Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini
kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang judul
―Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia‖.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing demi lancarnya penyelesaian
tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan penulis berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Kesempurnaan hanya
milik Sang Pencipta, maka makalah ini pun tak jauh dari kekurangan. Saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan untuk makalah ini yang mungkin kelak kan
berguna bagi nusa dan bangsa.

Banda Aceh, 18 Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Wawasan Nusantara
2.2. Latar belakang Konsepsi wawasan Nusantara
2.3. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia
2.4. Perwujudan Wawasan Nusantara
2.5. Otonomi Daerah Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara bagaikan suatu organisme. Ia tidak bisa hidup sendiri. Keberlangsungan


hidupnya ikut dipengaruhi juga oleh negara-negara lain, terutama negara-negara
tetangganya atau negara yang berada dalam satu kawasan dengannya. Untuk itulah
diperlukan satu sistem perpolitikan yang mengatur hubungan antar negara-negara yang
letaknya berdekatan di atas permukaan planet Bumi ini. Sistem politik tersebut
dinamakan ‗Geopolitik‘, yang mutlak dimiliki dan diterapkan oleh setiap negara dalam
melakukan interaksi dengan sesama negara di sekitarnya.Tak terkecuali Indonesia.
Indonesia pun harus memiliki sistem geopolitik yang cocok diterapkan dengan kondisi
kepulauannya yang unik dan letak geografis negara Indonesia di atas permukaan planet
Bumi ini.
Geopolitik Indonesia tiada lain adalah Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara
tidak mengandung unsur-unsur ekspansionisme maupun kekerasan Cara pandang
bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang
dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang
merdeka, berdaulat dan bermartabat serta menjiwai tata hidup dan tindak
kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara juga sering
dimaknai sebagai cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara bertindak,
berfikir dan bertingkah laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi proses
psikologis, sosiokultural dengan aspek-aspek Astagatra
Secara konsepsional, wawasan nusantara (Wawasan) merupakan wawasan
nasionalnya bangsa Indonesia. Perumusan wawasan nasional bangsa Indonesia yang
selanjutnya disebut Wawasan Nusantara, itu merupakan salah satu konsepsi politik
dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Wawasan Nusantara sebagai wawasan
nasionalnya bangsa Indonesia dibangun atas pandangan geopolitik bangsa. Pandangan
bangsa Indonesia didasarkan pada konstelasi lingkungan tempat tinggalnya yang
menghasilkan konsepsi Wawasan Nusantara.jadi Wawasan Nusantara merupakan
penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.
Konsep geopolitik Indonesia berlandaskan pada pandangan kewilayahan dan
kehidupan bangsa.Sebagai Negara yang sangat luas dengan berbagai keragaman di
dalamnya, Indonesia memiliki Wawasan Nusantara sebagai dasar pengembangan
wawasan nasional. Tak hanya faktor geografi, wawasan nusantara juga mengutamakan
kepentingan masyarakat dalam aspek lain seperti sosial budaya, politik, pertahanan dan
keamanan, dan ekonomi.

Kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bermartabat dengan mewujudkan


cita-cita dan tujuan nasional. Pemahaman dan pelaksanaan wawasan nusantara yang
lebih baik dalam ranah kehidupan pribadi maupun kolektif serta dalam wilayah publik
sangat menentukan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dibutuhkan kesadaran
warga negara dan penyelanggara negara yang memadai didalam melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawab. Di tengah tekanan berbagai masalah yang menghimpit
bangsa.
Hal ini merupakan bagian integral yang menjamin eksitensi bangsa dan negara
dalam mewujudkan cita-cita nasional sekaligus manifestasi cita-cita leluhur kita, dengan
tetap menghargai kebhinekaan itu sebagai anugerah Tuhan dan aset bangsa.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai keterkaitan antara wawasan nusantara
dan geopolitik, kami akan mencoba membahasnya melalui sebuah makalah yang
berjudul ―WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA‖.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian, hakikat, dan kedudukan Wawasan Nusantara?
2. Apa pengertian Geopolitik?
3. Apa pengertian Wawasan Nusantara
4. Apa pentingnya wilayah sebagai ruang hidup bangsa?
5. Bagaimana perwujudan wawasan nusantara?
6. Bagaimana Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia?
7. Apa saja aspek-aspek dan unsur-unsur wawasan nusantara ?
8. Apa saja tantangan implementasi wawasan nusantara ?
9. Apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia ?
1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Wawasan Nusantara serta hakikat dan


kedudukannya.
2. Untuk mengetahui pengertian Geopolitik.
3. Untuk mengetahui Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia.
4. Untuk mengetahui pentingnya wilayah sebagai ruang hidup bangsa.
5. Untuk mengetahui Perwujudan Wawasan Nusantara.
6. Untuk mengetahui contoh implementasi wawasan nusantara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Wawasan Nusantara


Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata wawasan dan
Nusantara.Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa jawa) yang berarti pandangan,
tinjauan dan penglihatan indrawi.Jadi wawasan adalah pandangan, tinjauan,
penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan cara melihat.
Nusantara berasal dari kata nusa dan antara.Nusa artinya pulau atau kesatuan
kepulauan.Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur.Jadi Nusantara adalah
kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia, dan
dua samudra, yaitu samudra Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata
―Nusantara‖ digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.

1. Wawasan Nusantara Menurut Para Ahli.


a. Menurut Prof. Wan Usman, ―Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan semua
aspek kehidupan yang beragam.‖
b. Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi tap.
MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999, yaitu ―cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehipan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.‖
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli tersebut, secara sederhana wawasan
nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya.
Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Indonesia pada hakikatnya merupakan
perwujudan dari kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan dan keamanan.
Selain itu juga, Wawasan Nusantara merupakan pencerminan dari kepentingan yang
sama, tujuan yang sama terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuamn
wilayah Indonesia. Dengan kata lain sebagai wawasan nasionalnya, Wawasan
Nusantara menjadi pola yang mendasari cara berfikir, bersikap dan bertindak dalam
rangka menangani permasalahan yang menyangkut kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

2.Hakikat Wawasan Nusantara


Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara dalam pengertian cara
pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan
nasional. Hal tersebut berarti bahwa setiap warga masyarakat dan aparatur negara harus
berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh menyeluruh demi kepentingan bangsa dan
negara Indonesia.Demikian juga produk yang dihasilkan oleh lembaga negara harus
dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia tanpa menghilangkan
kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan, dan perorangan.
Kita memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan satu
kesatuan.Jadi, hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan dan kesatuan wilayah
nasional. Dengan kata lain, hakikat Wawasan Nusantara adalah ―persatuan bangsa dan
kesatuan wilayah. Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat Wawasan Nusantara
diwujudkan dengan menyatakan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

3.Kedudukan Wawasan Nusantara


Kedudukan yang dimaksud disini adalah wawasan negara sebagai suatu
wawasan yang bersifat nasional bangsa Indonesia.Dan hal itu adalah suatu ajaran yang
sangat dipercaya kebenarannya oleh seluruh kalangan masyarakat. Dengan adanya
ajaran tersebut, beguna untuk menghindari dan mengurangi penyalahgunaan atau
penyesatan serta peyimpangan dalam usaha mewujudkan tujuan nasional.
Dalam bidang paradigma nasional, wawasan nusantara biasanya akan terlihat
dari stratifikasinya sebagai berikut dibawah ini.
1. UUD 1945 berguna untuk landasan atau dasar konstitusi negara Indonesia dan
mempunyai kedudukan sebagai dasar konstitusional.
2. Ketahanan nasional sebagai konsep nasional atau berguna sebagai kebijakan
nasional yang mempunyai sebuah kedudukan untuk menjadi dasar dari
operasional.
3. Berguna untuk visi nasional, berkedudukan sebagai dasar visional.
4. Pancasila berfungsi untuk falsafah dan ideologi bangsa serta dasar negara yang
mempunyai kedudukan menjadi dasar idiil.

Kedudukan Wawasan Nusantara memiliki 2 kedudukan atau landasan adalah :


Wawasan nusantara merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat
dengan tujuan agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam rangka mencapai
dan mewujudkan tujuan nasional. Dan Kedudukan Wawasan Nusantara dalam
paradigma nasional.

2.2. LATAR BELAKANG KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA

1. Latar Belakang Konsepsi Berdasarkan Aspek Historis


Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-citanya pada umumnya tumbuh dan
berkembang dari latar belakang sejarahnya. Penjajahan mengakibatkan penderitaan dan
kepahitan yang sangat panjang, namun di sisi lain menimbulkan semangat, rasa senasib
sepenanggungan untuk bertekad memerdekakan diri. Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia merupakan warisan kolonial Hindia Belanda di mana batas wilayah
perairan ditentukan dan diakui berdasarkan Territoriale Zee en Maritieme Kringen
Ordonnantie (TZMKO) 1939. Berdasarkan TZMKO, laut teritorial adalah selebar 3 mil
laut dari garis pangkal masing-masing pulau. Dengan adanya undang-undang kolonial
tersebut, Indonesia secara politik dan ekonomi sangat dirugikan karena Tanah dan Air
Republik Indonesia belum terwujud dalam satu kesatuan yang utuh. Melalui proses
perjuangan yang panjang Indonesia berhasil mengubah batas wilayah perairan dari 3 mil
laut menjadi 12 mil laut melalui Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957. Deklarasi ini
berhasil mewujudkan kesatuan wilayah Republik Indonesia dan sejak itu kata Nusantara
resmi mulai digunakan dalam istilah ―Konsepsi Nusantara‖ sebagai nama dari Deklarasi
Djuanda.
Konsepsi Nusantara yang berlandaskan semangat kekompakan dan mengacu
pada konstelasi geografi RI sebagai negara kepulauan dikukuhkan menjadi Undang-
Undang Nomor 4/Prp tahun 1960. Konsepsi Wawasan Nusantara mengilhami masing-
masing Angkatan untuk mengembagkan wawasan berdasarkan matranya masing-
masing. Untuk menghindari berkembangnya wawasan yang tidak menguntungkan
karena mengancam kekompakan ABRI, disusunlah Wawasan Hankamnas yang
kemudian berganti nama menjadi Wawasan Nusantara. Pada tahun 1973 Wawasan
Nusantara diangkat dalam TAP MPR RI Nomor IV/MPR/1973 tentang GBHN dalam
bab II huruf ―E‖.
Perjuangan di dunia internasional untuk diakuinya wilayah Nusantara sesuai
dengan Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957 merupakan rangkaian perjuangan
yang cukup panjang. Dimulai sejak konferensi PBB tentang Hukum Laut yang pertama
tahun 1958, yang kedua tahun 1960, dan yang ketiga pada tahun 1982, pokok-pokok
asas negara Kepulauan diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 82 (United Nations
Conventipn on the Law Of The Sea atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut).

2. Latar Belakang Konsepsi Berdasarkan Aspek Geografis dan Sosial


Budaya
Dari segi geografis dan sosial budaya, Indonesia merupakan negara bangsa
dengan wilayah dan posisi yang unik, serta bangsa yang heterogen. Keunikan wilayah
dan heterogenitas bangsa menjadikan bangsa Indonesia perlu memiliki visi untuk
menjadi bangsa yang bersatu dan utuh.
Keunikan wilayah dan heterogenitas bangsa tersebut beberapa diantaranya:
a. Indonesia bercirikan negara kepulauan/maritim dengan jumlah sekitar
17.504 pulau.
b. Luas wilayah 5.180.053 km2 dengan 2/3 adalah luas perairan.
c. Jarak utara selatan 1.888 km dan jarak timur barat 5.110 km.
d. Terletak di antara dua benua dan dua samudera.
e. Terletak pada garis khatulistiwa.
f. Berada pada iklim tropis dan dua musim.
g. Menjadi pertemuan dua jalur pegunungan.
h. Berada pada 6LU-11LS dan 95BT-141BT.
i. Wilayah yang subur dan habitable.
j. Kaya akan flora, fauna, dan sumber daya alam.
k. Memiliki banyak etnik sehingga memiliki kebudayaan beragam.
l. Memiliki jumlah penduduk yang besar sekitar 265 juta jiwa.

3. Latar Belakang Konsepsi Berdasarkan Aspek Geopolitis dan


Kepentingan Nasional
Geopolitik bangsa Indonesia adalah satu kesatuan wilayah dari Sabang sampai
Merauke yang terletak antara dua samudera dan dua benua. Kesatuan antara bangsa
Indonesia dengan wilayah tanah air itulah yang membentuk semangat dan wawasan
kebangsaan, yaitu sebagai bangsa yang bersatu. Rasa kebangsaan dibentuk oleh adanya
kesatuan nasib, jiwa dan kehendak untuk bersatu, serta adanya kesatuan wilayah yang
sebelumnya bernama nusantara.
Kesepakatan para pendiri negara Republik Indonesia adalah wilayah Indonesia
yang merdeka hanyalah wilayah bekas jajahan Belanda atau eks Hindia Belanda. Upaya
membangun kesadaran untuk bersatunya bangsa dalam satu wilayah adalah dengan
konsepsi wawasan nusantara.
Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana menjadikan bangsa
dan wilayah ini senantiasa satu dan utuh. Kepentingan nasional itu merupakan turunan
dari cita-cita nasional, tujuan nasional, maupun visi nasional. Upaya untuk terus
membina persatuan dan keutuhan wilayah adalah dengan mengembangkann wawasan
nasional bangsa. Wawasan nasional bangsa Indonesia itu adalah Wawasan Nusantara.
2.3. WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA

• Wawasan nusantara berasal dari kata ‗wawas‘ berarti memandang, meninjau,


melihat, cara melihat. Nusantara berasal dari nusa dan antara. Artinya kesatuan
wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak diantara
Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia, serta diantara benua Asia dan benua
Australia.

• Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai geografi
wilayah nusantara yg menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan
cita-cita nasionalnya.
Konsep wawasan bangsa tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu
pada akhir abad XIX dan awal abad XX dan dikenal sebagai geopolitik, yang pada
mulanya membahas geografi dari segi politik negara (state). Selanjutnya berkembang
konsep politik—dalam arti distribusi kekuatan—pada hamparan geografi negara,
sehingga tidaklah berlebihan bahwa geopolitik sebagai ilmu ―baru‖ dicurigai sebagai
upaya pembenaran pada kosepsi ruang (Sunardi. 2004 : 157). Oleh karena itu dalam
membahas masalah wawasan nasional bangsa, disamping membahas sejarah terjadinya
konsep wawasan nasional akan dibahas pula teori geopolitik dan implementasinya pada
negara kita. Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, yang secara umum
didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang
bhineka, dan lingkungan geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan
dan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional dan turut serta menciptakan dalam
ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua itu dalam rangka mencapai Tujuan
Nasional. Oleh karena itu hakekat tujuan wawasan nusantara adalah kesatuan dan
persatuan dalam kebhinekaan, yang mengandung arti :

1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi, posisi dan
potensi geografi serta kebhinekaan budaya.
2. Pedoman pola tindak dan pola pikir kebijaksanaan nasional
3. Hakikat Wawasan Nusantara persatuan dan kesatuan dalam ke-bhinekaan.

Kedudukan Wawasan Nusantara

Dalam sistem kehidupan nasional Indonesia sebagai paradigma kehidupan


Nasional Indonesia yang urutannya sebagai berikut :

1. Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa dan dasar negara.


2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Wawasan Nusantara sebagai geopolitik bangsa Indonesia.
4. Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara Indonesia.
5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam
pembangunan nasional.
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sebagai doktrin da-sar pengaturan
kehidupan nasional. Sedangkan politik dan strategi na-sional sebagai kebijaksanaan
dasar nasional dalam bentuk GBHN—masa Orba—yang dijabarkan lebih lanjut dalam
kebijaksanaan strategi pada strata di bawahnya.
Doktrin dasar adalah himpunan prinsip atau teori yang diajarkan, dianjur-kan
dan diterima sebagai kebenaran, untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan
kegiatan, dalam usaha mencapai tujuan. Doktrin dasar adalah doktrin yang timbul dari
pemikiran yang bersifat falsafah.

Peranan Wawasan Nusantara


Dalam kehidupan nasional, Wawasan Nusantara dikembangkan peranannya
untuk :
1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras,
segenap aspek kehidupan nasional.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungan-nya. Peranan ini
berkaitan dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan ketergantungan
antara bangsa dengan ruang hi-dupnya. Oleh karena itu pemanfaatan lingkungan
harus bertanggung jawab. Bila tidak, maka akan menimbulkan kerusakan
lingkungan yang pada akhirnya akan merugikan bangsa itu sendiri.
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional. Ke-pentingan
nasional menjadi dasar hubungan antara bangsa. Apabila satu bangsa kepentingan
nasionalnya sejalan atau paralel dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka
kedua bangsa itu akan mu-dah terjalin hubungan persahabatan.
4. Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.

Wajah Wawasan Nusantara


Pengertian istilah wajah adalah roman muka. Wajah manusia hanya satu, tetapi
wajah itu memiliki beberapa roman muka dan tiap roman muka berbeda satu dengan
yang lain sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Dalam hubungan itu dapat dikatakan bahwa geopolitik Indonesia hanya satu
yaitu Wawasan Nusantara (Wasantara). Tetapi wajahnya lebih dari satu yaitu ada 4
wajah meliputi :
1. Wajah Wasantara sebagai wawasan nasional yang melandasi konsepsi Ketahanan
Nasional.
2. Wajah Wasantara sebagai wawasan pembangunan nasional.
3. Wajah Wasantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan.
4. Wajah Wasantara sebagai wawasan kewilayahan.

Wasantara sebagai Landasan Konsepsi Ketahanan Nasional


Wajah Wawasan Nusantara dalam pengembangannya dipandang sebagai
konsepsi politik ketatanegaraan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional. Sebagai
suatu konsepsi politik yang didasarkan pada pertim-bangan konstelasi geografis,
wawasan nusantara dapat dikatakan meru-pakan penerapan teori geopolitik dari bangsa
Indonesia.
Dengan demikian wawasan nusantara selanjutnya menjadi lan-dasan penentuan
kebijaksanaan politik negara. Dalam perjuangan menca-pai tujuan nasional akan banyak
menghadapi tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari luar
negeri maupun dari dalam negeri sendiri. Untuk menanggulanginya dibutuhkan suatu
keku-atan, baik fisik maupun mental. Semakin tinggi kekuatan tersebut maka semakin
tinggi pula kemampuannya. Kekuatan dan kemampuan inilah yang diistilahkan
ketahanan nasional. Semakin tinggi ketahanan nasi-onal yang dapat dicapai maka
semakin mantap pula kesatuan dan persa-tuan nasional. Semakin mantapnya persatuan
dan kesatuan nasional berarti semakin dekat kita dalam mencapai tujuan nasional.
Berdasarkan rangkaian pemikiran yang demikian itu, maka ketahanan nasional diar-
tikan sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan dalam mencapai persatuan dan
kesatuan nasional dalam rangka keseluruhan mencapai kesejahteraan dan keamanan
nasional. Bertolak dari pandangan ini maka ketahanan nasional merupakan geostrategi
nasional, untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditegaskan dalam wawasan
nusantara. Ketahanan nasional ini perlu dibina, dipelihara dan ditingkatkan dengan
berpedoman pada wawasan nusantara yang juga serentak untuk memberi isi kepadanya.

Wasantara sebagai Wawasan Pembangunan Nasional


Menurut UUD 1945, MPR wajib membuat GBHN. GBHN —masa Orba—
menegaskan bahwa wawasan dalam penyelenggaraan pem-bangunan nasional adalah
Wawasan Nusantara, yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD‘45.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
ling-kungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang mencakup :
1. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik dalam arti :
a. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra
seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.
b. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam
berbagai bahasa daerah serta memeluk dan meyakini berbagai agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan kesatuan bangsa
yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.
c. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam
mencapai cita-cita bangsa.
d. Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara
yang melandasi, membimbing dan meng-arahkan bangsa menuju tujuannnya.
e. Bahwa kehidupan politik diseluruh wilayah Nusantara meru-pakan satu
kesatuan politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD ‗45.
f. Bahwa seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem hukum
dalam arti bahwa hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi kepentingan
nasional.
g. Bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain ikut
menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial melalui politik luar negeri bebas dan aktif serta diabadikan
pada kepen-tingan nasional.
2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, dalam arti :
a. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal
dan milik bersama bangsa dan bahwa ke-perluan hidup sehari-hari harus
tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
b. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah,
tanpa meninggalkan kehidupan ekonominya.
c. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Nusantara meru-pakan satu
kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
2. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya dalam
arti :
a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan
kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.
b. Bahwa budaya bangsa Indonesia pada hakekatnya adalah satu, sedangkan corak
ragam budaya yang ada menggambarkan keka-yaan budaya bangsa yang
menjadi modal dan landasan pengem-bangan budaya bangsa seluruhnya dengan
tidak menolak nilai-nilai budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai
budaya bangsa yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.
4. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan Pertahanan dan Keamanan,
dalam arti :
a. Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
b. Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
rangka pembelaan negara dan bangsa.
Dari rangkaian uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Wawasan Nusantara merupakan penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan
dengan kondisi, posisi dan potensi geografi serta kebhinekaan bangsa dalam rangka
mewujudkan persatuan dan kesatuan.
2. Wawasan Nusantara merupakan pola tindak dan pola pikir dalam melaksanakan
pembangunan nasional.

Wasantara sebagai Wawasan Pertahanan dan Keamanan Negara


Wawasan Nusantara adalah pandangan geopolitik Indonesia dalam mengartikan
tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan yang me-liputi seluruh wilayah dan segenap
kekuatan negara. Mengingat bentuk dan letak geografis Indonesia yang merupakan
suatu wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya dan mempunyai letak equatorial
beserta segala sifat dan corak khasnya, maka implementasi nyata dari Wawasan
Nusantara yang menjadi kepentingan-kepentingan pertahanan keamanan negara harus
ditegakkan. Realisasi penghayatan dan pengi-sian Wawasan Nusantara disatu pihak
menjamin keutuhan wilayah nasional dan melindungi sumber-sumber kekayaan alam
beserta penye-larasannya, sedangkan dilain pihak dapat menunjukkan kedaulatan negara
Republik Indonesia. Untuk dapat memenuhi tuntutan itu dalam perkembangan dunia,
maka seluruh potensi pertahanan keamanan negara haruslah sedini mungkin ditata dan
diatur menjadi suatu kekuatan yang utuh dan menyeluruh. Kesatuan Pertahanan dan
Keamanan negara mengandung arti bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah
manapun pada hakekatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.

Wasantara sebagai Wawasan Kewilayahan


Sebagai faktor eksistensi suatu negara wilayah nasional perlu ditentukan batas-
batasnya agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga. Oleh karena itu pada
umumnya batas-batas wilayah suatu negara dirumuskan dalam konstitusi negara (baik
tertulis maupun tidak tertulis). Namun UUD‘45 tidak memuat secara jelas ketentuan
wilayah negara Republik Indonesia, baik dalam Pembukaan maupun dalam pasal-
pasalnya menyebut wilayah/daerah yaitu :
1. Pada Pembukaan UUD‘45, alinea IV disebutkan ―…..seluruh tumpah darah
Indonesia…..‖
2. Pasal 18, UUD‘45 : ―Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil
……………‖
Untuk dapat memahami manakah yang dimaksudkan dengan wilayah atau
tumpah darah Indonesia itu, maka perlu ditelusuri pemba-hasan-pembahasan yang
terjadi pada sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), pada bulan Mei – Juni1945, yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indone-sia (PPKI), sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945, adalah bersumberkan pada Rancangan UUD dan Piagam Jakarta yang
dihasilkan oleh BPUPKI. Dalam rangkaian sidang-sidang BPUPKI bulan Mei – Juni
1945, telah dibahas masalah wilayah Negara Indonesia merdeka yang lebih populer
disebut tanah air atau juga ―tumpah darah‖ Indonesia.
Dalam sidang-sidang ini yang patut dicatat adalah pendapat : Dr. Supomo, SH
dan Muh. Yamin, SH pada tanggal 31 Mei 1945 serta Ir. Sukarno tanggal 1 Juni 1945.
Supomo mennyatakan, a.l.:
―Tentang syarat mutlak lain-lainya, pertama tentang daerah, saya
mufakat dengan pendapat yang menga-takan : pada dasarnya Indonesia
yang harus meliputi batas Hindia Belanda…‖ (Setneg RI, tt : 25)

Muh Yamin menghendaki, a.l :


―….. bahwa Nusantara terang meliputi Sumatera, Jawa-Madura, Sunda
Kecil, Borneo, Selebes, Maluku-Ambon, dan semenanjung Malaya,
Timor dan Papua. ….Daerah kedaulatan negara Republik Indonesia
ialah daerah yang delapan yang menjadi wilayah pusaka bangsa
Indonesia‖. (Setneg RI, tt : 49)

Sukarno dalam pidatonya, a.l. :


― ….. Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat
dipisahkan rakyat dari bumi yang ada di bawah kakinya. … Tempat
itu yaitu tanah-air. Tanah-air itu adalah satu kesatuan. Allah SWT
membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta
dunia, kita dapat menunjukkan dimana ―kesatuan-ke-satuan‖ disitu.
Seorang anak kecilpun, jikalau ia meli-hat dunia, ia dapat
menunjukkan bahwa kepulauan In-donesia merupakan satu kesatuan.
….‖ (Setneg RI, tt : 66)

Yang disepakati sebagai wilayah negara Indonesia adalah bekas wilayah Hindia
Belanda. Namun demikian dalam rancangan UUD maupun dalam keputusan PPKI
tentang UUD 1945, ketentuan tentang mana wilayah negara Indonesia itu tidak
dicantumkan. Hal ini dijelaskan oleh ketua PPKI—Ir. Sukarno—bahwa : dalam UUD
yang modern, daerah (= wilayah) tidak perlu masuk dalam UUD (Setneg RI, tt : 347).
Berdasarkan penjelasan dari Ketua PPKI tersebut, jelaslah bahwa wilayah atau tanah air
atau tumpah darah Indonesia meliputi batas bekas Wilayah Hindia Belanda.
Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan
kepentingan nasional dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan batas
wilayah tidak saja untuk mempertahankan wilayah tetapi juga untuk menegaskan hak
bangsa dan negara dalam pergaulan internasional. Wujud geomorfologi Indonesia
berdasarkan Pancasila—dalam arti persatuan dan kesatuan—menuntut suatu konsep
kewilayahan yang memandang daratan/pulau, lautan serta udara angkasa diatasnya,
sebagai satu kesatuan wilayah. Dari dasar inilah laut bukan lagi sebagai alat pemisah
wilayah.
Dalam menentukan batas wilayah negara, Pemerintah RI meng-acu pada Aturan
peralihan UUD-45, pasal II—―Segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang dasar
ini‖—yang memberlakukan undang-undang sebelumnya. Pemerintah Hindia Belanda
telah menge-luarkan peraturan perundang-undangan wilayah dan termuat dalam
Ordomantie tahun 1939 yang diundangkan pada 26 Agustus 1939 yang dimuat dalam
Staatblad No. 422 tahun 1939, tentang ―Territoriale Zee en Maritieme Kringen
Ordonantie‖. Berdasarkan ketentuan ordonansi ini, penentuan lebar laut wilayah
sepanjang 3 mil laut dengan cara penarikan garis pangkal berdasar garis air pasang
surut, yang dikenal pula mengikuti contour pulau/darat. Ketentuan demikian itu
mempunyai konsekwensi bahwa secara hipotetis setiap pulau yang merupakan bagian
wilayah negara Republik Indonesia mempunyai laut teritorial sendiri-sendiri.
Sedangkan disisi luar atau sisi laut (outer limits) dari tiap-tiap laut teritorial dijumpai
laut bebas. Jarak antara satu pulau dengan pulau lain yang menjadi bagian wilayah
negara Republik Indonesia ―dipi-sahkan‖ oleh adanya kantong-kantong laut yang
berstatus sebagai laut bebas yang berada diluar yuridiksi nasional kita. Dengan
demikian dalam kantong-kantong laut nasional tidak berlaku hukum nasional.
Berdasar itulah pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan pengumuman
Pemerintah Republik Indonesia tentang wilayah perairan Negara Republik Indonesia
yang dikenal sebagai ―Deklarasi Juanda‖ Ir. Juanda pada periode itu sebagai Perdana
Menteri Republik Ind-nesia yang pada hakekatnya melakukan perubahan terhadap
ketentuan ordonansi pada lembaran negara (staatblad) no. 422 tahun 1939 sebagai
berikut :
1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang surut
(low water line), tetapi didasarkan pada sistem pe-narikan garis lurus (straight base
line) yang diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar dari
pada pulau-pulau atau bagian pulau yang termasuk kedalam wilayah negara
Republik Indonesia (= point to point theory).
2. Penentuan lebar laut wilayah dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut. Deklarasi Juanda
pada hakikatnya adalah menerapkan asas archipelago atau asas nusantara. Didalam
deklarasi ini terkandung kepentingan dan tujuan bangsa Indonesia ialah keutuhan
wilayah negara di lautan.
Deklarasi ini selanjutnya diakomodasikan dalam rangkaian peraturan perundang-
undangan, sebagai berikut :
1. Undang-undang no. 4 PRP tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Dalam UU ini
diberikan penjelasan dan kejelasan tentang :
a. alasan atau argumentasi perlunya meninjau kembali peraturan tentang penentuan
batas laut wilayah.
b. Makna dan pengertian : perairan Indonesia, laut wilayah Indo-nesia, perairan
pedalaman Indonesia.
2. Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 1960 tentang lalu-lintas laut damai perairan
Indonesia. Peraturan ini menentukan aturan-aturan, antara lain tentang : lalu lintas
laut damai kendaraan air asing di perairan pedalaman, pengertian dan makna lalu
lintas damai kendaraan asing, bentuk dan luas kedaulatan wilayah Nusantara sejak
―Deklarasi Juanda 1957
Wilayah sebagai Ruang Hidup

 Ruang hidup suatu negara meliputi darat, laut, udara

 Antara satu negara dengan negara lain memiliki wilayah negara yang tidak
sama

 Setiap negara memiliki kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita dan


tujuan nasional
 Indonesia yang memiliki wilayah negara yang sangat luas di satu sisi, sedang
di sisi lain Indonesia juga harus mewujudkan tujuan negara, maka Indonesia
harus memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai pedoman.

 Pedoman tersebut sbg pandangan atau wawasan yg menjamin persatuan dan


kesatuan wilayah, bangsa, dan segenap aspek kehidupan nasional Indonesia.
 Kesatuan pandangan atau wawasan itu secara nasional di Indonesia dikenal
dengan WAWASAN NUSANTARA. (catatan istilah nusantara digunakan
utk wilayah NKRI).
 Diharapkan seluruh warga negara, aparatur negara/ pemerintah dan
masyarakat jika pedomannya satu, wawasannya satu dlm melihat wilayah,
bangsa, maka bangsa ini (Indonesia) akan satu, utuh, damai jauh dari
konflik, disharmonisasi, atau gejala disintegrasi bangsa. Sehingga
pembangunan dapat dilakukan dengan baik dalam mengawal kepentingan
nasional guna menggapai tujuan dan cita-cita nasional.

Konsep Geopolitik

Secara etimologi Geopolitik dari bahasa Yunani: geo = bumi yang menjadi
wilayah hidup; polis = kesatuan masyarakat yg berdiri sendiri atau negara; teia = urusan
(politik) bermakna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Konsep Geopolitik,
merupakan ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan
masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.Dikemukakan oleh
Frederic Ratzel sebagai ilmu bumi politik (political geogrephy). Juga Rudolph Kjellen
dan Karl Haushofer, sebagai Geographical Politic, disingkat GEOPOLITIK.Geopolitik
mempelajari fenomena politik dari aspek geografi.Geopolitik memaparkan dasar
pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan
tujuan tertentu.

 Geopolitik sebagai Ilmu Bumi politik


Geopolitik sebagai etimologi berasal dari kata geo ( bahasa yunani ) yang berarti
bumi dan tidak lepas dari pengaruh letak serta kondisi geografis bumi yang
menjadi wilayah hidup. Geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan
negara yang setiap kebujakanya di kaitkan dengan masalah-masalah geografi
wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa. Geopolitik adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara factor-faktof geografi, strategi, dan politik suatu
negara, sedang untuk implementasinya di perlukan suatu atrategi yang bersifat
nasional.
Istilah geopolitik pertama kali di artiakan oleh Frederich Radzel sebagai ilmu
bumi politik, yang kemudian di peluas oleh Rudolf Kjellen menjadi
georagrapichal pilitich, disingkat geopolitik.

 Teori-Teori Geopolitik
 Teori Geopolitik Frederich Ratzel: negara seperti organisme yang hidup.
Membutuhkan ruangan utk tumbuhberkembangnya organisme hidup. Teori ini
dikenal sbg teori organisme atau teori biologis.

 Teori Geopolitik Rudolf Kjellen: negara adalah suatu organisme bukan hanya
mirip. Pandangan Ratzel dan Kjellen hampir sama. Keduanya mengajukan
paham ekspansionisme yang melahirkan ajaran adu kekuatan (power politics
atau theory of power).

 Teori Geopolitik Karl Haushofer:melanjutkan teori Ratzel dan Kjellen. Jika jml
penduduk suatu negara bertambah maka negara hrs memperluas wilayah, dg
bermacam cara antara lain: (a) autarki, memenuhi kebutuhan sendiri tanpa
bergantung negara lain; (b) wilayah-wilayah yg dikuasai (pan regional),mis: Pan
Amerika, Pan Asia Timur, Pan Rusia India, Pan Eropa Afrika. Teori Haushofer
dipraktikkan oleh Nazi Jerman sehingga terjadi Perang Dunia II.

 Teori Geopolitik Halford Mackinder: penguasaan daerah-daerah jantung dunia.


Dikenal teori daerah jantung. Barang siapa menguasai ‗daerah jantung‘ (eropa
timur dan Rusia) maka ia akan menguasai pulau dunia (eropa, asia, dan afrika)
yg pada akhirnya akan menguasai dunia

 Teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan: perlu memanfaatkan dan


mempertahankan sumberdaya laut, juga akses laut. Dikenal konsep bahari atau
konsep kekuatan di laut. Barang siapa menguasai lautan akan menguasai
kekayaan dunia.
 Teori Geopolitik Guilio Douhet, William Mitchel, Saversky, dan JFC Fuller:
kekuatan dirgantara lebih berperan dalam memenangkan peperangan melawan
musuh. Muncul konsep wawasan dirgantara atau konsep kekuatan di udara.

 Teori Geopolitik Nicholas J. Spijkman: dikenal dg teori daerah batas. Ia


membagi dunia dlm empat wilayah: (a) pivot area, wilayah jantung, (b) offshore
continen land, wilayah pantai benua Eropa – Asia, (c) oceanic belt, wilayah
pulau di luar Eropa – Asia, Afrika Selatan, (d) new world, wilayah Amerika.
Spijkman memandang perlu kekuatan kombinasi dari angkatan-angkatan perang
untuk menguasai wilayah-wilayah dimaksud. Pandangan ini menghasilkan Teori
Garis Batas (Rimland) yang dinamakan Wawasan Kombinasi

 Paham Geopolitik Bangsa Indonesia


 GEOPOLITIK BANGSA INDONESIA diwujudkan dengan nama WAWASAN
NUSANTARA
 Wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia. Didalam wawasan Nusantara
terkandung konsepsi geopolitik Indonesia, yaitu unsur ruang yg tdk saja secara
fisik tetapi secara keseluruhan
 Sbg negara kepulauan dg masyarakat yg berbhinneka, penyelenggaraan NKRI
bersumber dari dan bermuara pada landasan ideal pandangan hidup dan
konstitusi UUD 1945
 Bangsa Indonesia adalah bangsa yg cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan.
 Bangsa Indonesia menolak paham ekspansionisme dan adu kekuatan yg
berkembang di Barat. Bangsa Indonesia juga menolak paham rasialisme krn
manusia memiliki hak dan kewajiban yg sama.
 Dalam hub internasional, bgs Indonesia berpijak pd paham kebangsaan, dg
menolak chauvisme. Bgs Indonesia selalu terbuka menjalin kerjasama antar
bangsa yg saling menolong dan saling menguntungkan, semua dalam rangka
ikut mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia

2.4. PERWUJUDAN WAWASAN NUSANTARA

1. Perumusan Wawasan Nusantara


Konsepsi Wawasan Nusantara dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu
dalam ketetapan MPR mengenai GBHN. Secara berturut turut ketentuan tersebut adalah

a) Tap. MPR No. IV/ MPR/ 1973


b) Tap. MPR No. IV/ MPR/ 1978
c) Tap. MPR No. IV/ MPR/ 1983
d) Tap. MPR No. IV/ MPR/ 1988
e) Tap. MPR No. IV/ MPR/1993
f) Tap. MPR No. IV/ MPR/ 1998
Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bahwa wawasan dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional dalam mencapai Tujuan Pembangunan Nasional adalah
Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara adalah wawasan nasional yang bersumber
dari Pancasila dan UUD 1945. Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hakikat dari Wawasan Nusantara adalah kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah
Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia tersebut mencakup:
a. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik.
1) Bahwa Pancasila adalah salah satunya falsafah serta ideologi bangsa dan
negara, yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju
tujuannya.
2) Bahwa seluruh kepulauan nusantara merupakan kesatuan hukum dalam
arti bahwa hanya ada satu hukum yang mengabdi kepada kepentingan
nasional.
3) Bahwa kebutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan
mitra seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama.
b. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi.
1) Bahwa kekayaan wilayahnusantara baik potensial maupaun efektif adalah
modal dan milik bersama bagsa dan bahwa keperluan hidup sehari-hari
harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
2) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang diselurruh
daerah, tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yag dimiliki oleh daerah-daerah
dalam mengembangkan ekonominya.
c. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya.
1) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu,peri kehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarakat yang sama, merata, dan seimbang, serta adanya keselarsaan
kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa.
2) Bahwa budaya indonesia hakikatnya adalah satu, sedangkan ragam corak
budaya yang ada menggambarkan kebudayaan budaya yang menjadi
modal dan landasan penegmbangan budaya bangsa seluruhnya, yang
hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.
d. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan Keamanan
1) Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya merupakan
ancaman bagi seluruh bangsa dan negara.
2) Bahwa tiap-tiap warganegaramempunyai hak dan kewajiban yang sama
didalam pembelaan negara.

Masing-masing cakupan arti dari Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu


Kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan Keamanan
(POLEKSOSBUDHANKAM) tersebut tercantum dalam GBHN.
GBHN terakhir yang memuat rumusan mengenai Wawasan Nusantara adalah GBHN
1998 yaitu dalam Ketetapan MPR No. II \ MPR \ 1998. Pada GBHN 1999 sebagaimana
tertuang dalam Ketetapan MPR No. IV \ MPR \ 1999 tidak lagi ditemukan rumusan
mengenai Wawasan Nusantara.
Pada masa sekarang ini, dengan tidak adanya lagi GBHN, rumusan Wawasan
Nusantara menjadi tidak ada. Meski demikian sebagai konsepsi politik ketatanegaraan
Republik Indonesia, wilayah Indonesia yang berciri nusantara kiranya tetap
dipertahankan. Hal ini tertuang dalam Pasal 25A UUD 1945 Amandemen IV yang
berbunyi ―Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dangan
Undang-Undang‖. Undang-Undang yang mengatur hal ini adalah Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.
3. Batas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Berdasar UU No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia bahwa negara Indonesia
merupakan negara kepulauan. Negara Kepulauan merupakan hasil keputusan Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982 yang berarti
suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu gugus besar atau lebih kepulauan dan
dapat mencakup pulau-pulau lain. Dinyatakan dalam Bab IV Pasal 46 konvensi UNLOS
sebagai berikut : ―Archipelagic state means a state constitude wholly by one or more
archipelagos and may include other islands‖. Konvensi ini menentukan pula bahwa
gugusan kepulauan berarti suatu gugusan pulau-pulau termasuk bagian pulau, perairan
di antara gugusan pulau-pulau tersebut dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya
satu sama lainnya demikian eratnya sehingga gugusan pulau-pulau, perairan dan wujud
alamiah lainnya tersebut merupakan suatu kesatuan geografi dan politik yang hakiki,
atau secara historis telah dianggap sebagai satu kesatuan. Indonesia telah diakui sebagai
negara kepulauan setelah meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No. 17 Tahun 1985.
Baerdasarkan UU No. 43 Tahun 2008, yang dimaksud wilayah negara adalah salah
satu unsur negara yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman,
perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta
ruang udara di dalamnya. Berdasar hak ini, wilayah negara Kesatuan Republik
Indonesia meliputi tanah (daratan) dan air (lautan) dan udara di atasnya.
a). Wilayah Daratan
Wilayah daratan adalah daerah dipermukaan bumi dalam batas-batas tertentu dan
di dalam tanah di permukaan bumi.
b). Wilayah Perairan
Wilayah perairan Indonesia meliputi laut territorial, perairan kepulauan, dan
peraran pendalaman.
c). Wilayah Udara
Wilayah udara adalah wilayah yang berada di atas wilayah daratan dan lautan
(perairan) negara itu. Seberapa jauh kedaulatan negara terhadap wilayah udara di
atasnya, terdapat beberapa aliran, yaitu :
1) Teori Udara Bebas
i) Kebebasan ruang tanpa batas, ruang udara dapat digunakan oleh siapapun.
Negara tidak berhak dan berdaulat diruang udara.
ii) Kebebasan ruang terbatas, terbagi dua :
(1) Negara kolong berhak mengambil tindakan tertentu untuk memelihara
keamanan dan keselamatan, dan
(2)Negara kolong hanya berhak terhadap suatu wilayah tertentu.
Teori yang menyatakan adanya kebebasan ruang terbatas adalah :
(a) Teori Keamanan
Negara mempunyai kedaulatan di udara dibatasi untuk menjaga
keamanan. Pada tahun 1901 ditentukan dengan ketinggai 1500 m
dan pada tahun 1910 diubah menjadi 500 m.

(b) Teori penguasaan Cooper Pada Tahun 1950


Copper menyatakan kedaulatan udara ditentukan oleh kemampuan
negara yang bersangkutan menguasai ruang udara secara fisik dan
ilmiah. Misalnya, dengan kemampuan teknologi pesawat (Cooper).
(c) Teori udara Scahater
Scahater menyatakan wilayah udara hendaknya sampai pada
ketinggian dimana udara masih cukup mampu mengangkat pesawat.
Ketinggian tersebut lebih kurang 30 mil dari muka bumi.

2) Teori Negara Berdaulat di Udara


Mengenai teori ini belum ada kesepakatan di forum internasional. Mengenai ruang
angkasa, masih timbul beda pendapat tentang batas jarak ketinggian, yaitu dari
mana mengukurnya. Apakah diukur dari permukaan laut ataukah dari ttik tertinggi
dari negara tersebut. Misalnya, dari puncak gunung.

D. Tujuan dan Mamfaat Wawasan Nusantara


a) Tujuan Wawasan Nusantara
Tujuan Wawasan Nusantara terdiri atas dua :
1. Tujuan ke dalam, yaitu menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap aspek
kehidupan nasional, yaitu politik, ekonomi, social budaya, pertahanan keamanan.
2. Tujuan ke luar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba
berubah, dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social serta mengembangkan suatu kerja sama dan
saling menghormati.
b) Mamfaat Wawasan Nusantara
Mamfaat Wawasan Nusantara adalah sebagai berikut :
1. Diterima dan diakuinya konsepsi Nusantara di forum internasional.
2. Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia.
3. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan potensi sumber daya
yang besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
4. penerapan wawasan nusantara menghasilkan cara pandang tentang keutuhan
wilayah nusantara yang perlu dipertahankan oleh bangsa Indonesia.
5. Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional.

2.5. OTONOMI DAERAH INDONESIA

1.OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa yunani, auto yang berarti sendiri
dan nomous yang berarti hukum atau peraturan. Otonomi daerah pada hakikatnya
adalah hak mengurus rumah tanga sendiri bagi suatu daerah otonom.hak tersebut
bersumber dari wewenang pangkal dan urusan urusan pemerintah (pusat) yang
diserahkan kepada daerah. Inti keotonomian suatu daerah adalah penentuan kebijakan
sendiri dan pelaksanaan sendiri namunhak itu dikembalikan kepada pihak yang
memberi. Secara sederhana otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomuntuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatsetempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang undangan (undang-
undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah).

Aturan perundang undangan otonomi daerah

Beberapa aturan perundang undangan yang berhubungan dengan pelaksanaan tonomi


daerah:
1) Undang undang No.5 tahun 1974 tentang pokok pokok pemerintahan di daerah
2) Undang undang No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah
3) Undang undang No.32 tahun 2004 tentang penimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
4) Perpu No. 3 tahun 2005 tentang perubahan atas undang undang No.32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah.
5) Undang undang No.12 tahun 2008 tentang perubahan keduaatas undang undang
No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.

Otonomi daerah diberlakukan di indonesia melalui undang undag nomor 22


tahun 1999 tentang pemerintahan daerah (lembaga negara republik indonesia
tahun 1999 nomor 60,tambahan lembaran republik indonesia nomor 3839). Pada
tahun 2004 umdang umdang nomor 22 tahun 1999tentang pemerintaha daerah
dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan
tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah.
Sehingga digantikan dengan undang undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah (lembaran negara republik indonesia tahun 2004 nomor
125 , tambahan lembaran tentang negara republik indonesia nomor 4437).
Selanjutnya, undang undang nomor 32 tahun 2004 hingga saat ini telah
mengalami beberapa kali perubahan terakhir kali dengan undang undang nomor
12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas undang undang nomor 32 tahun
2004.

Pelaksanaan otonomi daerah

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titikfokus yang penting dalam rangka


memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh
pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing masing. Ini merupakan
kesempatan yang sangat baik bagi penerintah daerah untuk membuktikan
kemampuannya untuk melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau
tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk
melaksanakan yaitu pemerintahan daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan
bereksperimen dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar
ketentuan perundang undangan.

 Pelaksanaan otonomi daerah masa orde baru


sejak tahun 1966 pemerintah orde baru berhasil membangun suatu pemerintahan
nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik sebagai landasan
untuk mempercepat pembangunan ekonomi indonesia. Politik yang pada
pemerintahan orde lama dijadikan panglima, dijadikan ekonomi sebagai
panglimanya, dan mobilisasi masa atas dasar partai secara perlahan digeser oleh
birograsi dan politik teknokratis. Banyak prestasi yang telah dicapai oleh
pemerintahan orde baru, terutama keberhasilan di bidang ekonomi yang di
topang sepenuhnya oleh kontrol dan inisiatif program program pembangunan
dari pusat. Dalam kerangka struktur sentralisasi kekuasaan politik dan otoritas
administrasi ini dibentuklah undang undang nomor 5 tahun1974 tentang pokok
pokok pemerintahan daerah mengacu pada UU ini.
Selanjutnya yang dimaksud dengan daerah otonom adalah satuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan
berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan
negara kesatuan republik indonesia, sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
Undang undang nomor 5 tahun 1974 ini juga meletakkan dasar dasar sistem
hubungan pusat-daerah yang dirangkum dalam 3 prinsip:
1) Desentralisasi, penyerahan urusan pemerintah atau daerah tingkat
atasnya kepada daerah yang menjadi urusan rumah tangganya.
2) Dekonsentrasi, pelimpahan wewenang dari pemerintah atau kepala
wilayah atau kepala imstansi diatasnya kepada pejabat pejabat di daerah.
3) Tugas pembantuan (medebewind), tugas untuk turut serta dalam
melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah
daerah oleh pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban
mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.
Berkaitan dengan susunan, fungsi dan kedudukan anggota dewan perwakilan
rakyat daerah diatur dalam pasal 27, 28 dan 29 dengan hak seperti hak yang
dimiliki oleh anggota dewan perwakilan rakyat (hak anggaran: mengajukan
pertanyaan bagi masing-masing anggota; meminta keterangan; mengadukan
perubahan; mengajukan pernyataan pendapat; prakarsa; dan penyelidikan) dan
kewajiban (seperti a).mempertahankan, mengamankan serta mengamalkan
PANCASILA dan UUD 1945, b). Menjunjung tinggi dan melaksanakan secara
konsekuen garis garis besar haluan negara, ketetapan-ketetapan majelis
permusyawaratan rakyat serta mentaati segala peraturan perundang undangan
yang berlaku; c). Bersama sama kepala daerah menyusun anggaran pendapatan,
belanja daerah dan peraturan-peraturan daerah untuk kepentingan daerah dalam
batas-batas wewenang yang diserahkan kepada daerah untuk melaksanakan
peraturan perundang undangan yang pelaksanannya ditugaskan kepada daerah;
d). Memperhatikan aspirasi dan memajukan tingkat kehidupan rakyat dengan
berpegang pada program pembangunan pemerintah.

 Pelaksanaan otonomi daerah setelah masa orde baru


upaya serius untuk melakukan desentralisasi di indonesia pada masa reformasi
dimulai di tengah tengah krisis yang melanda asia dan bertepatan dengan proses
pergantian rezim (dari rezim otoritorian kerezim yang lebih demokrasi).
Pemerintahan habibie yang memerintah setelah jatuhmya rezim soeharto harus
menghadapi tantangan untuk mempertahankan integritas nasional dan
dihadapkan pada beberapa pilihan yaitu:
1) Melakukan pembagian kekuasaan dengan pemerintah daerah, yang
berarti mengurangi peran pemerintah pusat dan memberikan otonomi
kepada daerah;
2) Pembentukan negarafederal; dan
3) Membuat pemerintah provinsi sebagai agen murni pemerintah pusat.

Pada masa ini, pemerintahan habibie memberlakukan dasra hukum desentralisasi


yang baru untuk menggantikan undang-undang nomor 5 tahun 1974, yaitu
dengan memberlakukan undang undang nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Beberapa hal
medasar yang mengenai otonomi daerah dalam undang undang nomor 22 tahun
1999 tentang pemerintahan daerah yang sangat berbeda dengan prinsip undang-
undang sebelumnya antara lain:

1. Dalam undang-undang nomor 5 tahun 1974 pelaksanaan otonomi daerah


lebih mengenedapankan otonomi daerah sebagai kewajiban dari pada
hak, sedangkan pada undang-undang nomor 22 tahun 1999 menekankan
arti penting kewarganegaraan dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat melalui prakarsanya sendiri
2. Daerah otonom mempunyai kewenangan dan kebebasan untuk
membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi
masyarakat.
3. Kabupaten dan kota sepenuhnya menggunakan azaz desentralisasi atau
otonom, dalam hubungan ini kecamatan tidak lagi berfungsi sebagai
peringkat dekonsentrasi dan wilayah administrasi tetapi menjadi
perangkat daerah kabupaten/kota.
4. Pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah dan perangkat daerah
lainnya senang DPRD bukan unsur pemerintah daerah. DPRD
mempunyai fungsi pengawasan, anggaran dan legislasi daerah. Kepala
daerah dipilih dan bertanggung jawab kepada DPRD. Gubernur selaku
kepala wilayah administratif bertanggung jawab kepada presiden.
5. Peraturan daerah ditetapkan oleh kepala daerah dengan persetujuan
DPRD sesuai pedoman yang ditetapkan pemerintah dan tidak perlu
disahkan oleh pejabat yang berwenang
6. Setiap daerah hanya dapat memilih seorang wakil kepala daerah dan
dipilih bersama pemilihan kepala daerah dalam satu paket pemilihan oleh
DPRD.
7. Daerah diberi kewenangan untuk melakukan pengangkatan, pemindahan,
pemberhentian, penetapan pensiun, pendidikan dan pelatihan pegawai
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah, berdasarkan nama,
standar, prosedur yang ditetapkan pemerintah.
8. Kepala kabupaten kota diberikan otonomi yang luas, sedangkan pada
provinsi otonomi yang terbatas. Kewenangan yang ada pada provinsi
adalah otonomi yang bersifat lintas kabupaten dan kota, yakni
serangkaian kewenangan yang tidak efektif dan efisien kalau
diselenggarakan dengan pola kerjasama antar kabupaten atau kota

2. KAITAN WAWASAN NUSANTARA DENGAN OTONOMI DAERAH

Otonomi daerah memberi keleluasaan kepada daerah untuk mengelola dan


mendapatkan potensi sumber daya alam uang sesuai dengan proporsi daya dukung yang
dimiliki oleh daerahnya. Dengan demikian, tidak ada kecemburuan dan ketidakadilan
yang terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sedangkan wawasan
nusantara menghendaki adanya persatuan bangsa dan keutuhan negara nasional.
Persimpangan untuk tetap perlunya persatuan bangsa dan keutuhan wilayah ini
merupakan modal penting dalam pembangunan. Wawasan nusantara juga antara lain
sistem politik, ekonomi, budaya dan pertahanan dalam lingkup negara indonesia.
Cerminan dari semangat persatuan itu diwujudkan dalam bentuk negara kesatuan.

Namun demikian semangat perlunya dalam bernagai aspek kehidupan itu tidak
sampai menimbulkan negara kekuasaan. Negara-negara yang memiliki berbagai aspek
kehidupan termasuk berbagai hak dan kewenangan yang ada di daerah-daerah di
indonesia. Tiap-tiap daerah sebagai ruang yang diberikannya untuk mengatur dan
mengelola dalam rangka mendapatkan keadilan dan kemakmuran. Oleh karena itu, tidak
ada yang salah dengan otonomi daerah atau dengan kata lain otonomi daerah tidak
bertentangan dengan prinsip wawasan nusantara. Otonomi dan desentralisasi adalah
cara atau strategi yang dipilih agar penyelenggaraan negara kesatuan republik indonesia
ini dapat menghasilkan pembangunan yang berkeadilan dan merata di berbagai wilayah
tanah air.
BAB IV
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Wawasan berarti pula cara pandang dan cara melihat. Nusantara berasal dari
kata nusa dan antara.Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan.Antara artinya
menunjukkan letak antara dua unsur.Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang
terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu
samudra Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata ―Nusantara‖
digunakan sebagai pengganti nama Indonesia. Berdasarkan pendapat-pendapat ahli
tersebut, secara sederhana wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia
terhadap diri dan lingkungannya. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional
Indonesia pada hakikatnya merupakan perwujudan dari kepulauan Nusantara sebagai
satu kesatuan pertahanan dan keamanan.

Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara dalam


pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi
kepentingan nasional. Hal tersebut berarti bahwa setiap warga masyarakat dan aparatur
negara harus berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh menyeluruh demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia.Demikian juga produk yang dihasilkan oleh
lembaga negara harus dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara
Indonesia tanpa menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah,
golongan, dan perorangan.
Geopolitik bangsa Indonesia adalah satu kesatuan wilayah dari Sabang sampai
Merauke yang terletak antara dua samudera dan dua benua. Kesatuan antara bangsa
Indonesia dengan wilayah tanah air itulah yang membentuk semangat dan wawasan
kebangsaan, yaitu sebagai bangsa yang bersatu. Rasa kebangsaan dibentuk oleh adanya
kesatuan nasib, jiwa dan kehendak untuk bersatu, serta adanya kesatuan wilayah yang
sebelumnya bernama nusantara.
Dengan demikian wawasan nusantara selanjutnya menjadi lan-dasan penentuan
kebijaksanaan politik negara. Dalam perjuangan menca-pai tujuan nasional akan banyak
menghadapi tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari luar negeri
maupun dari dalam negeri sendiri. Untuk menanggulanginya dibutuhkan suatu keku-atan, baik
fisik maupun mental.

3.2. SARAN
Disarankan kepada mahasiswa agar mencari lebih banyak lagi informasi
mengenai Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia dari berbagai sumber
sehingga mahasiswa lebih paham wawasan Negara itu sangat penting.

DAFTAR PUSTAKA

Harjasumantri, Kusunadi, 1989, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakar-ta, Gajah Mada


University Press.
Kusumaatmadja, Prof. DR. Mochtar, SH, 2003, Konsepsi Hukum Ne-gara Nusantara,
Pada Konferensi Hukum Laut III, Bandung, Alumni

Kusunadi, 1989, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakar-ta, Gajah Mada University Press.
Sumarsono, S dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Sunardi R.M. 2004, Pembinaan Ketahanan Bangsa dalam rangka memperkokoh
ketahanan NKRI, Jakarta, Kuaterminta Adidarma Achmad Fauzi, Pancasila,
Tinjauan Konteks Sejarah, Filsafat Ideologi Nasional dan Ketatanegaraan
Republik Indonesia, Malang:PT. Danar Jaya Brawijaya University Press, 2003.
Soemarwoto, Otto, 2001, Atur diri sendiri, paradigma baru penge-lolaan lingkungan
hidup, Yogyakarta, Gajah Mada University Press.
Winarno. 2006.Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara.

Winarno. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan: Panduan Kuliah di


Perguruan Tinggi Edisi Ketiga. Jakarta : Sinar Grafika. Harjasumantri,

Anda mungkin juga menyukai