Anda di halaman 1dari 14

ASKEP PERAWATAN LUKA

ASKEP PERAWATAN LUKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam
dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang
sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu manajemen perawatan luka
ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif
dan kelainan metabolik semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan
bisa tercapai dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Disamping itu perawat juga berkaitan dengan
biaya perawatan luka yang efektif. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan
hal tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan
produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk
memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan
keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
tentang perawatan luka dan aspek-aspek yang ada dalam perawatan luka.selain itu dapat
mengetahui

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah
kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda
tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R.
Sjamsu Hidayat, 1997).

Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya
yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi,
superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan).

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2. Respon stres simpatis

3. Perdarahan dan pembekuan darah

4. Kontaminasi bakteri

5. Kematian sel

2.2 Kulit

Kulit adalah salah satu indera peraba pada tubuh manusia


2.3 Tulang
2.4 Fungsi Kulit

1. Sebagai pelindung tubuh atau protektor.

Kulit merupakan benteng pertahanan pertama dari berbagai ancaman yang datang dari luar,
seperti: bakteri, Sel-sel langerhans bagian dari sistem kekebalan tubuh.

2. Sebagai alat pengeluaran sekresi.

Minyak yang dihasilkan kelenjar minyak dikeluarkan melalui kulit. Kandungan urea hasil
metabolisme tubuh sebagian dikeluarkan melalui kulit (yaitu dengan berkeringat).

3. Sebagai thermoregulator atau pengatur suhu tubuh.

Dalam kulit juga terdapat syaraf-syaraf yang jika terstimulasi akan diteruskan ke otak sehingga
dapat memberikan sensasi panas, dingin, tekanan, getaran, rasa sakit. Kulit juga berfungsi
sebagai tempat penyimpanan air dan lemak, sekaligus mensintesa vitamin D, dengan bantuan
sinar matahari yang mengandung ultraviolet.

4. Menyimpan kelebihan lemak

2.5 Klasifikasi Luka

Tindakan Terhadap Luka

1. Luka disengaja (Intentional Traumatis)


2. Luka tidak disengaja (Unintentional Traumatis)

Integritas Luka

1. Luka tertutup

2. Luka terbuka

Mekanisme Luka

1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)

2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam.

4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh
kawat.

6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan
melebar.

7. Luka Bakar (Combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.

2.6 Tipe Luka

2.6.1 Aberasi

Aberasi adalah luka dimana lapisan terluar dari kulit tergores. Luka tersebut akan sangat nyeri
dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi, karena benda asing dapat masuk ke lapisan kulit
yang lebih dalam dan dalam jaringan subkutan. Perdarahan biasanya sedikit.

2.6.2 Punktur (Luka Tusuk)


Luka tusuk merupakan cedera penetrasi. Penyebabnya berkisar dari paku sampai pisau atau
peluru. Walaupun perdarahan nyata seringkali sedikit, kerusakan jaringan internal dan
perdarahan dapat sangat meluas dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan
adanya benda asing pada tubuh.

2.6.3 Avulsi

Avulsi terjadi sebagai akibat jaringan tubuh tersobek. Avulsi seringkali dihubungkan dengan
perdarahan yang hebat. Kulit kepala dapat tersobek dari tengkorak pada cedera degloving.
Cedera dramatis seringkali dapat diperbaiki dengan scar-scar kecil. Apabila semua bagian tubuh
seperti telinga, jari tangan tangan, jari kaki, mengalaqmi sobekan maka pasien harus dikirim ke
rumah sakit dengan segera untuk memungkinkan perbaikan (penyambungan kembali).

2.6.4 Insisi (Luka sayatan)

Insisi adalah terpotong dengan kedalaman yang bervariasi. Hal ini seringkali menimbulkan
perdarahan hebat dan kemungkinan bisa terdapat kerusakan pada struktur dibawahnya
sedemikian rupa, seperti saraf, otot atau tendon. Luka-luka ini harus dilindungi utuk
menghambat terjadinya infeksi, bersamaan dengan pengontrolan perdarahan.

2.6.5 Laserasi

Laserasi adalah luka bergerigi yang tidak teratur. Serigkali meliputi kerusakan jaringan yang
berat. Luka-luka ini seringkali menyebabkan perdarahan yang serius dan kemudian pasien akan
mengalami syok hipovolemik.

Penolong pertama harus mempertimbangkan kondisi luka yang terjadi sepeti perlukaan itu dapat
merupakan akibat cedera oleh dirinya sendiri.

2.7 Dekubitus

Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan kulit yang
terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang
menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips,
pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang.

2.7.1 Penyebab

Berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika tekanan menyebabkan terputusnya aliran
darah, maka kulit yang mengalami kekurangan oksigen pada mulanya akan tampak merah dan
meradang lalu membentuk luka terbuka (ulkus).

2.7.2 Tanda dan Gejala, Stadium dan Komplikasi


1. Stadium Satu

* Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang
normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut: perubahan temperatur kulit (lebih
dingin atau lebih hangat)

* Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)

* Perubahan sensasi ( gatal atau nyeri)

* Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap.
Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap,
biru atau ungu.

2. Stadium Dua
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah
lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.

3. Stadium Tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringn subkutan
atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam

4. Stadium Empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan
pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk
dalam stadium IV dari luka tekan.

2.7.3 Resiko Tinggi Terjadinya Ulkus Dekubitus Ditemukan Pada:

1. Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, lemah)

2. Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, kerusakan saraf (misalnya akibat cedera,
stroke, diabetes) dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk merasakan nyeri.

3. Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan lemak
sebagai pelindung

4. Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan terbentuknya
ulkus.

2.7.4 Pengobatan

Ulkus biasanya membaik dengan sendirinya setelah tekanan dihilangkan. Menjaga kesehatan
dengan mengkonsumsi protein dan kalori tambahan bisa mempercepat penyembuhan. Mencegah
terbentuknya ulkus bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
1. Merubah posisi pasien yang tidak dapat bergerak sendiri, minimal setiap 2 jam sekali untuk
mengurangi tekanan

2. Melindungi bagian tubuh yang tulangnya menonjol dengan bahan-bahan yang lembut
(misalnya bantal, bantalan busa)

3. Mengkonsumsi makanan sehat dengan zat gizi yang seimbang

4. Menjaga kebersihan kulit dan mengusahakan agar kulit tetap kering.

2.8 Penyembuhan Luka

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan
perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara
normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung
proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan
menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 1997).

Prinsip Penyembuhan Luka menurut Taylor (1997) yaitu:

1. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan
keadaan umum kesehatan tiap orang,

2. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga,

3. Respon tubuh secara sistemik pada trauma,

4. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka,

5. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan
diri dari mikroorganisme, dan

6. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.

2.9 Tahap Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan
dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka
pembedahan (Kozier,1995).

Menurut Kozier, 1995

2.9.1 Hemostasis
Hemostasis merupakan proses kesimbangan tubuh yang menyatukan beberapa faktor, terbaru
sebanyak lima faktor, antara lain: pembuluh darah, trombosit, faktor koagulasi, sistem
fibrinolitik, dan faktor inhibisi.

Tujuan untuk menjaga agar darah tetap cair di dalam arteri dan vena, mencegah kehilangan darah
karena luka, memperbaiki aliran darah selama proses penyembuhan luka. Hemostasis juga
bertujuan untuk menghentikan dan mengontrol perdarahan dari pembuluh darah yang terluka.

Hemostasis terdiri dari 3 tahap:

1. Hemostasis primer.

Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah,. Hemostasis primer ini melibatkan
tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi
dan sumbat trombosit. Hemostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika
hemostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka.

2. Hemostasis Sekunder

Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat
trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder
yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi. Hemostasis sekunder ini mencakup
pembentukan jaring-jaring fibrin. dan bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini
sudah cukup untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke hemostasis tersier.

3. Hemostasis Tersier

Hemostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan.
Hemostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.

2.9.2 Inflamatory

Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini
yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi
pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan
jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet
yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng)
juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan
mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari
luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan
mencegah masuknya mikroorganisme.

Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk
mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan
membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya
daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.

Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini
ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah
cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut
pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang
pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama
mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses
penyembuhan.

2.9.3 Proliferatif

Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan.
Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam
pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang
disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang
menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan
permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan
penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.

Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan
nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka
membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan
ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.

2.9.4 Maturasi

Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus
mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat.
Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.

2.10 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

1. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering
terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan
darah.
2. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya
protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi
memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.
Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah
jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak
subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang
gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah
infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada
orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.
Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan
kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

5. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh
tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan
waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

6. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses
sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan
lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
(“Pus”).

7. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh
akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu
ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu
sendiri.

8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak
dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

9. Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa
luka dapat gagal untuk menyatu.

10. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi
penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap
infeksi luka.

* Steroid : Akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.

* Antikoagulan : Mengakibatkan perdarahan

* Antibiotik : Efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi
yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat
koagulasi intravaskular.

2.11 Komplikasi Penyembuhan Luka

Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.

1. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya
berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak
di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan,
infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin
tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering
dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan
berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian
cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi


Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah
terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah
irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami
dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen
meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan
balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan
perbaikan pada daerah

2.12 Pengaruh Psikologi

1. Depresi

Reaksi frustrasi yang membuat kita murung berlanjut, sedih, hilang gairah hidup, dan tidak
berdaya berhadapan dengan keadaan penyakit dengan luka yang sudah lama dan sukar untuk
disembuhkan.

2. Apati.

Kekesalan yang ditunjukkan dengan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, putus asa, tidak peduli
lagi akan kehidupan dan kesembuhan lukanya.

3. Agresi

Memberikan perlawanan kepada semua yang ada disekelilingnya setiap orang memberikan
semangat hidup dan menasehatinya.

Rasa ketakutan terhadap dirinya, dan kehilangan akan semua yang ada disampingnya.

2.13 Komplikasi Dari Luka

1. Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat diinspeksi terhadap
perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah pembedahan.

2. Infeksi (Wounds Sepsis)


Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit. Proses
peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut nadi dan temperatur tubuh pasien
biasanya meningkat, sel darah putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan
nyeri.
Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :

* Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan


* Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh terkumpulnya pus (bakteri,
jaringan nekrotik, Sel Darah Putih)

* Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju ke sistem limphatik.
Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.

3. Dehiscence dan Eviscerasi


Dehiscence adalah rusaknya luka bedah
Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka

4. Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul tidak
terduga dan tidak pada setiap orang.

Untuk Asuhan Keperawatan Luka bisa Download

di SINI

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah perawatan luka merupakan suatu tindakan pembersihan luka
dengan menggunakan prinsip bersih ataupun steril agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan
terkena infeksi.
Diposkan oleh supriyono di 22.56

Anda mungkin juga menyukai