Anda di halaman 1dari 2

ADVEN I : “MENANTI DENGAN SEDERHANA, SAHAJA, DAN BIJAK”

ARTIKELNATAL 2015Renungan MingguanSpiritual

“Jagalah dirimu, supaya hatimu


jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-
kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba
jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.” (LUKAS 21:34)

Memasuki bulan Desember biasanya ada yang beda. Dalam suasana


dingin karena hujan, di setiap rumah sudah mulai dipasang pohon natal
beserta hiasan lampu yang kerlap-kerlip. Di tempat-tempat ramai
seperti mal, hotel, pertokoan, kemeriahan menyambut Natal sangat
terasa. Semuanya ingin menyambut hari Natal dengan sebuah
sukacita. Seolah ingin mengungkap bahwa peringatan hari kelahiran
Tuhan Yesus Kristus harus ditandai dengan suasana gemerlap dan
kegembiraan.

Tentu saja semua itu tidak salah. Namun, menjadi berbeda ketika
peringatan kelahiran itu diwujudkan dalam sebuah pesta, kontras
dengan realitas kelahiran Tuhan Yesus dalam kesepian, di mana bayi
Yesus diletakkan di atas palungan dengan kain lampin di
Kota Betlehem. Sebenarnya, menantikan kedatangan Yesus bisa
dilakukan dengan sederhana, bersahaja, dan bijak, dan yang utama
adalah ada sukacita di hati kita. Sukacita yang memberi seperti Allah
telah memberikan Anak-Nya untuk menebus dosa manusia. Bukan
sebuah pesta pora yang justru merusak makna Natal itu sendiri.

Memasuki masa Adven 1 kali ini, apa yang telah kita siapkan? Perlu
dipahami bahwa masa Adven adalah masa penantian akan kedatangan
Kristus, bukan hanya peringatan kelahiran Yesus Kristus di dunia,
tetapi lebih dari itu, yaitu masa penantian kedatangan Tuhan Yesus
kembali. Jadi, apa yang perlu kita persiapkan untuk menantikan hari
Tuhan itu?

Tuhan Yesus sendiri telah menegaskan melalui LUKAS 21:25-37 agar


kita menjaga diri, supaya hati kita jangan sarat oleh pesta pora dan
kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi, sehingga jangan
sampai pada saat hari Tuhan datang kita terkejut dan tidak siap,
terjebak dalam jerat dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tidak selamat.
Masa penantian seharusnya kita isi dengan menjaga diri agar hidup
kita berpadanan dengan Kristus, mewartakan kasih dalam kehidupan
kita, sehingga saat Yesus datang, kita dengan sukacita menyambut-
Nya karena memang kita sudah siap.

Masa penantian perlu diisi dengan refleksi diri: Adakah yang perlu kita
bereskan dalam hidup kita karena ada yang tidak beres? Apakah kita
sudah bertobat untuk hidup yang menyimpang dari firman Tuhan?
Sudahkah kita mulai berbenah diri untuk menjadi anak Allah yang
penuh kasih? Mari kita siapkan hati kita, menyambut kedatangan-Nya,
dengan hati kudus karena Dia adalah kudus. Amin. (SS)

Anda mungkin juga menyukai