DOSEN PEMBIMBING :
Oleh:
LUKI NURAFITA
NIM . 2018.5501.01.04515
FAKULTAS TARBIYAH
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru atau calon guru
Aqidah ahlak adalah kemampuan untuk melakukan evaluasi dalam proses
kegiatan belajar mengajar.2 Guru mempunyai tanggung jawab melakukan proses
evaluasi hasil belajar mengajar siswa agar perencanaan pendidikan dan proses
belajar siswa dapat dipantau dengan baik. Kemampuan guru dalam melakukan
evaluasi kegiatan belajar mengajar menjadi instrumen penilaian kompetensi guru.
Tidak dikatakan guru yang baik apabila tidak mempunyai kompetensi melakukan
1
UU Sistem Pendidikan Nasional, UU RI no. 20 Tahun 2003, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 3.
2
Nanda Pramana Atmaja, Buku Super Lengkap Evaluasi Belajar-Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, 2016),
hlm. 9.
evaluasi kegiatan belajar mengajar. Karena sosok pribadi yang diinginkan oleh
Pendidikan Islam bukan hanya pribadi yang bersikap religius, tetapi juga memiliki
ilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan
masyarakat.3
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah
dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan
sudah tercapai. 4Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik dapat berupa evaluasi
hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang
sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi dan penilaian dalam
proses pembelajaran menjadi sangat penting.5 Guru harus berusaha mengetahui
hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan bersama para siswa, demi
keberlangsungan dan kebaikan pembelajaran tahun-tahun sebelumnya. Hasil yang
dimaksud tersebut adalah baik atau tidak baik, bermanfaat atau tidak bermanfaat,
dan lain sebagainya. Hal ini sangat penting bagi seorang guru. Guru sebagai
pendidik sebagai role model bagi guru lainnya untuk mengetahui sejauh mana
proses pembelajaran yang mereka lakukan dapat membangun potensi siswa.
3
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
hlm. 53.
4
Rohmad, Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian (Yogyakarta: Kalimedia, 2017),
hlm. 2.
5
Ratnawulan, Elis dan Rusdiana H.A., Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2015), hlm. 19.
6
Ega Rima Wati, Kupas Tuntas Evaluasi Pembelajaran, (Kata Pena, 2016), hlm. 2.
Evaluasi ini dilakukan oleh guru terhadap siswa untuk mengetahui lebih
jauh daya tangkap siswa terhadap pelajaran yang telah disampaikan. Guru yang
baik menjadikan evaluasi pembelajaran sebagai sebuah kegiatan yang tidak
terpisahkan dari proses belajar mengajar. Dengan proses evaluasi inilah, guru
akan mendapatkan informasi terkait materi yang telah disampaikan dapat
ditangkap dan diterima oleh siswa secara baik atau tidak.7
Lingkup evaluasi merupakan suatu hal yang selalu berkaitan dengan objek
evaluasi. Apabila objeknya mengenai pembelajaran Aqidah ahlak, maka semua
hal yang bekaitan dengan kehidupan sehari- hari pembelajaran menjadi ruang
lingkup evaluasi tersebut. 8
7
Nanda Pramana Atmaja, Buku Super Lengkap Evaluasi Belajar-Mengajar, (Yogyakarta: Diva
Press, 2016), hlm. 14.
8
Ega Rima Wati, Kupas Tuntas Evaluasi Pembelajaran, (Kata Pena, 2016) hlm. 14.
9
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 4.
10
Sunhaji, Pembelajaran Tematik-Integratif Pendidikan Agama Islam dan Sains, (Purwokerto:
STAIN Press, 2013), hlm. 144.
mereka agar dapat mempelajari agama Islam dengan baik terlihat dari pengamalan
tadarus Al-Qur’an sebelum pembelajaran dimulai.11
Evaluasi pembelajaran mata pelajaran PAI mata pelajaran aqidah ahlak dan
Budi Pekerti pada siswa kelas VII di SMPN II Kalitidu masih mengalami
beberapa problem. Setelah penulis melakukan wawancara pendahuluan dengan
guru PAI, beliau menyampaikan ketika melaksanakan evaluasi setelah akhir
pembelajaran hasil yang harapkan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan
sebelumnya.12 Problem yang ada tidak hanya bersumber dari guru saja, tetapi
bersumber juga pada faktor lingkungan, peserta didik, media, sarana prasarana,
dan sebagainya. Berdasarkan masalah tersebut penelitian ini diarahkan untuk
menemukan problematika yang muncul dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran
serta menemukan solusi alternatif pemecahannya. Untuk itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Problematika Evaluasi Pembelajaran
Aqidah Ahlak dan Budi Pekerti Pada Siswa Kelas VII di SMPN II Kalitidu
Bojonegoro.
B. Fokus Penelitian
1. Apa saja problematika evaluasi pembelajaran aqidah ahlak pada siswa kelas VII
di SMPN II Kalitidu Bojonegoro?
2. Apa saja problematika budi pekerti pada siswa kelas VII di SMPN Kalitidu II
Bojonegoro?
C. Tujuan Penelitian
11
Wawancara dengan Ibu Triyanti, S.Pd. selaku guru PAI Pada Tanggal 20 September 2018.
12
Wawancara dengan Ibu Triyanti, S.Pd. selaku guru PAI Pada Tanggal 20 September 2018.
1. Untuk mengidentifikasi problematika evaluasi pembelajaran Aqidah ahlak pada
siswa kelas VII di SMPN II Kalitidu.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoristik
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan bagi guru ataupun
orangtua dalam mengembangkan akhlakul karimah siswa dalam kesehariannya.
2. Secara Praktis
a) Bagi pendidik
b) Bagi Lembaga
E. Oriensitas Penelitian
F.Definisi Operasional
a) Problematika berasal dari kata problem yang artinya masalah; persoalan”. Jadi
problematika adalah “hal yang menimbulkan masalah; hal yang belum dapat;
dipecahkan; permasalahannya”.13
a) Aqidah Ahlak adalah salah satu mata pelajaran wajib yang diberikan pada
setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan selain Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.15
b) Budi Pekerti adalah prilaku atau sikap siswa itu sendiri yakni usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk menyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan
pengajaran, atau pelatihan yang telah direncanakan dan berjalan dalam kehidupan
sehari-hari. 16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Pembelajaran
1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Pembahasan pada bagian ini akan diarahkan kepada masalah pengertian
evaluasi itu sendiri, yakni menurut bahasa dan menurut istilah dan juga akan
13
Sulchan Yasin, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah, 1997), hlm. 381. 1
14
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 25.
15
Lihat, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara,
2009), hlm. 67.
16
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Rosdakarya,
2012), hlm. 13.
penulis ketengahkan beberapa pendapat para ahli, baik mengenai pengertian
evaluasi maupun pengertian evaluasi pendidikan.
Menurut bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to evaluate
atau evaluation yang berarti mengukur, menilai. Sedangkan menurut istilah
evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu
objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak
ukur untuk memperoleh kesimpulan.17
Adapun pengertian evaluasi dan evaluasi pembelajaran menurut para ahli
adalah sebagai berikut :
1. Mehren dan Lehmann mendefenisikan evaluasi adalah Suatu proses
merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan
untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.18
2. Menurut Suharsimi Arikunto, kegiatan evaluasi adalah Mengukur dan menilai
dan tidak dapat mengadakan penilaian sebelum mengadakan pengukuran.19
3. Zuhairini, dkk. Mengemukakan defenisi evaluasi pendidikan adalah sesuatu
kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan didalam pendidikan
agama Islam dan merupakan alat untuk mengukur sampai dimana penguasaan
murid terhadap bahan pendidikan yang telah diberikan.20
4. Menurut Norma E. Gronlund dan Robert L. Linn,. Evaluasi adalah proses yang
sistematis untuk melakukan pengumpulan, analisis dan interpretasi terhadap
17
Kunandar, Guru Profesional. (Jakarta : Rajawali Prees,2007) hlm 337.
18
Drs.M. Ngalim, MP. Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pembelajaran. (Bandung :
Remaja Rosdakarya), hlm 3.
19
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. ( Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2001)hlm 2-3.
20
Zuhairini, dkk. Metode khusus Pendidikan Agama. (Surabaya : Usaha Nasioanl, 1983) hlm 154.
informasi yang dapat menetapkan tingkat pencapaian tujuan belajar dari
pembelajara.21
Dari beberapa ungkapan yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut,
maka penulis dapat mengemukakan suatu kesimpulan bahwa .yang dimaksud
dengan evaluasi atau evaluasi pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis
untuk mendapatkan informasi, menilai dan menindaklanjuti hasil belajar siswa
yang ditetapkan silabus atau kurikulum mata pelajaran Akidah Akhlak, dan juga
sebagai pertanggungjawaban terhadap penyelenggaraan pendidikan.
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran
Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan
kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan
programnya. Melalui evaluasi akan diperoleh tentang apa yang telah dicapai dan
mana yang belum, dan selanjutnya informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu
program.22
Evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus tepat terhadap
tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku. Dikarenakan tidak
semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang sama, maka evaluasi
menjadu salah satu hal yang sulit dan menantang, yang harus disadari oleh guru.
Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan kepada pihak- pihak yang berkepentingan di
antaranya terhadap siswa, lembaga, dan program pendidikan.23
Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua.Pertama,
untuk menghimpun berbagai keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti
21
Dr. Rede Rosyada, MA. Paradigma Pendidikan Demokrasi. ( Jakarta : Kencana, 2004) hlm 188.
22
Djemari Mardapi, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, h. 4.
23
Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, h.208.
perkembangan yang dialami oleh para siswa setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum
evaluasi dalam pendidikan yakni memperoleh data pembuktian yang akan menjadi
petunjuk tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian berbagai
tujuan kurikuler setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.
Tujuan umum kedua dari evaluasi pembelajaran adalah mengukur dan
menilai efektivitas mengajar serta berbagai metode mengajar yang telah
diterapkan atau dilaksanakanoleh pendidik, serta kegiatan belajar yang
dilaksanakan oleh siswa.24
Selain tujuan umum tersebut, evaluasi juga memiliki beberapa tujuan
khusus. Pertama, merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program
pendidikan. Tanpa evaluasi, tidak mungkin timbul kegairahan pada diri siswa
untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing. Kedua,
mencari dan menemukan berbagai faktor penyebab keberhasilan maupun
ketidakberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat
menemukan jalan keluar.
2. Fungsi pembelajaran
Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan
evaluasi itu sendiri. Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses, secara umum
meliki tiga fungsi pokok, yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan
rencana, dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali. Atau fungsi
evaluasi secara umum, lebih rincinya adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa
setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.
c. Untuk keperluan Bimibingan dan Konseling (BK).
d. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan.25
24
Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, h. 82- 83.
Secara khusus fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari
beberapa segi, yakni : 1) Fungsi psikologis, kegiatan evaluasi dapat dilihat dari
sisi pendidik/ guru, dan peserta didik/ siswa. Bagi siswa, evaluasi secara
psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin bagi mereka untuk
mengenal kapasitas dan statusnya di tengah- tengah kelompok atau kelasnya.
Misalnya, dengan dilakukannya evaluasi hasil belajar siswa, maka para siswa
akan mengetahui dirinya termasuk dalam kelompok berkemampuan tinggi, rata-
rata, atau rendah. Sedangkan bagi guru, secara psikologis evaluasi dapat menjadi
pedoman dalam menentukan berbagai langkah yang dipandang perlu dilakukan
selanjutnya, misalnya menggunakan metode mengajar tertentu, hasil belajar siswa
menunjukkan peningkatan. 2) Fungsi sosiologis, evaluasi berfungsi untuk
mengetahui apakah siswa sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat.
Mampu disiniberarti bahwa siswa dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap
seluruh lapisan masyarakat.26 3) Fungsi didaktik- metodis, bagi siswa evaluasi
dapat memberikan motivasi untuk memperbaiki, meningkatkan, dan
mempertahankan prestasi siswa. Bagi guru, evaluasi berfungsi untuk membantu
guru dalam menempatkan siswa pada kelompok tertentu sesuai dengan
kemampuan dan kecakapannya masing- masing serta membantu guru dalam usaha
memperbaiki proses pembelajarannya. 4) Fungsi administratif, evaluasi berfungsi
untuk memberikan laporan tentang kemajuan siswa kepada orang tua, pejabat
pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru- guru, dan siswa itu sendiri,
memberikan berbagai bahan keterangan (data),dan memberikan gambaran secara
umum tentang semua hasil usaha yang dilakukan oleh instutisi pendidikan.
3. Prinsip-prinsip evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik, maka kegiatan evaluasi harus
bertitik tolak dari prinsip prinsip umum sebagai berikut:
25
M. Ngalim Purwanto, Prinsip- Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006) Cet. Ke- 13, h. 5.
26
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h.17.
1. Kontinuita
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental. Karena pendidikan itu
sendiri adalah suatu proses suatu kontinu, maka evaluasi pun harus dilakukan
secara kontinu. Hasil penilaian yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa
dihubungkan dengan hasil-hasil dalam waktu sebelumnya, sehingga, dengan
demikian, dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang perkembangan
anak didik.
a. Keseluruhan
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, kita mengambil seluruh
objek itu sebagai bahan evaluasi misalnya: jika objek evaluasi itu anak, maka
yang dievaluasi adalah seluruh aspek kepribadian anak itu,baik yang menyangkut
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jika objek evaluasi itu perlengkapan
maka, yang dievaluasi adalah seluruh perlengkapan, bukan hanya sebagian.
b. Objektivitas
Dalam melakukan evaluasi, guru hendaknya bersikap adil dan objektif,
menjalankan sikap atau perasangka buruk harus dijauhkan, dan harus didasarkan
dengan kenyataan sebenarnya.
c. Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi, guru hendaknya bekerja sama dengan semua
pihak, yaitu: orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, dan peserta
didik itu sendiri. Hal ini di maksudkan agar semua pihak-pihak tersebut merasa
dihargai.
4. Jenis Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dibagi menjadi 3 golongan, antara lain:
1) Evaluasi Berdasarkan Tujuan
a. Evaluasi Selektif, merupakan evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa
yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
b. Evaluasi Penempatan, merupakan evaluasi yang digunakan untuk menempatkan
siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
c. Evaluasi Sumatif, merupakan evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil
dan kemajuan bekerja para siswa.
2) Evaluasi Berdasarkan Sasaran
a. Evaluasi Input, merupakan evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input
baik sumber daya ataupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
b. Evaluasi Konteks, merupakan evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks
program. Baik tentang rasional tujuan, latar belakang program, atau kebutuhan-
kebutuhan yang muncul dalam perencanaan.
c. Evaluasi Outcom Atau Lulusan, merupakan evaluasi yang diarahkan untuk
melihat hasil belajar para siswa lebih lanjut. Misalnya, evaluasi lulusan setelah
terjun ke masyarakat.
d. Evaluasi Proses, merupakan evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses
pelaksanaan, baik tentang kelancaran proses, kecocokan dengan rencana, faktor
pendukung dan faktor hambatan yang muncul ketika proses pelaksanaan.
e. Evaluasi Hasil Atau Produk, merupakan evaluasi yang ditujukan untuk melihat
hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir.
3) Evaluasi Berdasarkan Ruang Lingkup
4) Evaluasi Program Pembelajaran, merupakan evaluasi yang mencakup tentang
tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran,strategi pembelajaran, strategi
belajar-mengajar,aspek-aspek program pembelajaran yang lain.
5) Evaluasi Proses Pembelajaran, merupakan evaluasi yang mencakup kesesuaian
antara proses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang
ditetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
6) Evaluasi Hasil Pembelajaran, merupakan evaluasi yang mencakup tingkat
penguasaan para siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum
ataupun khusus, dilihat dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
7) Evaluasi Berdasarkan Objek
a. Evaluasi Input, merupakan evaluasi yang mencakup kemampuan pribadi, sikap,
dan keyakinan.
b. Evaluasi Output, merupakan evaluasi yang mengacu pada ketercapaian hasil
pembelajaran.
c. Evaluasi Transformasi, merupakan evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi
proses pembelajaran. Misalnya, materi media, metode dan lain-lain.
8) Evaluasi Berdasarkan Subjek
a. Evaluasi Internal, merupakan evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam
sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.
b. Evaluasi eksternal, merupakan evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah
sebagai evaluator, misalnya orangtua dan masyarakat.
B. Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Budi Pekerti
1. Pengertian Pembelajaran
Sebelum membahas pengertian pembelajaran, mari kita membahas
pengertian belajar dahulu. Kata dasar pambelajaran adalah belajar, belajar
menurut Sudjana adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek
yang ada pada individu yang belajar. Slameto merumuskan belajar sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.27
Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau
cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Sedangkan
dalam arti luas pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistemis,
yang bersifat interaktif dan komunikatifantara pendidik (guru) dengan peserta
didik, sumber belajar dan lingkungan untuk meciptakan suatu kondisi yang
memungkin terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar
kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang
telah ditentukan.28Jadi belajar merupakan suatu proses interaksi antara individu
dengan lingkungannya yang mengahasilkan perubahan tingkah laku individu
27
Asep Jihad & Abdul Haris, (2013), Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, hal.2
28
Zainal Arifin, (2014), Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal.10.
tersebut, dimana perubahan tersebut relatif tetap dalam aspek-aspek afektif,
kognitif dan psikomotorik. Sedangkan pembelajaran yaitu interaksi antara
pendidik dengan peserta didik yang dilakukan di dalam ruangan maupun di luar
ruangan yang bertujuan memberikan pengetahuan baru kepada peserta didik oleh
si pendidik.
2. Akidah Akhlak
1) Pengertian Akidah
Secara etimologis aqidah berakar dari kata 'aqada-ya‟qidu-„aqdan-
aqidatan. „Aqidatan berati simpul, ikatan, perjanjian dan kukuh.29Bentuk
jamaknya adalah „aqa‟id.30 Setelah terbentuk menjadi „aqidah berarti keyakinan.
Relevansi antara kata ‘aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan
kukuh didalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara terminologi pengertian akidah dapat dilihat dari beberapa pendapat
tokoh berikut :
Menurut Hasan Al-Banna Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah
beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati (mu),
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit
pun dengan keragu-raguan.31
Menurut Abu Bakar Jabir al-Jaxairy ‟Akidah adalah sejumlah kebenaran
yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan
keberadaannya dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran
itu.
Menurut Yusuf Al-Qardhawi akidah islam bersifat syumuliyah(sempurna)
karena mampu menginterpretasikan semua masalah besar dalam wujud ini, tidak
29
Yunahar Ilyas, (2014), Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI, hal.1.
30
Lahmuddin Lubis & Elfiah Muchtar, (2009), Pendidikan Agama Dalam Perspektif Islam,
Bandung: Ciptapustaka Media Perintis, hal. 94.
31
Yunahar Ilyas, (2014), Kuliah Akidah Islam, hal.1.
pernah membagi manusia di antara dua Tuhan (Tuhan kebaikan dan Tuhan
kejahatan), bersandar pada akal, hati, dan kelengkapan manusia lainnya.32
Dari beberapa pengertian akidah di atas, penulis menyimpulkan bahwa
akidah adalah suatu keyakinan yang tertanam di dalam hati manusia yang di
terima oleh akal dan pasti kebenarannya, dan menolak segala sesuatu yang
mangingkari keyakinan tersebut.
2) Pengertian Akhlak
Akhlak secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Arab yaitu akhlaqun
sebagai jamak dari kata khuluqun, yang berarti 33 : perangai, tabiat, adat atau
khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu
berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat. 34Akhlak disamakan
dengan kesusilaan, sopan santun.
Dalam kamus Al-Munjid khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, ilmu yang berusaha
menganal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik
atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila.
Abdul hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang harus
dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan,
dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya bersih dari
segala bentuk keburukan.35
Akhlak secara terminologi (istilah) dapat di lihat dari beberapa pendapa
para ahli, diantaranya :
32
Deden Makbuloh, (2011), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 86
33
Miswar dan Pangulu Abd Karim Nasution, (2014), Akhlak Tasawuf, Bandung: Ciptapustaka
Media Perintis, hal.1.
34
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, (1991), Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta:Bumi
Aksara, hal. 201.
35
Yatimin Abdullah, (2007), Studi Akhlak..., hal. 3.
Menurut Al-Thabari, yang dimaksud dengan akhlak mulia di sini adalah
agama Islam. Ini artinya keseluruhan ajaran Islam mengandung nilai-nilai dan
norma-norma mulia yang harus di praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.36
Imam Al-Ghazali mengatakan suatu sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dan mudah
dilakukan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih lama.37Apabila
lahir tingkah laku yang indah dan terpuji maka dinamakan akhlak yang baik, dan
apabila yang lahir itu tingkah laku yang keji, dinamakan akhlak yang buruk.38
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan
pertimbangan.39
Ibrahim Anis mengatakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
Akhlak adalah suatu bentuk karakter yang kuat didalam jiwa yang darinya
muncul perbuatan yang bersifat iradiyah ikhtiyariyah (kehendak pilihan) berupa
baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaannya, ia menerima pengaruh
pendidikan yang baik dan yang buruk. Bila didalam jiwa ini dididik tegas
mengutamakan kemuliaan dan kebenaran, cinta kebajikan, gemar berbuat baik,
dilatih mencintai keindahan, membenci keburukan sehingga menjad wataknya,
maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatan yang indah dengan mudah tanpa
keterpaksaan, inilah yang dimaksud akhlak yang baik.40
36
Ismatu Ropi, dkk, (2012), Pendidikan Agama Islam di SMP & SMA Untuk Guru, Jakarta:
Kharisma Putra Utama, hal. 97.
37
Deden Makbuloh, (2011), Pendidikan Agama Islam, hal. 142.
38
Miswar dan Pangulu Abd Karim Nasution, (2014), Akhlak Tasawuf, hal. 2.
39
Deden Makbuloh, (2011), Pendidikan Agama Islam, hal. 142.
40
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza‟iri, (2014), Minhajul Muslimin, terj. Musthofa„Aini., dkk, PT.
MSP, hal. 347.
Dari beberapa pengertian akhlak di atas penulis mendefinisikan akhlak
sebagai suatu sifat yang melekat dalam diri manusia yang mengasilkan suatu
perbuatan spontan dan tanpa dibuat-buat berupa perbuatan baik maupun buruk.
khulq (budi pekerti) adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dari jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa melakukan
pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbullah kelakuan yang baik dan terpuji
menurut pandangan syariat dan akal pikiran maka ia dinamakan budi pekerti
mulia (akhlak mahmudah). Sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk
maka disebut sebagai budi pekerti yang tercela.(akhlak madzmumah).
2) Fungsi Pembelajaran Akidah Akhlak
a. Dalam pembelajaran Akidah Akhlak ada 4 fungsi, yaitu : Pengembangan, yaitu
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan,
pemahaman, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pencegahan, yaitu mencegah hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain
yang membahayakan dan menghambat perkembangan menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
d. Pengajaran, yaitu menyampaikan informasi dan pengetahuan keimanan dan
akhlak.41
3) Tujuan akidah akhlak
Ada 3 tujuan dalam pembelajaran Akidah Akhlak, yaitu :
a. Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan akan hal-hal yang
harus diimani sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.
b. Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam
41
Muhaimin, (2004), Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: PustakaPelajar, hal.
310.
hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia,
maupun dengan alam lingkungannya.
c. Siswa memperoleh bekal tentang akidah dan akhlak untuk melanjutkan
pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.
Dari pendapat diatas tujuan pembelajaran akidah akhlak untuk
memberikan kemampuan dan keterampilan dasar kepada peserta didik untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman akhlak
Islamidan nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-sehari, yang tak lain
untuk mencetak generasi AlQur‟an yaitu insan, taqwa dan mampu bertindak
sebagai pemimpin (khalifah) di bumi. Jadi akhlak harus mampu mengarahkan
manusia menjadi baik.
4) Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Karakteristik mata pelajaran aqidah akhlak dimaksudkan adalah ciri-ciri
khas dari mata pelajaran tersebut jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya
dalam lingkup pendidikan agama Islam. Untuk menggali karakteristik mata
pelajaran bisa bertolak dari pengertian dan ruang lingkup mata pelajaran tersebut,
serta tujuan atau orientasinya.42
Dari beberapa uraian tersebut diatas dapat dipahami bahwa secara umum
karakteristik mata pelajaran aqidah akhlak lebih menekankan pada pengetahuan,
pemahaman dan penghayatan siswa terhadap keyakinan/kepercayaan (iman), serta
perwujudan keyakinan (iman) dalam bentuk sikap hidup siswa, baik perkataan
maupun amal perbuatan, dalam berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari.43
Dapat dipahami bahwa ciri-ciri khas (karakteristik) pembelajaran aqidah
akhlak di madrasah tsanawiyah menekankan pada aspek-aspek berikut :
a. Pembentukan keyakinan atau keimanan yang benar dan kokoh pada diri siswa
terhadap Allah, Malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Hari akhir, dan Qadla dan
qadar, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk sikap dan perbuatan dalam
kehidupan nyata sehari-hari.
42
Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet 2, hal.
16.
43
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, hal. 309.
b. Proses pembentukan tersebut dilakukan melalui tiga tahapan sekaligus, yaitu :
1) Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap akidah yang benar (rukun iman),
serta mana akhlak yang baik dan yang buruk terhadap diri sendiri, orang lain, dan
alam lingkungan yang bersifat pelestarian alam, hewan dan tumbuh-tubuhan
sebagai kebutuhan hidup manusia. 2) Penghayatan siswa terhadap aqidah yang
benar (rukun iman), serta kemauan yang kuat dari siswa untuk mewujudkannya
dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. 3) Kemauan yang kuat (motivasi
iman) dari siswa untuk membiasakan diri dalam mengamalkan akhlak yang baik
dan meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah,
dengan dirinya sendiri, dengan sesame manusia, maupun dengan lingkungan,
sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4) Pembentukan akidah akhlak pada
siswa tersebut berfungsi sebagai upaya peningkatan pengetahuan siswa tentang
aqidah akhlak, pengembangan atau peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa,
perbaikan terhadap kesalahan keyakinan dan perilaku, dan pencegahan terhadap
akhlak tercela.
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak
Secara garis besar, materi pokok pada matapelajaran Akidah Akhlak
adalah sebagai berikut :
a) Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya (Allah SWT) mencakup
segi akidah, meliputi: iman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-
Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Kiamat, serta Qadla dan Qadar.
b) Hubungan horizontal antara manusia dengan manusia, meliputi: akhlak dalam
pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan akhlak yang baik
terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.
c) Hubungan manusia dengan lingkungan, meliputi: akhlak manusia terhadap
alam lingkungan, baik lingkungan dalam arti luas maupun makhluk hidup selain
manusia yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).
Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif
yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang
digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai partisipasi orang tua siswa kelas VII dalam pembelajaran di SMPN II
Kalitidu secara mendalam dan komprehensif. Selain itu, dengan pendekatan
kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi
dalam kegiatan partisipasi orang tua ini.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan pendekatan yang berdasarkan pada kenyataan lapangan dan apa yang
dialami oleh responden, akhirnya dicarikan rujukannya teorinya.44Sumber lain
menyatakan pendekatan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang tidak
menggunakan dasar kerja secara statistik, tetapi berdasarkan bukti-bukti kualitatif.
Yaitu unsur inovasi, baik fonologis maupun leksikal yang dimiliki oleh suatu
kelompok bahasa tertentu secara eksklusif.45 Penelitian ini melakukan pendekatan
berdasarkan pada kenyataan di lapangan yang berupa bukti-bukti kualitatif dan
apa yang dialami oleh responden.
Jenis metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, obyek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi ,
gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. 46 Penelitian ini akan
mendeskripsikan secara sistematis dan akurat tentang fakta-fakta serta hubungan
antarfenomena yang berkenaan dengan peranan guru PAI sebagai pendidik,
pengajar, dan teladan dalam pembinaan akhlak dan budi pekerti peserta didik
SMPN II Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro.
44
Sudjarwo, M. S, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 2001), h. 25.
45
M. Harwijaya, Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Yogyakarta:
elMatera Publising, 2007), h. 69.
46
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Cet. Ke-5, h. 54.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang
lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk
melakukan penelitian observasi. Oleh karena itu, maka penulis menetapkan lokasi
penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Dalam hal ini, lokasi
penelitian terletak di Desa. Ringen rejo Kec. Kalitidu Kab. Bojonegoro, Penelitian
ini dilakukan pada bulan April 2020 hingga bulan selanjutnya.
1. Objek Penelitian
Obyek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian yang
ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek penelitian ini, peneliti
dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang
ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2007:215).
Obyek dari penelitian ini adalah partisipasi orang tua siswa dalam
kaitannya dengan pembelajaran di SMPN II Kalitidu.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya
sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Suharsimi Arikunto,
2002:107). Untuk mendapat data yang tepat maka perlu ditentukan informan yang
memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data (purposive). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi, pelaksanaan partisipasi, manfaat
partisipasi dan faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam pembelajaran. Oleh
karena itu, diperlukan subjek yang memenuhi parameter yang dapat mengungkap
hal di atas sehingga memungkinkan data dapat diperoleh. Parameternya adalah
sebagai berikut:
a. Mengetahui kebijakan kegiatan partisipasi dalam komite kelas.
b. Terlibat langsung sebagai koordinator/ penanggung jawab kegiatan partisipasi
dalam komite kelas.
c. Mengetahui kegiatan partisipasi orang tua siswa kelas lain.
d. Ikut terlibat berkoordinasi dalam kaitannya dengan kegiatan partisipasi dengan
kelas-kelas lain.
Dari parameter di atas, subjek penelitian yang dianggap memenuhi
karakteristik yaitu pengurus komite kelas merangkap pengurus komite sekolah,
wali kelas VII, dan kepala sekolah.
1) Orang tua siswa
Orang tua siswa yang dimaksud adalah pengurus komite kelas VII
berkedudukan sebagai wakil komite kelas VII, dan sekretaris komite kelas VII
merangkap sebagai sekretaris komite sekolah yang dianggap mengetahui kegiatan
partisipasi orang tua siswa di kelas VII dan sekolah.
2) Guru (wali kelas)
Guru yang dimaksud adalah guru wali kelas VII yang berperan sebagai
penghubung antara sekolah dengan orang tua siswa di kelas sekaligus sebagai
pendamping dalam kegiatan komite kelas VII.
3) Kepala Sekolah
Kepala sekolah dapat memberikan informasi atau data terkait dengan
kebijakan pelibatan orang tua siswa di sekolah karena kepala sekolah sebagai
penangungjawab dalam penentuan sistem pelaksanaan pembelajaran di SMPN II
Kalitidu.
D. Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti sendiri ( human instrument ), yang berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan temuannya.
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus
pengumpul data. Pada proses penggalian data nantinya, peneliti sebagai pengamat
partisipan yang kehadirannya diketahui oleh subjek atau informan sebagai
peneliti.
E. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subyek
dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan teknik wawancara
dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang
yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan
tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka
sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti
menggunakan dokomentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber
data, sedang isi catatan adalah obyek penelitian. 47Adapun yang menjadi sumber
data dalam penelitian ini adalah
1. Data primer yaitu : Guru Pendidikan Agama Islam
2. Data sekunder yaitu kepala sekolah, dewan guru, tokoh masyarakat, dan peserta
didik.
3. Dokumen, yaitu berupa arsip dokumen resmi, brosur dan sebagainya.
Dari sumber ini diperoleh data yang berkaitan dengan Peranan pendidikan
agama Islam dalam pembinaan akhlak peserta dididk dengan uraian sebagai
berikut:
1. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
2. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai sumber data primer (subyek
penelitian) dan merupakan fokus penelitian ini. Guru PAI pada SMPN II Kalitidu,
berjumlah 2 orang terdiri dari 1 PNS dan 1 guru honorer, 48yang aktif mengajar 2
orang guru. Maka dalam hal ini berarti kedua Guru PAI ini yang menjadi sumber
data dalam penelitian ini. Berkaitan dengan sumber data ini data yang diambil
adalah data yang berkaitan dengan dengan peranan guru PAI dalam pembinaan
akhlak dan budi pekerti peserta didik SMPN II Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro.
3. Peserta didik SMPN II Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro Peserta didik SMPN II
Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro yang berjumlah 113 orang Siswa-Siswi: 49Untuk
sumber data dari peserta didik, dikarenakan jumlahnya banyak, maka tidak
seluruhnya dijadikan sumber data, akan tetapi dengan menggunakan sampel.
47
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 102.
48
Data Pada Komputer Tata Usaha SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, 6 Sept.
2015.
49
Data Pada Komputer Tata UsahaSD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, 10Sept.
2015.
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari
obyek yang merupakan sumber data.50
Cara pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. purposive samplinglebih cocok
digunakan digunakan untuk penelitian kualitatif. 51 purposive sampling dilakukan
dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah
tetapi didasarka atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena
beberapa pertimbangan, misalnya karena alasan keterbatasan waktu, tenaga dan
dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar. Agar mempermudah
dalam observasi dan wawancara maka sumber data yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah kelas unggulan yaitu kelas VII A 36 peserta didik, VII B : 38
Peserta didik, dan VII C : 39 peserta didik yang jumlah seluruhnya 113 peserta
didik.
Sumber data yang berupa peserta didik tersebut dibutuhkan untuk
mengambil data yang berkaitan dengan akhlak peserta didik SMPN II Kalitidu,
Kabupaten Bojonegoro.
1. Kepala Sekolah, Waka dan Guru
Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum sebagai informan untuk mendapatkan
informasi yang berkenaan dengan Peranan guru PAI. Waka Kesiswaan dan guru-
guru sebagai informan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan
akhlak dan budi pekerti peserta didik SMPN II Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu; (1).
Observasi langsung (pengamatan langsung), wawancara (Interview), dan studi
dokumentasi.
1. Observasi Langsung (Pengamatan Langsung)
Observasi langsung atau pengamatan langsung adalah pengamatan dengan
menggunakan indera penglihatan terhadap subyek. Teknik ini dipergunakan untuk
mendapatkan secara langsung melalui indra penglihatan data yang berkenaan
50
Wardi Bactiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos,1997), h. 83.
51
Sugiono, Metode Penelitian pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. Ke-3, h. 124.
dengan peranan guru PAI pada peserta didik SMPN II Kalitidu, Kabupaten
Bojonegoro, tentu saja obyek pengamatan adalah guru PAI SMPN II Kalitidu,
Kabupaten Bojonegoro. Teknik ini juga dipergunakan juga untuk mendapatkan
secara langsung data yang berkenaan dengan akhlak peserta ddik, tentu saja yang
menjadi obyek pengamatan adalah peserta didik SMPN II Kalitidu, Kabupaten
Bojonegoro.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara (Interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 52 Sumber lain
mengatakan wawancara adalah Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung oleh pewancara kepada responden, dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam. Teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan penelitian yang belum dapat terlihat secara
visual atau secara langsung oleh penulis.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Istilah kredibilitas dalam penelitian kualitatif merupakan istilah yang
menggantikan konsep validitas dalam penelitian kuantitatif. Kredibilitas studi
kalitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah
atau mendeskripsikan setting, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.
Konsep kredibilitas juga harus mampu mendemonstrasikan bahwa untuk
memotret kompleksitas hubungan antar aspek tersebut, penelitian dilakukan
dengan cara tertentu yang menjamin bahwa subyek penelitian diidentifikasikan
dan dideskripsikan secara akurat. Dalam penelitian ini, diperlukan definisi konsep
yang tepat dengan menggunkan multi sumber bukti (wawancara dan observasi)
sehinggaakan terbekntuk rangkain bukti untuk memperkuat data yang diperoleh.
Sedangkan istilah untuk menggantikan reliabilitas adalah dependabilitas.
Dependabilitas ini berkenaan dengan apakah penelitian dapat diulangi atau
direpliksi oleh penelitian laindan hasil yang sama bila menggunakan cara cara
yang sama ( konsisten ), sehinnga dapat dipercaya ( Nasution, 1996).
52
Suharsimi Arikunto, Prosedor penelitian Suatu pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), h. 200.
Ada beberapa cara yang biasannya digunakan penulis untuk meningkatkan
kredibilitas datannya, salah satunnya adalah metode trianggulasi. Trianggulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu.
1. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah
atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
2. Trianggulasi dengan metode terdapat dua strategi yaitu:
a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data.
b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
3. Trianggulasi penyidik atau penulis, ialah dengan jalan
Memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya
membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data.
4. Trianggulasi dengan teori (Lexy, 2008: 331) ialah menggunakan beberapa
persepektif yang berbeda untuk mengenterperetasikan data.
Jadi trianggulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-
perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam koknteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagi
pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan trianggulasi, peneliti dapat me-
recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagi sumber,
metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan:
1) Mengajukan berbagai fariasi pertanyaan.
2) Mengecek dengan berbagai sumber data.
3) Memanfaatkan berbagi metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis trianggulasi sumber data
untuk meningkatkan kredibilitas dalam penulisan ini. Trianggulasi sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penlitian dan analisa yang telah penulis paparkan, maka penulis
dapat menyimpulkan sebagai berikut: Dalam proses evaluasi pembelajaran aqidah
akhlak tersirat satu kegiatan yang utuh terpadu dan tidak terpisahkan antara guru
dan siswa, serta faktor-faktor yang mendukung proses pembelajaran aqidah
akhlak yang disebut dengan sistem pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak.
Faktor pendukung itu antara lain pendidik (guru), peserta didik (siswa), tujuan
pengajaran materi, metode mengajar dan evaluasi termasuk sarana dan prasarana.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang penulis memperoleh, bahwa dalam
pendidikan akhlak di kelas VII SMPN II Kalitidu terdapat beberapa problematika
yang perlu untuk dicari solusi pemecahannya. Maka saran-saran yang dapat
penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Para guru dan warga masyarakat SMPN II Kalitidu tetap berupaya untuk
meningkatkan dan mengembangkan upaya pendidikan akhlak terhadap
siswa-siswinya, dapat menciptakan kondisi yang kondusif dalam proses
pendidikan baik langsung maupun tidak langsung, tanggap terhadap
problematika-problematika yang muncul dan mencari solusi pemecahannya
serta meningkatkan jalinan kerjasama dengan pihak-pihak lain. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengikutsertakan siswa dalam kegiatan keagamaan yang
diadakan oleh masyarakat melalui buku pantauan.
2. Sebagai peserta didik hendaknya memahami dan menyadari pentingnya
akhlak bagi kehidupannya dan secara sadar melaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari baik di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3. Para orang tua hendaknya ikut membantu menyukseskan program
pendidikan akhlak di SMPN II Kalitidu dan menyadari bahwa pendidikan
terutama pendidikan (pembelajaran) akhlak adalah tanggung jawab orang
tua sepenuhnya. Karena orang tua adalah orang pertama yang dikenal oleh
anak yang memberikan pendidikan pertama dan utama, sebagai peletak
pondasi dalam membentuk kepribadian anak. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan perhatian, keteladanan, pembiasaan, dan
hukuman terhadap anak-anak baik dalam hal ibadah maupun perilaku anak
dalam kehidupan sehari-hari.