Anda di halaman 1dari 3

Jalan Panjang Pengembangan

Obat Kanker

Bajakah Karamoi, salah satu jenis bajakah di Kalimantan Tengah

Jakarta – Kepala Badan Litbangkes, Siswanto memberikan penjelasan mengenai


bajakah, tumbuhan yang menjadi sangat popular beberapa hari terakhir ini.
Siswanto yang sedang bertugas asistensi haji di Saudi Arabia, melalui aplikasi
pesan instan WhatsApp  pada Kamis(15/8) menerangkan bahwa bajakah dalam
bahasa Dayak berarti akar-akaran, bukan nama spesies tumbuhan. Bajakah
dipakai untuk berbagai keperluan, termasuk pengobatan tradisional.

Siswanto menyampaikan bahwa belum diketahui spesies bajakah yang diteliti


oleh siswa SMA yang memenangkan medali emas pada ajang World Invention
Creativity di Korea Selatan itu. “Riset tiga siswa SMA itu kalau tidak salah
dibantu Universitas Lambung Mangkurat dengan uji in vitro cell line kanker
payudara dengan ekstrak akar Bajakah. Dalam pengembangan obat kanker ini
masih sangat awal”, terangnya.

Lebih lanjut Siswanto menerangkan langkah panjang pengembangan obat


kanker yang harus dilakukan secara berurutan. Yang pertama dilakukan adalah
mencari bahan aktif kimia yang mampu menghambat sel kanker untuk
kemudian diisolasi. Selanjutnya adalah melakukan uji invitro ulang dengan cell
line kanker. Jika terbukti menghambat sel kanker dilanjutkan dengan uji hewan
coba. Setelah uji hewan coba terbukti baru dilakukan uji klinis pada manusia.

Uji klinis pada manusia dilakukan dengan menggandeng industri farmasi supaya
bahan uji diproduksi sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Uji klinis
pada manusia melewati 4 fase. Fase pertama adalah uji farmakokinetik dan
farmakodinamik. Setelah terbukti terdistribusi menuju jaringan kanker dan
mampu menghambat, pengujian masuk fase 2 untuk pembuktian efikasi pada
sampel pasien kanker dengan jumlah terbatas.

Setelah uji fase 2 terbukti, dilakukan uji fase 3 untuk melihat efektivitas pada
jumlah pasien yang lebih banyak. Jika fase 3 sudah lolos, baru bisa diproduksi
secara ekonomi dengan ijin edar yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan.

Siswanto menegaskan seluruh tahapan tersebut harus dilewati dengan kokoh.


“Artinya, masyarakat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi bajakah untuk
mengobati kanker. Dan bagi penderita sebaiknya konsultasi pada dokter ahli
dibidangnya.”, ujarnya. (Day)

Anda mungkin juga menyukai