Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan
Keperawatan Ulkus Peptikum’’ sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai “Asuhan Keperawatan Ulkus Peptikum’’. Kami juga menyadari bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang di harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

1
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................. 1
Daftar Isi...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................3
B. Tujuan........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS..........................................................................4
1. Konsep Dasar Teori
A. Pengertian Ulkus Peptikum..................................................................4
B. Etiologi.................................................................................................4
C. Patofisiologi.........................................................................................4
D. Manifestasi Klinis................................................................................5
E. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................5
F. Penatalaksanaan Ulkus Peptikum........................................................5
2. Konsep Dasar Askep
A. Pengkajian............................................................................................6
B. Analisis Data........................................................................................7
C. Diagnosa Keperawatan........................................................................8
D. Intervensi Keperawatan........................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulkus peptikum masih merupakan masalah kesehatan yang penting. Ulkus peptikum
insidennya cukup tinggi di Amerika Serikat, dengan 4 juta penduduk terdiagnosis setiap
tahunnya. Sekitar 20-30 % dari prevalensi ulkus ini terjadi akibat pemakaian Obat Anti
Inflamasi Non Steroid (OAINS) terutama yang nonselektif. OAINS digunakan secara kronis
pada penyakit-penyakit yang didasara inflamasi kronis seperti osteoathritis. Pemakaian
kronis ini semakin meningkatkan risiko terjadi ulkus peptikum.
Pada lambung normal, terdapat dua mekanisme yang bekerja dan mempengaruhi
kondisi lambung, yaitu faktor pertahanan (defense) lambung dan faktor perusak (aggressive)
lambung. Kedua faktor ini, pada lambung sehat, bekerja secara seimbang, sehingga lambung
tidak mengalami kerusakan/luka. Faktor perusak lambung meliputi (1) faktor perusak
endogen/ berasal dari dalam lambung sendiri antara lain HCL, pepsin dan garam empedu;
(2) faktor perusak eksogen, misalnya (obat-obatan, alkohol dan bakteri). Faktor pertahanan
lambung tersedia untuk melawan atau mengimbangi kerja dari faktor tersebut diatas. Faktor/
sistem pertahanan pada lambung, meliputi lapisan (1) pre-epitel; (2) epitel; (3) post epitel
Apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua faktor di atas, baik faktor
pertahanan yang melemah ataupun faktor perusak yang semakin kuat, dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel-sel lambung, yang pada akhirnya akan membentuk ulkus lambung/
peptikum. Pemberian paparan eksogen yang berlebihan seperti kortikosteroid, OAINS dan
kafein dapat memicu terjadinya ulkus lambung. Lambung memiliki mekanisme
penyembuhan ulkus sendiri. Mekanisme ini merupakan suatu proses kompleks yang
melibatkan migrasi sel, proliferasi, reepitelisasi, angiogenesis dan deposisi matriks yang
selanjutnya akanmembentuk jaringan parut.
B. Tujuan
1. Memahami definisi ulkus peptikum.
2. Memahami etiologi ulkus peptikum.
3. Memahami manifestasi klinis.
4. Memahami pemeriksaan Penunjang
5. Memahami penatalaksanaan ulkus peptikum.
6. Memahami asuhan keperawatan ulkus peptikum.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Dasar Teori

A. Pengertian Ulkus Peptikum


Istilah ulkus peptikum (peptic ulcer) digunakan untuk erosi lapisan mukosa di bagian
mana saja di saluran GI, tetapi biasanya di ambung atau duodenum. Ulkus gaster atau tukak
lambung adalah istilah untuk ulkus di lambung.Ulkus peptikum adalah suatu istilah
ekskoriasi mukosa lambung atau usus yang terutama disebabkan oleh kerja pencernaan
getah lambung atau sekresi usus halus bagian atas.
Ulkus peptikum merupakan ulkus kronik yang secara khas dan timbul karna pajanan
sekresi lambung yang asam. Ulkus peptikum adalah erosi mukosa gastro intestinal yang
disebabkan oleh terlalu banyaknya asam hidroklorida dan pepsin.Ulkus dapat terjadi pada
osofagus, lokasi paling umum adalah duodenum dan lambung.
Penyakit ulkus peptikum mengacu kepada ulserasi yang terjadi pada
lambung,pylorus,duodenum,atau esopahgus.

B. Etiologi
a) Produksi yang terlalu sedikit (penurunan produksi mukus)
b) Prosuksi asam yang berlebihan di lambung atau yang disalurkan usus
c) Infeksi Helicobacter pylori
d) Merokok
e) Alkohol
f) Aspirin dan NSAID

C. Patofisiologi
Kebanyakan ulkus terjadi apabila sel – sel mukosa ulkus tidak menghasilkanproduksi
mukus yang adekuat perlindungan terhadap asam lambung.Penyebab penurunan produksi mukus
dapat termasuk segala hal yang menurunkan aliran darah ke usus,menyebabkan hipoksia lapisan
mukosadan cedera atau kematian sel – sel penghasil mukus.
Penurunan produksi mukus di duodenum juga dapat terjadi akibat penghambat kelenjar
penghasil mukus di duodenum, yaitu di sebut kelenjar brunner. Aktivitas kelenjar brunner di
hambat oleh stimulasi simpatis. Stimulasi simpatis meningkat pada keadaan sterss kronis
sehingga terdapat hubungan antara stress dan pembentukan ulkus.
Penyebab utama penurunan produksi mukus berhubungan dengan infeksi bacterium H.
pylori yang membuat koloni pada sel – sel penghasil mukus di lambung dan duodenum, sehingga
menurunkan kemampuan sel memproduksi mukus.
Penggunaan beberapa obat terutama obat anti-inflamasi non-steroid NSAID, juga
dihubungkan dengan peningkatan risiko berkembangnya ulkus. Aspirin menyebabkan iritasi
dinding mukosa, demikian juga dengan NSAID lain dan glukokortikosteroid. Obat-obat ini
menyebabkan ulkus dengan menghambat perlindungan prostaglandin secara sistemik atau di
dinding usus. Sekitar 10% pasien pengguna NSAID mengalami ulkus aktif dengan presentase
4
yang tinggi untuk mengalami erosi yang kurang serius. Perdarahan lambung atau usus dapat
terjadi akibat NSAID. Obat lain atau makanan yang dihubungkan dengan perkembangan ulkus
termasuk kafein, alkohol dan nikotin. Obat-obatan ini tampaknya juga mencederai perlindungan
lapisan mukosa.
Pembentukan asam di lambung penting untuk mengaktifkan enzim pencernaan lambung.
Asam hidroklorida (HCl) dihasilkan oleh sel-sel parietal sebagai respon terhadap makanan
tertentu, obat, hormon (termasuk gastrin), hitamin dan stimulasi parasimpatis. Mekanan dan obat
seperti kafein dan alkohol menstimulasi sel-sel parietal untuk menghasilkan asam. Sebagian
individu memperlihatkan reaksi berlebihan pada sel-sel parietalnya terhadap makanan atau zat-
zat tersebut, atau mungkin mereka memiliki jumlah sel parietal yang lebih banyak dari normal
sehingga menghasilkan lebih banyak asam. Aspirin bersifat asam, yang dapat langsung
mengiritasi atau mengerosi lapisan lambung.

D. Manifestasi Klinis
a) Nyeri abdomen seperti terbakar (dyspepsia)sering terjadi di malam hari. Nyeri
biasanya terletak di area tengah epigastrium dan sering bersifat ritmik.
b) Nyeri yang terjadi ketika lambung kosong (sebagai contoh di malam hari) sering
menjadi tanda ulkus duodenum dan kondisi ini adalah yang paling sering terjadi.
c) Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama malam hari adalah ulkus gaster . Kadang
nyeri dapat menyebar ke punggung atau bahu.
d) Nyeri sering hilang timbul, nyeri sering terjadi selama beberapa minggu kemudian
menghilang sampai periode perburukan selanjutnya.
e) Penurunan berat badan juga biasanya menyertai ulkus gaster.
f) Penambahan berat badan dapat terjadi bersamaan dengan ulkus duodenum karena
makanan dapat meredahkan rasa tidak nyaman.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi (gastroskopi) dengan biopsi dan sitologi
2. Pemeriksaan dengan barium
3. Pemeriksaan radiologi pada abdomen
4. Analisis lambung
5. Pemeriksaan laboratorium kadar Hb, Ht, dan pepsinogen

2. KONSEP DASAR ASKEP


A. Pengkajian
1. Anamnesis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan
dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi
atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului. Data subjektif berfokus
pada keluhan yang dirasakan pasien seperti.

 Data Fokus
1. Data Subjektif
 Klien mengatakan nyeri biasanya hilang dengan makan
5
 Klien mengatakan nyeri uluhati, pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus
dan lambung, yang naik ke mulut
 Klien mengatakan sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong
 Klien mengatakan mual dan muntah
 Klien mengatakan konstipasi
 Klien mengatakan perdarahan pada buang air besar
 Klien mengatakan badan terasa lemah dan letih
 Klien mengatakan berat badan turun (20% lebih di bawah BB ideal)

2. Data Objektif
 Klien tampak lemah
 Klien tampak meringis Wajah klien pucat
 Klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan Bising usus Turgor kulit jelek
Kekuatan otot lemah Konjungtiva anemis Takikardi
 Klien dibantu keluarga dalam beraktifitas Nyeri tekan pada thorak Pernafasan cepat
Nyeri tekan abdomen
 Klien memegang perut saat nyeri Mukosa bibir kering Otot menelan lemah
Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya
ulkus Endoskopi GI mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Feces
dapat diambil positif terhadap darah samar. Adanya H. Pylory dapat ditentukan
dengan biopsy dan histology melalui kultur
a. Identitas Klien

Nama Usia Jenis kelamin Jenis pekerjaan Alamat Suku/bangsa agama Tingkat
pendidikan, dll. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan dahulu Klien mengatakan pernah
mengkonsumsi rokok, kopi dan alcohol dan klien juga merupakan seseorang yang
emosional.

b. Identitas penanggung jawab


Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan pasien

2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama

6
Klien mengatakan nyeri ulu hati, seperti tertusuk nyeri biasanya hilang dengan makan,
pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut,
kadang-kadang disertai sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong, mual dan
muntah, konstipasi, perdarahan pada buang air besar, mengatakan badan terasa lemah dan
letih, klien juga mengatakan berat badan turun ( 20 % lebih di bawah BB ideal)
b) Riwayat kesehatan
keluarga Kemungkinan anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien.
3. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum lemah, pucat Tanda vital tacikardi, pernafasan cepat.
b. Wajah Klien tampak meringis, konjungtiva anemis Mulut Mukosa bibir kering,
c. klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan, otot menelan lemah Dada
Inspeksi bentuk dada simetris kiri dan kanan, pernafasan cepat. Palpasi nyeri tekan
Perkusi bunyi ketok sonor Auskultasi tidak ada suara nafas tambahan Abdomen
Inspeksi : simetris kiri dan memegang perut saat nyeri Palpasi nyeri tekan abdomen
Perkusi bunyi ketok timpany Auskultasi bising usus kanan,
d. klien Integumen warna kulit pucat, turgor kulit jelek Ekstremitas Takikardi, kekuatan
otot lemah.
e. klien dibantu keluarga dalam beraktifitas

B. ANALISA DATA
1) Data-Data Etiologi
DS Trauma
 Klien mengatakan nyeri biasanya hilang dengan refleks makan
 Klien sekunder mengatakan nyeri uluhati, pasien mengalami sensasi luka
bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut
DO
 Klien tampak meringis Wajah
 klien pucat Nyeri tekan pada thorak Pernafasan cepat Nyeri tekan abdomen
 Klien memegang perut saat nyeri Masalah jaringan dan Nyeri spasme otot
terhadap gangguan visceral usus
2) Data-Data
DS

7
 Klien mengatakan badan lemah dan letih
 Klien mengatakan berat badan turun (20% lebih di bawah BB ideal)
DO
 Klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan Bising usus Turgor
kulit jelek -Mukosa bibir kering Otot menelan lemah Etiologi Intake yang
tidak adekuat Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang kebutuhan tubuh
dari
3) . Data-Data
DS
 Klien mengatakan badan terasa lemah dan letih
 Klien mengatakan mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi
terbakar di epigastrium tengah atau di punggung .
DO
 Kekuatan otot lemah Klien dibantu keluarga dalam beraktifitas Kekuatan otot
lemah Konjungtiva anemis Wajah klien pucat Etiologi Kelemahan otot
Masalah Intoleransi aktivitas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan otot.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa NOC NIC
Diagnose NOC NIC Nyeri berhubungan dengan trauma Kriteria hasil: jaringan dan
reflex spasme otot Mengenali sekunder
a. penyebab terhadap gangguan visceral usus Definisi: sensori menyenangkan dan
yang tidak Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif manage termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, ment kualitas dan factor presipitasi Menggunakan
metode pengalaman factor Pain Aktifitas non analgetik Observasi reaksi non verbal
dan ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien emosional yang muncul secara mengurangi nyeri actual
atau potensial kerusakan Mengenali gejala nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan

8
dan jaringan gejala nyeri kebisingan atau menggambarkan adanya kerusakan ke
serangan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi Melaporkan nyeri Ajarkan
tentang teknik non farmakologi mendadak atau pelan intensitasnya yang Tingkatkan
istirahat dari ringan sampai berat yang dapat terkontrol Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri sudah diantisipasi dengan akhir yang Kriteria penilaian NOC:
dapat diprediksi dan dengan durasi.
b. Tidak kurang dari 6 bulan Analges Cek riwayat alergi sama sekali ic Cek instruksi
dokter tentang jenis obat, dosis, Jarang dilakukan adminis Dilaporkan secara verbal
atau
c. Kadang dilakukan tration non verbal
d. Sering dilakukan analgesic ketika pemberian lebih dari satu, tentukan Fakta dan
observasi
e. Selalu dilakukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri Tingkah laku
berhati-hati Batasan karakteristik dilakukan :
 Frekuensi
 Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dan Pilih rute IV, IM untuk
pengobatan nyeri - Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat

2. Diagnosa NOC NIC


Diagnosa NOC NIC Ketidakseimbangan nutrisi kurang Nutritional status: dari
kebutuhan tubuh b/d intake food yang tidak adekuat intake and Aktifitas fluid Nutrition Kaji
adanya alergi makanan management Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan Definisi: intake, nutrisi tidak cukup.
Kriteria hasil: Yakinkan diet yang dimakan mengandung untuk keperluan metabolisme
tubuh Adanya Batasan karakteristik peningkatan berat Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori badan Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Kolaborasi Dilaporkan
adanya intake tinggi serat sesuai makanan yang kurang dengan tujuan Mudah Mampu
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang mengidentifikasi dibutuhkan pasien sesaat
merasa setelah kenyang mengunyah makanan Keengganan untuk makan ahli gizi kebutuhan
nutrisi Nutrition BB pasien dalam batas normal monitoring - monitor adanya penurunan
berat badan Tidak adanya nyeri monitor lingkungan selama makan abdominal Adanya
keinginan untuk makan, Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi dengan monitor mual
dan muntah monitor kalori dan intake nutrisi Kriteria penilaian NOC:
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Jarang dilakukan
9
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan untuk

3. Diagnosa NOC NIC


Diagnosa NOC NIC Intoleransi aktifitas berhubungan Energy dengan kelemahan otot
conservation Definisi: ketidakcukupan energy secara fisiologis maupun psikologis untuk
meneruskan menyelesaikan aktifitas atau aktifitas nadi aktifitas dan pernafasan terhadap
Mampu melakukan aktifitas sehari-hari Respon abnormal dan tekanan darah Berpartisipasi
Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat Monitor akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebih tekanan darah, nadi verbal kelemahan Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan peningkatan secara Observasi adanya pembatasan klien dalam
beraktifitas fisik tanpa disertai kelelahan adanya management Self care : ADL dalam
diminta Batasan karakteristik : Melaporkan Energy Kriteria Hasil: atau aktifitas sehari-hari
1. Aktifitas Activity therapy Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu
dilakukan Bantu untuk memilih aktifitas konsisten yang Kriteria penilaian
NOC : sesuai psikologis Tidak dilakukan sama sekali dengan kemampuan fisik dan
Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
2. Jarang dilakukan aktifitas seperti kursi roda
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan dalam merencanakan program terapi
5. Selalu dilakukan tepat Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah ulkus peptikum (peptic ulcer) digunakan untuk erosi lapisan mukosa di bagian
mana saja di saluran GI, tetapi biasanya di ambung atau duodenum. Ulkus gaster atau tukak
lambung adalah istilah untuk ulkus di lambung.
Ulkus peptikum adalah suatu istilah ekskoriasi mukosa lambung atau usus yang
terutama disebabkan oleh kerja pencernaan getah lambung atau sekresi usus halus bagian
atas.
Penyakit ulkus peptikum mengacu kepada ulserasi yang terjadi pada
lambung,pylorus,duodenum,atau esopahgus.

B. Saran
Untuk mencapai asuhan keperawatan dalam merawat klien, pendekatan dalam proses
keperawatan harus dilakukan secara sistematis.
Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik atau kolaburasi baik
kepada teman sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan maupun dalam hal pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/70106312/Asuhan-Keperawatan-Ulkus-Peptikum
https://www.academia.edu/9615228/F_27340_Ulkus_Peptikum
https://www.academia.edu/27706600/ASUHAN_KEPERAWATAN_ULKUS_PEPTIKUM

12

Anda mungkin juga menyukai