PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya beberapa golongan dan
aliran dalam Islam pada dasarnya berawal dari menyikapi permasalahan
politik yang terjadi diantara umat Islam, yang akhirnya merebak pada
persoalan Teologi dalam Islam. Tegasnya adalah persoalan ini bermula
dari permasalahan Khilafah, yakni tentang siapa orang yang berhak
menjadi Khalifah dan bagaimana mekanisme yang akan digunakan dalam
pemilihan seorang Khalifah. Di satu sisi umat Islam masih ingin
mempertahankan cara lama bahwa yang berhak menjadai Khalifah secara
turun temurun dari suku bangsa Quraisy saja. Sementara di sisi lain umat
Islam menginginkan Khalifah dipilih secara demokrasi, sehingga setiap
umat Islam yang memiliki kapasitas untuk menjadi Khalifah bisa ikut
dalam pemilihan.
Manusia dalam kedudukannya sebagai Khalifah Fil Ardli mendapat
kepercayaan dari Allah SWT. untuk mengemban Amanah yang sangat
berat. Dia diciptakan bersama-sama dengan jin, dengan tujuan untuk
senantiasa menyembah dan beribadah kepada Allah SWT., untuk itu
manusia dituntut untuk mendalami, memahami serta mengamalkan pokok-
pokok agamanya (Ushuluddin) ditambah cabang-cabangnya. sehingga dia
dapat menentukan jalan hidupnya yang sesuai dengan amanah yang
dibebankan kepadanya.
Ego kesukuan dan kelompok yang saling mementingkan kelompok
masing-masing, memuncak pada masa kekhalifahan Usman Bin Affan,
yaitu pada tahun ke 7 kekhalifahan Usman sampai masa Ali Bin Abi
Thalib yang mereka anggap sudah menyeleweng dari ajaran Islam.
Sehingga terjadilah saling bermusuhan, bahkan pembunuhan sesama umat
Islam. Masalah pembunuhan adalah dosa besar dalam Islam, dalam
menyikapi masalah inilah persoalan politik merebak ke ranah teologi
dalam Islam. Dalam makalah ini Penulis membahas tentang Sejarah,
Tokoh dan Ajaran Pokok golongan Khawarij dan Murjiah yang muncul
karena terjadinya permasalan politik.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah Makalah di bawah ini adalah :
A. Apa yang melatar belakangi berdirinya aliran Khawarij dan Murji’ah serta
syiah ?
B. Apa saja doktrin-doktrin pokok dalam ajaran Khawarij dan Murji’ah serta
syiah?
C. Sekte- sekte apa saja yang terdapat pada aliran Khawarij dan Murji’ah
serta syiah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk membahas tentang aliran Khawarij dan Murji’ah serta syiah
a) Menjelaskan tentang aliran Khawarij dan Murji’ah serta syiah
b) Mengkaji Sejarah awal tentang munculnya Khawarij dan Murji’ah serta
syiah
c) Memahami ciri-ciri faham khawarij dan Murji’ah serta syiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Khawarij
1. Latar belakang kemunculan khawarij
Kata khawarij secara etimologis berasal dari bahasa
arab kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul, atau
memberontak. Berkenaan dengan pengertian etimologis ini, Syahrastani
menyebut orang yang memberontak imam yang sah disebut sebagai
khowarij.2 Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij berarti
setiap muslim yang memiliki sikap laten ingin keluar dari kesatuan umat
islam.
Adapun yang di maksud khawarij dalam terminology ilmu kalam
adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang
keluar meninggalkan barisan karena tidak sepakat terhadap Ali yang
menerima arbitrase/tahkim dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M
dengan kelompok bughat (pemberontakan) Mu’awiyah bin Abi Sufyan
perihal persengketaan khilafah.4 Kelompok Khawarij pada mulanya
memandang Ali dan pasukannya berada pada pihak yang benar karena Ali
merupakan khalifah sah yang telah dibai’at mayoritas umat islam,
sementara Mu’awiyah berada pada pihak yang salah karena memberontak
kepada khalifah yang sah.
Lagi pula, berdasarkan estimasi Khawarij, pihak Ali hampir
memperoleh kemenangan pada peperangan itu, tetapi karena Ali menerima
tipu daya licik ajakan damai Mu’awiyah, kemenangan yang hampir diraih
itu menjadi raib.
Kemunculan kelompok khawarij juga disebabkan oleh :
a. Fanatisme kesukuan: Fanatisme kesukuan ini merupakan satu dari sebab-
sebab munculnya Khawarij. Fanatisme kesukuan ini telah hilang pada
zaman Rasulullah dan Abu Bakar serta Umar, kemudian muncul kembali
pada zaman pemerintahan Utsman dan yang setelahnya. Dan pada masa
Utsman fanatisme tersebut mendapat kesempatan untuk berkembang
karena terjadi persaingan dalam memperebutkan jabatan-jabatan penting
dalam kekhilafahan sehingga Utsman di tuduh mengadakan gerakan
nepotisme dengan mengangkat banyak dari keluarganya untuk menjabat
jabatan-jabatan strategis di pemerintahannya,dan inilah yang dijadikan
hujjah oleh mereka untuk mengadakan kudeta terhadapnya.
b. Faktor ekonomi : Semangat ini dapat dilihat dari kisah Dzul
Khuwaishiroh bersama Rasulullah dan kudeta berdarahnya mereka
terhadap Utsman, ketika mereka merampas dan merampok harta baitul-
mal langsung setelah membunuh Utsman, demikian juga dendam mereka
terhadap Ali dalam perang jamal, ketika Ali melarang mereka mengambil
wanita dan anak-anak sebagai budak rampasan hasil perang sebagimana
perkataan mereka terhadap Ali: Awal yang membuat kami dendam
padamu adalah ketika kami berperang bersamamu di hari peperangan
jamal, dan pasukan jamal kalah, engkau membolehkan kami mengambil
apa yang kami temukan dari harta benda dan engkau mencegah kami dari
mengambil wanita-wanita mereka dan anak-anak mereka.
c. Semangat keagamaan: ini pun merupakan satu penggerak mereka untuk
keluar memberontak dari penguasa yang absah.
Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai
kelompok Mu’awiyah, sehingga pada mulanya Ali menolak permintaan
itu. Akan tetapi, karena desakan sebagian pengikutnya, terutama ahli
qurra’, seperti Al-Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At-Tamimi, dan
Zaid bin Husein Ath-Tha’I, dengan terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar
(komandan pasukan Ali) untuk menghentikan peperangan.
Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan
Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru damai (hakam)-nya, tetapi
orang-orang Khawarij menolaknya dengan alasan bahwa Abdullah bin
Abbas adalah orang yang berasal dari kelompok Ali. Mereka lalu
mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-Asy’ari dengan harapan
dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah.
Keputusan tahkim, yaitu Ali di turunkan dari jabatannya sebagai khalifah
oleh utusannya, sementara Mu’awiyah dinobatkan menjadi khalifah oleh
delegasinya pula sebagai pengganti Ali, akhirnya mengecewakan orang-
orang Khawarij.
Sejak itulah, orang-orang Khawarij membelot dengan
mengatakan,”Mengapa kalian berhukum kepada manusia? Tidak ada
hukum selain hukum yang ada pada sisi Allah.” Mengomentari perkataan
mereka, Imam Ali menjawab,” Itu adalah ungkapan yang benar, tetapi
mereka artikan dengan keliru.” Pada waktu itulah orang-orang Khawarij
keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura, sehingga Khawarij
disebut juga dengan nama Hururiah. Kadang-kadang mereka disebut
dengan Syurah dan Al-Mariqah.
Di Harura, kelompok Khawarij melanjutkan perlawanan selain
kepada Mu’awiyah juga kepada Ali. Di sana mereka mengangkat seorang
pemimpin definitive yang bernama Abdullah bin Sahab Ar-
Rasyibi. Sebelumnya mereka dipandu Abdullah Al-Kiwa untuk sampai ke
Harura.
B. Al-Murji’ah
1. Latar belakang kemunculan Murji’ah
Nama Murji’ah di ambil dari kata irja’ atau arja’a yang bermakna
penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Kata arja’a mengandung arti
memberi pengharapan, yaitu kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh
penganpunan dan rahmat Allah SWT. Selain itu, arja’a berarti pula
meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang
mengemudikan amal dari iman. Oleh karena itu, Murji’ah artinya orang
yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yaitu
Ali dan Mu’awiyah, serta setiap pasukannya pada hari kiamat kelak.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul
kemunculan Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa
gagasan irja’ atau arja’a dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan
tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat islam ketika terjadi
pertikaian politik dan untuk menghindari sektarianisme. Murji’ah, baik
sebagai kelompok politik maupun teologis, diperkirakan lahir bersama
dengan kemunculan Syi’ah dan Khawarij. Murji’ah, pada saat itu
merupakan musuh berat Khawarij.
Teori lain mengatakan bahwa gagasan irja’ yang merupakan basis
doktrin Murji’ah muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang
diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad Al-
Hanafiyah, sekitar tahun 695. Watt, penggagas teori ini menceritakan
bahwa 20 tahun setelah meninggalnya Mua’wiyah tahun 680, dunia islam
dikoyak oleh pertikaian sipil, yaitu Al-Mukhtar membawa paham Syi’ah
ke Kufah dari tahun 685-687; Ibnu Zubair mengklaim kekhalifahan di
makkah hingga kekuasaan islam. Sebagai respons dari keadaan ini muncul
gagasan irja’ atau penangguhan (postponenment). Gagasan ini tampaknya
pertama kali dipergunakan sekitar tahun 695 oleh cucu Ali bin Abi Thalib,
Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah, Dalam surat itu, Al-Hasan
menunjukkan sikap politiknya dengan mengatakan,”Kita mengakui Abu
Bakar dan Umar, tetapi menangguhkan keputusan atas persoalan yang
terjadi pada konflik sipil pertama yang melibatkan Utsman, Ali, dan
Zubair (seorang tokoh pembelot ke mekkah).
Dengan sikap politik ini, Al-Hasan mencoba menanggulangi
perpecahan umat islam. Ia kemudian mengelak berdampingan dengan
kelompok Syi’ah revolusioner yang terlampau mengagungkan Ali dan
para pengikutnya, serta menjauhkan diri dari Khawarij yang menolak
mengakui kekhalifaan Mu’awiyah dengan alasan bahwa ia adalah
keturunan si pendosa Utsman.
Teori lain menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali
dan Mu’awiyah, dilakukanlah tahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin ‘Ash,
seorang kaki tangan Mu’awiyah. Kelompok Ali terpecah menjadii dua
kubu, yang pro dan kontra. Kelompok kontra akhirnya menyatakan keluar
dari Ali, yaitu khubu Khawarij, memandang bahwa tahkim itu
bertentangan dengan Al-Qur’an, dalam pengertian tidak bertahkim
berdasarkan hukum Allah SWT. Oleh karena itu, khawarij berpendapat
bahwa melakukan tahkim itu dosa besar dan dihukum kafir, sama seperti
perbuatan dosa besar lain, seperti zina, riba’, membunuh tanpa alasan yang
benar, durhaka kepada orang tua, serta memfitnah wanita baik-baik.
Pendapat Khawarij tersebut ditentang sekelompok sahabat yang kemudian
disebut Murji’ah dengan mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap
mukmin, tidak kafir, sementara dosanyadiserahkan kepada Allah SWT.,
apakah mengampuninya atau tidak.
C. Aliran SYIAH
1. Pengertian Syi’ah
a. Syi’ah adalah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi
Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama
dan umat setelah Nabi Muhammad saw. Dari segi bahasa,
kata Syi’ah berarti pengikut, atau kelompok atau golongan, seperti yang
terdapat dalam surah al-Shâffât ayat 83 yang artinya: “Dan sesungguhnya
Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).
b. Syi’ah secara harfiah berarti kelompok atau pengikut. Kata tersebut
dimaksudkan untuk menunjuk para pengikut ‘Ali bin Abi Thalib sebagai
pemimpin pertama ahlulbait. Ketokohan ‘Ali bin Abi Thalib dalam
pandangan Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang telah diberikan Nabi
Muhammad sendiri, ketika dia (Nabi Muhammad—pen.) masih hidup.
c. Perkataan Syi’ah secara harfiah berarti pengikut, partai, kelompok, atau
dalam arti yang lebih umum “pendukung”. Sedangkan secara khusus,
perkataan “Syi’ah” mengandung pengertian syî’atu ‘Aliyyîn, pengikut atau
pendukung ‘Ali bin Abi Thalib.
3. Ajaran Syiah
a. Pokok-pokok penyimpangan syiah pada periode pertama diantaranya :
1) Keyakinan bahwa imam sesudah Rasullah SAW adalah Ali bin Abi
Thalib sesuai dengan sabda Nabi SAW karena itu para khalifah dituduh
merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib
2) Keyakinan bahwa imam mereka maksum ( terjaga dari salah dan dosa )
3) Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para imam yang telah wafat
akan hidup kembali setelah hari kiamat untuk membalas dendam kepada
lawan – lawannya yaitu Abu bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lain – lain
4) Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para imam mengetahui rahasia
ghoib, baik yang lalu maupun yang akan datang, ini berarti sama dengan
menuhankan Ali dan imam
5) Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan
oleh para pengikut Abdullah bin Saba. Yang pada akhirnya mereka
dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
6) Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu bakar dan Umar
bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk
delapan puluh kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut
7) Keyakinan mencaci maki para sahabat atau sebagian sahabat seperti
Utsman bin Affan
8) Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syiah semakin
menjadi-jadi. Sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat
keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti
Fathimiyah di mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran, terakhir aliran
tersebut terangakat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan
sebagai aliran resmi Negara iran sejak 1979
a. Al-Kaisaniyah
Kaisaniyah ialah nama sekte Syiah yang meyakini bahwa
kepemimpinan setelah Ali bin Abi Thalib beralih ke anaknya Muhammad
bin Hanafiyah. Para ahli berselisih pendapat mengenai pendiri Syiah
Kaisaniyah ini, ada yang berkata ia adalah Kaisan bekas budak Ali bin Abi
Thalib r.a. Ada juga yang berkata bahwa ia adalah Almukhtar bin Abi
Ubaid yang memiliki nama lain Kaisan.
Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini ialah, mengkafirkan
khalifah yang mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka yang
terlibat perang Sifin dan Perang Jamal (Unta), dan Kaisan mengira bahwa
Jibril a.s mendatangi Almukhtar dan mengabarkan kepadanya bahwa Allah
Swt menyembunyikan Muhammad bin Hanafiyah.
Sekte Kaisaniyah ini terbagi menjadi beberapa kelompok, namun
kesemuanya kembali kepada dua paham yang berbeda yaitu: 1. Meyakini
bahwa Muhammad bin Hanafiyah masih hidup. 2. Meyakini bahwa
Muhammad bin Hanafiyah telah tiada, dan jabatan kepemimpinan beralih
kepada yang lain.
Pokok-pokok ajaran Syi’ah al-Kaisaniyah anatara lain:
1) Mereka tidak percaya adanya roh Tuhan menetes ke dalam tubuh Ali ibn
Abi Thalib, seperti kepercayaan orang-orang Saba’iyah.
2) Mereka mempercayai kembalinya imam (raj’ah) setelah meninggalnya.
Bahkan kebanyakan pengikut al-Kaisaniyah percaya bahwa Muhammad
Ibn Hanafiyah itu tidak meninggal, tetapi masih hidup bertempat di
gunung Radlwa.
3) Mereka menganggap bahwa Allah Swt. itu mengubah kehendak-Nya
menurut perubahan ilmu-Nya. Allah Swt. Memerintah sesuatu, kemudian
memerintah pula kebalikannya.
4) Mereka mempercayai adanya reinkarnasi (tanasukh al-arwah).
5) Mereka mempercayai adanya roh.
b. Az-Zaidiyah
Zaidiyah adalah sekte dalam Syi'ah yang mempercayai
kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin setelah
kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka tidak mengakui kepemimpinan Ali
bin Husein Zainal Abidin seperti yang diakui sekte imamiyah, karena
menurut mereka Ali bin Husein Zainal Abidin dianggap tidak memenuhi
syarat sebagai pemimpin. Dalam Zaidiyah, seseorang dianggap sebagai
imam apabila memenuhi lima kriteria, yakni: keturunan Fatimah binti
Muhammad SAW, berpengetahuan luas tentang agama, zahid (hidup
hanya dengan beribadah), berjihad dihadapan Allah SWT dengan
mengangkat senjata dan berani.
Sekte Zaidiyah mengakui keabsahan khalifah atau imamah Abu
Bakar As-Sidiq dan Umar bin Khattab. Dalam hal ini, Ali bn Abi Thalib
dinilai lebih tinggi dari pada Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Oleh
karena itu sekte Zaidiyah ini dianggap sekte Syi'ah yang paling dekat
dengan sunnah.[24] Disebut juga Lima Imam dinamakan demikian sebab
mereka merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin Husain bin 'Ali bin Abi
Thalib. Mereka dapat dianggap moderat karena tidak menganggap ketiga
khalifah sebelum 'Ali tidak sah. Urutan imam mereka yaitu:
a. Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
b. Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
c. Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
d. Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
e. Zaid bin Ali (658–740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid,
adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis sajikan dalam bab
pembahasan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa Khawarij pada mulanya adalah suatu golongan yang pada awalnya
muncul sebagai pendukung Ali, namun pada akhirnya keluar dari barisan
Ali karena ketidak puasan mereka terhadap Ali yang
menerima tahkim dari Mu’awiyah, sehingga Khawarij memberikan
perlawanan dan menyatakan perang terhadap Ali dan Mu’awiyah,
sehingga dengan keluarnya mereka dari golongan Ali maka mereka di
juluki Khawarij (orang-orang yang keluar).
Murji’ah cenderung menangguhkan keputusan akan hukuman atas
dosa-dosa besar di masa yang akan datang dan cenderung
menyerahkannya kepada Allah apakah dosa tersebut akan diampuni atau
tidak. Murji’ah memandang terbalik dengan Khawarij bahwa orang
muslim yang berbuat dosa besar tidak lah kafir namun masih memiliki
kesempatan atau harapan untuk mendapatkan pengampunan dari Allah
SWT.
Syi’ah adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa
‘Ali bin Abi Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para
pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad saw. Aliran syiah
adalah aliran yang menyimpang, dan harus dihindari karena tidak sesuai
dengan petunjuk al quran dan as sunnah, karena yang menjadi panutan
atau teladan adalah Nabi Muhammad Saw dan tidak ad lagi nabi setelah
wafatnya beliau.
B. Saran
Demikian makalah tentang aliran ilmu kalam khawarij dan murjiah
serta syiah semoga bermanfaat bagi para pembaca, kritik dan saran kami
harapkan agar dimasa yang akan datang dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abul A’la Al Maududi, Al- Khalifah Wa Al Mulk, Terj. Muhammad Al
Baqir ,Mizan, Bandung, 1994
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam,1991
http://taufikirawan.wordpress.com
http://awanaalfaizy.blogspot.com/
Rozak, Abdul, Ilmu Kalam Edisi Revisi, Pustaka Setia Bandung,2012
https://hurie85.wordpress.com/2014/07/16/makalah-ilmu-kalam-khawarij-
dan-murjiah/
Rozak Abdul, Rosihon Anwar. Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung,
2001.
Hamdani, Maslani, Ratu Suntiah. Ilmu Kalam, Sega Asry, 2011.
http://makalahilmukalam.blogspot.com/2011/10/khowarij-dan-
murjiah.html
https://syafieh.blogspot.com/2013/04/ilmu-kalam-syiah-tokoh-dan-
ajarannya.html
Kh. Qamaruddin Shaleh. Asbabunnuzul . Bandung. CV. Diponegoro. 1990
http://id.wikipedia.org/wiki/Asbabun-nuzul
http://copast-master.blogspot.co.id/2012/10/makalah-aliran-siah_23.html
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam
Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992),
Muhammad Amin Suma, dalam Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam Jilid 3 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003),
http://creativetersenyum.blogspot.co.id/2012/01/makalah-sejarah-tokoh-
ajaran-dan-sekte.html
http://fokusislam.com/3001-mengungkap-akar-konflik-syiah-sunni.html