Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

DISUSUN OLEH

DESSY KRISHNA BANSOE, S.Kep


2019032012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


LAPORAN PENDAHULUAN
“DIABETES MELLITUS”

(KONSEP TEORITIS)
A. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Prabowo, 2015).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Nugroho, 2017)
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi
diabetes mellitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai
penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2013 angka
kejadian diabetes di dunia adalah sebanyak 382 juta jiwa dimana proporsi
kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia. Prevalensi kasus Diabetes
melitus tipe 2 sebanyak 85-90% (Indriastuti, 2015).
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat.
Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori klinis yaitu:
1. Diabetes melitus tipe 1. Tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas
sehingga kekurangan insulin absolut. Umumnya penyakit berkembang kearah
ketoasidosis diabetik yang menyebabkan kematian. Pada diabetes melitus tipe

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


ini biasanya terjadi sebelum umur 30 tahun dan harus mendapatkan insulin
dari luar. Beberapa faktor resiko dalam diabetes melitus tipe ini adalah:
autoimun, infeksi virus, riwayat keluarga diabetes melitus
2. Diabetes melitus tipe 2. Pada tipe ini pankreas relatif menghasilkan insulin
tetapi insulin yang bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin
akibat kegemukan. Faktor genetis dan pola hidup juga sebagai penyebabnya.
Faktor resiko DM tipe 2 adalah : obesitas, stress fisik dan emosional,
kehamilan umur lebih dari 40 tahun, pengobatan dan riwayat keluarga
diabetes melitus. Hampir 90% penderita diabetes melitus adalah diabetes
melitus tipe 2.
3. Diabetes melitus dengan kehamilan atau Diabetes Melitus Gestasional
(DMG), merupakan penyakit diabetes melitus yang muncul pada saat
mengalami kehamilan padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal.
Tipe ini akan normal kembali setelah melahirkan. Faktor resiko pada DMG
adalah wanita yang hamil dengan umur lebih dari 25 tahun disertai dengan
riwayat keluarga dengan diabetes melitus, infeksi yang berulang, melahirkan
dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg.
4. Diabetes tipe lain disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat
atau zat kimia, infeksi dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan
diabetes melitus. Beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol,
glukagon, dan epinefrin bersifat antagonis atau melawan kerja insulin.
Kelebihan hormone tersebut dapat mengakibatkan diabetes melitus tipe ini
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi fisiologi pada pasien dengan post debridement dm antara lain
dari anatomi fisiologi pankreas dan kulit.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


1. Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira
15 cm, lebar5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpadan beratnya rata-
rata 60-90 gram.Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang
lambung.Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di
dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar
pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian
pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari
organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau
terletak pada alat ini.Dari segi perkembanganembriologis, kelenjar
pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang
membentuk usus.Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu Asini
sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum, pulau Langerhans yang
tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan
glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau Langerhans yang menjadi sistem
endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat
hanya 1-3 % dari berat total pankreas.Pulau langerhans berbentuk ovoid
dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang
terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah
yang besarnya 100-225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas
diperkirakan antara 1-2 juta.
2. Anatomi Fisiologi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan
terluas ukurannya, yaitu 15%dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m2.
Rata-rata tebal kulit 1-2mm. paling tebal (6mm) terdapat di telapak tangan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


dan kaki dan yang paling tipis (0,5mm) terdapat di penis.Bagian-bagian
kulit manusiasebagai berikut :
a. Epidermis : Epidermis terbagi dalam empat bagian yaitu lapisan basal
atau stratum germinativium, lapisan malphigi atau stratum spinosum,
lapisan glanular atau stratum gronulosum, lapisan tanduk atau stratum
korneum. Epidermis mengandung juga: kelenjarekrin, kelenjar apokrin,
kelenjar sebaseus, rambut dan kuku. Kelenjar keringat adadua jenis,
ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu, menyebabkan panas
dilepaskan dengan cara penguapan. Kelenjar ekrin terdapat disemua
daerah kulit, tetapi tidak terdapat diselaput lendir. Seluruhnya berjulah
antara 2 sampai 5 juta yang terbanyak ditelapak tangan. Kelenjar
apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikelrambut,
terdapat diketiak, daerah anogenital. Puting susu dan areola. Kelenjar
sebaseus terdapat diseluruh tubuh, kecuali di telapak tangan, tapak kaki
dan punggung kaki. Terdapat banyak di kulit kepala, muka, kening, dan
dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung asam lemak, kolesterol
dan zat lain.
b. Dermis : dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan
diatas jaringan sukutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan
atas terjalin rapat (pars papilaris), sedangkan dibagian bawah terjalin
lebih longgar (pars reticularis). Lapisan pars tetucularis mengandung
pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.
c. Jaringan subkutan, merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis.
Batas antara jaringan subkutan dandermis tidak tegas.Sel-sel yang
terbanyak adalah limposit yang menghasilkan banyak lemak.Jaringan
sebkutan mengandung saraf, pembuluh darah limfe. Kandungan rambut
dan di lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringan. Fungsi
dari jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma
dan tempat penumpukan energy.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


C. Etiologi
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya. (Perkeni, 2015)
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. (Perkeni, 2015)
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pancreas. (Perkeni, 2015)
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat.DMTTI ditandai dengan kelainan dalam
sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.Pada awalnya tampak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.Insulin mula-mula
mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian
terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk
Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi
terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
D. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak
terukur oleh hati.Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan  (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan
dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan
latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting.
Diabetes tipe II.Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak
dan produksi badan keton yang menyertainya.Karena itu ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada diabetes tipe II.Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas.Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi.Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi,
luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang
kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi). (Perkeni, 2015)

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


E. Pathways
Reaksi autoimun Obesitas , Usia, Genetik

DM Tipe 1 DM Tipe 2

Sel beta pancreas hancur Sel beta pancreas hancur


Defisiensi insulin

Anabolisme protein Katabolisme protein Lipolisis meningkat


Penurunan
pemakaian glukosa
Kerusakan pada antibody Merangsang hipotalamus
Gliserol asam lemak bebas
Hiperglikemia
Kekebalan tubuh
Pusat lapar & haus
Aterosklerosis Ketogenesis
glycosuria Viskosita
Neuropati sensori s darah
Resiko
perifer Polidipsi dan Ketonuria
infeksi Osmotic
polifagi Diuresis Aliran
Ketoasidosis darah
Klien merasa tidak
melambat
sakit saat luka Dehidrasi

Ketidakseimbangan  Nyeri abdomen


Ischemic
Nutrisi Kurang Dari  Mual, muntah
jaringan
Kebutuhan Tubuh  Hiperventilasi
 Nafas bau keton
 Coma
Kekurang Ketidakefektifa
an volume n perfusi
cairan jaringan
Makro Mikro perifer
vasikuler vasikuler

Jantung Serebral Retina Ginjal

Infark miocard Penyumbatan Retina Neuropati


pada otak Diabetik

Nyeri Gagal Ginjal


Stroke Gangguan
penglihatan

Resiko
cedera

Nekrosis
luka

Ganggren Kerusakan
integritas kulit

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


F. Manifestasi Klinis
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas
bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal,
penglihatan kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah: gula darah puasa 100 - 190 ml/dl, tes toleransi glukosa 80 -
190 mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama terapi Diabetes Melitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuannya adalah
mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia
dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien
1. Diet
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
mencapai tujuan berikut ini:
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energy
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara
yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat Bagi semua
penderita Diabetes, perencanaan makan harus mempertimbangkan pula
kegemaran pasien terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan
yang biasa diikutinya dan latar belakang etnik serta budayanya.
2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga,
latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat
meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju
metabolisme laju istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat
bermanfaat pada Diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi
rasa stres dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan
menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida. Semua manfaat ini sangat
penting bagi penyandang diabetes mengingat adanya peningkatan risiko untuk
terkena penyakit kardiovaskuler pada Diabetes. Meskipun demikian, penderita
Diabetes dengan kadar glukosa darah lebih dari 250mg/dl (14mmol/L) dan
menunjukkan adanya keton dalam urin tidak boleh melakukan latihan sebelum
pemeriksaan keton urin memperlihatkan hasil negatif dan kadar glukosa darah
telah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa darah tinggi akan
meningkatkan sekresi glukagon, growth hormone dan katekolamin.
Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga
terjadi kenaikan kadar glukosa darah.
3. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
(SMBG: self-monitoring of blood glucose), penderita diabetes kini dapat
mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal.
Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta
hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal
yang memungkinkan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang..
4. Terapi insulin dan obat hiperglikemia
Pada diabetes tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi
insulin.Dengan demikian, insulin harus diberikan dalam jumlah tak terbatas.
Pada Diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat
hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Di samping itu, sebagian
pasien Diabetes tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah
dengan diet atau obat oral kadang membutuhkan insulin secara temporer
selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa
kejadian stres lainnya.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


I. Komplikasi
Kondisi kadar gula darah tetap tinggi akan timbul berbagai komplikasi.
Komplikasi pada diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronis. Komplikasi akut meliputi: Ketoasidosis diabetic,
hiperosmolar non ketotik, dan hiperglikemia (Perkeni,2015).
Sedangkan yang termasuk komplikasi kronik adalah, makroangiopati,
mikroangiopati dan neuropati.Makroangiopati terjadi pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) seperti jantung, darah tepi dan otak.Mikroangipati terjadi pada
pembuluh darah kecil (mikrovaskular) seperti kapiler retina mata, dan kapiler
ginjal (Perkeni, 2015).
J. Pencegahan
Pencegahan Primer Terhadap Diabetes Melitus Tipe 2 :
1. Sasaran pencegahan primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang
memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi
untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa.
Faktor Risiko Diabetes Melitus
Faktor risiko diabetes sama dengan faktor risiko untuk intoleransi glukosa
yaitu :
a. Faktor Risiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi
1) Ras dan etnik
2) Riwayat keluarga dengan DM
3) Umur: Risiko untuk menderita intolerasi glukosa meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. Usia>45 tahun harus dilakukan
pemeriksaan DM.
4) Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG).
5) Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi
yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi
dibanding dengan bayi yang lahir dengan BB normal.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


b. Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi
1) Berat badan lebih (IMT ≥23 kg/m2 ).
2) Kurangnya aktivitas fisik
3) Hipertensi (>140/90 mmHg)
4) Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan/atau trigliserida >250 mg/dl)
5) Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi glukosa dan rendah
serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes/intoleransi
glukosa dan DMT2.
c. Faktor Lain yang Terkait dengan Risiko Diabetes Melitus
1) Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain
yang terkait dengan resistensi insulin
2) Penderita sindrom metabolik yang memiliki riwayat toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya.
3) Penderita yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti
stroke, PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases) (Perkeni, 2015).
2. Pencegahan Sekunder Terhadap Komplikasi Diabetes Melitus
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat
timbulnya penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis DM. Tindakan
pencegahan sekunder dilakukan dengan pengendalian kadar glukosa sesuai
target terapi serta pengendalian faktor risiko penyulit yang lain dengan
pemberian pengobatan yang optimal. Melakukan deteksi dini adanya penyulit
merupakan bagian dari pencegahan sekunder.
Tindakan ini dilakukan sejak awal pengelolaan penyakit DM.
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam
menjalani program pengobatan sehingga mencapai target terapi yang
diharapkan. Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama dan perlu selalu
diulang pada pertemuan berikutnya.(Perkeni, 2015).

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang
telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih
lanjut serta meningkatkan kualitas hidup.Upaya rehabilitasi pada pasien
dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap.Pada upaya
pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan
keluarga.Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan
terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit
rujukan.Kerjasama yang baik antara para ahli diberbagai disiplin (jantung,
ginjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi
medis, gizi, podiatris, dan lain-lain.) sangat diperlukan dalam menunjang
keberhasilan pencegahan tersier.(Perkeni, 2015).

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Konsep Askep Teoritis

A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian.Dalam pengkajian perlu di
data biodata pasiennya dan data-data lain untuk menunjang diagnosa.Data-data tersebut
harus yang seakurat-akuratnya, agar dapat di gunakan dalam tahp berikutnya.Misalnya
meliputi nama pasien, umur, keluhan utama, dan masih banyak lainnya.
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan,
lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti Infart miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
2. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi.
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor
kulit jelek, mual/muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan .
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.risiko lebih tinggi terkena kanker prostat
berhubungan dengan nefropati.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain,
dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang konstruktif / adaptif.
k. Nilai keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.
3. Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
a. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


b. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
e. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
f. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
g. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
h. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
B. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cedera Biologis
2. Kerusakan integritas kulit Berhubungan Dengan Gangguan Sirkulasi
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan Dengan Diabetes
Mellitus.
4. Defisiensi Volume Cairan Berhubungan Dengan Kehilangan cairan secara
aktif

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


5. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan
Dengan Ketidakmampuan menggunakan glukose
6. Resiko infeksi Berhubungan Dengan Supresi respon inflamasi

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


C. Rencana Keperawatan
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAW (NOC) (NIC)
ATAN
1 Nyeri Akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri : 1. Nyeri
Berhubungan Nyeri terkontrol 1. Lakukan merupakan
Dengan Tingkat pegkajian nyeri pengalaman
Agen Cedera kenyamanan secara subyektif dan
Biologis komprehensif harus dijelaskan
Setelah dilakukan termasuk lokasi, oleh pasien.
asuhan keperawatan karakteristik, Identifikasi
selama 3 x 24 jam, durasi, frekuensi, karakteristik
klien dapat kualitas dan ontro nyeri dan faktor
mengatasi nyeri presipitasi. yang
dengan 2. Pertahankan tirah berhubungan
Kriteria Hasil : baring dan posisi merupakan
1. Mengontrol yang nyaman suatu hal yang
nyeri, dengan 3. Ajarkan teknik amat penting
indikator : relaksasi napas untuk memilih
a. Mengenal dalam intervensi yang
faktor-faktor 4. Monitor Tanda – cocok dan
penyebab tanda vital untuk
b. Mengenal 5. Kolaborasi untuk mengevaluasi
onset nyeri pemberian keefektifan dari
c. Tindakan analgetik terapi yang
pertolongan diberikan.
non 2. dengan adanya
farmakologi tirah baring
d. Menggunaka akan
n analgetik mengurangi
e. Melaporkan nyeri
gejala-gejala 3. teknik relaksasi
nyeri kepada dapat
tim kesehatan mengurangi
f. Nyeri rasa nyeri dan
terkontrol membuat relaks
2. Menunjukkan 4. Mengetahui
tingkat nyeri, perkembangan
dengan kesehatan
indikator: pasien
a. Melaporkan 5. pemberian
nyeri analgetik untuk
b. Frekuensi mengurangi
nyeri nyeri yang

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


c. Lamanya dirasakan
episode nyeri pasien
d. Ekspresi
nyeri; wajah
e. Perubahan
respirasi rate
f. Perubahan
tekanan darah
g. Kehilangan
nafsu makan
2 Kerusakan Tujuan : Klien 1. Anjurkan untuk 1. Meningkatkan
integritas mampu melakukan latihan aliran darah
kulit mempertahankan ROM (range of kesemua
Berhubungan keutuhan kulit motion) dan daerah
Dengan Setelah dilakukan mobilisasi jika 2. Menghindari
Gangguan asuhan keperawatan mungkin tekanan dan
Sirkulasi selama 3 x 24 jam, 2. Rubah posisi tiap 2 meningkatkan
klien dapat jam aliran darah
mengetahui dan 3.  Gunakan bantal 3. Menghindari
mencegah dari luka air atau pengganjal tekanan yang
dengan yang lunak di berlebih pada
Kriteria hasil : bawah daerah- daerah yang
1. Klien mau daerah yang menonjol
berpartisipasi menonjol 4. Menghindari
terhadap 4. Lakukan massage kerusakan-
pencegahan luka pada daerah yang kerusakan
2. Klien menonjol yang kapiler-kapiler
mengetahui baru mengalami 5. Hangat dan
penyebab dan tekanan pada pelunakan
cara pencegahan waktu berubah adalah tanda
luka posisi kerusakan
3. Tidak ada tanda- 5.  Observasi jaringan
tanda kemerahan terhadap eritema 6. Mempertahank
atau luka dan kepucatan dan an keutuhan
palpasi area sekitar kulit
terhadap
kehangatan dan
pelunakan jaringan
tiap merubah
posisi
6. Jaga kebersihan
kulit dan
seminimal

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


mungkin hindari

3 Ketidakefekti Circulation status Peripheral 1. Sirkulasi perifer


fan Perfusi Tissue Prefusion : Sensation dapat
Jaringan cerebral Management menunjukan
Perifer Setelah dilakukan (Manajemen sensasi tingkat keparahan
Berhubungan asuhan keperawatan perifer) penyakit
Dengan selama 3 x 24 jam, 1. Kaji secara 2. Pulsasi yang
Diabetes klien dapat komprehensif lemah
Mellitus menunjukan perfusi sirkulasi perifer menimbulkan
jaringan dengan 2. Evaluasi nadi kardiak output
perifer dan edema menurun
Kriteria Hasil : 3. Elevasi anggota 3. Untuk
1. Mendemonstrasi badan 200 atau meningkatkan
kan status lebih venous return
sirkulasi 4. Ubah posisi 4. Mencegah
a. Tekanan pasien setiap 2 komplikasi
systole dan jam dekubitus
diastole 5. Dorong latihan 5. Menggerakan
dalam ROM sebelum otot dan sendi
rentang yang bedrest agar tidak kaku
diharapkan 6. Monitor 6. Nilai
b. Tidak ada laboratorium (Hb, laboratorium
ortostatik hmt) dapat
hipertensi 7. Kolaborasi menunjukan
c. Tidak ada pemberian anti komposisi darah
tanda tanda platelet atau anti 7. Meminimalkan
peningkatan perdarahan adanya bekuan
tekanan 8. Kaji TTV dalam darah
intrakranial 8. Mengetahui
(tidak lebih status pasien
dari 15
mmHg)
2. Mendemonstrasi
kan kemampuan
kognitif yang
ditandai dengan:
a. Berkomunik
asi dengan
jelas dan
sesuai
dengan
kemampuan
b. Menunjukka

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


n perhatian,
konsentrasi
dan orientasi
c. Memproses
informasi
d. Membuat
keputusan
dengan
benar
4 Defisiensi Fluid balance Fluid Managemen 1. Mengetahui
Volume Hydration 1. Kaji keadaan dengan cepat
Cairan Nutritional umum klien dan penyimpangan
Berhubungan Status : Food and tanda-tanda vital. dari keadaan
Dengan Fluid Intake 2. Kaji input dan normalnya.
Kehilangan Setelah dilakukan output cairan. 2. Mengetahui
cairan secara tindakan 3. Observasi adanya balance cairan
aktif keperawatan selama tanda-tanda syok dan elektrolit
3x 24 jam defisiensi 4. Anjurkan klien dalam
volume cairan untuk banyak tubuh/homeost
teratasi dengan minum atis
Kriteria hasil: 5. Kolaborasi dengan 3. Agar dapat
1. Mempertaha dokter dalam segera
nkan urine pemberian cairan dilakukan
output sesuai I.V. tindakan jika
dengan usia dan terjadi syok.
BB, BJ urine 4. Asupan cairan
normal, sangat
2. Tekanan diperlukan
darah, nadi, untuk
suhu tubuh menambah
dalam batas volume cairan
normal tubuh
3. Tidak ada 5. Pemberian
tanda tanda cairan I.V
dehidrasi, sangat penting
Elastisitas turgor bagi klien
kulit baik, yang
membran mengalami
mukosa lembab, deficit volume
tidak ada rasa cairan untuk
haus yang memenuhi
berlebihan kebutuhan
4. Orientasi cairan klien.
terhadap waktu

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


dan tempat baik
5. Jumlah dan
irama
pernapasan
dalam batas
normal
6. Elektrolit,
Hb, Hmt dalam
batas normal
7. pH urin
dalam batas
normal
8. Intake oral
dan intravena
adekuat
5. Ketidakseimba Nutritional Status : NIC 1.
Pasien dengan
ngan Nutrisi Food and Fluid Nutrition DM pasti
Kurang Dari Intake Management memiliki
Kebutuhan Setelah dilakukan 1. Kaji kebiasaan diet. kebiasaaan pola
Tubuh tindakan keperawatan 2. Auskultasi bunyi makan yang
Berhubungan selama 3x 24 jam usus buruk.
Dengan Nutrisi klien dapat 3. Berikan perawatan2. Penurunan bising
Ketidakmampu terpenuhi dengan oral usus menunjukkan
an 4. Timbang beratpenurunan
menggunakan Kriteria Hasil : badan sesuai motilitas gaster
glukose 1. Intake makanan indikasi. 3.
Rasa tidak enak,
peroral yang 5. Konsul ahli gizi bau adalah
adekuat pencegahan utama
2. Intake NGT yang dapat
adekuat membuat mual
3. Intake cairan dan muntah.
peroral adekuat 4.
Berguna
4. Intake cairan yang menentukan
adekuat kebutuhan kalori
5. Intake TPN dan evaluasi
adekuat keadekuatan
rencana nutrisi
5. Kebutuhan kalori
yang didasarkan
pada kebutuhan
individu
memberikan
nutrisi maksimal.
6. Resiko infeksiInfection Infection Manegement 1. Mencegah

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Berhubungan Tujuan : setelah 1. Pertahankan terjadinya infeksi
Dengan supresi dilakukan asuhan teknik aseptif 2. Mencegah
respon keperawatan selama 2. Cuci tangan terjadinya infeksi
inflamasi 3 x 24 jam sebelum dan sesudah Nosokomial
diharapkan resiko tindakan keperawatan 3. Merencanakan
infeksi dapat dicegah 3. Monitor tanda tindakan untuk
dan teratasi. dan gejala infeksi menghambat tanda
4. Meningkatkan gejala infeksi
Kriteria Hasil : intake nutrisi 4. Mencegah
1. Pasien bebas dari 5. Berikan terjadinya
tanda gejala perawatan luka pada kelemahan/
infeksi area epiderma kelelahan pada
2. Menunjukkan 6. Observasi kulit, pasien
kemampuan membrane mukosa 5. Membersihkan
untuk mencegah terhadap kemerahan, luka, mencegah
timbulnya infeksi panas , drainase resiko infeksi
3. Jumlah lekosit 7. Inspeksi kondisi 6. Mengetahui
dlam batas luka/insisi bedah perkembangan
normal 8. Kolaborasi penyembuhan luka
4. Menunjukkan pemberian antibiotik. 7. Mengetahui
perilaku hidup kondisi luka
sehat 8. Merencanakan
pencegahan
bakteri patologi /
anaerob
menyerang pada
insisi pembedahan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


DAFTAR PUSTAKA

Febriani, D. and Sulistyarini, T. (2016).Pentingnya Sikap Pasien yang Positif dalam


Pengelolaan Diabetes Mellitus. Jurnal Stikes RS Baptis Kediri, 7(1)
Indriastuti, Na. (2015). Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi
Pleura dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Nugroho, Y.W. and Handono, N.P., (2017). Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet
terhadap Kadar Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan
Bulusulur. Jurnal KEPERAWATAN GSH, 6(1).
Nanda International, (2018). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-
2020 (10th ed). Jakarta: ECG

Perkeni, (2015.) Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 tipe
2 di Indonesia. Jakarta.PB PERKENI
Prabowo, A. and Hastuti, W., (2015).Hubungan Pendidikan dan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Diit pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah
Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Jurnal
KEPERAWATAN GSH, 4(2

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS
DIABETES MELLITUS (DM)

DISUSUN OLEH

DESSY KRISHNA BANSOE, S.Kep


2019032012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.M DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS TIPE 2
DI RSU ANUTAPURA PALU

Biodata Pasien
Nama : Ny.M
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No.Register :
Alamat : Jln.Banteng 3
Status : Menikah
Keluarga Terdekat : Tn. S (Suami)
Diagnosa Medis : DM tipe 2

ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS )
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada luka dikaki sebelah kiri
sekitar 2 minggu yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada luka dikaki sebelah kiri
sekitar 2 minggu yang lalu. Sebelum masuk rumah sakit, luka tidak sembuh-
sembuh (mulanya gatal di garuk dengan sisir hingga menjadi luka). Kaki
mengalami bengkak kurang dari seminggu sebelum masuk rumah sakit
C. Riwayat Penyakit Yang Lalu
Klien menderita diabetes melitus kurang lebih 10 tahun. Klien mengkonsumsi
metformin 500mg, namun jarang minum obatnya dan jarang control ke rumah
sakit.
D. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 150/90 MmHg
Nadi : 92 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37oC

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


E. Terapi

No Nama Obat Dosis Kegunaan


1 NaCl 20 tpm Untuk mengganti cairan tubuh
yang hilang
2 Ceftriaxone 1 gr Antibiotik yang digunakan untuk
mengobati infeksi bakteri
3 Metformin 2x500 mg Untuk menurunkan kadar gula
darah yang meningkat pada
penderita DM

F. Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan nyeri pada 1. Tekanan darah 150/90 MmHg
kaki sebelah kiri 2. Nadi 92 x/menit
2. Klien mengatakan luka tidak 3. Pernapasan 20 x/menit
kunjung sembuh 4. Suhu37oC
3. Klien mengatakan kaki 5. Kaki nampak bengkak
sebelah kiri bengkak kurang 6. Terdapat luka di kaki sebelah
lebih 1 minggu yang lalu kiri

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


G. Analisa Data

No Data Penyebab Masalah


1 Data subjektif: Gangguan sensasi Kerusakan
1. Klien mengatakan (Diabetes Melitus) Integritas Kulit
luka tidak
kunjung sembuh
2. Klien mengatakan
kaki sebelah kiri
bengkak kurang
lebih 1 minggu
yang lalu
Data Objektif:
1. Tekanan darah
150/90 MmHg
2. Nadi 92 x/menit
3. Pernapasan 20
x/menit
4. Suhu37oC
5. Kaki nampak
bengkak
6. Terdapat luka di
kaki sebelah kiri
2 1. Klien mengatakan Resiko Infeksi
luka tidak
kunjung sembuh
2. Klien mengatakan
kaki sebelah kiri
bengkak kurang
lebih 1 minggu
yang lalu
Data Objektif:
1. Kaki nampak
bengkak
2. Terdapat luka di
kaki sebelah kiri

H. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi
(Diabetes melitus)
2. Resiko infeksi

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


I. Intervensi Keperawatan

No Diagosa Keperawatan Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervensi Clasification (NIC)
1 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Rubah posisi tiap 2 jam
keperawatan selama 1x24 jam 2. Gunakan bantal air atau pengganjal yang
berhubungan dengan
diharapkan: lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
gangguan sensasi (Diabetes 1. Klien mengetahui
penyebab dan cara
melitus)
pencegahan luka
2. Tidak ada tanda-tanda
kemerahan atau luka
2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan selama 1x24 jam 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
diharapkan: keperawatan
1. Pasien bebas dari tanda 3. Berikan perawatan luka pada area epiderma
gejala infeksi 4. Kolaborasi pemberian antibiotik.
2. Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


J. Catatan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Waktu Implementasi Waktu Evaluasi Paraf
1 Kerusakan integritas kulit 08.30 1. Merubah posisi tiap 2 jam S: Klien mengatakan
berhubungan dengan Hasil: Klien mengubah posisi masih nyeri
gangguan sensasi kaki tiap 2 jam O: Terdapat luka di
(Diabetes melitus) 2. Menggunakan bantal air atau kaki sebalah kiri
pengganjal yang lunak di 12.00 A: Masalah kerusakan
09.00 bawah daerah-daerah yang integritas kulit
menonjol belum teratasi
Hasil: Klien merasa nyaman P: Lanjutkan intevensi
2 Resiko Infeksi 10.00 1. Memonitor tanda dan gejala S: Klien mengatakan
infeksi luka tidak kunjung
Hasil: Luka nampak merah, sembuh
hangat dan bengkak
2. Mencuci tangan sebelum dan O: Terdapat luka di
12.50 sesudah tindakan kaki sebelah kiri
keperawatan
Hasil: Mencegah terjadinya A: Masalah resiko
infeksi infeksi belum
3. Kolaborasi pemberian teratasi
13.00 antibiotik.
Hasil: Klien mendapatkan P : Lanjutkan intervensi
terapi Ceftriaxone 1gr

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2020

Pokok Bahasan : Hipertensi (Darah Tinggi)


Sub Pokok Bahasan : Penanganan Hipertensi Secara Tradisional
Penyaji : Dessy Krishna Bansoe,S.Kep
Sasaran : Keluarga
Hari Dan Tanggal Pelaksanaan : 10 April 2020
Tempat : Desa Tiu Kec.Petasia Barat Kab.Morowali
Utara

A. LATAR BELAKANG
Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama dua
dekade terakhir, yakni dari penyakit menular yang semula menjadi beban
utama kemudian mulai beralih menjadi penyakit tidak menular.
Kecenderungan ini meningkat dan mulai mengancam sejak usia muda.
Penyakit tidak menular yang utama di antaranya hipertensi, diabetes melitus,
kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (Kemenkes RI, 2015).
Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah secara menetap (Dipiro, dkk., 2011). Umumnya, seseorang
dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah berada di atas 140/90
mmHg. Hipertensi dibedakan menjadi dua macam, yakni hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi dipicu oleh beberapa faktor
risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan asupan natrium,
dislipidemia, kurangnya aktivitas fisik, dan defisiensi vitamin D (Dharmeizar,
2012).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal. Tekanan darah tinggi disebut sebagai
"pembunuh diam-diam" karena orang dengan darah tinggi sering tidak

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah
memperkirakan separuh orang yang menderita darah tinggi tidak sadar akan
kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau
dengan interval teratur karena darah tinggi merupakan kondisi seumur hidup.

CLASSIFICATION OF BLOOD PRESSURE IN ADULTS( ≥18 YEARS)


Classification Systolic Blood Diastolic Blood
Pressure Pressure
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 AND <80
Prehypertension 120-139 OR 80-89

Stage I HTN 140-159 OR 90-99


Stage 2 HTN >160 OR >100

BLOOD PRESSURE GOALS


Population Blood Pressure Goal
(Systolic/Diastolic)
< 60 years old <140/90 mmHg
> 60 years old <150/90 mmHg
Chronic Kidney Disease (CKD) <140/90 mmHg
Diabetes <140/90 mmHg

Bawang putih atau tanaman dengan nama latin “Allium sativum” ini
termasuk bumbu dapur yang sangat popular di Asia. Ia memberikan rasa
harum yang khas pada masakan, sekaligus menurunkan kadar kolesterol yang

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


terkandung dalam bahan makanan yang mengandung lemak. Maka jangan
heran jika pada masakan Cina, Korea dan Jepang banyak menggunakan
bawang sebagai bumbu utamanya (Tim Redaksi, 2007 : 15-16). Menurut
Yuhua & Eddy (Hal 7-8), kandungan kimia dari umbi bawang putih per 100
gram adalah: Alisin 1,5% merupakan komponen penting dengan efek
antibiotik, Protein sebesar 4,5 gram, Lemak 0,20 gram, Hidrat arang 23,10
gram, Vitamin B 1 0,22 miligram, Vitamin C 15 miligram, Kalori 95 kalori,
Posfor 134 miligram, Kalsium 42 miligram, Zat besi 1 miligram, Air 71 gram.
Di samping itu dari beberapa penelitian umbi bawang putih mengandung zat
aktif alicin, awn, enzim alinase, germanium, sativine, sinistrine, selenium,
scordinin, nicotinic acid

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi selama 1 x 30 menit
keluarga dapat memahami tentang penyakit darah tinggi, dan mampu
melakukan perawatan diri terhadap penyakit darah tinggi secara herbal.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit keluarga mampu
menjelaskan kembali tentang:
a. Pengertian darah tinggi
b. Penyebab darah tinggi dengan baik.
c. Tanda dan gejala darah tinggi dengan baik.
d. Makanan yang dianjurkan dan makanan yang dibatasi untuk penderita
Darah tinggi
e. Obat- obatan untuk hipertensi
f. Komplikasi dari hipertensi
C. SASARAN
Keluarga

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


D. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari dan Tanggal Pelaksanaan: Jumat 10 April 2020
Waktu : 30 menit
Tempat :

E. MATERI
Terlampir

F. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1. Pembukaan 5 menit o Salam
perkenalan
o Menjelaskan
kontrak dan
tujuan
pertemuan
2. Pelaksanaan 20 menit  Menjelaskan Leafletdanppt
tentang :
 Pengertian
darah tinggi
 Penyebab darah
tinggi
 Tanda dan
gejala darah
tinggi
 Diet darah
tinggi
 Mengetahui
obat-obatan
untuk hipertensi

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


 Mengetahui
komplikasi
yang terjadi
akibat
hipertensi
 Membuka
sesion
pertanyaan
 Diskusi dengan
Masyarakat
3. Penutup 5 menit  Menutup
pembelajaran
dengan salam

G. METODE
Metode yang digunakan adalah:
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

H. MEDIA DAN ALAT


Leaflet

I. DENAH LOKASI
Terlampir

J. SUMBER

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Benowitz, L. 2002. Obat Antihipertensi, dalam Katzung, B.G., 2002, Basic
and Clinical Farmacology, ed ke-3, Penerjemah: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Penerbit Salemba Medika
Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Engram, Barbara. 1999. RencanaAsuhanKeperawatanMedikalBedah Volume
2.EGC. Jakarta
Muttaqin,Arif.2009.AsuhanKeperawatanDenganPasienGangguanKardiovask
uler. Jakarta: SalembaMedika.
Smeljer,S.C Bare, B.G .2002. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
*Brunner & Suddarth, Ed 8.Penerbit EGC Jakarta
Smeltzer, C. S & Bare, G. B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Medah
edisi 8. Jakarta. EGC
Soeparman dkk.1987.Ilmu Penyakit Dalam Ed 2. Penerbit FKUI. Jakarta
Sofyan, Andy.2012. Hipertensi. Kudus
Wiryowidagdo, S & Sitanggang, M. (2002). Tanaman Obat untuk Penyakit
Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta: PT Argomedia Pustaka

LAMPIRAN 1

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


MATERI

A. PENGERTIAN
Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah sistolik _ 130
mmHg atau diastolik _ 80 mmHg. 4 Sekitar 80 – 95 % merupakan hipertensi
esensial yang berarti tidak ada penyebab spesifik. Kondisi ini umumnya
jarang menimbulkan gejala dan sering tidak disadari, sehingga dapat
menimbulkan morbiditas lain seperti gagal jantung kongestif, hipertrofi
ventrikel kiri, stroke, gagal ginjal stadium akhir, atau bahkan kematian.
( Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, et al,
2015)

B. PENYEBAB
1. Elastisitas dinding aorta menurun 
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh
darah

C. KLASIFIKASI

CLASSIFICATION OF BLOOD PRESSURE IN ADULTS( ≥18 YEARS)


Classification Systolic Blood Diastolic Blood
Pressure Pressure
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 AND <80
Prehypertension 120-139 OR 80-89
Stage I HTN 140-159 OR 90-99
Stage 2 HTN >160 OR >100

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


BLOOD PRESSURE GOALS
Population Blood Pressure Goal
(Systolic/Diastolic)
< 60 years old <140/90 mmHg
> 60 years old <150/90 mmHg
Chronic Kidney Disease (CKD) <140/90 mmHg
Diabetes <140/90 mmHg
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala dan tanda Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak
memiliki keluhan. Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala,
gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan
cirri khas nyeri region oksipital terutama pada pagi hari(Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia,2018)

E. DIIT
Diit merupakan pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau
mempertahankan BB yang sesuai dan mengendalikan kadar glukosa.Tujuan
diituntuk membantu menurunkan tekanan darah, mempertahankan tekanan
darah menuju normal, penurunan faktor resiko BB yang berlebih, menurunkan
kadar lemak kolesterol. Diit untuk penderita Hipertensi:
1. Makanan yang dianjurkan untuk penderita Darah tinggi
a. Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
b. Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur
ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak
c. Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


d. Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
e. Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti
bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong,
wortel.
f. Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah
terbatas.
g. Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam
tidak lebih 15 gramperhari.
h. Minuman
Teh encer, coklat encer, juice buah.

2. Makanan yang dibatasi


a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi misalnya otak, paru,
minyak kelapa, gajih
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan natrium misalnya
biscuit, craker
c. Makanan dalam kaleng : sarden, abon, asinan, ikan asin, telor asin.
d. Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian dan tape.
e. Daging-daging warna merah segar seperti hati ayam, sosis, daging
sapi, daging kambing.
f. Garam dapur
g. Makan tinggi lemak dan kolesterol
h. Buah/sayur yang diawetkan dengan garam : ikan asin, asinan, dll.
F. TATA LAKSANA
 Non-Farmakologis

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Non-Farmakologis Intervensi non-farmakologis merupakan
salah satu cara efektif untuk menurunkan tekanan darah; yang telah
terbukti dengan uji klinis adalah penurunan beratbadan, Dietary
Approaches to Stop Hypertension (DASH), diet rendah garam,
suplemen kalium, peningkatan aktivitasfisik, dan pengurangan
konsumsi alcohol.
 Farmakologis
Tatalaksana dasar adalah kombinasi obat antihipertensi dengan
modifikasi gaya hidup.Terapi farmaka tidak hanya menurunkan
tekanan darah namun sekaligus mengurangi risiko stroke dan
kematian.
Beberapa jenis obat dapat menurunkan tekanan darah. Jenis
obat untuk terapi awal didasarkan pada efektivitasnya dalam
mengurangi kejadian klinis serta ditoleransi dengan baik, antara lain:
diuretic tiazid (misalnya Klortalidon), penghambat ACE(misalnya
Kaptopril), ARBs (misalnya,Azilsartan),dan CCBs (misalnya,
Amblodipin).

G. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang
berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri,
serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup
penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya
kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa
penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari
kenaikan tekanan darah pada 19 organ, atau karena efek tidak langsung, antara
lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif,

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet
tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya
kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat
meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β). Umumnya,
hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada
pasien hipertensi adalah:
1. Jantung
a. hipertrofi ventrikel kiri
b. angina atau infark miokardium
c. gagal jantung
2. Otak - stroke atau transient ishemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati

H. PENCEGAHAN
 Menjaga berat badan ideal
 Berolahraga secara rutin
 Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat
 Kurangi garam
 Kurangi konsumsi alcohol
 Berhenti merokok
 Konsusmsi kafein sesuai yang dianjurkan (minum lebihdari 4 cangkir
kopi bias meningkatkan resiko hipertensi)

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


LAMPIRAN 2

DENAH LOKASI

KETERANGAN:
: PENYAJI :PINTUMASUK

:AUDIEN

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Dokumentasi

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Waspadai
HIPERTENSI
Kendalikan
TEKANAN DARAH

Cegah dengan
perilaku CERDIK
CEK KESEHATAN SECARA BERKALA

ENYAHKAN ASAP ROKOK

RAJIN AKTIVITAS FISIK

D IET SEIMBANG

I
STRAHAT CUKUP

KELOLAH STRES

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

Anda mungkin juga menyukai