2012 PDF
2012 PDF
Oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN
Mengetahui
Direktur
ii
KAJIAN GERAKAN TANAH DAN PENURUNAN TANAH (SUBSIDENCE)
TIPIKAL PADA FACIES DELTA
ABSTRAK
Kajian gerakan tanah dan subsidence ini akan menentukan faktor keamanan (FK)
lereng serta model kualitatif berupa genesa gerakan tanah pada sedimen facies delta di
Kota Balikpapan berdasarkan data geoteknis, geologis dan geomorfologis. Kajian ini
dilakukan mengingat endapan delta mempunyai karakteristik dalam tekstur batuan,
yang dimungkingkan mempunyai korelasi dengan adanya fenomena subsidence.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai faktor keamanan lereng
kritis, menentukan genesa gerakan tanah dan penurunan tanah (subsidence), sehingga
akan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan metode penanggulangan
yang sesuai, serta menggambarkan tahapan dan mekanisme menjadi model gerakan
tanah dan penurunan tanah pada facies delta
Kajian ini dilakukan melalui tahapan Desk Study dari data sekunder dan literatur,
pengamatan dan pengukuran lapangan, pengambilan contoh batuan dan pengujian
laboratorium, data hasil studi tersebut akan diolah dengan perangkat lunak untuk
memperoleh nilai faktorkeamanan (FK) dari lereng. Dilanjutkan dengan analisis dan
penarikan kesimpulan.
Dari hasil analisis kestabilan lereng Faktor keamanan lereng di lokasi penelitian
kurang dari 1.2 dapat dikelompokan dalam lereng dengan kerentanan tinggi, namun
demikan faktor yang menyebabkan subsidence adalah proses geomorfologi yaitu
adanya erosi bawah permukaan yang membentuk rongga yang menyebabkan depresi
pada permukaan tanah.
iii
DAFTAR ISI
iv
4.2. Geoteknik ........................................................................................................... 21
4.3. Geomorfologi...................................................................................................... 27
4.4. Pembahasan...................................................................................................... 28
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kondisi pemenuhan kesetimbangan statis dari berbagai metoda .... 11
Tabel 2.2. Faktor Keamanan Beberapa Slope di Kota Balikpapan hasil
komputasi dengan perangkat lunak Galena dengan input data
Slope, Sudut Geser Dalam, Kohesi dan Indek plastisitas ............... 15
Tabel 3.1. Data Hasil Pengukuran Geser Langsung ......................................... 23
Tabel 3.2. Hasil pengujian sampel tanah .......................................................... 24
Tabel 3.3. Tekanan Air Pori dan Tegangan yang bekerja pada setiap Irisan .. 27
vii
BAB I. PENDAHULUAN
Informasi tentang potensi tanah longsor serta model genetik longsoran untuk
perencanaan jaringan jalan, dam, perumahan, pengembangan kota serta upaya mitigasi
bencana longsor sangat penting sehingga pemerintah mengeluarkan peraturan melalui
Keputusan Menteri Sumberdaya Mineral dan Energi No. 1452 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Inventarisasi Sumberdaya Mineral dan
Energi, Penyusunan Peta Geologi dan Pemetaan zona kerentanan Gerakan Tanah,
dimana implementasinya di serahkan kepada Pemerintah Daerah.
Balikpapan merupakan daerah dengan topografi berupa perbukitan, serta
mempunyai ciri litology yang didominasi oleh facies delta berupa batulempung dan
batupasir serta pasir kuarsa lepas (loose materials), dimana kondisi hidrogeologi pada
sebagian daerah lereng merupakan daerah penurapan (discharge area), yang dicirikan
oleh exfilltrasi berupa mata air atau sumur artesis yang menandai adanya akifer tertekan
dengan tekanan pizometrik lebih tinggi dari muka air tanah. Interaksi semua faktor
tersebut seringkali menyebabkan gerakan tanah dan penurunan tanah yang pada daerah
pemukiman ataupun badan jalan. Fenomena gerakan tanah tersebut sering menyebabkan
terjadinya bencana dan menggangu aktivitas kota dan juga menyebabkan kerugian
ekonomi.
Untuk langkah penanggulangan diperlukan langkah awal berupa upaya indentifikasi
karakteristik gerakan tanah dan penurunan tanah pada facies delta. Identifikasi tersebut
meliputi faktor keamanan secara geomekanika dan proses geomorfologi yang berperan
dalam dapat memicu terjadi proses gerakan tanah dan amblesan. Hasil penelitian
diperlukan untuk melengkapi jenis-jenis gerakan tanah yang diajukan peneliti terdahulu
agar dapat diketahui lebih mendalam karakteristik serta genesa gerakan tanah, untuk
selanjutnya dapat digambarkan sebagai model dan dapat berguna bagi pengembangan
daerah dengan facies delta seperti halnya di Kota Balikpapan dan sekitarnya.
1
1.2. Permasalahan
Batasan permasalah dalam penelitian ini adalah pencarian jawaban terhadap
permasalahan berikut:
a) Bagaimana mengetahui Faktor Keamanan (FK) lereng kritis.
b) Bagaimana Genesa Gerakan Tanah dan Penurunan Tanah pada Facies Delta.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3
a) Penyebaran Batuan
Jenis batuan atau tanah, penyebaran dan hubungan antar batuan yang terdapat
didaerah penyelidikan harus diketahui. Ini perlu dilakukan karena sifat-sifat fisis
dan mekanis suatu batuan akan berbeda dengan batuan lainnya, sehingga
kekuatan menahan bebannya juga akan berbeda
d) Iklim
Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim mempengaruhi
perubahan temperatur. Temperatur yang cepat sekali berubah dalam waktu yang
singkat akan mempercepat proses pelapukan batuan. Untuk daerah tropis
pelapukan lebih cepat dibandingkan dengan daerah dingin, oleh karena itu
singkapan batuan pada lereng di daerah tropis akan lebih cepat lapuk dan ini
akan mengakibatkan lereng mudah longsor.
4
e) Geometri Lereng
Geommetri lereng mencakup tinggi lereng dan sudut kemiringan lereng, lereng
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan menjadi tidak mantap dan cenderung
untuk lebih mudah longsor dibanding dengan lereng yang tidak terlalu tinggi dan
dengan jenis batuan penyusun yang sama.. demikian pula dengan sudut lereng,
semakin besar sudut kemiringan lereng, maka akan semakin rentan terhadap
gerakan tanah.
Muka air tanah yang dangkal menjadikan lereng sebagian besar basah dan
batuannya mempunyai kandungan air yang tinggi, kondisi ini menjadikan
kekuatan batuan menjadi rendah dan batuan juga akan menerima tambahan
beban air yang dikandung, sehingga menjadikan lereng lebih mudah longsor.
f) Gaya Luar
Gaya luar ini berupa getaran-getaran yang berasaldari sumber yang berada
didekat lereng tersebut. Getaran ini misalnya ditimbulkan oleh peledakan, lalu-
lintas kendaraan dan sebagainya. Gaya luar ini sedikit banyak dapat
mempengaruhi kemantapan suatu lereng.
5
Gambar 2.1. Pembagian masa yang berpotensi longsor dalam potongan (Abramson et al, 1996)
Gambar 2.2. Gaya yang bekerja pada irisan (Abramson et al, 1996)
6
Metoda Bishop yang disederhanakan, dalam Abramson,1996 menganggap bahwa
semua gaya geser antar potongan nol, pengurangan angka yang tidak diketahui dengan
(n-1). Metoda ini memenuhi persamaan gaya vertikal untuk masing-masing potongan
dan keseluruhan persamaan moment pada bagian pusat permukaan busur. Persamaan
keseluruahan momen gaya yang bekerja pada masing masing potongan adalah sebagai
berikut:
n n
ΣM o = ∑ [W (1 − k v ) + U β + Q cos δ ]R sin α − ∑ [U β sin β + Q sin δ ]( R cos α − h)
i =1 i =1
n n
- ∑ [S m ]R + ∑ [k hW ( R cosα − hc )] = 0
i =1 i =1
(2.1)
Pengaruh gaya antar potongan telah diabaikan sebagaimana resultan momennya akan
menjadi nol.
Karena faktor keamanan dianggap sama untuk semua potongan, penggantian kriteria
Mohr-Coulomb dari persamaan 3.1, sebagai berikut :
Σ in=1 (C + N ' tan φ )
F= (2.2)
Σ in=1 A5 − Σ in=1 A6 + Σ in=1 A7
Dimana :
A5= [W (1 − k v ) + U β cos β + Q cos δ ] sin α
h
A6= [U β sin β + Q sin δ ](cos α − )
R
hc
A7= k hW (cos α − )
R
Kemudian gaya dijumlahkan dalam arah vertical untuk masing masing potongan.
C sin α
F= (2.3)
[W (1 − kv)] − U α cosα + U β cos β + Q cos δ − (mα xN ' )
7
Dimana mα diperoleh dari :
tan α tan φ
mα = cosα 1 + (2.4)
F
(2.5)
Dimana
= sebuah fungsi
8
Gambar 2.3. Gaya yang bekerja pada irisan pada bidang gelincir circular.
9
A = resultant gata air external. L dan R menunjukan sisi kiri atau kanan dari lereng.
ω = sudut titik beban dari horisontal. Sudut ini dihitung berlawanan dengan arah
jarum jam dari sumbu x positif.
α = sudut diantara tangent ke pusat dasar irisan dan horisontal. Dengan konvensi
sebagai berikut, ketika sudut lereng sama dengan arah keseluruhan slope maka
α positif dan sebaliknya.
(2.6)
Faktor kemanan dengan memperhatikan gaya adalah :
(2.7)
(2.8)
Jika kita mengabaikan gaya geser antar irisan, tetapi mempertahankan gaya normal antar
irisan maka gaya normal pada dasar irisan menjadi :
(2.9)
10
Dari perbandingan beberapa metode analisis kestabilan lereng menentukan faktor
keamanan dari keseimbangan gaya dan kesimbangan momen. Metode Morgenstern –
Price Memenuhi kesetimbangan statis berupa kesetimbangan gaya dua arah serta
kesetimbangan moment (Tabel 2.1).
11
Gambar 2.3. Klasifikasi amblesan akibat runtuhan rongga berbentuk pipa dan bentuk
lain yang berkaitan dengan rongga bawah tanah (E. Verachterr et al
,2010)
12
2.2. Hasil Penelitian Yang Telah Dicapai Sebelumnya.
Hasil penelitian dan pemetaan yang telah dilakukan berkaitan dengan Bencana
Gerakan Tanah di Kota Balikpapan adalah Sistem Informasi Geografis RTRW Kota
Balikpapan dan Kajian geologi untuk Evaluasi Penataan Wilyah dan Pengembangan
Kota Balikpapan Oleh BAPPEDA Kota Balikpapan dan Totok Sulistyo, 2003 dalam
Studi Kestabilan Lereng di Daerah Rentan Gerakan Tanah untuk Evaluasi Rencana
Umum Tata Ruang Kota di Balikpapan Selatan.
Hasil penelitian yang yang telah dicapai dapat dirangkum sebagai berikut :
2.2.1. Geologi Balikpaan
a) Geomorfologi
Topografinya berupa daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan rata-
rata 10 – 15 % dengan relief kurang dari 100 meter. Wilayah terbangun Kota
Balikpapan umumnya pada ketinggian 0 – 80 meter dari permukaan laut.
Kemiringan lereng 0 – 8 % memiliki area luas sekitar 64 % dari seluruh area
Kota Balikpapan, sedangkan sisanya 36 % merupakan wilayah yang mempunyai
kemiringan > 25 % dan kemiringan antara 8 – 25 %. Kondisi kemiringan yang
demikian memberikan gambaran mengenai potensi fisik serta karakteristik
wilayah yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan
infrastruktur Kota Balikpapan.
b) Berdasarkan kemiringan lereng dan control struktur geologi yang berkembang,
wilayah Kota Balikpapan dapat dibagi menjadi tiga satuan geomorfik, yaitu
satuan perbukitan bergelombang sedang, satuan perbukitan bergelombang lemah,
dan satuan dataran alluvial. Sebaran dari ketiga satuan ini secara umum relative
sejajar dengan sebaran struktur lipatan yang berkembang, yaitu relative
timurlaut-baratdaya.
c) Stratigrafi
Menurut Hidayat dan Umar (1994), wilayah Kota Balikpapan tersusun atas
empat satuan batuan, berurut-turut dari yang paling muda ke tua adalah Satuan
Endapan Pasir (Endapan Aluvial), Formasi Kampungbaru, Formasi Balikpapan,
dan Formasi Pulaubalang. Pengamatan yang dilakukan selama penelitian, batuan
13
yang terdapat di Kota Balikpapan menunjukkan variasi yang relative sama
dengan apa yang telah ditemukan para peneliti terdahulu, umumnya terdiri dari
batupasir kuarsa, batupasir dengan sisipan nodul-nodul besi, serpih,
batulempung, dan sisipan batubara. Oleh karena penamaan satuan batuan dalam
pembahasan tentang batuan dan stratigrafi secara detil akan mengacu pada
penelitian yang telah ada.
d) Struktur Geologi Kota Balikpapan
Dari kenampakan di lapangan menunjukkan bahwa perlapisan batuan di daerah
telian telah mengalami perlipatan secara lemah, membentuk struktur antiklin dan
sinklin. Di beberapa tempat terlihat adanya kekar-kekar dan patahan (sesar) kecil.
Lipatan
Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan serta dengan studi refensi yang
telah ada, geologi Kota Balikapan dikontrol oleh dua sumbu antiklin dan dua
sumbu sinklin. Sumbu-sumbu lipatan tersebut secara umum berarah timur laut-
baratdaya, oleh karena itu lapisan-lapisan batuan yang ada umumnya miring ke
tenggara dan barat laut.
Kekar
Daerah ditemukannya kekar sering berasosiasi dengan terdapatnya zona patahan
atau longsoran. Daerah yang banyak terkekarkan kemungkinan besar memang
akan berkembang menjadi patahan atau bahkan mempengaruhi terjadinya
patahan atau longsoran. Lokasi yang banyak didapatkan kekar antara lain di
Tanjungbatu, P. Babi dan sekitarnya, depan SPBU J. Mayjen Soetoyo, Telaga
Sari dan di Perum Daksa. Berdasarkan data-data yang diambil langsung di
lapangann, penafsiran kelurusan-kelurusan sungai serta data-data survey
pendahuluan, pada umumnya kekar-kekar dan patahan-patahan berarah
timurlaut-baratdaya dan tenggara baratlaut.
Sesar
Data sesar naik ditemukan beberapa tempat, diantaranya di depan SPBU Jl.
Mayjen Soetoyo. Data yang nampak adalah patahan-patahan, kekar-kekar, serta
14
sesar naik mikro dengan kedudukan bidang sesar N235°E/68°. Juga ditemukan
data sesar di Kampung Damai 3 dengan kedudukan bidang sesar N240°E/70°.
2.2.2. Geoteknik
Menurut Kajian Geologi BAPPEDA KOTA BALIKPAPAN, 2002 telah
diidentifikasi beberapa lokasi gerakan tanah hasil pemetaan geologi, dan hasil
pemeriksaan fisik batu lempung di Balikpapan adalah Berat isi basah (γw)
berkisar 152 159 gram/cm3 Berat isi kering (γd) 107 sampai 111 gram/cm3
dengan Kadar air (w) 32,10 sampai 34, 67 % Berat jenis (G) 2,23 sampai 2,31
gram/cm3 , Batas Cair (LL) 39,46 sampai 46,27 dan Indek Plastisitas (PI) 24,54
sampai 29,73 dengan hasil uji pasir kuarsa sebagai berikut CU 5,19 CC 2,95,
Klasifikasi USCS SW (Pasir, pasir kerikilan bergradasi baik tanpa atau dengan
sedikit bahan halus), Modulus kehalusan 3,29.
Perhitungan Faktor Keamanan (FK) dengan menggunakan Perangkat Lunak
GALENA dengan metoda Bhishop dan Spencer di beberapa titik yang telah
diteliti dan diketahui nilai (FK) sebagaimana tertera dalam Tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2. Faktor Keamanan Beberapa Slope di Kota Balikpapan hasil komputasi
dengan perangkat lunak Galena dengan input data Slope, Sudut Geser Dalam,
Kohesi dan Indek plastisitas.
15
Faktor keamanan tersebut akan terus menurun tanpa upaya stabilisasi lereng.
Beberapa upaya penduduk untuk melakukan stabilisasi lereng dengan metoda
counterweight hanya kaki lereng (slope toe). Kegagalan dari upaya stabilisasi
lereng menggunakan metoda retaining wall disebabkan kurangnya penggunaan
prinsip-prinsip geoteknik.
16
BAB III. METODA PENELITIAN
3.1.2. Tumpang Tindih Peta (Data Sekunder) untuk Deleniasi Derah Rentan
Gerakan Tanah
Data spasial yang telah dikumpulkan meliputi peta geologi, peta topografi, peta
geomorfologi, peta penggunaan lahan, peta kelerengan, peta recana tata ruang wilayah
dan hasil observasi lapangan di tumpang tindihkan menggunakan perangkat lunak
Sistem Informasi Geografi SIG untuk mendeliniasi daerah rawan longsor di Kota
Balikpapan, berdasarkan nilai kepentingan data spasial yang dioverlaykan. Daerah
Rawan Longsor berdasarkan Overlay peta ini merupakan hipotesis yang didasarkan pada
teori dasar factor-faktor penyebab gerakan tanah.
18
3.2. Tahapan Penenelitian
Penelitian ini dilakukan melaui tahapan mulai dari pengumpulan data skunder,
pekerjaan studio, kegiatan lapangan, analisa laboratorium dan pengolah data di studio,
sebagaimana di gambarkan dalam diagram alir berikut :
Studio:
Pengumpu Studio: Lapangan:
Laboratori Proses Grafis Penarikan
lan data Prediksi daerah Pengamatan
um : dan kesimpulan
sekunder rentan gerakan Pengkuran
Pengujian Matematis, dan
dan Desk tanah melalui Pengujian
Analisa Degitasi dan pelaporan:
Study overlay peta Sampling
Drafting
19
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Geologi
Lokasi penelitian terletak pada dalam Cekungan Kutai dan merupakan Formasi
Kampung baru yang terdiri dari batupasir lempungan sisipan batupasir. Pemerian
litologi pada lokasi penelitian adalah sebagai berikut: batupasirlempungan, struktur
masif, warna abu-abu kuning, masif, ukuran butir lebih kecil 1/4 mm, pasir halus,
pemilahan buruk, kemas terbuka, mineral kuarsa, mineral lempung. Kedudukan batuan
pada lokasi pengamatan tidak dapat diukur karena pada umumnya batuan sudah lapuk
menjadi soil dan kontak antar sisipan bukan merupakan kontak tegas tetapi kontak
berangsur.
Hasil analisis petrografi dari batupasir pada lokasi pengamatan menunjukan Quartz
Wacke dengan komposisi sebagai berikut: Grain terdiri mineral kuarsa (72%), putih,
relief rendah, ukuran butir 0,25- 0,5mm, warna interferensi putih abu-abu, pemadaman
bergelombang, Matrik lempung (27%), hitam kecoklatan, rusty colour merupakan
campuran oksida besi dan mineral lempung.
Gambar 4.1. Foto Sayatan batupasir pada posisi cross nikol dan paralel nikol
20
4.2. Geoteknik
Hasil pengamatan dan pengukuran di lokasi penelitian memperlihatkan beberapa
cekungan akibat amblesan yang ber diameter antara 1 sampai dengan 3 meter,
subsidence tersebut terjadi pada halaman yang ber paving conblock Gedung Direktorat
Politeknik Negeri Balikpapan dan pada lantai Masjid Al Hidayah di Jalan Soekarno
Hatta KM.8 Balikpapan Utara, sehingga cekungan yang terjadi cukup expresif secara
visual karena lokasi disekitarnya merupakaan permukaan tanah yang datar. Halaman
Gedung Direktorat Politeknik Negeri Balikpapan beberapa kali mengalami amblesan
dan beberapa kali mengalami perawatan selama tiga tahun terakhir. Bukti-bukti
cekungan subsidence berupa foto Gambar 3.2 dan penampang morfologi dari depresi
Gambar 3.4 berikut :
Subsidenc
Subsidence
Subsidence
21
PETA TOPOGRAFI DAERAH PENELITIAN
JL. SOEKARNO HATA KM.8
N
40 0 40 Meters
Skala 1 : 1000
4
8
7
0
8
0
4
8
7
1
0
0
4
8
7
1
2
0
4
8
7
1
4
0
4
8
7
1
6
0
0
8
1
9
7
8
6
6
8
7
9
1
8
0
Masjid
0
6
1
9
7
8
6
6
8
7
9
1
6
0
40
0
4
50
1
Halaman
0
2
1
9
all
7
8
6
6
R etaining W
8
7
9
1
2
0
0
0
1
9
7
8
6
6
8
7
9
1
0
0
4
8
7
0
8
0
4
8
7
1
0
0
4
8
7
1
2
0
4
8
7
1
4
0
4
8
7
1
6
0
Halaman
Politekba
meter
0 Masjid meter
5 5
Jalan Sukarno-Hatta 0
0
4 4
0
0
3 3
0
0
2 2
0
0 10 20 30 40 50 60 70 Met ers
0
1 1
0
22
Gambar 4.4. Penampang morfologi yang menggambarkan lokasi subsidence
Pengujian laboratorium yang dilakukan meliputi pegujian sifat fisik dan sifat
mekanis tanah yaitu berat Volume, Batas Atterberg dan uji geser langsung terhadap
sampel tanah dari lereng lokasi penelitian pada ketinggian kontur 35 m pada koordinat
UTM 487071mU , 9867178mT. Hasil pengujian Geser Langsung (Direct Shear) sample
tanah yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Politeknik Negeri Samarinda
menunjukan data seperti pada tabel 3.1.
Informasi hasil pengujian Laboratorium mekanika tanah tersebut secara lengkap terdapat
dalam lampiran I .
23
Gambar 4.5. Selubung Kuat Geser Coulomb dari Pengujian Geser Langsung
24
Hasil pengujian kestabilan lereng berdasarkan metode Morgenstern – Price dengan
perangkat lunak Geostudio dengan input data dari hasil pengujian laboratorium dan
muka air tanah yang diambil dari elevasi topografi dilapangan, menunjukan bahwa
lereng dengan kerentanan tinggi FK >1.2, dengan tingkat kerentanan gerakan tanah
sangat rendah berdasarkan klasifikasi Kerentanan Gerakan Tanah Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral No: 1452 K/10/MEM/2000. Adapun hasil pengujian
kestabilan lereng tersebut adalah sebagaimana dalam gambar 3.5 berikut :
Gelincir
Bidang
Trial
Pemodelan gerakan tanah adalah dengan pemodelan bidang gelincir berupa bidang
imaginer yang berbentuk busur (cicular), bukan planar dikarenakan tanah yang
menyusun lereng adalah tanah berkohesi dan tidak ditemuinya litologi dan tanah yang
berbeda pada sepanjang lereng sehingga di asumsikan litologi adalah homogen berupa
25
pasir lempungan dengan sifat fisik dan mekanik homogen pula. Percobaan bidang
gelincir dilakukan oleh sofware sebanyak 106 kali dan di identifikasi bidang gelincir
yang paling kritis adalah bidang gelincir pada percobaan ke 49. Dengan Ouput Analisis
dari perangkat lunak Geostudio 2007 student licence berupa faktor keamanan, berat
total, volume, moment pendorong, gaya pendorong serta moment dan gaya penahan dari
bidang gelincir paling kritis sebagaimana ditampilkan dalam gambar 3.6 berikut :
Percobaan perubahan grid serta radius bidang gelincir dipatkan lokasi bidang gelincir
melalui perangkat lunak geostudio dilakukan sebanyak 3 kali dan di dapatkan bidang
gelincir paling kritis dengan faktor keamanan dan lokasi yang relatif sama.
Adapun besaran dari kohesi, gaya gesek, tegangan geser, beban normal serta tekanan air
pori yang bekerja pada tiap tiap irisan pada jarak x meter dari irisan 1 s.d 29 dapat
digambarkan pada Gambar 3.5. Tekanan air pori yang negatif (soil suction) pada irisan
pertama sampai dengan irisan ke 4 yang berada di atas permukaan air tanah akan
menambah tekanan effektif dan akan menyebabkan kuat geser tanah. Besaran Kohesi,
gaya gesek dan tegangan geser serta tekanan air pori juga tertera dalam Tabel 3.3.
26
Tabel 3.3. Tekanan Air Pori dan Tegangan yang bekerja pada setiap Irisan
Tegangan
Tegangan
Jarak Ketinggian Y Gesek Kohesi
Irisan PWP (kPa) Normal pada
X (m) (m) (Frictrional) (kPa)
dasar (kPa)
(kPa)
1 92.548995 36.57579 -60.061733 4.8628183 0.52397784 1.96
2 94.01141 34.80643 -43.577507 21.467094 2.3131198 1.96
3 95.47383 33.25029 -29.185569 36.931365 3.9794241 1.96
4 96.936245 31.86881 -16.50623 51.302664 5.5279587 1.96
5 98.39866 30.63529 -5.2784481 64.643554 6.9654648 1.96
6 99.988635 29.4449 5.4504524 78.541832 7.8757339 1.96
7 101.70615 28.302275 15.635549 92.634053 8.296734 1.96
8 103.4237 27.29824 24.461213 105.12865 8.6920683 1.96
9 105.14125 26.419495 32.058528 116.16033 9.062128 1.96
10 107 25.60256 38.965363 121.70106 8.9149278 1.96
11 108.78125 24.9254 44.547543 123.66621 8.5251856 1.96
12 110.34375 24.42633 48.513301 126.44617 8.3974134 1.96
13 111.90625 24.00637 51.702634 128.12031 8.234149 1.96
14 113.46875 23.66261 54.145766 128.71183 8.0346342 1.96
15 115.03125 23.392775 55.862937 128.24789 7.7996156 1.96
16 116.59375 23.195145 56.872487 126.71999 7.5262002 1.96
17 118.15625 23.06849 57.186047 124.13971 7.2143835 1.96
18 119.71875 23.012035 56.810619 120.48779 6.8613349 1.96
19 121.28125 23.02544 55.750627 115.75266 6.4653323 1.96
20 122.84375 23.108785 54.004553 109.91213 6.0241468 1.96
21 124.40625 23.26258 51.567653 102.92818 5.5341935 1.96
22 125.96875 23.48777 48.430826 94.749513 4.9909259 1.96
23 127.53125 23.78576 44.579741 85.327115 4.3906064 1.96
24 129.09375 24.158475 39.995469 74.574853 3.7259938 1.96
25 130.65625 24.608435 34.654276 62.400905 2.9897516 1.96
26 132.21875 25.138815 28.52391 48.68467 2.1723598 1.96
27 133.8713 25.794415 21.63021 36.27714 1.5782343 1.96
28 135.6139 26.591875 13.809532 25.014386 1.2073441 1.96
29 137.3565 27.509735 4.808028 11.520322 0.72326238 1.96
27
FRICTIONAL VS X SHEAR STRENGTH VS X
10 12
9 11
8 10
7
4 6
3 5
2 4
1 3
0 2
90 100 110 120 130 140 90 100 110 120 130 140
X (m) X (m)
80
40
Effective Normal Stress (kPa)
70
Pore-Water Pressure (kPa)
20
60
50 0
40 -20
30
-40
20
-60
10
0 -80
90 100 110 120 130 140 90 100 110 120 130 140
X (m) X (m)
Gambar 4.8. Grafik gaya gesek, kuat geser, beban normal efektif serta tekanan air pori
pada 29 irisan dalam bidang gelincir yang paling kritis.
Besaran gaya serta arah gaya yang digambarkan dalam bentuk poligon gaya, serta
parameter lain seperti tinggi irisan, lebar irisan sudut dasar irisan koordinat batas batas
irisan pertama dapat dilihat dalam gambar 3.6. untuk arah gaya serta besaran gaya dan
parameter irisan lainnya dari irisan 1 s.d 29 dapat dilihat dalam Lampiran 2.
28
Gambar 4.9. Poligon gaya irisan pertama pada bidang gelincir yang paling kritis.
77.119
49.286 3.1512
0.18321
23.364
1.3584 58.629
23.364
7.9075
25.969
3.1512
76.344
19.936
47.351
29
Slice 4 - Morgenstern-Price Method
Slice 5 - Morgenstern-Price Method
101.48
7.9075 122.9
13.737
58.629
101.85 101.85 149.06
13.737 20.105
31.012 35.298
100.45 120.87
168.16
20.105 190.55
28.077
28.077 36.325
43.776 43.895
165.27 187.43
30
Slice 8 - Morgenstern-Price Method Slice 9 - Morgenstern-Price Method
209.71
36.325 225.93
44.322
269.33 328.62
383.01
328.62
44.322
44.098 51.659
44.36
205.76
221.03
269.21 209.44
51.659 58.724
435.4 466.87
383.01 435.4
58.724 62.969
49.676 36.66
262.83 204.42
31
Slice 12 - Morgenstern-Price Method Slice 13 - Morgenstern-Price Method
210.37
210.75 66.098
62.969
504.66
490.07
466.87 490.07
68.066
66.098
34.678
35.674
205.91 206.06
208.38 204.82
68.066 68.856
510.52 507.67
504.66 510.52
68.856 68.471
33.661 32.612
204.94 202.61
32
Slice 16 - Morgenstern-Price Method Slice 17 - Morgenstern-Price Method
199.72 193.11
68.471 66.941
496.32 476.86
507.67 496.32
66.941 64.316
31.519 30.372
199.06 194.3
185.02
64.316 175.44
60.669
449.82
415.93
476.86
449.82
60.669
56.098
29.157
27.859
188.28
180.95
33
Slice 20 - Morgenstern-Price Method Slice 21 - Morgenstern-Price Method
164.37 151.8
56.098 50.726
376.1 331.45
415.93 376.1
50.726 44.704
26.463 24.948
172.23 162
Gambar 4.19. Poligon gaya pada irisan ke duapuluh dan ke duapuluh satu
137.72 122.09
44.704 38.217
283.35 233.45
331.45 283.35
38.217 31.486
23.291 21.464
150.1 136.35
Gambar 4.20. Poligon gaya pada irisan ke duapuluh dua dan ke duapuluh tiga
34
Slice 24 - Morgenstern-Price Method
Slice 25 - Morgenstern-Price Method
104.87
31.486
86.016
24.778
183.71
136.54
233.45
183.71
24.778
18.416
19.429
17.142
120.48
102.17
Gambar 4.21. Poligon gaya pada irisan ke duapuluh empat dan ke duapuluh lima
65.449
18.416 52.271
12.79
94.828
54.72
136.54
94.828
12.79
7.3803
14.542
14.168
80.998
68.676
Gambar 4.22. Poligon gaya pada irisan ke duapuluh enam dan ke duapuluh tujuh
35
Slice 28 - Morgenstern-Price Method Slice 29 - Morgenstern-Price Method
33.371
7.3803 11.619
2.8911
21.436
54.72
21.436
2.8911
13.004 11.348
48.556 23.035
Gambar 4.23. Poligon gaya pada irisan ke duapuluh delapan dan ke duapuluh sembilan
4.3. Geomorfologi
Dari hasil observasi lapangan diketahui morfologi daerah penelitian adalah darah
perbukitan bergelombang dengan lereng ± 10o, dijumpai bentuk bentukan erosi gully
pada bagian bawah lereng. diketahui bahwa gejala amblesan yang terjadi tidak hanya
menunjukan gejala gerakan tanah akibat circular sliding, tetapi fenomena subsidence
yang terjadi dilapangan mempunyai bentuk tidak tidak beraturan dengan pola
penyebaran bersifat sporadis. Dikaki slope ditemukan beberapa mata air dengan sedimen
debris dan juga lubang-lubang sinkhole, yang merupakan data pendukung terjadinya
proses geomorfologis berupa erosi bawah permukaan yang menyebabkan terjadinya
jaringan rongga (megapores), yang ikut memicu terjadinya proses subsidence di lokasi
penelitian.
A B
Gambar 4.24. A. Foto Sedimen Debris dimuka mata air, B. Foto Sinkhole
36
4.4. Pembahasan
Dari hasil analisa kestabilan lereng melalui metoda Morgenstence-Price Faktor
Keamanan (FK) lereng pada lokasi pengamatan pada jarak datar (x) = 90 meter sampai
dengan 140 meter dari penampang lereng lokasi penelitian adalah 0.47 atau kurang dari
1,2 sehingga lereng kita kelompokan sebagai lereng yang sangat rentan terhadap gerakan
tanah karena baik moment penahan maupun maupun gaya penahan jauh lebih kecil
dibandingkan moment maupun gaya pendorong. Namun demikian proses subsidence
yang terjadi, tidak menunjukan gejala longsoran circular yang akan ditunjukan gejala
awal berupa depresi yang berbentuk membusur yang khas terjadi pada litologi plastis
dan berkohesi. Gejala akibat proses geomorfologis nampak lebih dominan yaitu berupa
erosi bawah permukaan yang meyebabkan terdinya megapore atau rongga yang
menyerupai pipa (pipe like) dibawah permukaan yang memicu terjadinya amblesan
karena runtuhnya rongga dibawah permukaan yang disuport oleh tanah pasir lempungan.
Genesa amblesan/subsidence yang terjadi lokasi penelitian berdasarkan data
geomorfologi yang ditemukan lebih disebabkan oleh erosi bawah permukaan yang
menyebakan terjadinya rongga dibawah permukaan ( Subsurface Piping Erosion) yang
dapat dijelaskan melalui ilustrasi Gambar 3.23 melalui tahapan sebagaiberikut :
a. Pada lereng lokasi penelitian terdapat mata air sebagai exfilltrasi air tanah, yang
menyebabkan potensi mulai terjadinya erosi.
b. Exfilltrasi tersebut menyebakan terjadinya erosi yang dimulai dari bagian paling
luar dari aliran mata air. Hal ini dibuktikan dengan adanya sedimen debris hasil
erosi pada bagian luar mata air . Hal tersebut identik dengan rongga keluar (Pipe
Outlet) pada klasifikasi Verachterr et. al, 2010.
c. Kemajuan erosi bawah permukaan semakin kedalam dan membentuk rongga
seperti pipa (Subsurface Piping Erosion).
d. Akibat beban dan berkembangnya rongga sebagian dari atas rongga runtuh
kebawah sehingga menyebabkan terjadinya cekungang dipermukaan yang
identik dengan depresi rapat (Close Depression) pada klasifikasi Verachterr et. al,
2010.
37
Gambar 4.25. Genesa rongga (pipelike) bawah permukaan serta subsidence
38
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
a. Faktor keamanan lereng lokasi penelitian adalah 0.47 lebih kecil dari 1,2 sehingga
dapat diklasifikasikan kedalam lereng dengan kerentanan sangat tinggi terhadap
gerakan tanah.
c. Untuk mengurangi angka erosi bawah tanah pada musim hujan, dapat dilakukan
menutup dengan lapisan impermeable pada halaman politeknik balikpapan yang
merupakan elevasi tertinggi dari konfigurasi lereng daerah tersebut, untuk
mengurangi infilltrasi.
4.2. Saran
a. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut analisis kestabilan lereng dengan
perangkat lunak geostudio yang berlisensi agar dapat dibuat simulasi retaining
wall serta back filling, sehingga akan didapatkan FK lebih akurat.
39
b. Data informasi genetik landsubsidence dapat dikaji lebih lanjut untuk menentukan
metode pencegahan dan penanggulangan yang sesuai dengan karakteristik
landsubsidence.
40
Daftar Pustaka
Abramson L. W, Thomas S. Lee, Sunil Sharma, Glenn m Boyce, 1996, Slope Stability
and Stabilization Methods, wiley-Interscience Publication John Willey & Sons,
Inc. 629 pages.
Bishop, A.W. and Morgenstern, N., 1960. Stability coefficients for earth slopes.
Geotechnique, Vol. 10, No. 4, pp. 164 169.
Carey and Woo, 2002, Hydrogeomorphic Relation Among Soil Pipes, Flow Pathways,
And Soil Detachments Within a Permafrost Hillslope, Physical Geography, 23, 2,
Winston & Son, Inc, pp. 95-114.
Hoek, E., Bray, J.W., 1974. Rock Slope Engineering – Appendix 3. Published for the
Institute of Mining and Metallurgy., pp. 352 – 354.
Karnawati, 2002, Pengenalan Daerah Rentan Gerakan Tanah dan Upaya Mitigasinya,
Makalah Seminar Nasional Mitigasi Bencana Alam Tanah Longsor, Semarang
11 April 2002. Pusat Studi Kebumian Lembaga Penelitian Universitas
Diponegoro.
Morgenstern, N.R., and Price, V.E., 1965. The Analysis of the Stability of General Slip
Surfaces. Geotechnique, Vol. 15, pp. 79-93.
Totok Sulistyo, 2012, Study On Slope Stability In Vulnerable Landslide Area For
Evaluation Of General City Spatial Arrangement Plan In South Balikpapan,
Journal Ilmiah Poltekba. No. 1. Vol.4.
Verachtert E, Van Den Eekhaut, Poesen, Deckers, 2010 “ Factors Controlling the
spatial distribution of soil piping erosion on loess-derived soils : A case study
from central Belgium. Geomorphology Journal No.118. Elsevier pp 339 -348.
Whitlow R, 1983, Basic Soil Mechanics, Contruction Press, London, New York, 439
pages.
41
_____________, 2000, Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1452 K/10/MEM/2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintah di Bidang Inventarisasi Sumberdaya Mineral dan Energi, Penyusunan
Peta Geologi, dan Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah.
42