Tentu saja semua itu tidak salah. Namun, menjadi berbeda ketika
peringatan kelahiran itu diwujudkan dalam sebuah pesta, kontras
dengan realitas kelahiran Tuhan Yesus dalam kesepian, di mana bayi
Yesus diletakkan di atas palungan dengan kain lampin di
Kota Betlehem. Sebenarnya, menantikan kedatangan Yesus bisa
dilakukan dengan sederhana, bersahaja, dan bijak, dan yang utama
adalah ada sukacita di hati kita. Sukacita yang memberi seperti Allah
telah memberikan Anak-Nya untuk menebus dosa manusia. Bukan
sebuah pesta pora yang justru merusak makna Natal itu sendiri.
Memasuki masa Adven 1 kali ini, apa yang telah kita siapkan? Perlu
dipahami bahwa masa Adven adalah masa penantian akan kedatangan
Kristus, bukan hanya peringatan kelahiran Yesus Kristus di dunia,
tetapi lebih dari itu, yaitu masa penantian kedatangan Tuhan Yesus
kembali. Jadi, apa yang perlu kita persiapkan untuk menantikan hari
Tuhan itu?
Masa penantian perlu diisi dengan refleksi diri: Adakah yang perlu kita
bereskan dalam hidup kita karena ada yang tidak beres? Apakah kita
sudah bertobat untuk hidup yang menyimpang dari firman Tuhan?
Sudahkah kita mulai berbenah diri untuk menjadi anak Allah yang
penuh kasih? Mari kita siapkan hati kita, menyambut kedatangan-Nya,
dengan hati kudus karena Dia adalah kudus. Amin. (SS)