographical Politic, disingkat GEOPOLITIK.Geopolitik
mempelajari fenomena politik dari aspek geografi.Geopolitik memaparkan dasar
pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan
tujuan tertentu.
Teori-Teori Geopolitik
Teori Geopolitik Frederich Ratzel: negara seperti organisme yang hidup.
Membutuhkan ruangan utk tumbuhberkembangnya organisme hidup. Teori ini
dikenal sbg teori organisme atau teori biologis.
Teori Geopolitik Rudolf Kjellen: negara adalah suatu organisme bukan hanya
mirip. Pandangan Ratzel dan Kjellen hampir sama. Keduanya mengajukan
paham ekspansionisme yang melahirkan ajaran adu kekuatan (power politics
atau theory of power).
Teori Geopolitik Karl Haushofer:melanjutkan teori Ratzel dan Kjellen. Jika jml
penduduk suatu negara bertambah maka negara hrs memperluas wilayah, dg
bermacam cara antara lain: (a) autarki, memenuhi kebutuhan sendiri tanpa
bergantung negara lain; (b) wilayah-wilayah yg dikuasai (pan regional),mis: Pan
Amerika, Pan Asia Timur, Pan Rusia India, Pan Eropa Afrika. Teori Haushofer
dipraktikkan oleh Nazi Jerman sehingga terjadi Perang Dunia II.
Berdasar UU No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia bahwa negara Indonesia
merupakan negara kepulauan. Negara Kepulauan merupakan hasil keputusan Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982 yang berarti
suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu gugus besar atau lebih kepulauan dan
dapat mencakup pulau-pulau lain. Dinyatakan dalam Bab IV Pasal 46 konvensi UNLOS
sebagai berikut : ―Archipelagic state means a state constitude wholly by one or more
archipelagos and may include other islands‖. Konvensi ini menentukan pula bahwa
gugusan kepulauan berarti suatu gugusan pulau-pulau termasuk bagian pulau, perairan
di antara gugusan pulau-pulau tersebut dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya
satu sama lainnya demikian eratnya sehingga gugusan pulau-pulau, perairan dan wujud
alamiah lainnya tersebut merupakan suatu kesatuan geografi dan politik yang hakiki,
atau secara historis telah dianggap sebagai satu kesatuan. Indonesia telah diakui sebagai
negara kepulauan setelah meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No. 17 Tahun 1985.
Baerdasarkan UU No. 43 Tahun 2008, yang dimaksud wilayah negara adalah salah
satu unsur negara yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman,
perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta
ruang udara di dalamnya. Berdasar hak ini, wilayah negara Kesatuan Republik
Indonesia meliputi tanah (daratan) dan air (lautan) dan udara di atasnya.
a). Wilayah Daratan
Wilayah daratan adalah daerah dipermukaan bumi dalam batas-batas tertentu dan
di dalam tanah di permukaan bumi.
b). Wilayah Perairan
Wilayah perairan Indonesia meliputi laut territorial, perairan kepulauan, dan
peraran pendalaman.
c). Wilayah Udara
Wilayah udara adalah wilayah yang berada di atas wilayah daratan dan lautan
(perairan) negara itu. Seberapa jauh kedaulatan negara terhadap wilayah udara di
atasnya, terdapat beberapa aliran, yaitu :
1) Teori Udara Bebas
i) Kebebasan ruang tanpa batas, ruang udara dapat digunakan oleh siapapun.
Negara tidak berhak dan berdaulat diruang udara.
ii) Kebebasan ruang terbatas, terbagi dua :
(1) Negara kolong berhak mengambil tindakan tertentu untuk memelihara
keamanan dan keselamatan, dan
(2)Negara kolong hanya berhak terhadap suatu wilayah tertentu.
Teori yang menyatakan adanya kebebasan ruang terbatas adalah :
(a) Teori Keamanan
Negara mempunyai kedaulatan di udara dibatasi untuk menjaga
keamanan. Pada tahun 1901 ditentukan dengan ketinggai 1500 m
dan pada tahun 1910 diubah menjadi 500 m.
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa yunani, auto yang berarti sendiri
dan nomous yang berarti hukum atau peraturan. Otonomi daerah pada hakikatnya
adalah hak mengurus rumah tanga sendiri bagi suatu daerah otonom.hak tersebut
bersumber dari wewenang pangkal dan urusan urusan pemerintah (pusat) yang
diserahkan kepada daerah. Inti keotonomian suatu daerah adalah penentuan kebijakan
sendiri dan pelaksanaan sendiri namunhak itu dikembalikan kepada pihak yang
memberi. Secara sederhana otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomuntuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatsetempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang undangan (undang-
undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah).
Namun demikian semangat perlunya dalam bernagai aspek kehidupan itu tidak
sampai menimbulkan negara kekuasaan. Negara-negara yang memiliki berbagai aspek
kehidupan termasuk berbagai hak dan kewenangan yang ada di daerah-daerah di
indonesia. Tiap-tiap daerah sebagai ruang yang diberikannya untuk mengatur dan
mengelola dalam rangka mendapatkan keadilan dan kemakmuran. Oleh karena itu, tidak
ada yang salah dengan otonomi daerah atau dengan kata lain otonomi daerah tidak
bertentangan dengan prinsip wawasan nusantara. Otonomi dan desentralisasi adalah
cara atau strategi yang dipilih agar penyelenggaraan negara kesatuan republik indonesia
ini dapat menghasilkan pembangunan yang berkeadilan dan merata di berbagai wilayah
tanah air.
BAB IV
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Wawasan berarti pula cara pandang dan cara melihat. Nusantara berasal dari
kata nusa dan antara.Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan.Antara artinya
menunjukkan letak antara dua unsur.Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang
terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu
samudra Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata ―Nusantara‖
digunakan sebagai pengganti nama Indonesia. Berdasarkan pendapat-pendapat ahli
tersebut, secara sederhana wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia
terhadap diri dan lingkungannya. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional
Indonesia pada hakikatnya merupakan perwujudan dari kepulauan Nusantara sebagai
satu kesatuan pertahanan dan keamanan.
3.2. SARAN
Disarankan kepada mahasiswa agar mencari lebih banyak lagi informasi
mengenai Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia dari berbagai sumber
sehingga mahasiswa lebih paham wawasan Negara itu sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Kusunadi, 1989, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakar-ta, Gajah Mada University Press.
Sumarsono, S dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Sunardi R.M. 2004, Pembinaan Ketahanan Bangsa dalam rangka memperkokoh
ketahanan NKRI, Jakarta, Kuaterminta Adidarma Achmad Fauzi, Pancasila,
Tinjauan Konteks Sejarah, Filsafat Ideologi Nasional dan Ketatanegaraan
Republik Indonesia, Malang:PT. Danar Jaya Brawijaya University Press, 2003.
Soemarwoto, Otto, 2001, Atur diri sendiri, paradigma baru penge-lolaan lingkungan
hidup, Yogyakarta, Gajah Mada University Press.
Winarno. 2006.Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara.