Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Siti Nurvitasari*
S2 Pendidikan Sains
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

*sitinurvitasari@mhs.unesa.ac.id

1. Introduction
Sistem pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mencetak siswa agar menjadi insan yang
berfikir kreatif dan berperan aktif dalam menghadapi suatu permasalahan dalam era globalisasi
Industri 4.0. Untuk menghadapi era tersebut, maka pemerintah memberlakukan Kurikulum 2013
di sekolah, dimana guru dituntut untuk memberikan proses pembelajaran yang bermakna
sesuai kreativitasnya. Namun pada keyataannya, di kelas guru masih mendominasi dalam proses
pembelajaran dimana siswa lebih banyak mendengarkan guru, mencatat dan mengerjakan soal
latihan saja, sehingga ketrampilan berfikir kreatif siswa masih sangat rendah dan
mengakibatkan siswa menjadi pasif serta pengetahuannya hanya sebatas apa yang ada di buku
teks atau informasi yang diperoleh dari guru. Sementara itu, dalam menerapkan keterampilan
berpikir kreatif, siswa dituntut untuk mampu menyampaikan banyak ide dan gagasan ketika
diberikan masalah dan mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan berbagai macam cara
secara kreatif. Dengan adanya perbedaan antara kodisi pembelajaran dengan tuntutan siswa
untuk dapat memiliki keterampilan kreatif, maka perlu adanya tindakan untuk mengatasi hal
tersebut yaitu dengan melakukan pembelajaran dengan model inkuiri. Dalam pembelajaran
inquiry siswa dapat mengembangkan kreatifitas dapat menyelesaikan masalah melalui kegiatan
eksperimen maupun dengan pendekatan penyelidikan.

2. Literature Review
Menurut Zahara & Nik Aziz Azleena (2007) temuan penelitian sebelumnya pada
pendekatan penyelidikan lebih fokus pada upaya guru untuk mengajar secara kritis dan kreatif,
dari pada mengevaluasi siswa. Dari penelitian tersebut peneliti mendapatkan sikap atau respon
positif dari siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model inquiry menggunakan
pendekatan penyelidikan.
Beberapa teori dan model yang dianggap cocok untuk digunakan dalam penelitian ini
adalah teori Pembelajaran Konstruktivisme (Von Glasersfeld 1990), Piaget Cognitive Theory
(1952), dan Bruner Developmental Theory (1915). Model yang digunakan dipenelitian ini
adalah penyelidikan. Secara keseluruhan sebagian besar teori membahas kemampuan siswa
untuk menjalani proses belajar mengajar dengan bimbingan guru. Pakar seperti Jean Piaget,
Robert Gagne, Bruner, dan David Ausubel adalah beberapa psikolog terkemuka yang
menghasilkan teori pembelajaran yang telah memainkan peran utama dalam pengembangan
teori pengajaran modern. Jean Piaget (1896-1980) adalahseorang psikolog memainkan peran
penting dalam mempengaruhi bidang pendidikan (Kellough & Kellough 1996). Teori belajar
biasanya dibagi menjadi dua, yaitu kognitif dan perilaku. Penelitian ini difokuskan pada teori
belajar seperti Teori Konstruktivisme dan Teori Pengembangan Kognitif. Dalam teori kognitif
siswa dibangun melalui interaksi aktif dengan lingkungan dan ketika diberikan suatu masalah
baru, siswa dapat memikirkan solusinya.

1
Inqury Learning Model
Pembelajaran inkuiri adalah pendekatan untuk pemecahan masalah melalui berbagai cara
dan metode seperti eksperimen dan studi berdasarkan buku teks. Kegiatan inkuiri mengacu pada
proses menemukan dan mendapatkan informasi atau memahami konsep, teori atau pertanyaan,
dan menggunakannya untuk melakukan investigasi terhadap masalah tersebut. Penemuan adalah
proses penyelidikan yang ditemukan dalam eksplorasi yang melibatkan pertanyaan tentang apa
yang ditemukan dan bagaimana suatu jawaban didapat. Strategi penemuan dibuat dengan
mengidentifikasi konten pengetahuan, fakta, dan proses. Curriculum Development Center
(CDC) telah menempatkan penekanan dan menyarankan bahwa pengajaran inkuiri adalah salah
satu metode dalam pengajaran dan pembelajaran Fisika.
Menggunakan model inkuiri dapat meningkatkan kreativitas dan pemikiran siswa dalam
upaya mereka untuk memahami konsep fisika. Penyelidikan berarti mempertanyakan sesuatu
untuk mendapatkan jawaban atas apa yang seseorang telah pelajari. Proses penyelidikan dimulai
dengan mengumpulkan informasi melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa dan bau.
Omardin (1996) dalam Kitot, et al., mendefinisikan inkuiri sebagai masalah teknik bertanya dan
menemukan jawaban untuk pertanyaan yang diajukan. Ini melibatkan pengamatan dan
pengukuran yang cermat dalam membuat hipotesis, menafsirkan dan mengembangkan teori.
Model Inquiry yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model inquiry terbimbing,
dimana dalam proses pembelajarannya, guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan
penyelidikan. Masalah atau pertanyaan penelitian diberikan oleh guru, tetapi siswa akan
menentukan cara atau metode untuk melaksanakan penelitian untuk memecahkan masalah.
Siswa akan mendapatkan hasil dari proses inkuiri dari aktivitas penyelidikan. Dalam kegiatan
ini, guru akan membimbing siswa untuk melakukan kegiatan inkuiri dengan benar. Bimbingan
juga diberikan untuk memastikan penelitian tidak menyimpang dari tujuan semula.

Creative Thinking Skills


Orang yang kreatif adalah orang yang, secara sukarela, menghasilkan sesuatu secara aktif.
Di seluruh dunia, negara dan kalangan bisnis yang menyadari kenyataan bahwa pendidikan akan
menjadi kunci untuk masa depan menekankan pentingnya mengembangkan sumber-sumber
kreativitas. Menurut Moreno, nasib masyarakat tergantung pada kreativitas orang yang hidup di
masyarakat itu sendiri. Orang-orang yang membuat keputusan yang efektif dan kreatif adalah
faktor utama kelanjutan kemajuan negara (Bakir, 2011). Seperti yang dingkapkan Hu, Wu &
Shieh (2016) bahwa berpikir keterampilan bepikir tingkat tinggi menitikberatkan salah satunya
kemampuan berpikir kreatif siswa dan sangat dipengaruhi oleh metode dan media yang
digunakan pendidik di kelas.
Berpikir adalah sautu hal yang terjadi ketika seseorang mencoba menyelesaikan sebuah
permasalahan, hasil sikap yang menjadikan seseorang melakukan tindakan atau bergerak dari
pemberian permasalahan kepenyelesaian permasalahan (Mustika, 2015). Sedangkan menurut
Maslow (dalam Munandar. 2012) Berpikir kreatif merupakan perwujudan sebagai suatu
pernyataan ide dari individu yang berfungsi sepenuhnya. Berpikir kreatif adalah kepekaan
dengan masalah-masalah, selanjutnya mencari informasi dari berbagai sumber eksternal, dan
mencari beberapa solusi; menduga, menciptakan alternatif-alternatif untuk menyelesaikan
masalah, menguji dan menguji kembali beberapa alternatif tersebut, menyempurnakannya dan
akhirnya mengkomunikasikan hasilnya. Pada dasarnya manusia dibekali dengan kemampuan
berpikir kreatif, tetapi tingkatannya berbeda-beda. Oleh karena itu keterampilan berpikir akan

2
dapat dilatihkan kepada siswa dengan memberikan masalah-masalah sehingga membawa
dampak yang positif bagi siswa dan lingkungan sekitarnya.
Menurut Grogor (2007) bahwa mengukur keterampilan berpkir kreatif siswa dapat pula
dilakukan dengan mendasarkan pada yang dikomunikasikan siswa, secara verba maupun
tulisan. Menurut Dewey (dalam Dennis 2008) berpikir kreatif sebagai sebuah proses pemecahan
masalah. Deskripsi perses pemecahan masalah terdiri dari lima langkah logis (1) sebuah
kesulitan ditinggalkan, (2) kesulitan tersebut ditemukan dan didefinikan, (3)
mempertimbangkan solusi yag mungkin, (4) konsekuensi- konsekuensi darı solusi-solusi
tersebut dipertimbangkan, dan (5) salah satu solusi diterima dan digunakan.
Dalam pembelajaran inquiry tebimbing dengan mengintegrasikan keterampilan berpikir
kreatif diharapkan siswa akan lebih kreatif dalam memecahkan suatu permasalahan dan menjadi
lebih tahu bagaimana proses dalam memecakan masalah dan menemukan suatu hal baru atau
produk baru.

3. Method
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Sampel penelitian berjumlah 26 siswa.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design. Dalam proses
pengambilan data yang pertama dilakukan yaitu memberikan tes awal (pretest) untuk
mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian siswa diberi perlakuan pembelajaran dengan
model pembelajaran inqury terbimbing. Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diberikan tes
akhir (posttest) untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Data yang diperoleh diji dengan
menggunakan uji T dependent untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran yag
digunakan terhadap hasil kemampuan berpikir kreatif siswa.

Tabel 1. Rancangan Eksperimen


Pre-test Treatment Post-test
Eksperien U1 X U2
(Sugiyono, 2015)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:


1. Apakah ada perbedaan pre test dan post test pada hasil belajar kognitif proses siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry terbimbing?
2. Apakah ada perbedaan nilai pre test dan post test pada hasil belajar kognitif produk siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry terbimbing?

4. Data and Analysis


Data pada penelitian ini di peroleh dari jurnal berjudul “Implementasi Pembelajaran
Fisika Berbasis Guided Inquary Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Aditorik” oleh
(Yunus, S. R., dkk, 2013). Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh data hasil pre-test dan
post-test keterampilan berpikir kreatif yang dilihat dari hasil belajar kognitif proses dan kognitif
produk. Data yang didapat diuji menggunakan uji T dependent dengan dua cara, yaitu
konvensional dan aplikasi statistika R studio. Data nilai pre-test dan post-test kognitif proses
dan kognitif produk dapat dilihat pada Lampiran 1.

3
Uji T dependent dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan nilai antara dua
populasi yang memiliki subjek sama, misalnya untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara
nilai pre test dan nilai post test pada tes hasil belajar kohgnitif proses dan kognitif produk.
a) Menguji apakah ada perbedaan nilai pre test dan post test pada nilai kognitif proses

H0 : δ = 0 (tidak ada perbedaan nilai kognitif proses sebelum dan sesdah pembelajaran
dilakukan).
H1 : δ ≠ 0 (ada perbedaan nilai kognitif proses sebelum dan sesudah pembelajaran
dilakukan).

Tabel 2. Hasil Uji T dependent secara konveksional pada nilai pretest posttest kognitif
proses.
t t
Test n x́ Sd df
(hitung) (tabel)

Eksperimen Pretest 26 27,23


14,610 25 17,951 2,485
Posttest 26 78,65

Tabel 3. Hasil Uji T dependent dengan Rstudio pada nilai pretest posttest kognitif proses.
t t
Test n x́ Sd df P
(hitung) (tabel)

Eksperimen Pretest 26 27,23


8.556
14,610 25 17,947 2,485
e-16
Posttest 26 78,65

Berdasarkan Tabel 2. dan Tabel 3. pada tingkat signifikansi 0,05, nilai kognitif proses
siswa yang dihitung secara konvensional maupun dengan Rstudio menunjukan perbedaan
yang signifikan antara nilai rata-rata pretest dan posttest. Terbukti bahwa nilai thitung lebih
besar daripada ttabel, sehingga thitung berada pada daerah critical region (Lampiran 2) yang
artinya ada perbedaan nilai kognitif proses sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan,
dan p-value yang diperoleh lebih kecil dari α ,sehingga H0 di tolak dan H1 di terima dengan
interval yang menunjukan wilayah adanya perbedaan performa pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil menggunakan dua cara yang berbeda memiliki nilai yang sama. Perhitungan dengan
aplikasi statistika R studio dapat dilihat pada (Lampiran 4). Sehingga dapat simpulkan
bahwa ada perbedaan nilai antara pre test dan post test setelah diberikan pembelajaran
dengan model pembelajaran inquiry terbimbing. Hal tersebut menunjukkan bahwa model
pembelajaran inquiry terbimbing memiliki pengaruh signifikan terhadap keterampilan
berpikir kreatif dalam ranah kognitif produk siswa.

b) Menguji apakah ada perbedaan nilai pre test dan post test pada nilai kognitif produk.

4
H0 : δ = 0 (tidak ada perbedaan nilai kognitif produk sebelum dan sesdah pembelajaran
dilakukan).
H1 : δ ≠ 0 (ada perbedaan nilai kognitif produk sebelum dan sesudah pembelajaran
dilakukan).

Tabel 4. Hasil Uji T dependent secara konveksional pada nilai pretest posttest kognitif
produk.
t t
Test n x́ Sd df
(hitung) (tabel)

Eksperimen Pretest 26 43,31


12,001 25 15,046 2,485
Posttest 26 78,67

Tabel 5. Hasil Uji T dependent dengan Rstudio pada nilai pretest posttest kognitif produk.
t t
Test n x́ Sd df P
(hitung) (tabel)

Eksperimen Pretest 26 43,31


5.068e-
12,001 25 15,023 2,485
14
Posttest 26 78,67

Berdasarkan Tabel 4. dan Tabel 5. pada tingkat signifikansi 0,05, nilai kognitif produk
siswa yang dihitung secara konvensional maupun dengan Rstudio menunjukan perbedaan yang
signifikan antara nilai rata-rata pretest dan posttest. Terbukti bahwa nilai thitung lebih besar
daripada ttabel, yang artinya thitung berada pada daerah critical region (Lampiran 3), dan p-value
yang diperoleh lebih kecil dari ¿),sehingga H0 di tolak dan H1 di terima dengan interval yang
menunjukan wilayah adanya perbedaan performa pada taraf kepercayaan 95%. Hasil
menggunakan dua cara yang berbeda memiliki nilai yang sama. Perhitungan dengan aplikasi
statistika R studio dapat dilihat pada (Lampiran 5). Sehingga dapat simpulkan bahwa ada
perbedaan nilai antara pre test dan post test setelah diberikan pembelajaran dengan model
pembelajaran inquiry terbimbing. Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran
inquiry terbimbing memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif produk siswa.

5. Conclusion

Dalam penelitian ini, model pembelajaran inquiry terbimbing digunakan untuk


meningkatkan keterampilan bepikir kreatif siswa dilihat dari hasil berlajar kognitif proses dan
kognitif produk. Sebelum mendapatkan pembelajaran siswa diberikan test awal (pretest), dari
hasil pretest terlihat bahwa nilai keterampilan berpikir kreatif siswa tergolong masih rendah,
baik pada nilai kognitif proses maupun kognitif produk. Dari hasil penelitian ketahui ada
perbedaan signifikan antara nilai pretest dan posttest pada kognitif proses dan kognitif produk.
Disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry terbimbing yang diterapkan kepada siswa

5
memberikan pengaruh terhadap keterampilan berpikir siswa baik dari hasil belajar kognitif
proses maupun kognitif produk siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Bakir, S. (2011). Is it possible to have students think creatively with the help of active learning
techiques. Procedia Sosial and Behavior Science.

Dennis, K. & Filasaime. (2008). Mengacak Rahasia Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif.
Jakarta: Prestasi Pustakarya

Grogor. (2007). Developing Thinking Developing Learning. Polan: Open University Press

Hu, R., Wu, Y.-Y., & Shieh, C.-J. (2016). Effect of Virtual Reality Integrated Creative Thinking
Instruction on Stundents Creative Thinking Abilities. Eurosia Journal of Mathematics,
Science, & Technology Education. Diakses pada tanggal 26 November 2019.
http://www.ejmste.com/Effects-of-Virtual-Reality-Integrated-Creative-Thinking-
Instruction-on-Students-Creative-Thinking-Abilities,75005,0,2.html

Kitot, A. A., Ahmad, A. R., & Seman, A. A. (2010). The Effectiveness Of Inquary Teaching in
Enchancing Stdents' Critical Thinking. Procedia Social an Behavioral Science. Diakses
tanggal pada tanggal 26 November 2019.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042810020410

Munandar, S. (2012). Pengembangan Kreatif Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Mustika, S. M. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Model Quantum Teaching


Materi Pencemaran Lingkungan Untuk Melatihkan Kemampan Berpikir Kreatif siswa
di SMP. Tesis_tidak dipublikasikan. Surabaya: Pascasarjana Unesa

Piaget, J. (1956). The Contruction of Reality in The Child. New York: Basic Book.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan Pengembangan Research and Development.


Bandung: Alfabeta.

Yunus, S. (2013). Implentasi Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Auditorik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.
Diakses pada tanggal 24 November 2019.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2509

6
Lampiran 1.
Tabel 1. Nilai Hasil Belajar Kognitif Proses
Siswa Pre-Test Post-Test

1 30 80
2 30 70
3 40 90
4 10 70
5 10 40
6 70 100
7 25 75
8 10 70
9 30 70
10 10 90
11 20 75
12 50 90
13 35 90
14 30 80
15 30 90
16 10 70
17 28 95
18 30 60
19 30 75
20 30 80
21 10 70
22 40 100
23 10 90
24 60 85
25 10 50
26 20 90
Jumlah
Mean 27.23 78.65
Tabel 2. Nilai Hasil Belajar Kognitif Produk

Siswa Pre-Test Post-test

1 63.63 90.91
2 18.18 63.63
3 36.36 72.73
4 54.54 82.83
5 26.26 72.73
6 36.36 63.63
7 27.27 72.73
8 45.45 90.91
9 54.54 82.83
10 36.36 72.73
11 36.36 82.83
12 36.36 72.73
13 45.45 82.83
14 27.27 72.73
15 63.63 72.73
16 45.45 82.83
17 36.36 82.83
18 27.27 63.63
19 45.45 82.83
20 63.63 72.73
21 36.36 90.91
22 54.54 82.83
23 63.63 90.91
24 54.54 82.83
25 18.18 72.73
26 72.72 90.91
Jumlah  1126.15 2045.48
Lampiran 2. Uji T Dependent Untuk Nilai Belajar Kognitif Proses Menggunakan
Perhitungan Manual.
2
Siswa Pre-Test Post-test δ  δ I −δ́ (δ ¿ ¿ I −δ́ ) ¿ 
1 30 80 50 -1.42 2.03
2 30 70 40 -11.42 130.49
3 40 90 50 -1.42 2.03
4 10 70 60 8.58 73.56
5 10 40 30 -21.42 458.95
6 70 100 30 -21.42 458.95
7 25 75 50 -1.42 2.03
8 10 70 60 8.58 73.56
9 30 70 40 -11.42 130.49
10 10 90 80 28.58 816.64
11 20 75 55 3.58 12.79
12 50 90 40 -11.42 130.49
13 35 90 55 3.58 12.79
14 30 80 50 -1.42 2.03
15 30 90 60 8.58 73.56
16 10 70 60 8.58 73.56
17 28 95 67 15.58 242.64
18 30 60 30 -21.42 458.95
19 30 75 45 -6.42 41.26
20 30 80 50 -1.42 2.03
21 10 70 60 8.58 73.56
22 40 100 60 8.58 73.56
23 10 90 80 28.58 816.64
24 60 85 25 -26.42 698.18
25 10 50 40 -11.42 130.49
26 20 90 70 18.58 345.10
Jumla 1337.0
708.00 2045.00 8.53E-16 5336.35
h 0
Rata-
27.23 78.65 51.42
rata

1. Menentkan Hipotesis
H0 : δ = 0 (tidak ada perbedaan nilai kognitif proses sebelum dan sesdah
pembelajaran dilakukan).
H1 : δ ≠ 0 (ada perbedaan nilai kognitif proses sebelum dan sesudah
pembelajaran dilakukan).
2. Menentukan Signifikansi
α =5 %
3. Menentukan Critical Value
t α , n−1=t 0,05 , 26−1=t 0,025 , 25
2 2
t 0,025 , 25 = ± 2,485
4. Menentukan thitung
δ́
t hitung =
Sd
√n

Mencari nilai Standar deviasi

Sd = √ Σ¿ ¿ ¿ ¿

5335,35
Sd =
√ 26−1

Sd = √ 213,414

Sd = 14,610

Sehingga,
51,42
t hitung =
14,610
√ 26

t hitung =¿17,951

5. Membuat Keputusan

6. Kesimpulan
Thitung berada pada daerah reject H0, artinya ada perbedaan nilai kognitif
proses sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran yang digunakan secara signinikan dapat
mempengaruhi hasil belajar kognitif proses siswa.
Lampiran 3. Uji T Dependent untuk nilai belajar kognitif produk menggunakan
perhitungan manual.
2
Siswa Pre-Test Post-test δ  δ I −δ́ (δ ¿ ¿ I −δ́ ) ¿
1 63.63 90.91 27.28 -8.08 65.27
2 18.18 63.63 45.45 10.09 101.83
3 36.36 72.73 36.37 1.01 1.02
4 54.54 82.83 28.29 -7.07 49.97
5 26.26 72.73 46.47 11.11 123.46
6 36.36 63.63 27.27 -8.09 65.43
7 27.27 72.73 45.46 10.10 102.03
8 45.45 90.91 45.46 10.10 102.03
9 54.54 82.83 28.29 -7.07 49.97
10 36.36 72.73 36.37 1.01 1.02
11 36.36 82.83 46.47 11.11 123.46
12 36.36 72.73 36.37 1.01 1.02
13 45.45 82.83 37.38 2.02 4.09
14 27.27 72.73 45.46 10.10 102.03
15 63.63 72.73 9.1 -26.26 689.53
16 45.45 82.83 37.38 2.02 4.09
17 36.36 82.83 46.47 11.11 123.46
18 27.27 63.63 36.36 1.00 1.00
19 45.45 82.83 37.38 2.02 4.09
20 63.63 72.73 9.1 -26.26 689.53
21 36.36 90.91 54.55 19.19 368.30
22 54.54 82.83 28.29 -7.07 49.97
23 63.63 90.91 27.28 -8.08 65.27
24 54.54 82.83 28.29 -7.07 49.97
25 18.18 72.73 54.55 19.19 368.30
26 72.72 90.91 18.19 -17.17 294.77
Jumla
1126.15 2045.48 919.33 5.068E-14 3600.89
h
Rata-
43.31 78.67 35.36
rata

1. Menentkan Hipotesis
H0 : δ = 0 (tidak ada perbedaan nilai kognitif produk sebelum dan sesdah
pembelajaran dilakukan).
H1 : δ ≠ 0 (ada perbedaan nilai kognitif produk sebelum dan sesudah
pembelajaran dilakukan).
2. Menentukan Signifikansi
α =5 %
3. Menentukan Critical Value
t α , n−1=t 0,05 , 26−1=t 0,025 , 25
2 2
t 0,025 , 25 = ± 2,485
4. Menentukan thitung
δ́
t hitung=
Sd
√n
Menghitng nilai standar deviasi,

Sd = √ Σ¿ ¿ ¿ ¿

3600.89
Sd =
√ 26−1

Sd = √ 144.0356

Sd = 12,001

Sehingga,

35.36
t hitung=
12.001
√ 26
t hitung=15.046

5. Membuat Keputusan

7. Kesimpulan
thitung berada pada daerah reject H0, artinya ada perbedaan nilai kognitif
produk sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran yang digunakan secara signifikan dapat
mempengaruhi hasil belajar kognitif produk siswa.
Lampiran 4. Uji T Dependent untuk nilai belajar kognitif proses menggunakan
Rstudio.

> ###T test sample dependent "Hasil Belajar Kognitif Proses"


> pretest =
c(30,30,40,10,10,70,25,10,30,10,20,50,35,30,30,10,28,30,30,30,10
,40,10,60,10,20)
> posttest =
c(80,70,90,70,40,100,75,70,70,90,75,90,90,80,90,70,95,60,75,80,7
0,100,90,85,50,90)
> d =
c(50,40,50,60,30,30,50,60,40,80,55,40,55,50,60,60,67,30,45,50,60
,60,80,25,40,70)
> t.test(posttest,pretest,alternative =
"two.sided",paired=TRUE,mu=0)

Paired t-test

data: posttest and pretest


t = 17.947, df = 25, p-value = 8.556e-16
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to
0
95 percent confidence interval:
45.52195 57.32421
sample estimates:
mean of the differences
51.42308

> sd(d)
[1] 14.61006
> mean(pretest)
[1] 27.23077
> mean(posttest)
[1] 78.65385
Lampiran 5. Uji T Dependent Untuk Nilai Belajar Kognitif Proses Menggunakan
Rstudio.

> ###T test sample dependent "Hasil Belajar Kognitif Produk"


> pre =
c(63.63,18.18,36.36,54.54,26.26,36.36,27.27,45.45,54.54,36.36,36
.36,36.36,45.45,27.27,63.63,45.45,36.36,27.27,45.45,63.63,36.36,
54.54,63.63,54.54,18.18,72.72)
> post =
c(90.91,63.63,72.73,82.83,72.73,63.63,72.73,90.91,82.83,72.73,82
.83,72.73,82.83,72.73,72.73,82.83,82.83,63.63,82.83,72.73,90.91,
82.83,90.91,82.83,72.73,90.91)
> d =
c(27.28,45.45,36.37,28.29,46.47,27.27,45.46,45.46,28.29,36.37,46
.47,36.37,37.38,45.46,9.1,37.38,46.47,36.36,37.38,9.1,54.55,28.2
9,27.28,28.29,54.55,18.19)
> t.test(post,pre,alternative = "two.sided",paired=TRUE,mu=0)

Paired t-test

data: post and pre


t = 15.023, df = 25, p-value = 5.068e-14
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to
0
95 percent confidence interval:
30.51134 40.20635
sample estimates:
mean of the differences
35.35885

> sd(d)
[1] 12.00149
> mean(pre)
[1] 43.31346
> mean(post)
[1] 78.67231

Anda mungkin juga menyukai