PENDAHULUAN
Resin akrilik adalah bahan yang telah lama digunakan dalam bidang kedokteran gigi sejak tahun
1937. Resin akrilik terdiri dari serbuk (polimer) dan cairan (monomer) yang dicampurkan sesuai dengan
perbandingan yang telah ditentukan. Resin akrilik banyak digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan
karena memiliki beberapa kelebihan antara lain tidak toksik, tidak mengiritasi jaringan, harganya murah,
mudah didapat, estetiknya baik karena menyerupai jaringan di dalam mulut, tidak larut dalam cairan
mulut, perubahan dimensinya kecil, mudah dimanipulasi dan direparasi bila terjadi kerusakan kecil. Resin
akrilik juga masih memiliki beberapa kekurangan yaitu mudah menyerap cairan, memiliki monomer sisa,
porositas, kurang tahan terhadap abrasi, dapat berubah warna dan mudah dilekati oleh sisa makanan, plak
dan bakteri. 1
Gigi tiruan yang selalu terkontaminasi saliva, makanan dan minuman menyebabkan sisa makanan
dapat menumpuk pada bagian basis gigi tiruan sehingga harus selalu dijaga kebersihannya. Basis gigi
tiruan akrilik yang terkontaminasi sisa makanan dapat menimbulkan plak dan menyebabkan infeksi pada
mukosa berupa denture stomatitis. Denture stomatitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri dan
Candida albicans, alergi, kurangnya kebersihan gigi tiruan, aliran saliva yang tidak lancar dan nutrisi
Monroy et al. (2005) melaporkan pada membran mukosa orang yang memakai gigi tiruan
ditemukan Candida albicans 51,4%, Staphylococcus aureus 52,4%, dan Streptococcus mutans 67,6%.
Streptococcus sp. menjadi bakteri pertama yang melekat pada basis gigi tiruan dan membentuk koloni.
Salah satu bakteri tersebut adalah Streptococcus mutans. Streptococcus mutans dapat menghasilkan suatu
1
substrat yaitu polisakarida ekstra seluler (PSE) yang tidak dimiliki oleh bakteri-bakteri lain. Substrat
tersebut menjadi jalan bagi bakteri dan jamur lain untuk melekat pada basis gigi tiruan. Jamur yang sering
terdeteksi pada basis gigi tiruan adalah Candida albicans. Bakteri dan jamur tersebut akan berproliferasi
Basis gigi tiruan membutuhkan perawatan khusus karena mudah dilekati oleh sisa makanan dan
bakteri. Perawatan untuk plat gigi tiruan menggunakan bahan dan teknik pembersihan tertentu. Teknik
membersihkan plat gigi tiruan ada tiga, yaitu dengan teknik mekanik, kimiawi dan gabungan teknik
Pembersihan dengan teknik mekanik dapat dilakukan dengan menggunakan sikat gigi.
Pembersihan dengan teknik kimiawi dilakukan dengan teknik oksigenating dan perendaman dalam
larutan desinfektan misalnya alkali hipoklorit, alkali peroksida, klorheksidin, sodium hipoklorit, enzim
dan bahan desinfektan dari herbal. Pembersihan dengan teknik gabungan merupakan pembersihan dengan
sistim ultrasonik. 1, 2
Efektivitas bahan desinfektan dari herbal telah banyak diteliti dan terbukti dapat mencegah
pertumbuan mikroorganisme yang terdapat pada basis gigi tiruan. Alga coklat jenis Sargassum sp. adalah
salah satu bahan herbal yang terbukti bersifat antifungi dan antibakteri sehingga cocok digunakan sebagai
bahan pembersih gigi tiruan. Alga coklat mengandung senyawa bioaktif diantaranya flavonoid yang
memiliki aktifitas anti bakteri. 4 Penelitian Dewi (2011) menjelaskan ekstrak etanol talus rumput laut
Candida albicans.5 .Oleh karena dasar inilah disertai dengan ketersediaan Alga cokelat jenis Sargassum
sp. yang melimpah ruah di perairan Indonesia khususnya di wilayah perairan Provinsi Sulawesi Selatan,
penulis tertarik meneliti efektivitas alga coklat jenis Sargassum sp. sebagai pembersih gigi tiruan.
2
Penelitian Alamsjah (2011) menyatakan hasil pengamatan uji MIC secara visual menunjukkan
hambatan pertumbuhan bakteri terjadi pada konsentrasi 50 %. Hal ini tampak pada tabung reaksi
konsentrasi 50 % yang memiliki kejernihan hampir mendekati kejernihan tabung reaksi kontrol positif
dan tidak keruh seperti tabung reaksi tabung kontrol negatif. 6 Berdasarkan penelitian tersebut penulis
memutuskan meneliti pada konsentrasi yang lebih rendah, yakni 10%, 20%, 30%, dan 40% untuk
mengetahui kadar minimal ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan
Candida albicans.
1. Apakah ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans?
2. Apakah ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus
mutans?
3. Berapa konsentrasi minimal ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) antara pengenceran 10%, 20%,
30%, dan 40% yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Candida
albicans?
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya hambat ekstrak alga coklat (Sargassum sp.)
terhadap pertumbuhan Candida albicans dan Streptococcus mutans yang terdapat pada basis gigi tiruan
resin akrilik.
3
1. Untuk mengetahui daya hambat ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dalam menghambat
2. Untuk mengetahui daya hambat ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dalam menghambat
3. Untuk mengetahui konsentrasi minimal ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) antara pengenceran
10%, 20%, 30%, dan 40% yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan
Candida albicans.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis resin ini banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Polimetil metakrilat, banyak
digunakan karena mudah digunakan. Bahan ini terdiri dari bubuk (powder) dan cairan (liquid). Bahan
powder disebut polimer dan pada liquid merupakan monomer dan dicampurkan dengan perbandingan
tertentu. Bahan ini polimer ini bersifat sangat stabil. Tidak menyebabkan perubahan warna akibat sinar
ultraviolet. Resin akrilik tetap stabil pada suhu 125 0C. dan dapat didihkan diantara bahan termoplastik. 7, 8
Gambar 2.1. Gigi tiruan penuh lepasan yang terbuat dari bahan resin akrilik
Polimetil metakrilat dibagi berdasarkan metode yang digunakan untuk mengaktifasinya, yaitu:
Resin polimerisasi secara kimia sering tersebut resin cold curing, self curing, atau
otopolimerisasi. Jenis resin akrilik ini tidak membutuhkan energi panas untuk memulai polimerisasi dan
memulai polimerisasinya dengan energi kimia. Polimerisasi resin ini dapat dilakukan pada suhu kamar.
Polimerisasi pada resin jenis ini terjadi karena penambahan zat kimia tertentu, misalnya dimetil-para-
5
Komponen bubuk dan cair yang dicampurkan meyebabkan benzoil peroksida terpisah. Radikal
bebas terbentuk akibat terpisahnya benzoil peroksida dan polimerisasi mulai terjadi. Polimerisasi
Resin ini mengandung matriks uretan dimetakrilat, silica ukuran mikro dan monomer resin akrilik
dengan berat molekul yang besar. Sinar yang diberikan menjadi aktivatornya. Champoroquinone
berfungsi sebagai pemulai polimerisasi. Resin ini diedarkan dalam bentuk lembaran dan benang serta
dikemas dalam kantung kedap cahaya untuk mencegah polimerisasi yang tidak diinginkan. 7
a. Komposisi
Liquid:
Powder:
b. Kelebihan:
6
Tidak bersifat toksik
Estetik bagus
Mudah dimanipulasi
Mudah direparasi
c. Kekurangan
Mudah patah
d. Manipulasi
Polimer dan monomer yang dicampurkan dengan perbandingan yang tepat akan
menghasilkan massa yang tepat untuk dibentuk. Setelah tercampur akan terjadi beberapa tahap,
yaitu:
1. Tahap I (sandy stage): polimer mulai mengendap ke dalam monomer berbentuk cair dan belum
2. Tahap II (sticky stage): monomer dan polimer bereaksi dengan menembus ke dalam polimer,
3. Tahap III (dough stage): monomer berdifusi ke dalam polimer, menjadi halus dan bertekstur
seperti adonan yang tidak lengket. Massa telah plastis dan homogen sehingga dapat dimasukkan
4. Tahap IV (rubbery stage): monomer tidak nampak karena sepenuhnya telah terserap dalam
polimer. Massa terasa seperti karet, tidak plastis dan tidak dapat lagi dicetak.
7
5. Tahap V (stiff stage): tahapan adonan sudah mengeras dan kaku sehingga tidak dapat dicetak lagi.
7
e. Sifat
Pada dasarnya tidak berasa dan beraroma. Namun bersifat porositas dan absortif sehingga
dapat menyerap makanan dan bakteri, menyebabkan rasa dan aroma yang tidak sedap.
Estetis
Warnanya agak transparan sehingga dapat diberi warna. Dapat dimodifikasi menyerupai
Kekuatan
Material ini bersifat kurang kuat. Namun, memiliki daya tekan dan tarik yang adekuat.
Kekerasan
Bahan ini merupakan material yang memiliki kekerasan yang rendah, mudah tergores dan
terkelupas.
Stabilitas dimensi
Resin akrilik yang diproses dengan baik memiliki stabilitas dimensi yang baik.
Ketahanan termal
Resin akrilik cenderung stabil terhadap panas. Namun pada batas suhu 125 0 – 2000 C
dapat terjadi depolarisasi. Resin akrilik merupakan konduktor panas yang buruk. Bahan
ini tidak dapat menghantarkan suhu makanan ke jaringan mulut sehingga membuat
pemakai gigi tiruan plat resin akrilik kurang merasakan sensasi suhu makanan.
Biokompatibilitas
Resin akrilik bersifat cukup kompatibel. Alergi terhadap bahan ini jarang ditemukan di
Porositas
8
Porositas yang dapat terjadi pada resin akrilik terbagi menjadi dua yaitu porositas
eksternal dan porositas internal. Porositas internal adalah porositas yang terdi di bagian
dalam dan terjadi pada bagian plat gigi tiruan yang tebal. Porositas internal dapat terjadi
karena penguapan monomer saat suhu resin mengalami peningatan di atas titik didih
monomer atau polimer yang kurang. Porositas juga dapat terjadi karena adonan yang
tidak homogen.
Menyerap air
Resin akrilik dapat menyerap air setelah bersentuhan dengan air dalam jangka waktu
tertentu. Air yang diserap terjadi karena mekanisme penyerapan melalui difusi molekul
air. Penyerapan air ini dapat menyebabkan perubahan pada sifat mekanis, dimensi
7, 8
polimer dan dapat menyebabkan perubahan warna bila terjadi secara terus-menerus.
Dalam proses mengunyah akan tersisa debris pada permukaan gigi tiruan dan terakumulasi
menjadi plak. Debris dan gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan beberapa masalah dalam rongga
mulut. Misalnya, ulser, keratosis dan denture stomatitis. Kebanyakan pengguna gigi tiruan adalah lansia
yang lebih rentan terhadap kondisi tersebut. Selain karena keadaan sistemik hal ini juga disebabkan
Untuk menghindari masalah tersebut perlu diadakan tindakan untuk menjaga kebersihan gigi
tiruan. Terdapat banyak metode, termasuk dengan menggunakan pembersih gigi tiruan. Pembersih gigi
tiruan merupakan bahan yang digunakan untuk membersihkan gigi tiruan. Pembersih gigi tiruan tersedia
a. Mekanik
9
Menyikat gigi tiruan dengan sikat gigi yang lembut dengan menggunakan sabun, air atau
pasta gigi. Penggunaan sikat gigi dengan pasta gigi abrasif dapat menyebabkan plat gigi
tiruan mengalami abrasi. Abrasi yang terjadi mengakibatkan goresan pada permukaan plat
b. Kimiawi
Teknik ini paling banyak dilakukan dengan merendam plat gigi tiruan dengan larutan
desinfekstan. Keuntungan teknik ini adalah pembersihan yang bersifat dapat mencakup seluruh
daerah gigi tiruan. Keuntungan lainnya yaitu seluruh permukaan plat terhindar dari abrasi dan
Pembersih oksigenasi
Bahan pembersih ini tersedia dalam sediaan tablet dan bubuk. Bahannya mengandung
senyawa alkali, deterjen, natrium perbonat dan bubuk. Ketika bahan dicampar dengan air,
maka akan terjadi pelepasan oksigen oleh natrium peroksida. Teknik ini dapat menghapus
Larutan hipoklorit
termasuk fungi dan bakteri. Teknik ini dilakukan dengan merendam gigi tiruan dengan
larutan hipoklorit dapat berupa sodium hipoklorit dan alkalin hipoklorit. Larutan ini dapat
semalaman tetapi dapat menimbulkan efek bleaching dan seharusnya digunakan tidak
Larutan asam
Pembersihan menggunakan asam efektif untuk menghilangkan kalkulus dan stain. Asam
yang diencerkan misalnya asam asetat dapat digunakan dengan perendaman selama
semalaman dengan interval sekali dala seminggu atau 2 minggu. dapat berupa asam sitrat,
10
asam klorida atau asam cuka rumahan). Pembersihan dengan teknik ini harus dilakukan
Enzim
mengunakan enzim mutanase dan protease. Teknik ini telah terbukti dapat mengurangi
plak secara signifikan dan mencegah plak baru terakumulasi di permukaan plat gigi
tiruan. Penggunaanya dengan cara merendam gigi tiruan selama 15 menit sehari atau
selama 8 jam dan paling efektif saat dikombinasikan dengan sikat gigi. 2, 9, 10
Pembersihan dengan teknik ini diberikan dengan cara melapisi plat menggunakan
permukaan gigi tiruan. Bahan ini tidak akan robek atau lepas dari plat namun, akan
Mesin ultrasonik
Alat ultrasonik memiliki tenaga mekanik pada pada frekuensi gelombang suara melebihi
gelombang pendengaran normal. Mesin ultrasonik yang bergetar dapat mengeluarkan debris.
Cara pembersihannya adalah dengan meletakkan gigi tiruan ke unit permbersih yang telah
diisi dengan larutan pembersih. Teknik ini tidak cukup ampuh mengeluarkan plak dari
permukaan gigi tiruan. Teknik ini disebut teknik campuran karena selain menggunakan
11
Bahan pembersih yang ideal memiliki beberapa kriteria, yaitu:
2.3. Alga
perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang
sebagai tumbuhan bertalus.13
Alga prokariotik13
tetapi dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik
Alga eukariotik13
Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah
dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energi.
12
Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini. Perlu
disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap tidak valid lagi
karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat kekerabatannya dengan
Alga atau rumput laut kaya dengan mineral yang angat diperlukan oleh tubuh manusia.
Dalam 100 gram alga terkandung karbohidrat sebesar 54,3-73,8%, protein 0,3-5,9%, kalsium,
natrium, larutan ester, vitamin (vit A,B,C,D,E), serta kadar yodium yang cukup tinggi. 14
flavonoid dan saponin. Senyawa bioaktif yang dikandung alga merupakan potensi yang sangat
bermanfaat bagi pengembangan bidang farmasi, misalnya sebagai senyawa obat seperti
antibakteri. 4
Alga atau ganggang dapat dibagi, dikelompokkan, atau diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) divisi, yaitu :
3. Divisi Euglenophyta
13
6. Divisi alga coklat (Phaeophyta)
Pembagian atau klasifikasi tersebut umumnya didasarkan pada pigmentasi yang ada di dalam tubuh
alga.14
Alga coklat merupakan alga yang berukuran besar. Alga coklat ada membentuk padang alga yang
lepas. Tumbuhan ini membentuk hutan lebat dan diantara daun-daun dan tangkai-tangkainya di dalam dan
di permukaan laut. Lingkungan hidup alga coklat di laut dan hanya sebagian kecil saja yang hidup di
muara sungai. Susunan tubuhnya umumnya bersel banyak (multiseluler) dan tubuhnya sudah dapat
dibedakan antara helaian (lamina), tangkai, dan pangkal yang menyerupai bentuknya akar (hapreta).
Pigmentasi yang dimiliki alga coklat adalah klorofil a dan c, karotenoidnya beta (beta karoten), dan
xantofilnya adalah fukoxantin, violaxantin, dan flavoxantin. Sedangkan cadangan makananya berupa
Alga atau rumput laut telah dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia sejak berabad-abad. Salah
satu pemanfaatan alga yaitu bahan pangan dan obat-obatan. Saat ini pemanfaatan alga telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Alga tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat-obatan saja
tetapi alga telah di manfaatkan dalam bidang industri, kosmetik dan lain-lain. Berikut ini adalah manfaat
dari alga :
a. Pangan
14
Alga telah dimanfaatkan sebahai bahan makanan sejak lama, walaupun pemanfaatannya masih
terbatas untuk konsumsi langsung. Sekitar 70 jenis rumput laut telah dimanfaatkan sebagai bahan
makanan terutama di negara-negara Asia, seperti Cina, Jepang, Taiwan Filipina, Indonsia serta Negara-
negara Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara, dan sebagian kecil negara di Afrika dan Amerika Selatan.
Saat ini alga tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang dikonsumsi secara sederhana, tetapi
sudah menjadi bahan baku dalam industi pangan. Alga merupakan bahan dasar ratuan produk pangan,
baik yng diproduksi rumah tangga maupun idustri makanan skala besar.
Karbohidrat yang terdapat pada alga merupakan vegetable gum, yaitu karbohidrat yang banyak
mengandung selulosa dan hemiselulosa sehingga tidak dapat dicerna seluruhnya oleh enzim di dalam
tubuh sehingga alga dapat dimanfaatkan menjadi makanan diet dengan sedikit kalori, berkadar serat
tinggi.14
b. Farmasi
Kandungan gizi alga sangat penting bagi tubuh manusia yang menjadikan alga tidak hanya sebagai bahan
pangan saja tetapi juga dimanfaatkan dalam bidang farmasi untuk pertumbuhan, kesehatan, dan
pengobatan manusia. Alga telah dimanfaatkan sebagai obat antiseptik dan pemeliharaan kulit. Selain itu
juga dimanfaatkan pada pembuatan pembungkus kapsul obat biotik, vitamin, dan lain-lain.
Di Indonesia terdapat 21 jenis dari 12 genus alga yang bisa dimanfaatkan sebagai obat, yang
terdiri dari 11 jenis dari tujuh genus dari alga merah (Rhodophyceae), tujuh jenis dari empat genus alga
hijau (Chlorophyceae), dan tiga jenis dari satu genus alga coklat (Phaeophyceae). 14
c. Kosmetik
Saat ini penggunaan alga sudah digunakan dalam bidang kosmetik dan kesehatan. Berbagai jenis
produk alga tidak hanya untuk mmpercantik diri tetapi juga untuk menjaga kesehatan. Alga merupakan
15
salah satu biota akuatik yang mengandung nutrisi penting bagi tubuh manusia sehingga dapat dikonsumsi
dan digunakan untuk merawat kulit dan tubuh. Pada industri kosmetik, olahan alga telah digunakan dalam
d. Agar-agar
Agar-agar adalah senyawa hidrokoloid yang dihasilkan oleh alga agarofit (agarophyte). Alga
agarofit (penghasil agar) tergolong dalam kelas Rhodophyceae (alga merah). Agar merupakan produk
kering tak berbentuk yang memiliki sifat seperti gelatin dan merupakan hasil ekstraksi non-nitrogen.
Molekul agar terdiri dari rantai linar galaktan. Galaktan merupakan polimer dari galaktosa. Dalam
menyusun senyawa agar, galaktan dapat berupa rantai linear yang netral maupun sudah teresktraksi
Peranan agar dalam industri makanan ditentukan oleh kandungan karbohidrat atau galaktosanya.
Apabila karbohidrat dipecah menjadi galaktosa maka sekitar 50% jumlah karbohidrat dapat dicerna.
Selain itu, agar juga dimanfaatkan sebagai bahan pengental atau penstabil makanan dalam kaleng. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kerusakan makanan dalam kaleng agar tahan lama.
Dalam mikrobiologi, agar dimanfaatkan untuk kultur mikroorganisme, terutama bakteri. Untuk
penumbuhan bakteri, agar diharapkan masih tetap cair apabila diinginkan sampai suhu 42°C dan tetap
kuat pada suhu 37°C, yaitu suhu inkubator. Selain itu, agar juga dimanfaatkan dalam industri kulit, tekstil,
dan fotografi. Dalam pemanfaatan agar ini digunakan pada proses akhir industri kulit untuk menghasilkan
permukaan yang halus. Agar juga dimanfaatkan dalam pembuatan perekat (adhesive) yang digunakan
e. Alginat
16
Alginat merupakan senyawa hidrokoloid yang diesktraksi dari alga coklat (Phaeophyceae). Algin
yang berbentuk asam alginik (alginic acid) merupakan getah berbentuk selaput tipis (membrane
2.3.5 Taksonomi
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Sargassum
Jenis : Sargassum
Candida merupakan flora normal dalam selaput lendir, saluran pernapasan, saluran pencernaan
dan genitalia wanita. Dalam rongga mulut spesies Candida yang paling dominan adalah Candida
albicans, di dalam rongga mulut yang sehat dilaporkan berkisar antara 30 – 70 %. Pada pemakai gigi-
tiruan ditemukan jumlah Candida albicans sekitar 65 %. Candida albicans merupakan mikroorganisme
17
opertunistik pada tubuh manusia karena pada keadaan tertentu jamur ini mampu menyebabkan infeksi dan
kerusakan jaringan. Infeksi Candida albicans memberikan gambaran berupa lesi berwarna merah,
bengkak dan menimbulkan rasa sakit pada permukaan mukosa rongga mulut, lesi ini dikenal dengan
denture stomatitis.16, 17
Peningkatan jumlah Candida albicans dapat mengubah sifat komensal menjadi parasit, yaitu dari
bentuk yeast menjadi hyphae. Bentuk hyphae ini merupakan inisiator invasi ke dalam jaringan sehingga
dapat menimbulkan denture stomatitis. Candida albicans bersifat pathogen oportunistik, karena
memanfaatkan situasi yang menguntungkan untuk berkembang sebagai faktor predisposisi. Umumnya
penyakit sistemik menjadi faktor predisposisi patogenesis infeksi Candida albicans, pada pemakai gigi-
tiruan disebut denture stomatitis. Pada penyakit sistemik terjadi perubahan respon imun, khusus di
permukaan mukosa tidak dapat mencegah perlekatan Candida albicans sehingga terjadi infeksi di rongga
mulut.16, 17
Divisi : Eurycophyta
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Cryptococcaceae
Famili : Candidoidea
Genus : Candida
18
Berdasarkan reaksi ikatan antigen-antibodi, Candida albicans dikelompokkan ke dalam 2
serotype, yaitu: 19
a. Candida albicans serotype A, mempunyai determinan antigen pada permukaan selnya sehingga
b. Candida albicans serotype B, tidak memiliki antigen pada permukaan selnya sehingga dengan
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
19
Gambar 2.3Streptococcus mutans
S. mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak bergerak), bakteri anaerob
fakultatif. S. mutans mempunyai bentuk kokus yang sendirian berbentuk bulat atau bulat telur dan
tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180- 400 C. S. mutans
biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang mengalami karies dan menjadi bakteri yang paling
kondusif menyebabkan karies untuk email gigi. S. mutans bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam,
asidurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket
disebut dextran dan levan. Hal ini menyebabkan, S. mutans bisa menyebabkan perlekatan dan
merangsang bakteri lain menuju ke email gigi, perlekatan antar bakteri, dan pertumbuhan bakteri asidurik
yang lainnya. Bakteri ini menghasilkan asam yang dapat melarutkan email gigi.
Pertumbuhan S. mutans cenderung menjadi kurang subur pada perbenihan padat atau kaldu,
kecuali diperkaya darah atau cairan jaringan. Kebanyakan Streptococcus tumbuh dalam media sebagai
koloni discoid, biasanya diameternya 1 – 2 mm (Jawetz et al., 1991). Media lain yang dapat dipakai untuk
menumbuhkan S. mutans adalah Brain Heart Infusion Broth (BHIB), Trypticase Yeast-Extract Cystine
20
Permukaan resin akrilik yang menghadap mukosa adalah permukaan yang tidak dipoles,
permukaan resin akrilik yang berhubungan dengan substrat pelikel menjadi lebih luas, dengan demikian
perlekatan pelikel menjadi semakin banyak, sehingga Candida albicans yang melekat pada permukaan ini
Pembersihan bakteri biofilm pada plat gigi tiruan sangat penting untuk menjaga dari denture
stomatitis dan untuk mencapai kesehatan gigi dan ulut yang baik. Denture stomatitis merupakan dampak
dari penggunaan gigi tiruan, berupa eritema pada daerah piggiran gigi tiruan dan kemungkinan dapat
Pemakaian gigi-tiruan secara terus-menerus dan tidak bersih dapat menebabkan beberapa reaksi
selain denture stomatitis terhadap jaringan yaitu stomatitis hiperplastik, stomatitis angularis, hiperplasia
mukosa mulut. Penggunaan gigi tiruan menyebabkan mukosa di bawah gigi tiruan akan tertutup oleh plat
dalam jangka waktu yang lama, sehingga menghalangi pembersihan permukaan mukosa maupun gigi-
tiruan oleh lidah dan saliva. Akibatnya pada permukaan gigi-tiruan akan terbentuk plak. Plak inilah yang
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme termasuk Candida albicans. Trauma
karena pemakaian gigi-tiruan juga mempermudah terjadinya infeksi Candida. Candida albicans
Denture stomatitis adalah peradangan kronis pada mukosa pendukung gigi-tiruan yang sifatnya
dapat setempat atau menyeluruh. Jaringan yang meradang akibat denture stomatitis berupa erythema,
udem, dan berwarna lebih merah dibandingkan jaringan sekitarnya yang tidak tertutup oleh plat gigi-
tiruan. Permukaan gigi tiruan yang permukaannya kasar dapat mempermudah menempelnya plak dan
merupakan tempat yang baik untuk berkembang biaknya kuman-kuman sehingga sering ditemukan
adanya peradangan. Peradangan dapat terjadi lebih hebat jika gigi-tiruan tersebut kotor. Penderita yang
memakai gigi-tiruan lepasan harus benar- benar menjaga kebersihan, karena adanya plak pada basis gigi-
tiruan merupakan tempat yang baik bagi berkumpulnya mikroorganisme termasuk Candida albicans. 22
21
Gambar 2.4. Denture stomatitis akibat penggunaan gigi tiruan yang terkontaminasi Candida
albicans
BAB III
LANDASAN TEORI
Teknik pembersihan
22
ultrasonik
ultrasonik Sikat gigi herbal enzim
Bahan
kimia
1. Konsentrasi sediaan
2. Metode eksraksi
3. Pengambilan apusan Ekstrak Alga Coklat (Sargassum sp.)
4. Lama perendaman
herbal
23
: Variabel yang diteliti
3.3. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dapat menghambat
pertumbuhan Candida albicans dan Streptococcus mutans pada basis gigi tiruan.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan post test controlled design
1. Pembuatan ekstrak alga coklat (Sargassum sp) di Laboratorium Fitokimia dan Farmasi
Universitas Hasanuddin
2. Kultur koloni Candida albicans dan Streptococcus mutans dari basis gigi tiruan dan uji daya
24
3.2.2. Waktu penelitian
2. Kultur Kultur koloni Candida albicans dan Streptococcus mutans dari basis gigi tiruan 10-11
November 2016
Sampel merupakan bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi:
1. Pasien yang menggunakan gigitiruan penuh dan insersi 1 bulan tanpa ada keluhan
Kriteria eksklusi:
(t -1) (r-1) ≥ 15
(5-1) (r-1) ≥ 15
r-1≥ 3,75
r≥ 4,75
r = jumlah sampel
25
Dengan menggunakan rumus di atas maka didapatkan besar sampel yang digunakan untuk tiap
Sampel dibagi dalam 3 kelompok konsentrasi larutan ekstrak dan 1 kelompok kontrol, yaitu :
Variabel independen dari penelitian adalah ekstrak alga coklat (Sargassum sp)
Variabel dependen dari penelitian adalah Candida albicans dan Streptococcus mutans
Variabel penghubung dari penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak alga coklat (Sargassum sp)
26
4.5.1. Pertumbuhan Candida albicans: adalah pembiakan Candida albicans setelah diambil dari basis
4.5.2. Pertumbuhan Streptococcus mutans: adalah pembiakan Streptococcus mutans setelah diambil dari
4.5.3 Ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) adalah sejumlah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengektraksi zat aktif dari tumbuhan alga coklat menggunakan pelarut metanol . Penelitian dilkukan
dengan ekstrak yang telah diencerkan menjadi konsentrasi 10%, 75% dan 100%.
4.6.1. Alat
a. Cawan Petri
b. Neraca analitik
c. Autoklaf
d. Labu Erlenmeyer
e. Tabung Reaksi
f. Jangka sorong
g. Incubator
h. Bunsen
i. Pinset
j. Ose bulat
k. Rotary evaporator
27
l. Swab steril
4.6.2. Bahan :
c. . Aquades steril
e. metanol
f. Masker
g. Handschoen
h. Paper disc
i. Aluminium foil
1. Alga coklat Sargassum sp perairan Pantai Punaga dan Pantai Putondo, Kabupaten Takalar, Sulawesi
Selatan.
3. Alga coklat dicuci kembali dengan air jernih yang mengalir untuk menghilangkan garam, epifit, dan
28
4. Alga yang sudah dibersihkan kemudian dikeringkan dengan cara dianginkan pada suhu ruangan.
5. Sebanyak 6 kg berat kering Sargassum sp diekstraksi dengan 2 liter methanol secara maserasi selama 3
hari sambil sesekali diaduk. Wadah maserasi ditutup rapat dan disimpan ditempat sejuk dan tidak terkena
sinar matahari langsung. Setelah 3 hari, hasil maserasi disaring dan filtratnya dikumpulkan.
6. Filtrate yang dikumpulkan, dipekatkan dengan alat rotary evaporator, hingga diperoleh ekstrak kental.
1. Muller Hinton Agar (MHA) sebanyak 38 g dilarutkan dengan 1 liter akuades menggunakan tabung
Erlemeyer
2. Homogenkan dan tuang ke dalam tabung reaksi steril yang ditutup dengan aluminium foil.
3. Media tersebut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 25 menit.
2. Melakukan pengambilan apusan dengan menggunakan swab steril dengan cara menggores secara
4.7.4 Pengenceran
29
Pengenceran bertujuan untuk menghasilkan beberapa konsentrasi yang akan digunakan dari
ekstrak alga coklat jenis Sargassupm sp. yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans dan Candida albicans. Pengenceran dibuat dengan konsentrasi yaitu 10%, 20%, 30% dan 40%.
Sedangkan untuk kontrol (+) menggunakan larutan pembersih gigi tiruan. Cara membuat konsentrasi
sebagai berikut:
10 ml akuades
dengan10 ml akuades
dengan10 ml akuades
dengan10 ml akuades
5. Untuk membuat konsentrasi larutan pembersih gigi tiruan, tablet pembersih gigi tiruan sediaan
2. Suspensi Candida albicans dibiakkan pada 25 media dan Streptococcus mutans dibiakkan pada 25
media.
3. Lima paper disc yang telah diberikan larutan konsentrasi 10 % dimasukkan ke dalam 5 cawan petri
terdapat suspensi Candida albicans dan 5 cawan petri bersuspensi Streptococcus mutans
4. Lima paper disc yang telah diberikan larutan konsentrasi 20 % dimasukkan ke dalam 5 cawan petri
terdapat suspensi Candida albicans dan 5 cawan petri bersuspensi Streptococcus mutans
30
5. Lima paper disc yang telah diberikan larutan konsentrasi 30 % dimasukkan ke dalam 5 cawan petri
terdapat suspensi Candida albicans dan 5 cawan petri bersuspensi Streptococcus mutans
6. Lima paper disc yang telah diberikan larutan konsentrasi 40 % dimasukkan ke dalam 5 cawan petri
terdapat suspensi Candida albicans dan 5 cawan petri bersuspensi Streptococcus mutans
7. Lima paper disc yang telah diberikan larutan pembersih gigi tiruan dimasukkan ke dalam 5 cawan petri
terdapat suspensi Candida albicans dan 5 cawan petri bersuspensi Streptococcus mutans
Daya hambat diketahui berdasarkan pengukuran diameter zona ihibisi (zona bening atau daerah
jernih tanpa mikroorganisme) yang terbentuk di sekitar paper disc. Pengukuran tersebut menggunakan
Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan dan skala ukur yang
digunakan. Dari data yang dikumpulkan, selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan uji statistik
berupa uji ANOVA dan uji-t berpasangan. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95 % atau nilai
p< 0,05.
31
4.9. Alur penelitian
Inkubasi
Uji daya hambat
33
Daftar Pustaka
1. Rahman EF. Efefektivitas ekstrak daun dewa (gynura pseudochina (lour.) dc) terhadap
pertumbuhan candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik. J Majalah S. Agung;48
(123). p. 1-5.
2. Rathee M. Hooda A. Ghalaut P. Denture hygiene in geriatric persons. J Geri and Gerontology.
2010;6(1).p.8-15.
pembersih gigi tiruan resin akrilik terhadap jumlah Streptococcus mutans [Skripsi]. Jember:
4. Alfiyaturohmah, dkk. Uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar etanol, kloroform dan n-heksana alga
coklat Sargassum vulgare asal pantai kapong pamekasan terhadap bakteri Staphilococcus aureus
34
5. Dewi A. Uji aktivitas antijamur ekstrak etanol rumput laut Sargassum ilicifolium (turner) c.
Agardh terhadap jamur Candida albicans [Skripsi]. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara; 2011
6. Alamsjah MA dkk. Pengaruh ekstrak alga cokelat (Sargassum sp.) terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli secara in vitro. J Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2011; 3(1). p. 82.
7. Manappallil JJ. Basic dental materials. 2nd Ed. New delhi: Jaypee; 2003. p. 110-131
8. Anusavice KJ. Phillips’ science of dental materials. 11th Ed. Missouri: Elsevier; 2003. p. 166
9. American dental Association. Dentures cleanser. Online article. 2011. Availabe at:
10. Oussama M, Ahmad H. Materials and methods for cleaning dentures- A Review. International
11. Shay K. Denture hygiene: a review and update. 2011. J of Contemporary Dental Practice. 2000;
1(2): p. 6
12. Jain SG et all. Denture cleansers: a review. J of Dental and Medical Sciences. 2015; 14(2): p. 95.
https://id.wikipedia.org/wiki/Alga#Kelompok-kelompok_alga
14. Alam AS. Uji daya hambat ekstrak alga coklat spesies padina sp terhadap pertumbuhan bakteri
16. Tokita T, Akiba N, Hayakawa I. Improvement of the surface of denture base resins with straight
35
17. Sang P, Blissett R, Susarla SM, Weber HP. Candida albicans adherence to surface-modified
18. Wikipedia. Candida albicans. [internet]. [cited 2016 2 Nov]. Available from:
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Candida_albicans
19. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi untuk profesi kesehatan, ed 16, Jakarta: EGC Press;
1986. p.366-384
20. Wikipedia. Streptococcus mutans. [internet]. [cited 2016 2 Nov]. Available from:
https://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans
2; 2006.p.37-40
22. Sudiono, Sabaruddin. Candida albicans as a risk factor of denture stomatitis in ederly. MI.
36
37
38
39
40
41
42