1. Laju mutasi
Dua parameter untuk mengukur kejadian mutasi : 1) laju mutasi (mutation rate) yakni
menggambarkan peluang suatu macam mutasi tertentu sebagai suatu fungsi dari waktu, 2)
frekuensi mutasi(mutation frequency) yakni jumlah kejadian suatu macam mutasi pada suatu
macam populasi atau populasi individu.
Pada umumnya Laju mutasi yang teramati rendah serta mutasi spontan yang jarang terjadi
didasarkan pada mutasi yang dampaknya teramati (terdeteksi);dan tidak termasuk mutasi yang
dampaknya tidak teramati, apalagi mutasi yang sudah diperbaiki.
Laju mutasi dan frekuensi mutasi spontan hanya pada mutasi yang dampaknya
teramati(terdeteksi). Pengukuran frekuensi mutasi kedepan(forward mutation) sekitar 10 -8
hingga 10-10 mutasi yang terdeteksi per pasang nukleotida per generasi, pada eukariotik sekitar
10-7 hingga 10-9 mutasi yang terdeteksi per pasang nukleotida per generasi.
Teknik muller untuk mengetahui mutasi letal yang terpaut kromosom kelamin pada sperma
drosophila. Dirakit kromosom kelamin x yang disebut kromosom kelamin X Muller-5 / Muller-5
X. kromosom diberi penanda mutan Bar(B) yang sedominan mutan apricot(W ͦ) yang resesif.
kromosom tersebut sudah diinversi untuk menekan(menghalangi) peristiwa pindah silang.
koromosm betina Muller-5 homozigot dislangkan dengan jantan Wild-type. Dihasilkan
keturunan 1 individu betina heterozigot(satu kromosomnya Muller-5 X) , individu jantan
merupakan penjantan Muller-5. Selanjutnya sesamanya disilangkan untuk turunan 2 sehingga
dihasilkan individu jantan Wild-type. Dapat disimpulkan bahwa kromosom X yang dideteksi tidak
mengandung mutan resesif letal.
2. Deteksi mutasi
Deteksi mutasi pada bakteri dan jamur
Deteksi mutasi tergantung pada suatu sistem seleksi yang mudah memisahkan sel-sel
mutan dari yang bukan mutan. Deteksi mutasi pada jamur dilakukan pada jamur
Neurospora crassa. Strain mutan yang terdeteksi dan diisolasi lalu ditumbuhkan pada
tabung yang mengandung medium minimum yang diberi suplemen suatu senyawa.
Diketahui mutan tadi dapat tumbuh pada pada medium yang diberi suplemen tirosin,
sehingga mutasi yang dideteksi adalah mutasi auksotrof tirosin(mutan yang hanya dapat
hidup/tumbuh ketika medium diberi suplemen tertentu.)
Deteksi mutasi pada Drosophila
3. Uji Ames
Uji Ames menggunakan dua strain bakteri Salmonella typhimurium yang sama-sama tergolong
auksotrofik untuk histidine. strain yang bersifat auksotrofik untuk histidine yakni membutuhkan
tambahan histidin dalam medium prtumbuhan agar dapat hidup (tumbuh). salah satu strain
mutan his dapat dikembalikan menjadi his + oleh mutasi pergantian basa; sedang pada strain lain
mutasi his dapat dikembalikan mejadi his + suatu mutasi pengubah rangka (frameshift mutation).
Pada percobaan hati tikus dihancurkan dan disentrifugasi agar pecahan-pecahan sel
mengendap. enzim hati tikus diambil dan supernatan dan ditambahkan pada kultur cair dari S.
typhimurium yang tergolong zuksotrofik bersama-bersama dengan senyawa kimia yang sedang
diuji. jika revertan his+ ditemukan lebih banyak pada cawan yang berisi campuran senyawa kimia
yang diuji dibanding pada cawan kontrol, maka senyawa-senyawa itu adalah agen mutasi
(mutagenik). jika lebih banyak kalori ditemukan pada cawan-cawan eksperimental, hal itu
menunjukkan bahwa senyawa kimia itu menginduksi mutasi.
Pertanyaan Sindora
1. Apa itu tapak AP/AP site?
Jawab: adalah tapak apurinik (tidak ada purin berupa guanine dan adenine) atau tapak
pirimidinik(tidak ada pirimidin berupa sitosin atau timin)
2. Apa itu mutasi auksotrof tirosin?
Jawab: mutan yang hanya dapat hidup/tumbuh ketika medium diberi suplemen tertentu.