Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam mewujudkan tujuan nasional indonesia banyak mengalami kendala, baik dalam
tataran konsep maupun implementasinya. Pada tataran konsep tidak adanya kata sepakat
antara perkataan dan perbuatan di antara para elit politik. Contoh kongkrit konsep
ekonomi liberal, ekonomi kerakyatan dan perwujudan Welfare State (negara
kesejahteraan). Ketiga konsep tersebut mewarnai kebijakan pemerintah sekarang,
Wawasan nusantara diharapkan mampu menyatukan pandangan-pandangan yang
berbeda dalam masyarakat dan memberikan solusi untuk mendasari Ketahanan Nasional
suatu bangsa, sehingga tujuan nasional dapat terialisir.
Konsep Wawasan Nusantara memberikan solusi untuk menyamakan pandangan yang
sama sehingga dapat mewujudkan Integrasi nasional seperti yang diharapkan bangsa.
Indoenesia dan integrasi nasional dapat mewujudkan kesejahteraan melalui implementasi
dari wawasan nusantara. Implementasi dari wawasan nusantara banyak dijelaskan dalam
buku pelajaran, namun hanya sedikit jurnal yang membahas tentang implementasi dari
wawasan nusantara. Hal ini disebabkan kurangnya implementasi yang dapat dijadikan
untuk pengembangan wawasan nusantara. Selain itu dalam pembuatan jurnal materi
tentang implementasi ini sulit untuk dilakukan penelitian karena cakupan yang luas.
Peneliti peneliti sebelumnya hanya mengimplementasikan wawasan nunsantara untuk
indonesia secara umum bukan secara khusus ke suatu daerah misalnya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengarang dalam mempaparkan implementasi wawasan nusantara
dalam jurnal dan mengaitkannya dengan materi yang lain

1.3 Tujuan
Mengetahui cara pengarang dalam mempaparkan implementasi wawasan nusantara
dalam jurnal dan cara mengaitkannya dengan materi yang lain.

1
BAB II
RINGKASAN JURNAL

2.1 Identitas Jurnal


Jurnal I (Utama)
Judul Jurnal : Pengtingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi Nasional
Penulis : Sigit Dwi Kusmaharadi
Jurnal II (Pembanding)
Judul Jurnal : Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam Kehidupan Nasi-
onal dan Perencanaan Pembangunan
Penulis : H. Budisantoso Suryosumatro
Jenis Jurnal : Jurnal Ketahanan Nasioanl
Volume : Volume II Nomor 3
Tahun Terbit : Desember 1997
Halaman : 31 42 halaman
Jurnal III (Pembanding)
Judul Jurnal : Pengembangan Wawasan Nusantara Menuju Ketahanan Nasional
Penulis : Armaidy Armawi
Jenis Jurnal : Jurnal Ketahanan Nasional
Volume : Volume XIV Nomor 3
Tahun Terbit : Desember 2009
Halaman : 1 13 Halaman
Penerbit : Fakultas Filsafat Universitas Negeri Gajah Mada

2.2 Ringkasan
2.2.1 Jurnal I (Utama)
Pendahuluan
Dalam Wawasan Nusantara dan Ketahanan nasional sebagai konsep pemikiran
bersifat inklusif menerima pembaharuan masukan untuk kepentingan kemajuan
bangsa. Menurut pemikiran Rizal Ramli bangsa ini akan cepat makmur jika pemimpin
- pemimpin kita melakukan transformasi seluruh hidupnya untuk kepentingan rakyat
baik pemikirannya, seluruh hartanya, waktu dan tenaganya, segalanya untuk kepenti-
ngan rakyat dan bersedia tampil all aut untuk kepentingan rakyat (Metro TV Mei -

2
2009).Konsep Wawasan Nusantara memberikan solusi untuk menyamakan pandang-
an yang sama sehingga dapat mewujudkan Integrasi nasional seperti yang diharapkan
bangsa Indonesia dan integrasi nasional dapat mewujudkan kesejahteraan.
Kajian Teoritis
Pengertian Wawasan Nusantara
Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi.
Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui serta arti pengaruh-pengaruhnya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara penglihatan atau tanggap indrawi,
Wawasan juga mempunyai pengertian menggabarkan cara pandang, cara tinjau,
cara melihat atau cara tanggap indrawi. Nusantara istilah ini dipergunakan untuk
menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak
di atara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia, serta di antara Benua Asia Benua
Australia. Wawasan Nasional merupakan cara pandang suatu bangsa tentang diri
dan lingkungannya. Wawasan merupakan penjabaran dari falsafat bangsa
Indonesia sesaui dengan keadaan geografis suatu bangsa serta sejarah yang pernah
dialaminya. Dengan demikian Wawasan Nusantara dapat diartikan sebagai cara
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasional
nya yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa
merdeka, berdaulat, bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksana-
annya dalam mencapai tujuan nasional. Wawasan Nusantara adalah cara pandang,
cara memahami, cara menghayati, cara bersikap, cara berfikir,cara bertindak, cara
bertingkah laku, bangsa Indonesia sebagai interaksi proses psikologi sosiokultural,
dengan aspek ASTAGATRA (Kondisi geografis, kekayaan alam dan kemampuan
penduduk serta IPOLEKSOSBUD Hankam).
Wawasan Nusantara Sebagai Wawasan Pembangunan Nasional
Secara konstitusional, Wawasan Nusantara dikukuhkan dengan Kepres MPR
No. IV/MPR/1973, tentang Garis Besar Haluan Negara Bab II Sub E, Pokok
pokok Wawasan Nusantara dinyatakan sebagai Wawasan dalam mencapai tujuan
Pembangunan Nasional adalah Wawasan Nusantara mencakup:
1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik
2. Perwujudan Kepulaun Nusantara sebagai Kesatuan Sosial dan Budaya
3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan Ekonomi
4. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Pertahanan dan Keama
nan
3
Dengan ditetapkannya rumusan Wawasan Nusantara sebagai ketetapan MPR,
maka Wawasan Nusantara memiliki kekuatan hukum yang mengikat semua penye
lenggara Negara, semua lembaga kenegaraan dan kemasyarakatan, serta semua
warga negara Indonesia. Hal ini berarti bahwa setiap rumusan kebijaksanaan dan
perencanaan pembangunan nasional harus mencerminkan hakekat rumusan
Wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara dan Integrasi Wilayah
Wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia yang melihat In-
donesia sebagai kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam merupakan
landasan dan dasar bagi bangsa Indonesia dalam menyelesaikan segala masalah
dan hekikat ancaman yang timbul,baik dari luar maupun dalam segala aspek
kehidupan bangsa. Salah satu manfaat yang paling nyata dari penerapan wawasan
nusantara adalah di bidang politik, khususnya di bidang wilayah. Dengan diterima-
nya konsepsi wawasan nusantara (Konsepsi Deklarasi Juanda) di forum internasio-
nal terjaminlah integrasi teritorial kita, yaitu Laut Nusantara, yang semula
dianggap laut bebas menjadi bagian integral wilayah Indonesia. Di samping itu
pengakuan landas kontinen Indonesia dan Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia
(ZEE) menghasilkan pertumbuhan wilayah Indonesia yang cukup besar, sehingga
menghasilkan luas wilayah Indonesia yang semula nomor 17 di dunia menjadi
nomor sekian di dunia. Penerapan wawasan nusantara di bidang komunikasi dan
transportasi dapat dilihat dengan adanya satelit Palapa dan Microwave System
serta adanya lapangan terbang perintis dan pelayaran perintis. Dengan adanya
proyek tersebut laut dan hutan tidak lagi menjadi hambatan yang besar sehingga
lalu lintas perdagangan dan integrasi budaya dapat lancar jalannya. Penera pan
wawasan nusantara di bidang ekonomi juga lebih dapat dijamin mengingat kekaya
an alam yang ada lebih bisa dieksploitasi dan dinikmati serta pemerataannya dapat
dilakukan karena sarana dan prasarana menjadi lebih baik. Penerapan di bidang
sosial budaya terlihat dari dilanjutkannya kebijakan menjadikan bangsa Indonesia
yang bhineka tunggal ika, sebangsa, setanah air, senasib sepenanggung, dan
berasaskan Pancasila.
Politik Perbatasan Dalam Konteks Wawasan Nusantara
Kebijakan politik untuk mengamankan wilayah perbatasan belum seperti diha-
rapkan, hal ini terbutkti banyak wilayah yang tidak diurus oleh Jakarta sehingga di

4
klaim oleh negara tentangga. Potensi desharmoni dengan negara tetangga adalah
masalah perbatasan, tentu tidak nyaman jika diperbatasan selalu tegang. Oleh
karena itu perlu penegasan batas wilayah agar saling menghormati wilayah
masing-masing negara. Suasana yang harmonis adalah kebutuhan hidup bertetang-
ga dengan bangsa lain. Pengelolaan wilayah perbatasan perlu segera ditingkatkan
dengan membentuk Kementriaan Perbatasan yang mengelola kehidupan masyara
kat perbatasan agar lebih makmur dan mendapat kemudahan agar dapat mengakses
ke daerah lain di wilayah NKRI. Wilayah NKRI perlu dijaga dengan penegasan
secara defakto dengan menghadirkan penguasa lokal seperti lurah, camat seperti
polisi dan tentara sebagai simbol kedaulatan negara. Meskipun memiliki ribuan
pulau tetapi tidak boleh meremehkan eksistensi salah satu pulau atau perairan
yang sekecil apapun pulau atau daratan, dan bila itu wilayah NKRI perlu
dipertahankan dengan jiwa dan raga seluruh bangsa ini.
Wawasan Nusantara dan Integrasi Nasional
Secara teoretis integrasi dapat dilukiskan sebagai pemilikan perasaan
keterikatan pada keterikatan pada suatu pranata dalam suatu lingkup teritorial guna
memenuhi harapan-harapan yang bergantung secara damai di antara penduduk.
Secara etimologis, integrasi berasal dari kata integrate, yang artinya memberi
tempat bagi suatu unsur demi suatu keseluruhan. Kata bendanya integritas berarti
utuh. Integrasi nasional merupakan hal yang didambakan yang dapat mengatasi
perbedaan suku, antargolongan, ras, dan agama (SARA). Kebhinekaan ini merupa-
kan aset bangsa Indonesia jika diterima secara ikhlas untuk saling menerima dan
menghormati dalam wadah NKRI. Masyarakat Indonesia sangat heterogin dan
pluralistis. Oleh karena itu, bagi integrasi sosial budaya unsur-unsurnya memerlu -
kan nilai-nilai sebagai orientasi tujuan kolektif bagi interaksi antarunsur. Dalam
hubungan ini ideologi bangsa, nilai nasionalisme, kebudayaan nasional mempunya
fungsi strategis. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat menggantikan
nilai-nilai tradisonal dan primodial yang tidak relevan dengan masyarakat baru. De
ngan demikian nilai nasionalisme memiliki nilai ganda, yaitu selain meningkatkan
integrasi nasional, juga berfungsi menanggulangi dampak kapitalisme dan globali-
sasi serta dapat mengatasi segala hambatan ikatan primordial. Apabila dipikirkan -
antara integrasi dan nasionalisme saling terkait. Integrasi memberi sumbangan ter-
hadap nasionalisme dan nasionalisme mendukung integrasi nasional.Oleh karena

5
itu, integrasi nasional harus terus dibina dan diperkuat dari waktu ke waktu.
Kelalaian terhadap pembinaan integrasi dapat menimbulkan konflik dan disintegra
si bangsa. Integrasi nasional biasanya dikaitkan dengan pembangunan nasional ka -
rena masyarakat Indonesia yang majemuk sangat diperlukan untuk memupuk rasa
kesatuan dan persatuan agar pembangunan nasional tidak terkendala. Dalam hal ini
kata-kata kunci yang harus diperhatikan adalah mempertahankan masyarakat
dalam keadaan harmonis dan saling membantu atau dalam koridor lintas SARA.
Integrasi mengingatkan adanya kekuatan yang menggerakkan setiap individu
untuk hidup bersama sebagai bangsa.
Dalam integrasi nasional masyarakat termotivasi untuk loyal kepada negara
dan bangsa. Dalam integrasi terkandung cita-cita untuk menyatukan rakyat
mengatasi SARA melalui pembangunan integral. Integrasi nasional yang solid
akan memperlancar pembangunan nasional dan pembangunan yang berhasil akan
memberikan dampak positip terhadap negara dan bangsa sebagai perwujudan
nasionalisme. Dengan berhasilnya pembangunan sebagai wujud nasionalisme,
konflik-konflik yang mengarah kepada perpecahan atau disintegrasi dapat diatasi
karena integrasi nasional memerlukan kesa -daran untuk hidup bersama dalam
mewujudkan masyarakat yang harmonis. Dalam mengatasi isu-isu disintegrasi,
pemerintah perlu melegalkan tuntutan mereka sejauh masih dalam koridor NKRI.
Namun bila isu-isu tidak pernah ditanggapi dan justru dengan pendekatan
keamanan (militer), hal ini akan menimbulkan kesulitan di masa yang akan datang.
Tututan yang wajar perlu diakomodasikan sehingga mungkin dapat meredakan
keinginan berpisah dari NKRI. Perlu dicatat bahwa pemerintah RI harus
meningkatkan kesejahteraan seluruh warga bangsa karena hal ini merupakan kunci
terciptanya integrasi nasional demi terwujudnya cita-cita nasionalisme. Dalam
usaha mencapai tujuan nasional, masih banyak yang memiliki pandangan berbeda.
Untuk itu pemerintah telah merumuskan pandangan nasional yang komperhensif
dan integral yang dikenal dengan wawasan nusantara. Wawasan ini akan
memberikan konsepsi yang sama kepada peserta didik tentang visi ke depan bangsa
Indonesia untuk menciptakan kesatuan dan persatuan secara utuh, sehingga dapat
mewujudkan integrasi nasional.
Kesimpulan
Wawasan Nusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan persepsi
yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia. Perbedaan persepsi, perbedaan
6
pendapat, dan freksi-freksi antar kelompok dalam konteks sosologis, politis serta
demokrasi dianggap hal yang wajar dan sah-sah saja. Namun demikian wawasan
normatif, wawasan yang disepakati bersama perlu dimengerti, dipahami di
sosialisasikan bahwa Nu-santara sebagai kesatuan kewilayahan, kesatuan
IPOLEKSOSBUD-HANKAM tidak dapat ditawar lagi, tidak dapat diganggu
gugat sebagai harga mati yang normatif.
Saran
Pembinaan dan sosialisasi Wawasan Nusantara sangat penting bagi negara
bangsa karena dapat menghasilkan Ketahanan Nasional. Daya tahan yang kuat bagi
suatu bangsa dan kerja sama yang sinergis antar bidang (IPOLEKSOSBUD-
HANKAM) yang diusahakan terus menurus dapat menghasilkan integrasi nasional
yang utuh menyeluruh.
2.2.2 Jurnal II (Pembanding)
Pendahuluan
Wawasan dalam mencapai tujuan nasional dinamakan Wawasan Nasional yang
dikembangkan dan dirumuslan berdasarkan falsafah bangsa dan kondisi wilayah dan
rakyat negara bangsa serta lingkungan strategis yang mempengaruhi. Disamping
kesepakatan yang mantap tentang Wawasan Nasional, diperlukan kesepakatan tentang
konsep pengembangan kekuatan dalam rangka mencapai tujuan nasional. Para
pendahulu bangsa Indonesia telah mengembangkan Wawasan Nasional Indonesia
untuk mecapai tujuan nasional yang dinamakan Wawasan Nusantara (Wasantara), dan
Ketahanan Nasional (Tannas) sebagai kondisi dinamis bangsa yang terus dibina dan
dikembangkan agar selalu dapat mengatasi semua tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan yang timbul. Dengan kesadaran persepsi dan kesepakatan dalam
pengembangan kekuatan nasional dalam rangka mencapai tujuan nasional, maka
diharapkan tercipta keterpaduan sikap dan upaya bangsa Indonesia. Namun berdasar -
kan pengamatan dalam kehidupan nasioanal dan pelaksanaan pembangunan nasional,
memberikan indikasi bahwa Wasantara dan Tannas belum secara luas dipahami, dan
dihayati oleh seluruh warga bangsa Indonesia, khususnya oleh para pemimpin bangsa
pada supra maupun infra struktur, baik di pusat maupun daerah. Pemimpinlah yang
mampu dan wajib mengarahkan dan menggerakkan bangsa dalam rangka pencapaian
tujuan nasional.
Kajian Teoritis
Pokok-pokok Pengertian Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
7
1. Wawasan Nusantara
Wasantara adalah wawasan nasional Indonesia dalam mecapai tujuan
nasional yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945, yang mengandung
nilai nilai keutuhan (integralistik), kekeluargaan, dan keserasian. Wasantara
dikembangkan dengan mempertimbangkan: (a) Kondisi geografis dengan nama
Nusantara yang terdiri dari perairan yang luas dengan lebih dari 17000 pulau,
terletak pada khatulistiwa, diantara 2 benua dan 2 samudera, dengan segala ciri-
cirinya, merupakan ruang hidup seluruh bangsa Indonesia, (b) Rakyat Indonesia
yang sangat beranekaragaman suku, etnis, agama, bahasa, budaya dan adat
istiadat, sebagai penghuni Nusantara, Sejarah perjuangan bangsa yang merupa -
kan pengalaman pahit, terbecah belah dan dijajah bangsa lain lebih dari 300
tahun
2. Ketahana Nasional
Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang neliputi
segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekautan
nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang
langsung maupun tidak langsung untuk menjamin identitas, integritas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan
nasional. Hakikat Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan kekuatan bangsa
untuk dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai
tujuan nasional. Hakikat Konsepsi Tannas adalah pengaturan dan penyelenggara
an kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan selaras dalam kehi-
dupan nasional. Ketahanan Nasional mengandung prinsip dasar pengejawanta -
tahan Pancasila, UUD 1945 dan berpedoman kepada Wasantara dalam segenap
aspek kehidupan nasional secara terpadu, utuh menyeluruh. Tannas mencermin-
kan keterpaduan delapan gatra (Astagatra) kehidupan nasional, yaitu Trigatra a-
lamiah meliputi geografi, kekayaan alam dan kependudukan; Pancagatra sosial
meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya (sosbud) dan pertahanan kea-
mana (hankam). Ketahanan Nasional pada dasarnya tergantung kepada kemam-
puan bangsa Indonesia dalam memelihara dan memanfaatkan Trigatra untuk
meningkatkan kondisi Pancagatra dalam wujud ketahanan ideologi, politik,
ekonomi, sosbud, dan hankam (periksa rumusan Ketahanan Nasional dalam
8
GBHN 1993).
Peranan Ketahanan Nasional dan Konsepsi Ketahanan Nasional dalam
kehidupan nasional dan pembangunan nasional adalah: (a) Tannas merupakan
tolak ukur kondisi keberhasilan penyelenggaraan kehidupan nasional dan
pembangunan nasional, (b) Tannas yang tangguh akan lebih mendorong laju
pembangunan nasional dan keberhasilan pembangunan nasional akan lebih
meningkatkan ketangguhan Tannas, Konsepsi Tannas merupakan metode dan
pendekatan Komprehensif integral dalam penyelenggaraan kehidupan nasional
dan pembangunan nasional, (d) Konsepsi Tannas sebagai pola dasar
pembangunan nasional yang dilakukan melalui pertahapan Repelita.
Implementasi Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
1. Implementasi dalam Kehidupan Bermasyarakat
Wasantara dan Tannas telah diajarkan dan dimasyarakatkan melalui jalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah, namun karena besarnya jumlah
penduduk dan luasnya wilayah Indonesia, serta maraknya berbagai pengaruh yang
kurang menguntungkan, maka pemahaman dan penghayatan Wasantara dan
Tannas dalam kehidupan bermasyarakat dirasakan belum mantap. Primordialisme,
masalah SARA, masalah keadilan dan kesenjangan sosial ekonomi, secara
bertahap akan dapat diatasi, bila seluruh warga masyarakat Indonesia memahami
menghayati dan mengamalkan Wasantara dan Tannas. Demikian pula oknum sub-
versive tidak akan mendapat banyak peluang apabila persatuan dan kesatuan koko
h. Pemahaman penghayatan, dan pengalaman Wasantara dan Tannas ini hendak -
nya dimulai dari setiap pribadi, meningkat ke keluarga, kelompok dan golongan
masyarakat serta organisasi kemasyarakatan dengan berpikir, bersikap dan
bertindak mengutamakan persatuan dan kesatuan; turut memelihara keletarian
lingkungan hidup dan tidak salah betindak counter productive terhadap Tannas
(tindakan yang justru melemahkan Tannas).
2. Implementasi dalam Kehidupan Berbangsa
Perpecahan dalam kehidupan berbangsa sampai saat ini bersumber pada
perbedaan cita negara tersebut (contoh: NII, PBRI), ingin memisahkan diri atau
separatisme(contoh: Papua Merdeka, Aceh Merdeka, Tim tim), perbedaan
kepentingan kekuatan sosial politik, khususnya pada saat menjelang dan masa
kampanye Pemilu (perpecahan PDI, tawuran/atau gontok-gontokan antar pengikut
Parpol/Golkar). Sumber sumber perpecahan tersebut diatas akan secara bertahap
9
dapat diatasi, bila Orsospol terutama para pemimpinnya, para pakar, dan tokoh-
tokoh kharismatis di daerah, memahami dan menghayati cita-cita dan tujuan
nasional, Wasantara dan Tannas. Orsospol dan Orkemas sesuai fungsinya berkewa
jiban mendidik anggotanya untuk memahami menghayati, dan mengamalkan
Wasantara dan Tannas.
3. Implementasi dalam Kehidupan Bernegara
Peraturan perundang-undangan yang dibuat pada masa RI belum seluruhnya
dengan tegas mengacu kepada Wasantara dan Tannas.Beberapa UU yang secara
tegas mengacu kepada Wasantara dan Tannas, antara lain UU No. 20 tahun 1982
tentang Pokok pokok Penyelenggara Hankamneg, dan UU No. 2 tahum 1989
tentang Sisdiknas. Disamping itu terdapat masalah-masalah baru yang belum
diatur memerlukan peraturan perundang undangan baru. Pemerintah bersama
dengan DPR telah menyusun Progman Legislasi Nasional untuk menggarap lebih
dari 200 RUU. Kita semua mengharapkan agar pembahasan RUU mempertimbang
kan benar benar aspirasi masyarakat dan golongan/parpol dan mengacu kepada
Wasantara dan Tannas. Dalam penyelenggaraan hubungan Internasional, Wawa -
santara dan Tannas juga merupaka acuan yag diwujudkan ke dalam politik luar
negeri yang bebas dan aktif diabdikan kepada kepentingan nasional.
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam Era Globalisasi
Era globalisasi pada saat ini sampai awal abad XXI pada hakikatnya adalah
globalisasi ekonomi dalam bentuk perdagangan bebas, globalisasi informasi dalam
bentuk sistem informasi seperti internet, siaran TV internasioanl, dan lain-lainnya.
Perdagangan bebas barang , jasa, modal, dan uang,serta sistem informasi tidak
mengenal batas-batas negara.Era globalisasi juga mengakibatkan dunia dirasakan
semakin kecil (mengerut), sehingga menimbulkan kesadaran manusia untuk turut
menjamin ketertiban dunia dan kelestarian lingkungan hidup. Kesadaran ini menim
menimbulkan tuntutan hak asasi manusia (HAM), demokratisasi, dan kelestarian
lingkungan hidup. Era globalisasi awal abad XXI menimbulkan tantangan, peluang
dan kendala, serta ancaman dalam bentuk baru,yang pada garis besarnya adaah
sebagai berikut:
1. Tantangan terhadap Negara Bangsa
Penelitian Kenichi Ohmae sehubungan dengan era perdagangan bebas
melampaui batas negara, antara lain menyimpulkan bahwa nation state tidak
akan ada lagi. Namun kesadaran manusia untuk menciptakan tatanan dunia ya
10
ng damai, adil, dan sejahtera, menghendaki tetap eksistensinya nation state
sebagai subyek hukum international yang mengatur hubungan antar bangsa,
serta menjamin kesejahteraan dan keamanan warga negara dari nation state
masing masing. Oleh karena itu NKRI sebagai nation state masih relevan
dalam era globalisasi, dalam rangka menjamin kepetingan nasional Indonesia.
2. Tantangan terhadap Pancasila
Kecenderungan era perdaganganbebas,bila tidak dapat dikendalikan akan
menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi yang main melebar, yang membaha -
yakan persatuan dan kesatuan bangsa. Pancasila yang mengandung nilai Ketuha
nan,kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi dan keadilam sosial sangat relevan de
ngan tuntutan yang berdasarkan kesadaran manusia dalam era globalisasi.
3. Peluang Kerjasama
Era perdagangan bebas mendorong terwujudya kerjasama secara jujur dan
saling menguntungkan. Pancasila yang mengandung nilai kekeluargaan, kemitra
an sangat relevan dalam menjalin kerjasama baik secara bilateral, regional mau -
pun internasional dalam rangka meningkatan kejahteraan dan keamanan bersa -
ma.
4. Kendala Daya Saing
Dalam era perdagangan bebas terdapat ketimpangan antara negara industry
maju dengan negara yang berkemban. Negara industri maju menguasai
keunggulan teknologi, modal dan kemampuan professional dbandingkan negara
berkembang yang pada umumnya hanya memiliki sumber daya alam. Ketimpa -
ngan tersebut mengakibatka daya saing produk barang dan jasa negara berkemb-
bang pada umumnya masih lemah. Negara industri maju menikmati nilai tamb-
bah yang besar, sedangkan negara berkembang hanya mendapatkan nilai tambah
yang kecil. Bahkan dalam persaing- an ini megara industri maju dengan dalih
tuntutan HAM, demokratisasi dan kelestarian lingkunagan hidup, sering menga-
dakan tekanan tekanan terhadap produk negara berkembang. Keadaan ini
mengharuskan negara berkembang memperbaharui kehidupan nasionalnya dala
m rangka meningkatkan daya saingnya.
5. Ancaman Bentuk Baru
Era perdagangan bebas menimbulkan banyak ancaman yang tidak dapat
diatasi dengan kuatan politik dan militer.Ancaman tersebut amtara lain dapat
berakibat tim bulnya krisis moneter dan keuangan yang dapat membahayakan
11
kehidupan nasional. Suatu nation state. Dalam upaya menghadapi ancaman
bentuk baru ini diperlukan berbagai pengetahuan yang relevan tentang
perekonomian global, tindakan yang tepat dengan penuh kehati hatian, serta
kerjasama internasional untuk mengatasinya. Sebagai konsekuensi logis, maka
Wasantara dan Tannas yang bersumber kepada Pancasila masih tetap relevan
dalam era globalisasi.Wasantara dan Tannas merupakan landasan konseptual
dalam penyelenggaraan keiduoan nasional dan pembangunan nasional dalam
rangka mewujudkan cita cita nasional dan mencapai tujuan nasional serta
menjamin kepentingan nasional Indonesia. Oleh karena itu Wasantara dan
Tannas dalam era globalisasi harus terus dipahami, dihayati dan diamalkan oleh
seluruh warga negara NKRI.
Konsepsi Tannas dalam Perencanaan Pembangunan
Membahas konsepsi Tannas dalam Pembangunan sesungguhnya merupakan
Implementasi Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan penilaian pembangunan.Perencanaan pembangunan
hendaknya secara bertahap mamu mewujudkan kesatuan politik, kesatuan ekonomi
kesatuan sosial budaya dan kesatuan pertahanan keamanan. Pembangunan dilakuk-
an secara komprehensif integral dalam segenap aspek kehidupan nasional dengan
memperhatikan nilai-nilai Pancasila UUD 1945
a. Secara vertikal
Perencanaan pembangunan hendaknya mampu menterpadukan kepentingan
dan aspirasi masyarakat dengan arahan dari atas.
b. Secara horizontal
Perencanaan Pembangunan hendaknya mampu menterpadukan antar bidang
dan sektor pembangunan dengan menentukan sasaran pembangunan yang harus
dicapai oleh segenap sector terkait, dengan menentukan pula departemen
/lembaga sebagai penanggung jawab utamanya (primary responsabel) .
Kesimpulan
Mengingat besarnya jumlah rakyat Indonesia dan luasnya wilayah nusantara, serta
kuatnya pengaruh terhadap kehidupan nasional Indonesia, maka permasyarakatan
Wasantara dan Tannas perlu terus ditingkatkan, diperluas jangkaunnya dalam rangka
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan oleh seluruh warga negara NKRI, khusus
nya apatarur negara dan aparatur pemerintah sebagai subyek pembangunan. Landasan
hukum permasyarakatan Wasantara dan Tannas telah tercantum dalam GBHN Bab II.
12
Namun pemahaman, penghayatan dan pengamalannya dalam penyelenggaraan pemba
ngunan nasional masih perlu ditingkatkan
Saran
Perlunya sumbangan pikiran, agar menjadi bahan pertimbangan bagi para pem
ikir dan cendekiawan baik pada suprastruktur, infrastruktur dan sub struktur. Di pusat
dan di daerah.
2.2.3 Jurnal III (Pembanding)
Pendahuluan
Dinamika Lingkungan Strategis
Kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi telah memungkinkan
bangsa bangsa di dunia lebih mudah bersentuhan dengan dunia luar. Perbedaan
mendasar yang bergerak dari persoalan moneter yang telah menimbulkan krisis
ekonomi di berbagai negara termasuk Indonesia, kemudian menimbulkan krisis
kepercayaan kepada pemerintah yang terjadi di dalam maupun luar negeri, telah
menimbulkan persoalan berbangsa dan bernegara yang makin berat. Nasionalisme
di banyak negara yang baru merdeka, ironisnya justru berkembang dari primordial
attachment yang di ikat secara paksa menjadi satu kesatuan oleh pemerintah
kolonial. Dengan demikian, nasionalisme yang muncul kemudian setelah
kemerdekaan melekat pada pluralism primordial, pergeseran loyalitas pada negara
sebagai perwujudan dari suatu negara bangsa (nation state) sedikit banyak
mengandung elemen keharusan sejarah (historical necessitate) yang melekat pada
kolonialisme. Jika keadaan ini dibiarkan akan merupakan bibit persoalan yang
dapat mengganggu integritas nasional, seperti merebak dan menguatnya perasaan
tidak puas, kecemburuan sosial, yang memperkuat sentiment sempit seperti rasa
kesukuan, agam, ras dan regionalism yang pada gilirannya menjadi bibit disintegri
tasi bangsa dan negara.
Kajian Teoritis
Kebhinekaan dan Wawasan Nusantara
Di Indonesia kebhinekaan atau heterogenitas merupakan faktor yang sangat
diperhitungkan sejak awal beridirnya negara. Elemen ini berkaitan dengan apa
yang disebut oleh Clliford Geertz sebagai primordial sentiment sebagai lawan dari
civil politics. Primordial sentiment atau attachment adalah sifat budaya dan tingkah
laku politik pada suku (tribe), daerah (region), agama kelompok etnik dan
pengelompokkan-pengelompokan sejenisnya yang bersifat given. Masyarakat
13
yang sarat dengan primordial sentiment menurut Geertz memerlukan suatu
integrative revolution yaitu suatu gerak integrasi masyarakat ke dalam ikatan
ikatan kultural yang lebih luas dan mendukung pemerintahan nasional. Tanpa
gerak integrasi ini, bila timbul sedikit saja kekecewaan yang berkaitan dengan
suku, agama, ras dan antar golongan (sara) akan meningkatkan potensi meledaknya
disintegrasi piolitik. Dalam hal ini, kemampuan gerak integrasi suatu bangsa dapat
diartikan sama dengan pemahaman tentang wawasan nasional, dan semakin tinggi
gerak integrasinya semakin tinggi pula tingkat pemahaman mengenai wawasan
nasional. Dalam konteks keIndonesiaan wawasan nasional itulah yang disebut
dengan wawasan Nusantara
Kesenjangan antara integrasi politik dan integrasi territorial pada saat saat
tertentu tampak nyata. Suatu masyarakat yang di satu sisi telah menerima
kenyataan adanya kekuasaan administratif negara, di sisi lain masyarakat tersebut
tetap enggan memberikan loyalitas terakhirnya (ultimate loyality).Dengan
demikian, integrasi nasional yang utuh dapat diartikan sebagai suatu pergeseran
loyalitas masyarakat ke tingkat ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih luas
termanifestasi pada rasa, ikut serta (sharing) memiliki kedaulatan. Munculnya
institusi institusi tertentu sehingga bentuk bentuk abstrak dari bangsa (nation)
berubah menjadi konkrit dalam bentuk misalnya institusi pendidikan, dewan
dewan perwakilan, partai politik, dan tentara nasional. Partisipasi dalam institusi
insitusi semacam itu memberikan kesempatan pada rakyat banyak untuk bekerja
bersama mencapai tujuan tertentu yang biasanya berada diluar kemampuan kerabat
atau kelompok etnisnya secara sendiri-sendiri. Meningkatnya aktivitas institusi
institusi ini berakibat pada peningkatan kesejahteraan dan kekayaan nasional,
sehingga kedaulatan suatu bangsa menjadi realita dalam bentuk maupun kenyataan.
Pemerintah nasional kemudian memiliki segala macam otorita dan dana utnuk
memaksakan loyalitas dan kemampuan untuk memberi ganjaran dan hadiah bagi
mereka yang loyal atau menghukumnya bagi yang berbuat sebaliknya
Ketahanan Nasional
Hakikat ketahanan nasioanal Indonesia adalah kemampuan dan ketangguhan
bangsa untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai
tujuan nasional. Untuk mewujudkan ketahanan nasioanl diperlukam sistem
penangkalan berlapis. Sistem ini berupa lingkaran lingkaran yang berpusat pada
ketahanan pribadi tiap individu warga masyarakat, ketahanan daerah atau wilayah,
14
dan ketahanan nasional. Ketahanan nasional mulai retak-retak oleh ketidakadilan
pusat-daerah, ketidakadilan religius, serta ketidakadilan di kalangan swasta dan
kalangan birokrasi. Dalam hal ini terwujudnya ketahanan nasional selalu meuntut
perlakukan yang adil dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, sehingga
memiliki nilai keuletan dan ketangguhan bagi kelangsungan hidup negara nasional.Ke
tahanan nasional Indonesia berkembang menurut kebudayaan yang sesuai dengan
kondisi lingkungan strategis. Pendekatan ketahanan nasional Indonesia, dikembang -
kan berdasarkan Asta Gastra yang berada dalam suatu medan interaksi yang saling
berpengaruh, tetapi juga slaing mendukung. Akar ketahanan nasional Indonesia
sesungguhnya berada pada tataran mentalitas dan karakter bangsa Indonesia
sendiri. Sulit untuk dilihat tetapi sellau muncul ke permukaan setiap saat. Mentalitas
dan karalter inilah yang menentukan perilaku positif atau negatif dalam memahami
persoalan berbangsa dan bernegara secara lebih arif yang melibakan berbagai elemen
kehidupan nasional.
Realitas di Indonesia dengan tingkat pluralitas yang tinggi, akan merupakan tanta -
ngan yang perlu dijawab melalui kemajuan pendidikan. Untuk itu kedepan, politik pen
didikan akan memasuki arena penting karena terkait langsung maupun tidak langsung
dengan upaya menghasilka sumberdaya manusia yang berkualitas bagi bangsa dan
negara. Persoalan ini akan menjadi lebih penting lagi karena menghadapi masyarakat
era global yang mengehndaki kompetensi di berbagai bidang, ini niscaya menuntut
bangsa dan negara Indonesia agar memiliki ketahanan nasional yang benar benar
ulet dan tangguh.
Refleksi Filosofis terhadap Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional pada hakikatnya adalah kemampuan dan ketangguhan bangsa
dan negara. Negara merupakan wadah yang mempersatukan bangsa secara konkrit,
dan merupakan pula institusi tertinggi yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat, sehingga mereka dapat mengembangkan peri kehidupan sesuai dengan
hakikat dan martabat serta kepribadian nasionalnya. Keadilan sebagai daya hidup
manusia merupakan esensi hidup manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karen itu, keadilan dapat dipandang sebagai suatu nilai. Nilai adalah
segi dari siatu fakta yang berdasarkan fakta itu terlihat mengandung sifat dasarnya,
alasannya memadai bagi keberadaan sebagai suatu fakta tetap demikian itu, atau
alasan yang memadai bagi kedudukan yang dianggap sebagai tujuan untuk keperluan
praktik ( Craeken, 1950). Keadilan juga sebagai suatu nilai yang bersifat intrinsik. Ni -
15
lai intrinsik bertalian erat dengan pengalaman sifat baik atau bernilai dalam hal itu
sendiri sebagai suatu tujuan demi pengalaman itu sendiri (Runes, 1975). Ini menjadi
tujuan yang disepakati bersama oleh anggotaanggota suatu masyarakat serta
diupayakan pencapaian demi keadilan itu sendiri. Keadilan, dalam kualitasnya sebagai
the very intrinsical value of man, mempunyai makna bahwa keadilan sebagai daya
hidup manusia (the basic force of man). Pengertian keadilan yang bersifat komprehen-
sif-integras dapat dinyatakan sebagai kondisi keseimbangan antara kewajiban dan hak.
Terciptanya kondisi rasa keadilan tidak perlu menunggu sampai kemakmuran
tercapai. Dalam situasi kemiskinan yang papa dan hina sekalipun, rasa keadilan atau
ketidakadilan sangat mempengaruhi kondisi semangat, dan sikap manusia. Kemakmu-
ran pada hakikatnya bukan sekedar penambah (penjumlahan), tetapi merupakan
proses integrasi berbagai aspek material masyarakat yang disesuaikan dengan aspek
sosial masyarakat, sehingga aspek ideal masyarakat ini serasi dengan nilai nilai
transendental masyarakat (Mahzar, 1983). Keadilam merupakan substansi rohani yang
paling umum dan dalam suatu masyarakat, keadilan yang membuat dan menjaga
persatuan dan kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalan-
kan fungsi yang sesuai dengan sifat dasarnya, yaitu makhluk individu dan sekaligus
makhluk sosial. Dengan keadilan timbul pengaturan yang memberi tempat yang
selaras kepada bagian bagian yang membentuk masyarakat. Oleh karena itu,
keadilan dalam masyarakat dapat dicapai dengan jalan mendorong anggota-
anggotanya bertindak adil. Para pelaku keadilan ini tentu akan mengembalikan pada
masyarakat apa yang lebih dari haknya dan para pemimpin masyarakat wajib
mendistribusikan kelebihan itu pada anggota anggotanya yang haknya tidak terpenu-
hi. Dengan demikian, prinsip keadilam itu dihayati secara moral dan dialami sebagai
kondisi nyata. Apabila dikaji lebih dalam, Pembukaan Undang Undang Dasar 1945
sangat sarat dengan prinsip-prinsip keadilan yang dalam hal ini adalah nilai-nilai
keadilan sosial.Oleh karena itu, keadilan merupakan suatu prasyarat untuk terselengga
ranya cita negara persatuan dalam menegakkan sistem pemerintahan yang demokratis
yang terwujud dalam bentuk musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan demiki -
an, jelas bahwa pandangan Pancasila mengenai manusia adalah makhluk individu
sekaligus makhluk sosial, yang didalamnya terkandung pengakuan adanya relasi sali-
ng tergantung antar sesama.
Strategi Pengembangan Ketahanan Nasional Indonesia

16
Secara filososfis,teori yang dekat dengan ketahanan nasional bagi suatu negara
sudahcukup lama dikembangkan oleh para ilmuwan di berbagai negara melalui teori
politik, geostrategi dan national power. Secara konsepsional penerapan teori tersebut
di setiap negara berbeda-beda, karena hal itu terkait dengan dinamika lingkungan
strategis, kehidupan sosio-kultural, dan lainnya sehingga pendekatan yang digunakan
oleh setiap negara sangat berbeda. Tidak otomatis bahwa setiap pendekatan selalu
cocok pada semua negara. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dikembangkannya
wawasan nusantara dan ketahanan nasional Indonesia. Kondisi keadilan dan ketidaka
dilan sosial sangat berpengaruh terhada pemahaman tentang wawasan nusantara dan
ketahanan nasional bangsa Indonesia karenaa akan memberikan pengertian yang khas
kepada wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Ketahanan ideologi sendiri
merupakan suatu kondisi kehidupan ideologik yang berkulitas memadai (adekuat)
yang terwujud melalui kehidupan politik atau yang disebut juga dengan politik
ideologi. Kehidupan politik merupakan segenap tingkag laku yang berpengaruh pada
penetapan alokasi nilai yang telah dialokasi. Apabila penetapan alokasi nilai memenu-
hi rasa keadilan masyarakat, maka kualitas ketahanan nasional akan baik. Dalam sis
tem kehiduoan masyarakat, nilai dari tiap k omponen fisik (geografi, sumber daya ma-
nusia, dan sumber daya alam) juga dialokasi demi terwujudnya keadilan di bidang
kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahana dan keamanan. Dengan de
mikian, kondisi keadilan yang diciptakan oleh tiap nilai dari tiap komponen fisik me-
lalui alokasi nilai yang mengikat seluruh masyarakat di segenap aspek kehidupan itu
adalah identik dengan kondisi ketahanan nasional. Dengan demikian, kondisi ketaha-
nan nasional yang ideal, yang memadai adalah integrasi dari segenap kondisi keadilan
yang ada di segenap aspek sistem kehidupan bermasyarakat
Kesimpulan
Dalam negara Republik Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, prinsip keadilan merupakan hal yang
hendaknya senantiasa ditegakkan karena keadilan adalah daya hidup manusia. Kondisi
rasa keadilan merupakan tolak ukur yang konkrit bagi pemahaman tentang wawasan
nusantara, sehingga terwujudnya kondisi ketahanan nasional dalam pengerjaan kualitas
dan tujuan (in termsof quality in terms of output).
Saran
Adanya peningkatan pemahaman terhadap wawasan nusantara dan kondisi ketahanan
na-sional yang erat kaitannya dengan kondisi rasa keadilan di dalam masyarakat.
17
BAB III
PEMBAHASAN
Jurnal Utama dalam critical jurnal report ini yaitu Pentingnya Wawasan Nusantara
dan Integrasi Nasioanal menjelaskan tentang seberapa pentingnya Wawasan nusantara untuk
Indonesia dalam perkembangan wilayah yang mencakup dalam berbagai aspek tidak hanya
dari segi geografis melainkan dari politiknya. Wawasan nusantara dalam wilayah Indonesia
mejadikan Indonesia terjamin integritas wilayahnya di ranah Internasioanl sejak
dikeluarkannya Deklarasi Juanda. Berkaitan dengan jurnal utama, wawasan nusantara yang
telah terjamin integritas nasionalnya dapat mengembangkan wilayah menuju ketahanan
nasional dari jurnal kedua pembanding. Hal ini disebabkan suatu ketahahan nasional dari
negara apabila tidak memiliki integritas wilayah atau nasional maka ketahanan nasional dapat
diganggu oleh negara lain pada bidang wilayahnya, dan untuk ketahanan nasional wilayah
merupakan aspek yang sangat penting. Oleh sebab itu jika suatu ketahanan nasioanal tidak
memiliki integritas nasional maka wawasan nusantara dari negara tersebut tidak akan
berkembang. Ketika ketahanan nasional dari suatu negara telah terlaksana dengan baik maka
suatu negara dapat mengembangkan perencanaan di aspek yang lain seperti perencanaan
pembangunan pada jurnal ketiga pembanding. Hal ini dikarenakan maju tidaknya suatu
negara dapat terlihat dari perencanana pembangunan yang dilakukan sehingga apabila
wawasan nusantara dengan integritasnya tidak terjamin maka ketahanan nasional negara juga
akan goyang. Dikarenakan hal seperti ini, maka perencanaan pembangunan juga akan
terhambat. Oleh sebab itu ketiga jurnal ini memiliki relevansi topik yang sama.
Jurnal utama memiliki argumen argumen yang cukup signifikansi hal ini dpaat
terlihat dari referensi sumber yang digunakan berdasarkan tingkatan tahun yang ada. Selain
itu argumen yang dijelaskan sesuai dengan kondisi realita dari negara Indonesia. Berbeda
dengan jurnal pembanding kedua, referensi yang digunakan kebanyakan dari buku buku
terbitan lama sehingga diragukan argumen yang ada apakah sesuai dengan realita yang ada
saat ini di Indonesia. Sedangkan untuk jurnal ketiga, hampir sama dengan jurnal kedua, buku
referensi yang digunakan merupakan buku buku yang sudah lama dilihat dari tahun
terbitny. Selain itu kutipan yang diberikan urang referensi dari jurnal jurnal tahun
sebelumnya, walaupun buku yang digunakan merupakan buku textbook. Ketiga jurnal ini
tentang wawasan nusantara sama sama tidak memiliki metodologi penelitian, karena hanya
studi pustaka maupun studi literatur. Selain itu apabila wawasan nusantara ini dilakukan
penelitian maka akan memakan waktu yang lumayan banyak. Dalam ketiga jurnal ini selain

18
tidak meiliki metodologi penelitian juga tidak memiliki kerangka pemikiran, sehingga
pembaca untuk mengetahui isi jurnal ini tidak cukup hanya melihat dari abstraknya saja
melainkan juga harus membaca dari awal karena tidak adanya kerangka pemikiran. Selain itu
apabila dalam jurnal tidak ditemukan adanya gagasan ataupun konsep pemikiran, maka
penulis dalam membua jurnal kurang memperhatikan alur yanga ada. Ketertataan jurnal
untuk dibaca oleh pembaca juga menjadi aspek penilaian layak tidakkan suatu jurnal untuk
dibaca.
Pada bagian akhir dari penutup ketiga jurnal ini tidak membedakan antara kesimpulan
sama saran, sehingga untuk mengetahui yang mana kesimpulan dan saran harus dibaca
terlebih dahulu, tidak bisa langsung dilihat dari sub bab yang ada. Namun pada Jurnal utama
dan pembanding yang ketiga memiliki daftar pustaka dan jurnal yang kedua pembanding
tidak memiliki daftar pustaka sehingga tidak diketahui buku yang digunakan untuk referensi
dari jurnal tersebut seperti apa. Daftar pustaka yang digunakan pada ketiga jurnal ini tidak
terlalu banyak, hal ini dikarenakan sedikitnya jurnal yang membahas tentang wawasan
nusantara dengan implementasinya dan sumber bahan bacaan ain seperti buku dan koran.
Untuk identitas jurnal pada ketiga jurnal ini sama sama tidak lengkap namun berbeda segi
ketidakkelengkapannya. Untuk segi Jurna utama yaitu tidak diterangkan jurnal itu merupakan
jurnal apa apakah penelitian atau pendidikan atau seperti apa dan juga jurnal tersebut tidak
memiliki ISSN sehingga kelegalitasan dari jurnal tersebut masih diragukan. Untuk jurnal
yang kedua juga meiliki ketidak kelengkapan , namun tidak sebanayk jurnal yang pertama
atau jurnal utama. Dalam jurnal kedua atau pembanding ini yaitu sama- sama tidak memiliki
ISSN sehingga kelegalitasan jurnal masih diragukan, namun jurnal ini sudah memiliki
volume dan nomor jurnal serta kategori jurnal, sehingga kelegalitasan dari jurnal tersebut
tidak terlalu diragukan karena sudah dikeluarkan dari universitas tempat penulis menuntut
perkuliahan atau bekerja namun tetap saja daftar pustaka untuk jurnal ini tidak ada sehingga
masih dipertanyakan isi dari jurnal tersebut karena masih studi pustaka. Untuk jurnal yang
terakhir atau jurnal ketiga (pembanding) hampir sama dengar jurnal yang kedua dan ketiga
yaitu tidak memili ISSN sehingga kelegalitasan jurnal masih diragukan, namun jurnal ini
sudah memiliki volume dan nomor jurnal serta kategori jurnal, sehingga kelegalitasan jurnal
tersebut tidak terlalu diragukan karena sudah dikeluarkan dari universitas tempat penulis
menuntut perkuliahan atau bekerja di UGM. Dalam jurnal ini juga disertai adanya harapan
penulis terhadap jurnal yang ditulisnya.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari ketiga jurnal yang telah dikritik dan direview setiap pengarang kurang lebih
hampir sama dalam mempaparkan materi yang ada yaitu dengan cara studi pustaka atau
studi literatur. Dari ketiga jurnal yang dikritik tidak ada yang menggunakan penelitian
hal ini dikarenakan referensi yang digunakan untuk bahan penelitian kurang serta
cakupan objek dalam penelitian terlalu luas sehingga akan memakan waktu yang lama.
Penulis dari ketiga jurnal dalam mengaitkan materi wawasan nusantara ke materi yang
lain berbeda cara.Untuk jurnal yang pertama penulis mengaitkan materi wawasan
nasional dengan integritas dengan cara melatar belakangi integritas dari adanya wawasan
nusantara. Untuk jurnal yang kedua pembanding penulis dalam mengaitkan materi
wawasan nusantara dengan ketahanan nasional yaitu dengan menghubungkan wawasan
nusantara dengan ketahanan nasional dari referensi buku dan kutipan dari UUD 1945.
Untuk jurnal yang terakhir yaitu jurnal ketiga atau pembanding penulis dalam
mengaitkan materi wawasan nusantara dan ketahanan nasional dalam perencanaan
pembangunan dengan implementasi. Pertama penulis mengaitkan hubungan antara ka-
wasan nusantara dengan ketahanan nasional dari fungsi wawasan nusantara tersebut.
Setelah itu barulah penulis menerapkan hubungan antara wawasan nusantara dengan
ketahanan nasional pada perencanaan pembangunan.

4.2 Saran
Dalam materi wawasan nusantara dan implementasi perlu adanya peningkatan sum
ber bacaan atau referensi, hal ini dikarenakan sedikitnya referensi yang ada dalam jurnal
pada bidang penelitian dengan materi wawasan nusantara yang ada. Untuk referensi
bacaan buku yang ada ataupun yang digunakan juga perlu adanya peningkatan agar
materi wawasan nusantara dapat dikaitkan dengan materi-materi yang lain.

20
DAFTAR PUSTAKA

- Armawi, Armaidy, (2009), Pengembangan Wawasan Nusantara menuju Ketahanan


Nasional, Jurnal Ketahanan Nasional, Vol XIV (3) : 1-13.
- Kusrahmadi, Sigit Dwi, (2001), Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi Nasi
onal, hal: 1- 15.
- Suryosumatro, Budisantoso.(1997), Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
dalam Kehidupan Nasional dan Perencanaan Pembangunan, Jurnal Ketaha
nan Nasional, Vol II (3) : 31-42.

21

Anda mungkin juga menyukai