Anda di halaman 1dari 15

HUKUM PAJAK ZAKAT

Disusun untuk memenuhi tugas semester 4 mata kuliah hukum pajak zakat

Dosen Pengampu

Isnan Muriyansyah,SE,MSA

Disusun Oleh:

Kelas akuntansi B

Ulfah Rahmawati 18520034

Aulia Salsa Bella 18520113

Salsabilla pramestya H 18520115

Inadia Zahra ratrisha 18520125

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. iii
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... iii
1. Latar Belakang ................................................................................................................... iii
2. Rumusan Masalah .............................................................................................................. iii
3. Tujuan ................................................................................................................................. iii
BAB II .............................................................................................................................................. 1
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 1
1. Pengertian Penagihan Pajak................................................................................................ 1
2. Jenis Penagihan Pajak ......................................................................................................... 2
 Penagihan Pasif ........................................................................................................... 2
 Penagihan Aktif ........................................................................................................... 2
 Penagihan seketika dan sekaligus ............................................................................... 2
3. Langkah-langkah Penagihan Pajak .................................................................................... 3
4. Dasar Penagihan Pajak ........................................................................................................ 7
5. Efektivitas ............................................................................................................................ 8
6. Kendala-kendala Pelaksanaan Penagihan Pajak ................................................................ 9
BAB III .......................................................................................................................................... 10
PENUTUP...................................................................................................................................... 10
1. Kesimpulan ........................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 11

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Pajak dan
Zakat. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tak langsung. Untuk itu
dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada yang terhormat:
1. Isnan Muriyansyah,SE,MSA, selaku dosen pembimbing mata kuliah Hukum Pajak dan
Zakat.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyempurnakan makalah ini,
tetapi penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang konstruktiv dari berbagai pihak yang bersifat membangun dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Malang, 8 April 2020

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penagihan pajak merupakan salah satu perhatian utama para pihak di pemerintahan,
baik di tingkat pusat maupun daerah. Sejalan dengan hal tersebut, berbagai perundang-
undangan dan produk hukum telah ditetapkan dan mengalami perbaikan atau
penyempurnaan untuk menciptakan sistem penagihan pajak yang mampu memenuhi
berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat ataupun
kesadaran diri dari masyarakat luas dalam pembayaran pajajk sehingga dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dapat berjalan lancer.

Secara garis besar, Penagihan pajak merrupakan serangkaian upaya atau tindakan agar
penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan mengatur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat
paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melakukan penyanderaan,
menjual barang-barang yang telah disita.

Tujuan penagihan pajak di dalam instansi pemerintahan antara lain adalah untuk
menjaga kestabilan pendapat keuangan baik di daerah maupun pusat. Karena pajak
merupakan salah satu sumber pendapatan negara. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penagihan pajak sangatlah membutuhkan partisipasi masyarakat secara aktif.

Berdasarkan hal diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“Penagihan Pajak.”

2. Rumusan Masalah
 Bagaimanakah pengertian penagihan pajak menurut pendapat beberapa ahli?
 Apa sajakah jenis-jenis penagihan pajak?
 Bagaimanakah langkah-langlah dalam penagihan pajak?
 Apakah yang menjadi dasar penagihan pajak?
 Apa sajakah kendala-kendala dalam pelaksanaan penagihan pajak?

3. Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian penagiham pajak menurut pendapat beberapa
ahli.
 Untuk mengetahui jenis-jenis penagihan pajak.
 Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penagihan pajak.
 Untuk mengetahui dasar penagiham pajak.
 Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan penagihan paja

iii
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Penagihan Pajak

Secara sederhana, penagihan pajak adalah serangkaian tindakan yang dilakukan agar
penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajaknya. Sementara,
penanggung pajak adalah orang atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak.
Dasar hukum penagihan pajak tercantum dalam UU Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.

Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan pelaksanaan
penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Menurut Moeljo Hadi, yang dimaksud dengan penagihan adalah: “Serangkaian tindakan
dari aparatur Direktorat Jenderal Pajak berhubung Wajib Pajak tidak melunasi baik sebagian
atu seluruh kewajiban perpajakan yang terutang menurut Undang-Undang Perpajkan yang
berlaku.”

Sedangkan menurut Rochmat Soemitro, yang dimaksud dengan penagihan adalah:


“Perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib Pajak tidak mematuhi
ketentuanUndang-Undang Perpajakan khususnya mengenai pembayaran pajak.”

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya proses


penagihan pajak melibatkan beberpa unsur-unsur yang mempunyai arti yang cukup penting,
diantaranya yaitu:

a. Utang pajak, yaitu “Pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi
berupa bunga , denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau
surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”4

1
b. Serangkaian tindakan dilakukan sesuai jadwal waktu yang benar, yaitu penerbitan Surat
Teguran, pemberitahuan Surat Paksa, pelaksanaan penyitaan berdasarkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), sampai dengan pelaksanaan lelang.
c. Aparat Direktorat Jendral Pajak, yaitu Jurusita Pajak yang telah memenuhi syarat untuk
melakukan penagihan pajak.
d. Penanggung pajak yang mempunyai kewajiban melunasi utang pajak.
e. Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, yaitu UU KUP 1984 dan UU PPSP serta
peraturan pelaksanaan yang mengaturnya.

2. Jenis Penagihan Pajak


Penagihan pajak ternyata punya banyak jenis. Ada yang sifatnya pasif,l aktif bahkan
seketika dan sekaligus. Apa bedanya dan apa konsekuensinya bagi wajib pajak? Penjelasannya
akan Anda peroleh pada poin di bawah ini.

 Penagihan Pasif
Pada penagihan pajak pasif, DJP hanya menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), SK Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan pajak
terutang lebih besar. Dalam penagihan pasif, fiskus hanya memberitahukan kepada wajib pajak
bahwa terdapat utang pajak. Jika dalam waktu satu bulan sejak diterbitkannya STP atau surat
sejenis, wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya, maka fiskus akan melakukan penagihan
aktif.

 Penagihan Aktif
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, penagihan aktif merupakan kelanjutan dari
penagihan pasif. dalam penagihan aktif, fiskus bersama juru sita Pajak berperan aktif dalam
tindakan sita dan lelang.

 Penagihan seketika dan sekaligus


Penagihan seketika dan sekaligus ini merupakan penagihan pajak yang dilakukan oleh
fiskus atau juru sita pajak kepada wajib pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran
pajak. Penagihan pajak juga meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak,
dan tahun pajak.

2
Tujuannya penagihan jenis ini adalah untuk mencegah terjadinya utang pajak yang tidak
bisa ditagih. Jika saat dilakukan penagihan seketika dan sekaligus wajib pajak belum
membayar, maka juru sita pajak akan menunggu hingga tanggal jatuh tempo.

3. Langkah-langkah Penagihan Pajak


Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, ada beberapa tindakan atau langkah yang
dilakukan juru sita pajak dalam melakukan penagihan pajak. Berikut ini tahapan dan penjelasan
setiap langkahnya.

 Surat teguran

Surat teguran atau surat peringatan adalah surat yang diterbitkan untuk melaksanakan
penagihan pajak. Jika dalam waktu tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo penanggung pajak
atau wajib pajak belum melunasi utang pajaknya, maka surat teguran ini akan sampai ke tangan
penanggung pajak. Tujuannya adalah memberikan peringatan kepada penanggung pajak agar
segera melunasi utang pajak sehingga tidak perlu lagi dilakukan penagihan secara paksa.
Tindakan penagihan pajak diawali dengan penerbitan Surat Teguran.

Sesuai dengan Pasal 8 angka 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2000 yang dimaksud dengan Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatakan kepada Wajib
Pajak utnutk melunasi utang pajaknya. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis diterbitkan apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan
tanggal jatuh tempo pembayaran. Penerbitan Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya
yang sejenis ini dilakukan oleh Pejabat atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut setelah
7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis tidak diterbitkan apabila
kepada Penanggung Pajak telah diberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda
pembayaran utang pajak. Dalam hal ini, Wajib Pajak harus terlebih dahulu mengajukan surat
permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran utang pajak.

3
 Surat paksa

Surat paksa merupakan surat yang akan diterbitkan jika 21 hari setelah jatuh tempo surat
teguran, si penanggung jawab pajak tidak melunasi pajaknya. Setelah datangnya surat paksa,
wajib pajak wajib melunasi pajaknya dalam waktu 2 x 24 jam agar tidak ada tindakan
pemblokiran rekening, pencegahan ke luar negeri, hingga penyanderaan paksa badan (dengan
catatan, diragukan itikad baiknya dan memiliki utang pajak minimal Rp100.000.000).
Penerbitan surat paksa ini dikenakan biaya senilai Rp25.000. Surat Paksa diterbitkan oleh
kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang menerbitkan STP, SKPKB, SKPKBT, SK
Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah apabila:

a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;
b. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus;
atau
c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan
persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Penerbitan Surat Paksa secara sah oleh pejabat berwenang merupakan modal utama bagi
pelaksanaan penagihan pajak yang efektif, hal ini karena penerbitan Surat Paksa memberikan
wewenang kepada petugas penagihan pajakkhususnya Jurusita Pajak untuk melaksanakan
eksekusi langsung dalam penyitaan atas barang milik Penanggung Pajak dan selanjutnya untuk
melakukan penjualan atau pelelangan atas barang-barang yang disita untuk pelunasan pajak
terutang tanpa melalui prosedur di pengadilan terlebih dahulu. Atau dengan kata lain, dalam
hal ini Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial serta mempunyai kedudukan yang sama
dengan putusan pengadilan perdata.

Surat Paksa diterbitkan palng cepat 21 (dua puluh datu hari) sejak penerbitan Surat Teguran,
kecuali apabila terhadap Penanggung Pajak telah diterbitkan surat penagihan seketika dan
sekaligus. Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan
Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak. Yang dimaksud dengan pernyataan disini
adalah membacakan isi Surat Paksa kepada Penanggung Pajak dan kedua belah pihak, Jurusita
dan Penanggung Pajak kemudian menandatangani berita acara sebagai pernyataan bahwa Surat
Paksa telah diberitahukan.

4
Dalam hal Surat Paksa tidak dapat diberitahukan kepada Wajib Pajak orang pribadi atau
badan, Surat Paksa disampaikan melalui aparat Pemerintah Daerah (Pemda) sekurang-
kurangnya setingkat sekretaris kelurahan atau sekretaris desa di mana Wajib Pajak bertempat
tinggal atau melakukan kegiatan usahanya. Jika Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak
diketahui tempat tinggalnya atau tempat kedudukannya, pemberitahuan Surat Paksa
dilaksanakan dengan menempelkan Surat Paksa pada papan pengumuman Surat Paksa tersebut
melalui media massa.

Apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak berada di luar wilayah kerja pejabat yang
menerbitkan Surat Paksa, pejabat yang menerbitkan Surat Paksa dapat memerintahkan
Jurusitanya untuk melaksanakan Surat Paksa di luar wilayah kerjanya sepanjang masih dalam
satu kota. Dalam hal ini, pejabat tersebut wajib memberitahukan pelaksanaan Surat Paksa
kepada pejabat ysng wilayah kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat Paksa.

 Surat sita

Surat sita adalah surat yang diterbitkan jika dalam waktu 2 x 24 jam sejak diterbitkannya
surat paksa, penanggung pajak belum membayarkan pajaknya. Ada biaya yang dikenakan
untuk surat sita ini yakni Rp75.000. Biaya ini digunakan untuk pelaksanaan sita. Penyitaan
tidak semata-mata bertujuan untuk menjual barang milik penanggung pajak, melainkan petugas
menggunakan barang-barang tersebut sebagai jaminan agar penanggung pajak melunasi
pajaknya.

Jadi, penanggung pajak masih memiliki kesempatan untuk melunasi pajaknya selama
14 hari terhitung dari penyitaan harta penanggung pajak. Jika dalam 14 hari penanggung pajak
masih belum membayarkan utang pajaknya, maka akan diterbitkan pengumuman lelang.
Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh 2 orang yang dianggap
sudah dewasa sebagai saksi, berkewarganegaraan Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, dan
dapat dipercaya.

Kepala KPP yang telah menerbitkan Surat Paksa dapat menerbitkan Surat Perintah
Melakukan Penyitaan (SPMP) dalam hal utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 kali
24 jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak atau Penanggung
Pajak. Dalam hal lain, SPMP paling cepat diterbitkan setelah lewat waktu 2 kali 24 jam sejak
tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak.

5
Seperti dalam penyampaian Surat Paksa, maka pejabat yang menerbitkan Surat Paksa dapat
memerintahkan Jurusitanya untuk menerbitkan SPMP terhadap objek sita dimaksud, kecuali
ditetapakan lain oleh Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah. Dalam hal ini pun,
pejabat tersebut wajib memberitahukan penerbitan SPMP kepada pejabat yang wilayah
kerjanya meliputi tempat objek sita berada.

Barang milik Penanggung Pajak yang dapat disita adalah barang yang berada di tempat
tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya
berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagi pelunasan utang tertentu yang dapat
berupa:

a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka,
tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada
perusahan lain; dan atau
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi bruto tertentu.

Kegiatan penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak,
dan dapat dipercaya. Setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita harus membuat berita acara
pelaksanaan sita (BAPS) yang ditanda tangani oleh Jurusita, Penanggung Pajak, dan saksi-
saksi.

Dalam hal Penanggung Pajak menolak menandatangani BAPS, Jurusita harus


mencantumkan penolakan tersebut dalam BAPS yang selanjutnya ditandatangani oleh Jurusita
dan saksi-saksi sehingga BAPS dimaksud tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
Penyitaan tetap dapat dilaksanakan sekalipun Penanggung Pajak tidak hadir, sepanjang salah
seorang saksi berasal dari Pemda setempat, sekurang-kurangnya setingkat Kepala Kelurahan
atau Kepala Desa. Salinan BAPS ditempelkan pada barang bergerak dan atau barang tidak
bergerak yang disita berada, atau di tempat-tempat umum. Jurusita tidak dapat melaksanakan
penyitaan terhadap barang-barang Penanggung Pajak yang terlebih dahulu disita oleh
pengadilan negeri, kejaksaan, kepolisian, atau instansi lain yang telah lebih dahulu melakukan
penyitaan.

 Lelang

6
Lelang akan dilakukan jika dalam waktu 14 hari setelah diterbitkan pengumuman lelang,
penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya. Lelang adalah setiap penjualan barang
dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha
pengumpulan peminat atau calon pembeli. Pelelangan atas Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
dilakukan apabila utang pajak atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan
penyitaan. Adapun secara lengkap ketentuan yang mengatur pelelangan adalah Pasal 24 sampai
dengan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaiman telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000,
yang memuat tentang persiapan, pengumuman, pembatalan, pelaksanaan hingga akibat lelang.

Asset Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang disita berupa uang tunai, deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya,
piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dikecualikan dari penjualan secara lelang,
adapun penggunaannya dilakukan dengan cara:

a. Uang tunai disetor langsung ke Kas Negara atu Kas Daerah;


b. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, dipindahbukukan ke Kas Negara atau Kas Daerah atas
permintaan Pejabat kepada Bank yang bersangkutan;
c. Obilgasi, saham atau surat berharga lainnya yang diperdangkan di bursa efek segera
dijual atas permintaan Pejabat;
d. Obligasi, saham atau surat berharga lainnya yang tidak diperdangkan di bursa efek
segera dijual oleh Pejabat;
e. Piutang dibuatakan berita acara persetujuan tentang pengalihan hak menagih dari
Penanggung Pajak kepada Pejabat; atau
f. Penyertaan modal pada perusahaan laindibuatkan akte persetujuan pengalihan hak
menjual dari Penanggung Pajak kepada Pejabat.

4. Dasar Penagihan Pajak


Dasar penagihan pajak untuk PPh, PPN, dan PPnBM, serta bunga penagihan adalah:

 Surat Tagihan Pajak.


 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
 Surat Keputusan Pembetulan.

7
 Surat Keputusan Pemberatan.
 Putusan Banding.
 Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih hakrus
dibayar bertambah.
Dasar penagihan pajak untuk PBB adalah:

 Surat Pemberitahuan Pajak Terutang.


 Surat Ketetapan.
 Surat Tagihan Pajak.

5. Efektivitas

Secara sederahana, efektivitas adalah tingkat keberhasilan suatu entitas dalam usaha
mencapai tujuan atau sasarannya. Menurut Alijoyo “Effectiveness is a measure of a success in
meeting asset of established goal ”.9 Dalam kata lain, efektivitas berarti ukuran mengenai
seberapa baik atau seberapa tepat sasaran atau rencana yang telah ditetapkan dapat
direalisasikan.

Dalam lingkup penagihan pajak, efektivitas diukur pada di sejauh mana tingkat realisasi
penerimaan yang dicapai atas dasar rencana pencairan tunggakan pajak yang telah disusun
sebelumnya. Indikator yang digunakan sebagai tolok ukur dari efektivitas ini berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja
Perusahaan Daerah Air Minum adalah:

> 100% = Sangat efektif

> 90% - 100% = Efektif

> 80% - 90% = Cukup efektif

> 60% - 80% = Kurang efektif

<60% = Tidak efektif

Jika angka dari perhitungan semakin besar maka dapat dikatakan bahwa tingkat efektivitas
semakin baik. Tingkat efektivitas yang baik adalah 100% karena hal ini menunjukan bahwa

8
realisasi penerimaan telah mencakup seluruh dari potensi yang seharusnya dicapai pada saat
periode tersebut.

6. Kendala-kendala Pelaksanaan Penagihan Pajak

Kendala-kendala tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Pegawai yang bersedia menjadi Jurusita Pajak masih sedikit.


b. Kualitas Jurusita Pajak masih rendah.
c. Banyak alamat Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang tidak ditemukan.
d. Jika semua tunggakan pajak ditindaklanjuti dengan penagihan aktif maka biaya
penagihan terlalu besar.
e. Wajib Pajak sedang mengajukan keberatan.
f. Dalam pelaksanaan penyitaan kemungkinan:

 Objek sita tidak ditemukan.


 Jurusita Pajak tidak diperbolehkan oleh Wajib Pajak atau PenanggungPajak
untuk memasuki rumah atau tempat dimana terdapat barang-barang yang akan
disita.
 Jurusita Pajak tidak diperbolehkan menyita barang-barang Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak.
 Wajib Pajak atau Penanggung Pajak ataupun wakilnya tidak mau
menandatangani Berita Acara Sita.

g. Kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak masih rendah.


h. Koordinasi dengan pihak terkait yang kurang optimal dan dukungan penuh dari atasan
atas pelaksanaan ketentuan perundang-undangan yang berbenturan dengan pihak lain
yang ikut berkepentingan yang juga kurang optimal.

9
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Penagihan pajak merupakan serangkaian upaya yang dilakukan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa, mengusulkan
pencegahan, melaksanakan penyitaan, melakukan penyanderaan, serta menjual barang-
barang yang telah disita.

Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penagihan pajak pasif dan
penagihan pajak aktif. Penagihan pajak pasif merupakan penagihan pajak yang dilakukan
dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak. Sedangkan
Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari Penagihan Pajak Pasif, dimana dalam
upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan
atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan
pelaksanaan lelang.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.online-pajak.com/penagihan-pajak

https://www.academia.edu/31852099/BEBERAPA_KENDALA_DAN_UPAYA_DALAM_
PROSES_PENAGIHAN_TUNGGAKAN_PAJAK

https://www.pajak.go.id/id/penagihan-pajak

https://catarts.wordpress.com/2012/04/12/penagihan-pajak-dengan-surat-paksa/

http://blog.ub.ac.id/lutfiara/2012/04/02/penagihan-pajak/

http://il-pustakawanhukum.blogspot.com/2014/03/makalah-penagihan-pajak.html

11

Anda mungkin juga menyukai