DOSEN PEMBIMBING :
GIATI ANISAH, M. Pd.
Oleh:
LUKI NURAFITA
NIM . 2018.5501.01.04515
A. Konteks Penelitian
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengenal waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga
ahlak berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan dimana saja dan
watak dan kepribadian peserta didik. Tetapi secara subtansial mata pelajaran
1
UU Sistem Pendidikan Nasional, UU RI no. 20 Tahun 2003, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 3.
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru atau calon guru
proses belajar siswa dapat dipantau dengan baik. Kemampuan guru dalam
kompetensi guru. Tidak dikatakan guru yang baik apabila tidak mempunyai
pribadi yang diinginkan oleh Pendidikan Islam bukan hanya pribadi yang
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang
sejauh mana tujuan sudah tercapai. 4Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik
2
Nanda Pramana Atmaja, Buku Super Lengkap Evaluasi Belajar-Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, 2016),
hlm. 9.
3
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 53.
4
Rohmad, Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), hlm. 2.
dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Ketika proses
baik atau tidak baik, bermanfaat atau tidak bermanfaat, dan lain sebagainya.
Hal ini sangat penting bagi seorang guru. Guru sebagai pendidik sebagai
role model bagi guru lainnya untuk mengetahui sejauh mana proses
hal-hal yang telah terjadi atau dilakukan selama kegiatan pembelajaran yang
lebih jauh daya tangkap siswa terhadap pelajaran yang telah disampaikan.
yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Dengan proses evaluasi
5
Ratnawulan, Elis dan Rusdiana H.A., Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hlm. 19.
6
Ega Rima Wati, Kupas Tuntas Evaluasi Pembelajaran, (Kata Pena, 2016), hlm. 2.
disampaikan dapat ditangkap dan diterima oleh siswa secara baik atau
tidak.7
maka semua hal yang bekaitan dengan kehidupan sehari- hari pembelajaran
merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu mata pelajaran yang
kepada Tuhan, jadi bukan semata-mata memberi ilmu tentang PAI tetapi
nilai ajarannya terwujud dalam bentuk amal sholeh yaitu berhasil diterapkan
7
Nanda Pramana Atmaja, Buku Super Lengkap Evaluasi Belajar-Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, 2016),
hlm. 14.
8
Ega Rima Wati, Kupas Tuntas Evaluasi Pembelajaran, (Kata Pena, 2016) hlm. 14.
9
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 4.
10
Sunhaji, Pembelajaran Tematik-Integratif Pendidikan Agama Islam dan Sains, (Purwokerto: STAIN Press,
2013), hlm. 144.
swasta (MI), begitu pula ada sekolah yang disebut pesantren, madrasah dan
dimulai.11
ahlak dan Budi Pekerti pada siswa kelas 3 di SDN Wadang III masih
evaluasi setelah akhir pembelajaran hasil yang harapkan tidak sesuai dengan
bersumber dari guru saja, tetapi bersumber juga pada faktor lingkungan,
Ahlak dan Budi Pekerti Pada Siswa Kelas 3 di SDN Wadanag III
Ngasem Bojonegoro.
B. Fokus Penelitian
11
Wawancara dengan Ibu Triyanti, S.Pd. selaku guru PAI Pada Tanggal 20 September 2018.
12
Wawancara dengan Ibu Triyanti, S.Pd. selaku guru PAI Pada Tanggal 20 September 2018.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
selanjutnya.
1. Secara Teoristik
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan bagi guru ataupun
kesehariannya.
2. Secara Praktis
a. Bagi pendidik
b. Bagi Lembaga
pendidikan agama islam memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan
anak. Oleh karena itu, pihak-pihak yang terkait dalam lembaga pendidikan
E. Oriensitas Penelitian
F. Definisi Operasional
1. Problematika Evaluasi
proses pembelajaran.14
13
Sulchan Yasin, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah, 1997), hlm. 381. 1
14
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 25.
15
Lihat, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara,
"upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
b. Budi Pekerti adalah prilaku atau sikap siswa itu sendiri yakni usaha
BAB II
LANDASAN TEORI
pengertian evaluasi itu sendiri, yakni menurut bahasa dan menurut istilah
dan juga akan penulis ketengahkan beberapa pendapat para ahli, baik
pengukuran.19
diberikan.20
17
18
Kunandar, Guru Profesional. (Jakarta : Rajawali Prees,2007) hlm 337.
Drs.M. Ngalim, MP. Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pembelajaran. (Bandung : Remaja Rosdakarya),
hlm 3.
19
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001)hlm 2-3.
20
Zuhairini, dkk. Metode khusus Pendidikan Agama. (Surabaya : Usaha Nasioanl, 1983) hlm 154.
21
Dr. Rede Rosyada, MA. Paradigma Pendidikan Demokrasi. ( Jakarta : Kencana, 2004) hlm 188.
Dari beberapa ungkapan yang dikemukakan oleh beberapa ahli
hasil belajar siswa yang ditetapkan silabus atau kurikulum mata pelajaran
penyelenggaraan pendidikan.
1. Tujuan pembelajaran
programnya. Melalui evaluasi akan diperoleh tentang apa yang telah dicapai
dan mana yang belum, dan selanjutnya informasi ini digunakan untuk
tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang sama,
maka evaluasi menjadu salah satu hal yang sulit dan menantang, yang harus
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi
22
Djemari Mardapi, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, h. 4.
pihak yang berkepentingan di antaranya terhadap siswa, lembaga, dan
program pendidikan.23
sebagai bukti perkembangan yang dialami oleh para siswa setelah mereka
23
Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, h.208.
24
Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, h. 82- 83.
maupun ketidakberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan,
2. Fungsi pembelajaran
tujuan evaluasi itu sendiri. Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses,
25
Ibid., h. 83.
a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan
waktu tertentu.
yang bersangkutan.26
pendidik/ guru, dan peserta didik/ siswa. Bagi siswa, evaluasi secara
berkemampuan tinggi, rata- rata, atau rendah. Sedangkan bagi guru, secara
26
M. Ngalim Purwanto, Prinsip- Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
peningkatan.27
masyarakat.28
berwenang, kepala sekolah, guru- guru, dan siswa itu sendiri, memberikan
yaitu:
27
Ibid., h.86.
28
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h.17.
b. Untuk mengetahui proses ketercapaian siswa dalam menguasai
kurikulum.
pengembang kurikulum.
pendidikan di sekolah.30
C. Prinsip-prinsip evaluasi
yaitu mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan
hasil evaluasi yang baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak dari
1. Kontinuita
29
Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 18.
30
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group,2008), h.
290.
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental. Karena pendidikan
itu sendiri adalah suatu proses suatu kontinu, maka evaluasi pun harus
dilakukan secara kontinu. Hasil penilaian yang diperoleh pada suatu waktu
sehingga, dengan demikian, dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti
a. Keseluruhan
seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi misalnya: jika objek evaluasi itu
anak, maka yang dievaluasi adalah seluruh aspek kepribadian anak itu,baik
b. Objektivitas
c. Kooperatif
semua pihak, yaitu: orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah,
dan peserta didik itu sendiri. Hal ini di maksudkan agar semua pihak-pihak
memilih siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan
tertentu.
karakteristik siswa.
mengetahui input baik sumber daya ataupun strategi yang digunakan untuk
mencapai tujuan.
diarahkan untuk melihat hasil belajar para siswa lebih lanjut. Misalnya,
pelaksanaan.
untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan
keputusan akhir.
yang lain.
pembelajaran.
ditetapkan, baik umum ataupun khusus, dilihat dalam aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
lain.
1. Pengertian Pembelajaran
perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Slameto
lingkungannya.31
atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar.
pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk
peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik
oleh si pendidik.
1. Akidah Akhlak
1) Pengertian Akidah
31
Asep Jihad & Abdul Haris, (2013), Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, hal.2
32
Zainal Arifin, (2014), Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal.10.
Secara etimologis aqidah berakar dari kata 'aqada-ya‟qidu-„aqdan-
keyakinan. Relevansi antara kata ‘aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu
perjanjian.
kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal,
wahyu, fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta
33
Yunahar Ilyas, (2014), Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI, hal.1.
34
Lahmuddin Lubis & Elfiah Muchtar, (2009), Pendidikan Agama Dalam Perspektif Islam, Bandung:
35
Yunahar Ilyas, (2014), Kuliah Akidah Islam, hal.1.
36
Ibid., hal. 2.
Menurut Yusuf Al-Qardhawi akidah islam bersifat
besar dalam wujud ini, tidak pernah membagi manusia di antara dua Tuhan
(Tuhan kebaikan dan Tuhan kejahatan), bersandar pada akal, hati, dan
akidah adalah suatu keyakinan yang tertanam di dalam hati manusia yang di
terima oleh akal dan pasti kebenarannya, dan menolak segala sesuatu yang
2. Pengertian Akhlak
akhlaqun sebagai jamak dari kata khuluqun, yang berarti 38 : perangai, tabiat,
adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara
etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang
tingkah laku atau tabiat. Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, ilmu
37
Deden Makbuloh, (2011), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 86
38
Miswar dan Pangulu Abd Karim Nasution, (2014), Akhlak Tasawuf, Bandung: Ciptapustaka Media
Perintis, hal.1.
39
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, (1991), Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta:Bumi Aksara, hal.
201.
kepada perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata
susila.
adalah agama Islam. Ini artinya keseluruhan ajaran Islam mengandung nilai-
sehari-hari.41
manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dan mudah
lama.42Apabila lahir tingkah laku yang indah dan terpuji maka dinamakan
akhlak yang baik, dan apabila yang lahir itu tingkah laku yang keji,
40
Yatimin Abdullah, (2007), Studi Akhlak..., hal. 3.
41
Ismatu Ropi, dkk, (2012), Pendidikan Agama Islam di SMP & SMA Untuk Guru, Jakarta: Kharisma Putra
42
Deden Makbuloh, (2011), Pendidikan Agama Islam, hal. 142.
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa
dan pertimbangan.44
Akhlak adalah suatu bentuk karakter yang kuat didalam jiwa yang
pilihan) berupa baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaannya, ia
menerima pengaruh pendidikan yang baik dan yang buruk. Bila didalam
sebagai suatu sifat yang melekat dalam diri manusia yang mengasilkan
43
Miswar dan Pangulu Abd Karim Nasution, (2014), Akhlak Tasawuf, hal. 2.
44
Deden Makbuloh, (2011), Pendidikan Agama Islam, hal. 142.
45
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza‟iri, (2014), Minhajul Muslimin, terj. Musthofa„Aini., dkk, PT. MSP, hal.
347.
suatu perbuatan spontan dan tanpa dibuat-buat berupa perbuatan baik
maupun buruk.
khulq (budi pekerti) adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dari jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai
macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan
yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran maka ia
lahir kelakuan yang buruk maka disebut sebagai budi pekerti yang tercela.
(akhlak madzmumah).
sehari-hari.
46
Muhaimin, (2004), Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: PustakaPelajar, hal. 310.
2. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak
hal-hal yang harus diimani sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah
lakunya sehari-hari.
kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang
yang tak lain untuk mencetak generasi AlQur‟an yaitu insan, taqwa dan
47
Ibid., hal 310.
Karakteristik mata pelajaran aqidah akhlak dimaksudkan adalah ciri-
ciri khas dari mata pelajaran tersebut jika dibandingkan dengan mata
karakteristik mata pelajaran bisa bertolak dari pengertian dan ruang lingkup
bentuk sikap hidup siswa, baik perkataan maupun amal perbuatan, dalam
berikut :
akhir, dan Qadla dan qadar, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk sikap
sekaligus, yaitu :
48
Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet 2, hal. 16.
49
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, hal. 309.
1) Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap akidah yang benar
(rukun iman), serta mana akhlak yang baik dan yang buruk terhadap diri
sendiri, orang lain, dan alam lingkungan yang bersifat pelestarian alam,
kemauan yang kuat dari siswa untuk mewujudkannya dalam sikap dan
akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya
akhlak tercela.50
50
Ibid,, hal. 311.
a) Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya (Allah SWT)
Qadar.
akhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak
yang buruk.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
51
Ibid., hal. 311.
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
memperoleh informasi mengenai partisipasi orang tua siswa kelas III dalam
situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan partisipasi orang tua
ini.
A. Jenis Penelitian
maupun leksikal yang dimiliki oleh suatu kelompok bahasa tertentu secara
52
Sudjarwo, M. S, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 2001), h. 25.
53
M. Harwijaya, Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Yogyakarta: elMatera
obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
dengan peranan guru PAI sebagai pendidik, pengajar, dan teladan dalam
pembinaan akhlak dan budi pekerti peserta didik SDN Wadang III,
Kabupaten Bojonegoro.
lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk
hal ini, lokasi penelitian terletak di Dusun. Srawun Desa. Wadang Kec.
54
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Cet. Ke-5, h. 54.
Ngasem Kab. Bojonegoro, Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2020
1. Objek Penelitian
yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek penelitian
orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2007:215).
Obyek dari penelitian ini adalah partisipasi orang tua siswa dalam
2. Subjek Penelitian
sebagai berikut:
Orang tua siswa yang dimaksud adalah pengurus komite kelas III
berkedudukan sebagai wakil komite kelas III, dan sekretaris komite kelas III
Guru yang dimaksud adalah guru wali kelas III yang berperan sebagai
3. Kepala Sekolah
C. Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat
sebagai peneliti.
D. Sumber Data
maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi
catatan adalah obyek penelitian.55Adapun yang menjadi sumber data dalam
(subyek penelitian) dan merupakan fokus penelitian ini. Guru PAI pada
SDN Wadang III , Kabupaten Ngasem berjumlah 2 orang terdiri dari 1 PNS
dan 1 guru honorer,56yang aktif mengajar 2 orang guru. Maka dalam hal ini
berarti kedua Guru PAI ini yang menjadi sumber data dalam penelitian ini.
Berkaitan dengan sumber data ini data yang diambil adalah data yang
berkaitan dengan dengan peranan guru PAI dalam pembinaan akhlak dan
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 102.
56
Data Pada Komputer Tata Usaha SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, 6 Sept. 2015.
2. Peserta didik SDN Wadang III, Kabupaten Ngasem Peserta didik SDN
banyak, maka tidak seluruhnya dijadikan sumber data, akan tetapi dengan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarka atas adanya
dalam observasi dan wawancara maka sumber data yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah kelas unggulan yaitu kelas II 36 peserta didik, III
peserta didik.
57
Data Pada Komputer Tata UsahaSD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, 10Sept. 2015.
58
Wardi Bactiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos,1997), h. 83.
59
Sugiono, Metode Penelitian pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. Ke-3, h. 124.
60
Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 113.
Sumber data yang berupa peserta didik tersebut dibutuhkan untuk
mengambil data yang berkaitan dengan akhlak peserta didik SDN Wadang
yang berkenaan dengan akhlak dan budi pekerti peserta didik SDN Wadang
studi dokumentasi.
data yang berkenaan dengan peranan guru PAI pada peserta didik SDN
dengan akhlak peserta ddik, tentu saja yang menjadi obyek pengamatan
2) Wawancara (Interview)
62
Suharsimi Arikunto, Prosedor penelitian Suatu pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 200.
63
Sudjarwo, M. S, Op. cit., h. 70.
bahwa subyek penelitian diidentifikasikan dan dideskripsikan secara akurat.
direpliksi oleh penelitian laindan hasil yang sama bila menggunakan cara
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat
wawancara.
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berkaitan.
berbagi sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat
dapat dilakukan.