Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL

PROBLEMATIKA EVALUASI PEMBELAJARAN


AQIDAH AHLAK DAN BUDI PEKERTI PADA SISWA
KELAS 3 DI SDN WADANG III NGASEM
BOJONEGORO

DOSEN PEMBIMBING :
GIATI ANISAH, M. Pd.
Oleh:
LUKI NURAFITA
NIM . 2018.5501.01.04515

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI
BOJONEGORO
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Pendidikan Aqidah ahlak pada dasarnya adalah sebuah proses

transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan

penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak

mengenal waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga

sempitnya waktu belajar di kelas maupun dimasyarakat. Pendidikan Aqidah

ahlak berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan dimana saja dan

kapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses pendidikan.

Walaupun bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan

watak dan kepribadian peserta didik. Tetapi secara subtansial mata pelajaran

akidah akhlak memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai keyakinan (tauhid) dan

akhlakul karimah dalam kehidupan sehari hari.

1
UU Sistem Pendidikan Nasional, UU RI no. 20 Tahun 2003, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 3.
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru atau calon guru

Aqidah ahlak adalah kemampuan untuk melakukan evaluasi dalam proses

kegiatan belajar mengajar.2 Secara substansial mata pelajaran Akidah-

Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta

didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam

kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah,

malaikat-malaikat-Nya,kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta

Qada dan Qadar. Guru mempunyai tanggung jawab melakukan proses

evaluasi hasil belajar mengajar siswa agar perencanaan pendidikan dan

proses belajar siswa dapat dipantau dengan baik. Kemampuan guru dalam

melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar menjadi instrumen penilaian

kompetensi guru. Tidak dikatakan guru yang baik apabila tidak mempunyai

kompetensi melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar. Karena sosok

pribadi yang diinginkan oleh Pendidikan Islam bukan hanya pribadi yang

bersikap religius, tetapi juga memiliki ilmu dan berketerampilan yang

sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakat.3

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang

telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui

evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur

sejauh mana tujuan sudah tercapai. 4Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik

2
Nanda Pramana Atmaja, Buku Super Lengkap Evaluasi Belajar-Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, 2016),
hlm. 9.

3
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 53.

4
Rohmad, Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), hlm. 2.
dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Ketika proses

pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran

evaluasi dan penilaian dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting. 5

Guru harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang

dilakukan bersama para siswa, demi keberlangsungan dan kebaikan

pembelajaran tahun-tahun sebelumnya. Hasil yang dimaksud tersebut adalah

baik atau tidak baik, bermanfaat atau tidak bermanfaat, dan lain sebagainya.

Hal ini sangat penting bagi seorang guru. Guru sebagai pendidik sebagai

role model bagi guru lainnya untuk mengetahui sejauh mana proses

pembelajaran yang mereka lakukan dapat membangun potensi siswa.

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu kegiatan mengoreksi

hal-hal yang telah terjadi atau dilakukan selama kegiatan pembelajaran yang

telah berlangsung. Evaluasi pembelajaran dapat diartikan sebagai salah satu

kegiatan mereka ulang kegiatan pembelajaran.6

Evaluasi ini dilakukan oleh guru terhadap siswa untuk mengetahui

lebih jauh daya tangkap siswa terhadap pelajaran yang telah disampaikan.

Guru yang baik menjadikan evaluasi pembelajaran sebagai sebuah kegiatan

yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Dengan proses evaluasi

inilah, guru akan mendapatkan informasi terkait materi yang telah

5
Ratnawulan, Elis dan Rusdiana H.A., Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hlm. 19.

6
Ega Rima Wati, Kupas Tuntas Evaluasi Pembelajaran, (Kata Pena, 2016), hlm. 2.
disampaikan dapat ditangkap dan diterima oleh siswa secara baik atau

tidak.7

Lingkup evaluasi merupakan suatu hal yang selalu berkaitan dengan

objek evaluasi. Apabila objeknya mengenai pembelajaran Aqidah ahlak,

maka semua hal yang bekaitan dengan kehidupan sehari- hari pembelajaran

menjadi ruang lingkup evaluasi tersebut. 8

Sementara itu, Pendidikan agama Islam yang selanjutnya disebut PAI,

merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu mata pelajaran yang

harus dipelajari dalam pembelajaran oleh siswa muslim dalam

menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu.9 Mata pelajaran PAI

diorientasikan pada terwujudnya manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan, jadi bukan semata-mata memberi ilmu tentang PAI tetapi

lebih pada terbentuknya amal sholeh.10 Berdasarkan tuntutan output yang

demikian maka tolak ukur keberhasilan pembelajaran PAI adalah ketika

nilai ajarannya terwujud dalam bentuk amal sholeh yaitu berhasil diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Institusi pendidikan di Indonesia sangat beragam, mulai dari sekolah

umum seperti sekolah menengah pertama (SDN), sekolah menengah atau

7
Nanda Pramana Atmaja, Buku Super Lengkap Evaluasi Belajar-Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, 2016),
hlm. 14.

8
Ega Rima Wati, Kupas Tuntas Evaluasi Pembelajaran, (Kata Pena, 2016) hlm. 14.

9
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 4.

10
Sunhaji, Pembelajaran Tematik-Integratif Pendidikan Agama Islam dan Sains, (Purwokerto: STAIN Press,
2013), hlm. 144.
swasta (MI), begitu pula ada sekolah yang disebut pesantren, madrasah dan

diniyyah. SDN Wadang III merupakan sekolah umum yang mayoritas

siswa-siswinya beragama Islam. Meskipun sekolah umum, sekolah ini

menekankan kepada mereka agar dapat mempelajari agama Islam dengan

baik terlihat dari pengamalan tadarus Al-Qur’an sebelum pembelajaran

dimulai.11

Evaluasi pembelajaran mata pelajaran PAI mata pelajaran aqidah

ahlak dan Budi Pekerti pada siswa kelas 3 di SDN Wadang III masih

mengalami beberapa problem. Setelah penulis melakukan wawancara

pendahuluan dengan guru PAI, beliau menyampaikan ketika melaksanakan

evaluasi setelah akhir pembelajaran hasil yang harapkan tidak sesuai dengan

apa yang direncanakan sebelumnya.12 Problem yang ada tidak hanya

bersumber dari guru saja, tetapi bersumber juga pada faktor lingkungan,

peserta didik, media, sarana prasarana, dan sebagainya. Berdasarkan

masalah tersebut penelitian ini diarahkan untuk menemukan problematika

yang muncul dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran serta menemukan

solusi alternatif pemecahannya. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Problematika Evaluasi Pembelajaran Aqidah

Ahlak dan Budi Pekerti Pada Siswa Kelas 3 di SDN Wadanag III

Ngasem Bojonegoro.

B. Fokus Penelitian

11
Wawancara dengan Ibu Triyanti, S.Pd. selaku guru PAI Pada Tanggal 20 September 2018.

12
Wawancara dengan Ibu Triyanti, S.Pd. selaku guru PAI Pada Tanggal 20 September 2018.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran aqidah ahlak dan Budi

Pekerti pada Siswa kelas 3 di SDN Wadang III Ngasem Bojonegoro?

2. Adakah Problem yang dihadapi guru dalam pelaksanaan evaluasi

pembelajaran aqidah ahlak dan Budi Pekerti pada Siswa kelas 3 di

SDN Wadang III Ngasem Bojonegoro?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk melaksanaan evaluasi pembelajaran Aqidah ahlak dan Budi

pekerti pada Siswa kelas 3 di SDN Wadang III.

2. Untuk menganalisis problematika yang dihadapi guru dalam

pelaksanaan evaluasi pembelajaran Aqidah ahlak dan Budi Pekerti

pada Siswa kelas 3 diSDN Wadang III.

3. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam pelaksanaan

evaluasi pembelajaran Aqidah ahlak dan Budi pekerti Siswa kelas 3

diSDN Wadang III.

D. Manfaat Penelitian

Secara umum diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peserta

didik, pendidikan, lembaga pendidikan, ataupun pada peneliti dalam

mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini sampai selanjutnya

selanjutnya.
1. Secara Teoristik

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan bagi guru ataupun

orangtua dalam mengembangkan akhlakul karimah siswa dalam

kesehariannya.

2. Secara Praktis

a. Bagi pendidik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman pengajaran pendidikan

akidah akhlak dalam pembentukan akhlak al-karimah pada siswa.

b. Bagi Lembaga

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah masukan bahwa

pendidikan agama islam memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan

anak. Oleh karena itu, pihak-pihak yang terkait dalam lembaga pendidikan

islam hendaknya senantiasa menanamkan pendidikan agama islam dan

menciptakan nuansa keislaman pada setiap kesempatan dalam lingkungan

pendidikannya demi terbentuknya pribadi muslim yang sesuai dengan

norma-norma agama islam.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan

dalam mengevaluasi dan mensupervisi kinerja sekolah dalam menjalankan

proses belajar mengajar khususnya bidang pendidikan islam sehingga

kualitas pendidikan akan semakin baik.

E. Oriensitas Penelitian

N Penelitian Tema dan Variabel Pendekatan Hasil


Tempat Penelitia dan Penelitian
O dan Tahun Penelitian n Lingkup
Penelitian

1. Skripsi, Aris Implementa Pendidik Kualitatif Langkah


Suhardoko,T si an dalam
ulang pendidikan akhidah implement
Bawang akhidah ahlak asinya
Barat,2018 ahlak dengan
nilai-
nilai
karakter

2. Skripsi, Hubungan Hasil Kuantitatif Karena


Mimin hasil belajar belajar hasil
Labiqotin PAI mata belajar
Nahiroh,Sem pelajaran mata
arang,2019 PAI pelajaran
dengan PAI siswa
budi berkategor
pekerti i sedang,
maka
mengakiba
tkan
kualitas
akhlak
siswa
berkategor
i sedang

3. Penelitian, Evaluasi Pelaksan Kuantitatif Pembelaja


Nurul pelaksanaan aan budi ran
Mulyaningsi pelajaran pekerti mengunak
h, PAI dalam an
Yogyakarta,2 pendekat saintifikku
015 an alitas
saintifik penilaiann
ya baik
kesulitann
ya ketika
mengajar
harus
memecahk
an
konsentras
i ketika
menilai
secara
menyeluru
h

F. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran lebih operasional dan agar tidak terjadi

kesalah pahaman terhadap judul ini, maka penulis memberikan penegasan

terhadap beberapa istilah, diantaranya

1. Problematika Evaluasi

a. Problematika berasal dari kata problem yang artinya masalah;

persoalan”. Jadi problematika adalah “hal yang menimbulkan

masalah; hal yang belum dapat; dipecahkan; permasalahannya”.13

b. Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengumpulan data

untuk mengukur sejauh mana tujuan yang sudah tercapai dalam

proses pembelajaran.14

2. Aqidah Ahlak dan Budi pekerti

a. Aqidah Ahlak adalah salah satu mata pelajaran wajib yang

diberikan pada setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan selain

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.15 Aqidah ahlak adalah

13
Sulchan Yasin, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah, 1997), hlm. 381. 1

14
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 25.

15
Lihat, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara,
"upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah SWT.

b. Budi Pekerti adalah prilaku atau sikap siswa itu sendiri yakni usaha

sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik

untuk menyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah

direncanakan dan berjalan dalam kehidupan sehari-hari. 16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Pembahasan pada bagian ini akan diarahkan kepada masalah

pengertian evaluasi itu sendiri, yakni menurut bahasa dan menurut istilah

dan juga akan penulis ketengahkan beberapa pendapat para ahli, baik

mengenai pengertian evaluasi maupun pengertian evaluasi pendidikan.

Menurut bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to

evaluate atau evaluation yang berarti mengukur, menilai. Sedangkan

menurut istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk

2009), hlm. 67.


16
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hlm. 13.
mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan

hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.17

Adapun pengertian evaluasi dan evaluasi pembelajaran menurut para

ahli adalah sebagai berikut :

a. Mehren dan Lehmann mendefenisikan evaluasi adalah Suatu proses

merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat

diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.18

b. Menurut Suharsimi Arikunto, kegiatan evaluasi adalah Mengukur dan

menilai dan tidak dapat mengadakan penilaian sebelum mengadakan

pengukuran.19

c. Zuhairini, dkk. Mengemukakan defenisi evaluasi pendidikan adalah

sesuatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan

didalam pendidikan agama Islam dan merupakan alat untuk mengukur

sampai dimana penguasaan murid terhadap bahan pendidikan yang telah

diberikan.20

d. Menurut Norma E. Gronlund dan Robert L. Linn,. Evaluasi adalah

proses yang sistematis untuk melakukan pengumpulan, analisis dan

interpretasi terhadap informasi yang dapat menetapkan tingkat

pencapaian tujuan belajar dari pembelajara.21

17
18
Kunandar, Guru Profesional. (Jakarta : Rajawali Prees,2007) hlm 337.
Drs.M. Ngalim, MP. Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pembelajaran. (Bandung : Remaja Rosdakarya),
hlm 3.
19
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001)hlm 2-3.

20
Zuhairini, dkk. Metode khusus Pendidikan Agama. (Surabaya : Usaha Nasioanl, 1983) hlm 154.

21
Dr. Rede Rosyada, MA. Paradigma Pendidikan Demokrasi. ( Jakarta : Kencana, 2004) hlm 188.
Dari beberapa ungkapan yang dikemukakan oleh beberapa ahli

tersebut, maka penulis dapat mengemukakan suatu kesimpulan bahwa .yang

dimaksud dengan evaluasi atau evaluasi pembelajaran adalah suatu proses

yang sistematis untuk mendapatkan informasi, menilai dan menindaklanjuti

hasil belajar siswa yang ditetapkan silabus atau kurikulum mata pelajaran

Akidah Akhlak, dan juga sebagai pertanggungjawaban terhadap

penyelenggaraan pendidikan.

B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

1. Tujuan pembelajaran

Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan

kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan

programnya. Melalui evaluasi akan diperoleh tentang apa yang telah dicapai

dan mana yang belum, dan selanjutnya informasi ini digunakan untuk

perbaikan suatu program.22

Evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus tepat terhadap

tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku. Dikarenakan

tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang sama,

maka evaluasi menjadu salah satu hal yang sulit dan menantang, yang harus

disadari oleh guru. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi

dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional

sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-

22
Djemari Mardapi, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, h. 4.
pihak yang berkepentingan di antaranya terhadap siswa, lembaga, dan

program pendidikan.23

Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada

dua.Pertama, untuk menghimpun berbagai keterangan yang akan dijadikan

sebagai bukti perkembangan yang dialami oleh para siswa setelah mereka

mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata

lain, tujuan umum evaluasi dalam pendidikan yakni memperoleh data

pembuktian yang akan menjadi petunjuk tingkat kemampuan dan

keberhasilan siswa dalam pencapaian berbagai tujuan kurikuler setelah

menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Tujuan umum kedua dari evaluasi pembelajaran adalah mengukur dan

menilai efektivitas mengajar serta berbagai metode mengajar yang telah

diterapkan atau dilaksanakanoleh pendidik, serta kegiatan belajar yang

dilaksanakan oleh siswa.24

Selain tujuan umum tersebut, evaluasi juga memiliki beberapa tujuan

khusus. Pertama, merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program

pendidikan. Tanpa evaluasi, tidak mungkin timbul kegairahan pada diri

siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.

Kedua, mencari dan menemukan berbagai faktor penyebab keberhasilan

23
Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, h.208.

24
Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, h. 82- 83.
maupun ketidakberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan,

sehingga dapat menemukan jalan keluar.25

Sedangkan menurut pakar evaluasi, Dr. Basrowi, tujuan evaluasi pada

dasarnya digolongkan ke dalam empat kategori berikut:

a. Memberikan umpan balik terhadap proses belajar mengajar dan

mengadakan program perbaikan bagi siswa.

b. Menentukan angka kemajuan masing- masing siswa yang antara

lain dipakai sebagai pemberian laporan kepada orang tua.

c. Penentuan kenaikan tingkat atau status, dan lulus tidaknya.

d. Menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat,

misalnya dalam penentuan program studi atau jurusan dengan tingkat

kemampuan dan karakteristik lain.

2. Fungsi pembelajaran

Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari

tujuan evaluasi itu sendiri. Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses,

secara umum meliki tiga fungsi pokok, yaitu mengukur kemajuan,

menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan

penyempurnaan kembali. Atau fungsi evaluasi secara umum, lebih rincinya

adalah sebagai berikut:

25
Ibid., h. 83.
a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan

siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka

waktu tertentu.

b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.

c. Untuk keperluan Bimibingan dan Konseling (BK).

d. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah

yang bersangkutan.26

Secara khusus fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat

dari beberapa segi, yakni :

1) Fungsi psikologis, kegiatan evaluasi dapat dilihat dari sisi

pendidik/ guru, dan peserta didik/ siswa. Bagi siswa, evaluasi secara

psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin bagi mereka

untuk mengenal kapasitas dan statusnya di tengah- tengah kelompok atau

kelasnya. Misalnya, dengan dilakukannya evaluasi hasil belajar siswa,

maka para siswa akan mengetahui dirinya termasuk dalam kelompok

berkemampuan tinggi, rata- rata, atau rendah. Sedangkan bagi guru, secara

psikologis evaluasi dapat menjadi pedoman dalam menentukan berbagai

langkah yang dipandang perlu dilakukan selanjutnya, misalnya

26
M. Ngalim Purwanto, Prinsip- Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006) Cet. Ke- 13, h. 5.


menggunakan metode mengajar tertentu, hasil belajar siswa menunjukkan

peningkatan.27

2) Fungsi sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah

siswa sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu disiniberarti

bahwa siswa dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan

masyarakat.28

3) Fungsi didaktik- metodis, bagi siswa evaluasi dapat memberikan

motivasi untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mempertahankan prestasi

siswa. Bagi guru, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam

menempatkan siswa pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan

kecakapannya masing- masing serta membantu guru dalam usaha

memperbaiki proses pembelajarannya.

4) Fungsi administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan

tentang kemajuan siswa kepada orang tua, pejabat pemerintah yang

berwenang, kepala sekolah, guru- guru, dan siswa itu sendiri, memberikan

berbagai bahan keterangan (data),dan memberikan gambaran secara umum

tentang semua hasil usaha yang dilakukan oleh instutisi pendidikan.

Lebih jauh, Wina Sanjaya mengemukakan beberapa fungsi evaluasi,

yaitu:

a. Sebagai umpan balik bagi siswa.

27
Ibid., h.86.

28
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h.17.
b. Untuk mengetahui proses ketercapaian siswa dalam menguasai

tujuan yang telah dicapai.29

c. Memberikan informasi untuk mengembangkan program

kurikulum.

d. Digunakan oleh siswa untuk mengambil keputusan secara

individual, khususnya dalam menentukan masa depan sehubungan dengan

pemilihan bidang pekerjaan.

e. Menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai oleh para

pengembang kurikulum.

f. Umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dengan

pendidikan di sekolah.30

C. Prinsip-prinsip evaluasi

Arifin (2011: 32) mengemukakan prinsip-prinsip umum penilaian

yaitu mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan

sesuai dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran. Untuk memperoleh

hasil evaluasi yang baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak dari

prinsip prinsip umum sebagai berikut:

1. Kontinuita

29
Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 18.

30
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group,2008), h.

290.
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental. Karena pendidikan

itu sendiri adalah suatu proses suatu kontinu, maka evaluasi pun harus

dilakukan secara kontinu. Hasil penilaian yang diperoleh pada suatu waktu

harus senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil dalam waktu sebelumnya,

sehingga, dengan demikian, dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti

tentang perkembangan anak didik.

a. Keseluruhan

Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, kita mengambil

seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi misalnya: jika objek evaluasi itu

anak, maka yang dievaluasi adalah seluruh aspek kepribadian anak itu,baik

yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jika objek

evaluasi itu perlengkapan maka, yang dievaluasi adalah seluruh

perlengkapan, bukan hanya sebagian.

b. Objektivitas

Dalam melakukan evaluasi, guru hendaknya bersikap adil dan

objektif, menjalankan sikap atau perasangka buruk harus dijauhkan, dan

harus didasarkan dengan kenyataan sebenarnya.

c. Kooperatif

Dalam kegiatan evaluasi, guru hendaknya bekerja sama dengan

semua pihak, yaitu: orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah,

dan peserta didik itu sendiri. Hal ini di maksudkan agar semua pihak-pihak

tersebut merasa dihargai.

D. Jenis Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi pembelajaran dibagi menjadi 3 golongan, antara lain:

1) Evaluasi Berdasarkan Tujuan

a. Evaluasi Selektif, merupakan evaluasi yang digunakan untuk

memilih siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan

tertentu.

b. Evaluasi Penempatan, merupakan evaluasi yang digunakan untuk

menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan

karakteristik siswa.

c. Evaluasi Sumatif, merupakan evaluasi yang dilakukan untuk

menentukan hasil dan kemajuan bekerja para siswa.

2) Evaluasi Berdasarkan Sasaran

a. Evaluasi Input, merupakan evaluasi yang diarahkan untuk

mengetahui input baik sumber daya ataupun strategi yang digunakan untuk

mencapai tujuan.

b. Evaluasi Konteks, merupakan evaluasi yang ditujukan untuk

mengukur konteks program. Baik tentang rasional tujuan, latar belakang

program, atau kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan.

c. Evaluasi Outcom Atau Lulusan, merupakan evaluasi yang

diarahkan untuk melihat hasil belajar para siswa lebih lanjut. Misalnya,

evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

d. Evaluasi Proses, merupakan evaluasi yang ditujukan untuk melihat

proses pelaksanaan, baik tentang kelancaran proses, kecocokan dengan


rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul ketika proses

pelaksanaan.

e. Evaluasi Hasil Atau Produk, merupakan evaluasi yang ditujukan

untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan

keputusan akhir.

3) Evaluasi Berdasarkan Ruang Lingkup

1) Evaluasi Program Pembelajaran, merupakan evaluasi yang

mencakup tentang tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran,strategi

pembelajaran, strategi belajar-mengajar,aspek-aspek program pembelajaran

yang lain.

2) Evaluasi Proses Pembelajaran, merupakan evaluasi yang mencakup

kesesuaian antara proses pembelajaran dengan garis-garis besar program

pembelajaran yang ditetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran.

3) Evaluasi Hasil Pembelajaran, merupakan evaluasi yang mencakup

tingkat penguasaan para siswa terhadap tujuan pembelajaran yang

ditetapkan, baik umum ataupun khusus, dilihat dalam aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

4) Evaluasi Berdasarkan Objek

a. Evaluasi Input, merupakan evaluasi yang mencakup kemampuan

pribadi, sikap, dan keyakinan.


b. Evaluasi Output, merupakan evaluasi yang mengacu pada

ketercapaian hasil pembelajaran.

c. Evaluasi Transformasi, merupakan evaluasi terhadap unsur-unsur

transformasi proses pembelajaran. Misalnya, materi media, metode dan lain-

lain.

5) Evaluasi Berdasarkan Subjek

a. Evaluasi Internal, merupakan evaluasi yang dilakukan oleh orang

dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.

b. Evaluasi eksternal, merupakan evaluasi yang dilakukan oleh orang

luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua dan masyarakat.

E. Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Budi Pekerti

1. Pengertian Pembelajaran

Sebelum membahas pengertian pembelajaran, mari kita membahas

pengertian belajar dahulu. Kata dasar pambelajaran adalah belajar, belajar

menurut Sudjana adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan

serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Slameto

merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara


keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.31

Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses

atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan dalam arti luas pembelajaran adalah suatu proses atau

kegiatan yang sistemis, yang bersifat interaktif dan komunikatifantara

pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk

meciptakan suatu kondisi yang memungkin terjadinya tindakan belajar

peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik

atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan.32Jadi belajar

merupakan suatu proses interaksi antara individu dengan lingkungannya

yang mengahasilkan perubahan tingkah laku individu tersebut, dimana

perubahan tersebut relatif tetap dalam aspek-aspek afektif, kognitif dan

psikomotorik. Sedangkan pembelajaran yaitu interaksi antara pendidik

dengan peserta didik yang dilakukan di dalam ruangan maupun di luar

ruangan yang bertujuan memberikan pengetahuan baru kepada peserta didik

oleh si pendidik.

1. Akidah Akhlak

1) Pengertian Akidah

31
Asep Jihad & Abdul Haris, (2013), Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, hal.2

32
Zainal Arifin, (2014), Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal.10.
Secara etimologis aqidah berakar dari kata 'aqada-ya‟qidu-„aqdan-

aqidatan. „Aqidatan berati simpul, ikatan, perjanjian dan kukuh.33Bentuk

jamaknya adalah „aqa‟id.34 Setelah terbentuk menjadi „aqidah berarti

keyakinan. Relevansi antara kata ‘aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu

tersimpul dengan kukuh didalam hati, bersifat mengikat dan mengandung

perjanjian.

Secara terminologi pengertian akidah dapat dilihat dari beberapa

pendapat tokoh berikut :

Menurut Hasan Al-Banna Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah

beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati (mu),

mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur

sedikit pun dengan keragu-raguan.35

Menurut Abu Bakar Jabir al-Jaxairy ‟Akidah adalah sejumlah

kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal,

wahyu, fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta

diyakini kesahihan keberadaannya dan ditolak segala sesuatu yang

bertentangan dengan kebenaran itu.36

33
Yunahar Ilyas, (2014), Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI, hal.1.

34
Lahmuddin Lubis & Elfiah Muchtar, (2009), Pendidikan Agama Dalam Perspektif Islam, Bandung:

Ciptapustaka Media Perintis, hal. 94.

35
Yunahar Ilyas, (2014), Kuliah Akidah Islam, hal.1.

36
Ibid., hal. 2.
Menurut Yusuf Al-Qardhawi akidah islam bersifat

syumuliyah(sempurna) karena mampu menginterpretasikan semua masalah

besar dalam wujud ini, tidak pernah membagi manusia di antara dua Tuhan

(Tuhan kebaikan dan Tuhan kejahatan), bersandar pada akal, hati, dan

kelengkapan manusia lainnya.37

Dari beberapa pengertian akidah di atas, penulis menyimpulkan bahwa

akidah adalah suatu keyakinan yang tertanam di dalam hati manusia yang di

terima oleh akal dan pasti kebenarannya, dan menolak segala sesuatu yang

mangingkari keyakinan tersebut.

2. Pengertian Akhlak

Akhlak secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Arab yaitu

akhlaqun sebagai jamak dari kata khuluqun, yang berarti 38 : perangai, tabiat,

adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara

etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang

dibuat.39Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun.

Dalam kamus Al-Munjid khuluq berarti budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabiat. Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, ilmu

yang berusaha menganal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai

37
Deden Makbuloh, (2011), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 86

38
Miswar dan Pangulu Abd Karim Nasution, (2014), Akhlak Tasawuf, Bandung: Ciptapustaka Media

Perintis, hal.1.

39
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, (1991), Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta:Bumi Aksara, hal.

201.
kepada perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata

susila.

Abdul hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang

harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan

kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya

bersih dari segala bentuk keburukan.40

Akhlak secara terminologi (istilah) dapat di lihat dari beberapa

pendapa para ahli, diantaranya :

Menurut Al-Thabari, yang dimaksud dengan akhlak mulia di sini

adalah agama Islam. Ini artinya keseluruhan ajaran Islam mengandung nilai-

nilai dan norma-norma mulia yang harus di praktikkan dalam kehidupan

sehari-hari.41

Imam Al-Ghazali mengatakan suatu sifat yang tertanam dalam jiwa

manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dan mudah

dilakukan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih

lama.42Apabila lahir tingkah laku yang indah dan terpuji maka dinamakan

akhlak yang baik, dan apabila yang lahir itu tingkah laku yang keji,

dinamakan akhlak yang buruk.43

40
Yatimin Abdullah, (2007), Studi Akhlak..., hal. 3.

41
Ismatu Ropi, dkk, (2012), Pendidikan Agama Islam di SMP & SMA Untuk Guru, Jakarta: Kharisma Putra

Utama, hal. 97.

42
Deden Makbuloh, (2011), Pendidikan Agama Islam, hal. 142.
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa

yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran

dan pertimbangan.44

Ibrahim Anis mengatakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang

dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Akhlak adalah suatu bentuk karakter yang kuat didalam jiwa yang

darinya muncul perbuatan yang bersifat iradiyah ikhtiyariyah (kehendak

pilihan) berupa baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaannya, ia

menerima pengaruh pendidikan yang baik dan yang buruk. Bila didalam

jiwa ini dididik tegas mengutamakan kemuliaan dan kebenaran, cinta

kebajikan, gemar berbuat baik, dilatih mencintai keindahan, membenci

keburukan sehingga menjad wataknya, maka keluarlah darinya perbuatan-

perbuatan yang indah dengan mudah tanpa keterpaksaan, inilah yang

dimaksud akhlak yang baik.45

Dari beberapa pengertian akhlak di atas penulis mendefinisikan akhlak

sebagai suatu sifat yang melekat dalam diri manusia yang mengasilkan

43
Miswar dan Pangulu Abd Karim Nasution, (2014), Akhlak Tasawuf, hal. 2.

44
Deden Makbuloh, (2011), Pendidikan Agama Islam, hal. 142.

45
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza‟iri, (2014), Minhajul Muslimin, terj. Musthofa„Aini., dkk, PT. MSP, hal.

347.
suatu perbuatan spontan dan tanpa dibuat-buat berupa perbuatan baik

maupun buruk.

khulq (budi pekerti) adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap

dari jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai

macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan

tanpa melakukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbullah kelakuan

yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran maka ia

dinamakan budi pekerti mulia (akhlak mahmudah). Sebaliknya apabila yang

lahir kelakuan yang buruk maka disebut sebagai budi pekerti yang tercela.

(akhlak madzmumah).

1. Fungsi Pembelajaran Akidah Akhlak

a) Dalam pembelajaran Akidah Akhlak ada 4 fungsi, yaitu :

Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah

SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam

keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

c) Pencegahan, yaitu mencegah hal-hal negatif dari lingkungan atau

budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangan menuju

manusia Indonesia seutuhnya.

d) Pengajaran, yaitu menyampaikan informasi dan pengetahuan

keimanan dan akhlak.46

46
Muhaimin, (2004), Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: PustakaPelajar, hal. 310.
2. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak

Ada 3 tujuan dalam pembelajaran Akidah Akhlak, yaitu :

a) Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan akan

hal-hal yang harus diimani sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah

lakunya sehari-hari.

b) Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang

kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang

buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri,

dengan sesama manusia, maupun dengan alam lingkungannya.

c) Siswa memperoleh bekal tentang akidah dan akhlak untuk

melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.47

Dari pendapat diatas tujuan pembelajaran akidah akhlak untuk

memberikan kemampuan dan keterampilan dasar kepada peserta didik untuk

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman

akhlak Islamidan nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-sehari,

yang tak lain untuk mencetak generasi AlQur‟an yaitu insan, taqwa dan

mampu bertindak sebagai pemimpin (khalifah) di bumi. Jadi akhlak harus

mampu mengarahkan manusia menjadi baik.

3. Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

47
Ibid., hal 310.
Karakteristik mata pelajaran aqidah akhlak dimaksudkan adalah ciri-

ciri khas dari mata pelajaran tersebut jika dibandingkan dengan mata

pelajaran lainnya dalam lingkup pendidikan agama Islam. Untuk menggali

karakteristik mata pelajaran bisa bertolak dari pengertian dan ruang lingkup

mata pelajaran tersebut, serta tujuan atau orientasinya.48

Dari beberapa uraian tersebut diatas dapat dipahami bahwa secara

umum karakteristik mata pelajaran aqidah akhlak lebih menekankan pada

pengetahuan, pemahaman dan penghayatan siswa terhadap

keyakinan/kepercayaan (iman), serta perwujudan keyakinan (iman) dalam

bentuk sikap hidup siswa, baik perkataan maupun amal perbuatan, dalam

berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari.49

Dapat dipahami bahwa ciri-ciri khas (karakteristik) pembelajaran

aqidah akhlak di madrasah tsanawiyah menekankan pada aspek-aspek

berikut :

a) Pembentukan keyakinan atau keimanan yang benar dan kokoh

pada diri siswa terhadap Allah, Malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Hari

akhir, dan Qadla dan qadar, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk sikap

dan perbuatan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

b) Proses pembentukan tersebut dilakukan melalui tiga tahapan

sekaligus, yaitu :

48
Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet 2, hal. 16.

49
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, hal. 309.
1) Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap akidah yang benar

(rukun iman), serta mana akhlak yang baik dan yang buruk terhadap diri

sendiri, orang lain, dan alam lingkungan yang bersifat pelestarian alam,

hewan dan tumbuh-tubuhan sebagai kebutuhan hidup manusia.

2) Penghayatan siswa terhadap aqidah yang benar (rukun iman), serta

kemauan yang kuat dari siswa untuk mewujudkannya dalam sikap dan

tingkah lakunya sehari-hari.

3) Kemauan yang kuat (motivasi iman) dari siswa untuk

membiasakan diri dalam mengamalkan akhlak yang baik dan meninggalkan

akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya

sendiri, dengan sesame manusia, maupun dengan lingkungan, sehingga

menjadi manusia yang berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4) Pembentukan akidah akhlak pada siswa tersebut berfungsi sebagai

upaya peningkatan pengetahuan siswa tentang aqidah akhlak,

pengembangan atau peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa, perbaikan

terhadap kesalahan keyakinan dan perilaku, dan pencegahan terhadap

akhlak tercela.50

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak

Secara garis besar, materi pokok pada matapelajaran Akidah Akhlak

adalah sebagai berikut :

50
Ibid,, hal. 311.
a) Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya (Allah SWT)

mencakup segi akidah, meliputi: iman kepada Allah, Malaikat-malaikat-

Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Kiamat, serta Qadla dan

Qadar.

b) Hubungan horizontal antara manusia dengan manusia, meliputi:

akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan

akhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak

yang buruk.

c) Hubungan manusia dengan lingkungan, meliputi: akhlak manusia

terhadap alam lingkungan, baik lingkungan dalam arti luas maupun

makhluk hidup selain manusia yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud

dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

51
Ibid., hal. 311.
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah (Moleong, 2007:6).

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan

masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif

kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh informasi mengenai partisipasi orang tua siswa kelas III dalam

pembelajaran di SDN Wadang III secara mendalam dan komprehensif.

Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan

situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan partisipasi orang tua

ini.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif

merupakan pendekatan yang berdasarkan pada kenyataan lapangan dan apa

yang dialami oleh responden, akhirnya dicarikan rujukannya

teorinya.52Sumber lain menyatakan pendekatan penelitian kualitatif adalah

pendekatan yang tidak menggunakan dasar kerja secara statistik, tetapi

berdasarkan bukti-bukti kualitatif. Yaitu unsur inovasi, baik fonologis

maupun leksikal yang dimiliki oleh suatu kelompok bahasa tertentu secara

eksklusif.53 Penelitian ini melakukan pendekatan berdasarkan pada

52
Sudjarwo, M. S, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 2001), h. 25.

53
M. Harwijaya, Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Yogyakarta: elMatera

Publising, 2007), h. 69.


kenyataan di lapangan yang berupa bukti-bukti kualitatif dan apa yang

dialami oleh responden.

Jenis metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,

obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah

untuk membuat deskripsi , gambaran atau lukisan secara sistematis, factual

dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena

yang diselidiki.54 Penelitian ini akan mendeskripsikan secara sistematis dan

akurat tentang fakta-fakta serta hubungan antarfenomena yang berkenaan

dengan peranan guru PAI sebagai pendidik, pengajar, dan teladan dalam

pembinaan akhlak dan budi pekerti peserta didik SDN Wadang III,

Kabupaten Bojonegoro.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang

lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk

melakukan penelitian observasi. Oleh karena itu, maka penulis menetapkan

lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Dalam

hal ini, lokasi penelitian terletak di Dusun. Srawun Desa. Wadang Kec.

54
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Cet. Ke-5, h. 54.
Ngasem Kab. Bojonegoro, Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2020

hingga bulan selanjutnya.

1. Objek Penelitian

Obyek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian

yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek penelitian

ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-

orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2007:215).

Obyek dari penelitian ini adalah partisipasi orang tua siswa dalam

kaitannya dengan pembelajaran di SDN Wadang III Ngasem.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya

sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data

dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Suharsimi

Arikunto, 2002:107). Untuk mendapat data yang tepat maka perlu

ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan

kebutuhan data (purposive). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bentuk partisipasi, pelaksanaan partisipasi, manfaat partisipasi dan faktor

yang mempengaruhi partisipasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu,

diperlukan subjek yang memenuhi parameter yang dapat mengungkap hal di

atas sehingga memungkinkan data dapat diperoleh. Parameternya adalah

sebagai berikut:

1) Mengetahui kebijakan kegiatan partisipasi dalam komite kelas.


2) Terlibat langsung sebagai koordinator/ penanggung jawab kegiatan

partisipasi dalam komite kelas.

3) Mengetahui kegiatan partisipasi orang tua siswa kelas lain.

4) Ikut terlibat berkoordinasi dalam kaitannya dengan kegiatan

partisipasi dengan kelas-kelas lain.

Dari parameter di atas, subjek penelitian yang dianggap memenuhi

karakteristik yaitu pengurus komite kelas merangkap pengurus komite

sekolah, wali kelas III, dan kepala sekolah.

1. Orang tua siswa

Orang tua siswa yang dimaksud adalah pengurus komite kelas III

berkedudukan sebagai wakil komite kelas III, dan sekretaris komite kelas III

merangkap sebagai sekretaris komite sekolah yang dianggap mengetahui

kegiatan partisipasi orang tua siswa di kelas III dan sekolah.

2. Guru (wali kelas)

Guru yang dimaksud adalah guru wali kelas III yang berperan sebagai

penghubung antara sekolah dengan orang tua siswa di kelas sekaligus

sebagai pendamping dalam kegiatan komite kelas III.

3. Kepala Sekolah

Kepala sekolah dapat memberikan informasi atau data terkait dengan

kebijakan pelibatan orang tua siswa di sekolah karena kepala sekolah

sebagai penangungjawab dalam penentuan sistem pelaksanaan pembelajaran

di SDN Wadang III Ngasem.

C. Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat

penelitian adalah peneliti sendiri ( human instrument ), yang berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan temuannya ( Sugiyono , 2009).

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus

pengumpul data. Pada proses penggalian data nantinya, peneliti sebagai

pengamat partisipan yang kehadirannya diketahui oleh subjek atau informan

sebagai peneliti.

D. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah

subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan

teknik wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut

responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti

menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda,

gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokomentasi,

maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi
catatan adalah obyek penelitian.55Adapun yang menjadi sumber data dalam

penelitian ini adalah

1) Data primer yaitu : Guru Pendidikan Agama Islam

2) Data sekunder yaitu kepala sekolah, dewan guru, tokoh masyarakat,

dan peserta didik.

3) Dokumen, yaitu berupa arsip dokumen resmi, brosur dan sebagainya.

Dari sumber ini diperoleh data yang berkaitan dengan Peranan

pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak peserta dididk dengan

uraian sebagai berikut:

1. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai sumber data primer

(subyek penelitian) dan merupakan fokus penelitian ini. Guru PAI pada

SDN Wadang III , Kabupaten Ngasem berjumlah 2 orang terdiri dari 1 PNS

dan 1 guru honorer,56yang aktif mengajar 2 orang guru. Maka dalam hal ini

berarti kedua Guru PAI ini yang menjadi sumber data dalam penelitian ini.

Berkaitan dengan sumber data ini data yang diambil adalah data yang

berkaitan dengan dengan peranan guru PAI dalam pembinaan akhlak dan

budi pekerti peserta didik SDN Wadang III, Kabupaten Bojonegoro.

55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 102.

56
Data Pada Komputer Tata Usaha SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, 6 Sept. 2015.
2. Peserta didik SDN Wadang III, Kabupaten Ngasem Peserta didik SDN

Wadang III, Kabupaten Bojonegoro yang berjumlah 60 orang Siswa-

Siswi:57Untuk sumber data dari peserta didik, dikarenakan jumlahnya

banyak, maka tidak seluruhnya dijadikan sumber data, akan tetapi dengan

menggunakan sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki

sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data.58

Cara pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling,

yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. purposive

samplinglebih cocok digunakan digunakan untuk penelitian kualitatif. 59

purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarka atas adanya

tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa

pertimbangan, misalnya karena alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana

sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar.60Agar mempermudah

dalam observasi dan wawancara maka sumber data yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini adalah kelas unggulan yaitu kelas II 36 peserta didik, III

: 38 Peserta didik, dan IV : 39 peserta didik yang jumlah seluruhnya 113

peserta didik.
57
Data Pada Komputer Tata UsahaSD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, 10Sept. 2015.

58
Wardi Bactiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos,1997), h. 83.

59
Sugiono, Metode Penelitian pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. Ke-3, h. 124.

60
Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 113.
Sumber data yang berupa peserta didik tersebut dibutuhkan untuk

mengambil data yang berkaitan dengan akhlak peserta didik SDN Wadang

III, Kabupaten Bojonegoro.

3. Kepala Sekolah, Waka dan Guru

Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum sebagai informan untuk

mendapatkan informasi yang berkenaan dengan Peranan guru PAI. Waka

Kesiswaan dan guru-guru sebagai informan untuk mendapatkan informasi

yang berkenaan dengan akhlak dan budi pekerti peserta didik SDN Wadang

III, Kabupaten Bojonegoro.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu; (1).

Observasi langsung (pengamatan langsung), wawancara (Interview), dan

studi dokumentasi.

1) Observasi Langsung (Pengamatan Langsung)

Observasi langsung atau pengamatan langsung adalah pengamatan

dengan menggunakan indera penglihatan terhadap subyek.61 Teknik ini

dipergunakan untuk mendapatkan secara langsung melalui indra penglihatan

data yang berkenaan dengan peranan guru PAI pada peserta didik SDN

Wadang III, Kabupaten Bojonegoro, tentu saja obyek pengamatan adalah


61
Sudjarwo, M. S, Op. cit., h. 69.
guru PAI SDN Wadang III, Kabupaten Bojonegoro. Teknik ini juga

dipergunakan juga untuk mendapatkan secara langsung data yang berkenaan

dengan akhlak peserta ddik, tentu saja yang menjadi obyek pengamatan

adalah peserta didik SDN Wadang III, Kabupaten Bojonegoro.

2) Wawancara (Interview)

Wawancara (Interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 62 Sumber

lain mengatakan wawancara adalah Pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung oleh pewancara kepada responden, dan

jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam.63 Teknik ini dipergunakan

untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yang belum

dapat terlihat secara visual atau secara langsung oleh penulis.

F. Pengecekan Keabsahan Temuan

Istilah kredibilitas dalam penelitian kualitatif merupakan istilah yang

menggantikan konsep validitas dalam penelitian kuantitatif. Kredibilitas

studi kalitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud

mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, kelompok sosial atau

pola interaksi yang kompleks. Konsep kredibilitas juga harus mampu

mendemonstrasikan bahwa untuk memotret kompleksitas hubungan antar

aspek tersebut, penelitian dilakukan dengan cara tertentu yang menjamin

62
Suharsimi Arikunto, Prosedor penelitian Suatu pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 200.

63
Sudjarwo, M. S, Op. cit., h. 70.
bahwa subyek penelitian diidentifikasikan dan dideskripsikan secara akurat.

Dalam penelitian ini, diperlukan definisi konsep yang tepat dengan

menggunkan multi sumber bukti (wawancara dan observasi) sehinggaakan

terbekntuk rangkain bukti untuk memperkuat data yang diperoleh.

Sedangkan istilah untuk menggantikan reliabilitas adalah dependabilitas.

Dependabilitas ini berkenaan dengan apakah penelitian dapat diulangi atau

direpliksi oleh penelitian laindan hasil yang sama bila menggunakan cara

cara yang sama ( konsisten ), sehinnga dapat dipercaya ( Nasution, 1996).

Ada beberapa cara yang biasannya digunakan penulis untuk

meningkatkan kredibilitas datannya, salah satunnya adalah metode

trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

1. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat

dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.


d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

2. Trianggulasi dengan metode terdapat dua strategi yaitu:

a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data.

b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

3. Trianggulasi penyidik atau penulis, ialah dengan jalan

memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat

lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data.

4. Trianggulasi dengan teori (Lexy, 2008: 331) ialah menggunakan

beberapa persepektif yang berbeda untuk mengenterperetasikan data.

Jadi trianggulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-

perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam koknteks suatu studi

sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari

berbagi pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan trianggulasi, peneliti

dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan

berbagi sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat

melakukannya dengan jalan:


1) Mengajukan berbagai fariasi pertanyaan.

2) Mengecek dengan berbagai sumber data.

3) Memanfaatkan berbagi metode agar pengecekan kepercayaan data

dapat dilakukan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis trianggulasi sumber

data untuk meningkatkan kredibilitas dalam penulisan ini. Trianggulasi

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai