Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Resin akrilik adalah bahan yang telah lama digunakan dalam bidang kedokteran gigi sejak tahun

1937. Resin akrilik terdiri dari serbuk (polimer) dan cairan (monomer) yang dicampurkan sesuai dengan

perbandingan yang telah ditentukan. Resin akrilik banyak digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan

karena memiliki beberapa kelebihan antara lain tidak toksik, tidak mengiritasi jaringan, harganya murah,

mudah didapat, estetiknya baik karena menyerupai jaringan di dalam mulut, tidak larut dalam cairan

mulut, perubahan dimensinya kecil, mudah dimanipulasi dan direparasi bila terjadi kerusakan kecil. Resin

akrilik juga masih memiliki beberapa kekurangan yaitu mudah menyerap cairan, memiliki monomer sisa,

porositas, kurang tahan terhadap abrasi, dapat berubah warna dan mudah dilekati oleh sisa makanan, plak

dan bakteri. 1

Gigi tiruan yang selalu terkontaminasi saliva, makanan dan minuman menyebabkan sisa makanan

dapat menumpuk pada bagian basis gigi tiruan sehingga harus selalu dijaga kebersihannya. Basis gigi

tiruan akrilik yang terkontaminasi sisa makanan dapat menimbulkan plak dan menyebabkan infeksi pada

mukosa berupa denture stomatitis. Denture stomatitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri dan

Candida albicans, alergi, kurangnya kebersihan gigi tiruan, aliran saliva yang tidak lancar dan nutrisi

yang tidak baik. 1, 2

Monroy et al. (2005) melaporkan pada membran mukosa orang yang memakai gigi tiruan

ditemukan Candida albicans 51,4%, Staphylococcus aureus 52,4%, dan Streptococcus mutans 67,6%.

Streptococcus sp. menjadi bakteri pertama yang melekat pada basis gigi tiruan dan membentuk koloni.

Salah satu bakteri tersebut adalah Streptococcus mutans. Streptococcus mutans dapat menghasilkan suatu

1
substrat yaitu polisakarida ekstra seluler (PSE) yang tidak dimiliki oleh bakteri-bakteri lain. Substrat

tersebut menjadi jalan bagi bakteri dan jamur lain untuk melekat pada basis gigi tiruan. Jamur yang sering

terdeteksi pada basis gigi tiruan adalah Candida albicans. Bakteri dan jamur tersebut akan berproliferasi

menjadi plak. Plak inilah yang menyebabkan terjadinya denture stomatitis. 3

Basis gigi tiruan membutuhkan perawatan khusus karena mudah dilekati oleh sisa makanan dan

bakteri. Perawatan untuk plat gigi tiruan menggunakan bahan dan teknik pembersihan tertentu. Teknik

membersihkan plat gigi tiruan ada tiga, yaitu dengan teknik mekanik, kimiawi dan gabungan teknik

mekanik dan kimiawi. 2

Pembersihan dengan teknik mekanik dapat dilakukan dengan menggunakan sikat gigi.

Pembersihan dengan teknik kimiawi dilakukan dengan teknik oksigenating dan perendaman dalam

larutan desinfektan misalnya alkali hipoklorit, alkali peroksida, klorheksidin, sodium hipoklorit, enzim

dan bahan desinfektan dari herbal. Pembersihan dengan teknik gabungan merupakan pembersihan dengan

sistim ultrasonik. 1, 2

Efektivitas bahan desinfektan dari herbal telah banyak diteliti dan terbukti dapat mencegah

pertumbuan mikroorganisme yang terdapat pada basis gigi tiruan. Alga coklat jenis Sargassum sp. adalah

salah satu bahan herbal yang terbukti bersifat antifungi dan antibakteri sehingga cocok digunakan sebagai

bahan pembersih gigi tiruan. Alga coklat mengandung senyawa bioaktif diantaranya flavonoid yang

diketahui berifat antimikroba. 4

Penelitian Alfiyaturohmah dkk (2013) menyatakan ekstrak kloroform Sargassum vulgare

memiliki aktifitas anti bakteri. 4 Penelitian Dewi (2011) menjelaskan ekstrak etanol talus rumput laut

Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan jamur

Candida albicans.5 .Oleh karena dasar inilah disertai dengan ketersediaan Alga cokelat jenis Sargassum

sp. yang melimpah ruah di perairan Indonesia khususnya di wilayah perairan Provinsi Sulawesi Selatan,

penulis tertarik meneliti efektivitas alga coklat jenis Sargassum sp. sebagai pembersih gigi tiruan.

2
Penelitian Alamsjah (2011) menyatakan hasil pengamatan uji MIC secara visual menunjukkan

hambatan pertumbuhan bakteri terjadi pada konsentrasi 50 %. Hal ini tampak pada tabung reaksi

konsentrasi 50 % yang memiliki kejernihan hampir mendekati kejernihan tabung reaksi kontrol positif

dan tidak keruh seperti tabung reaksi tabung kontrol negatif. 6 Berdasarkan penelitian tersebut penulis

memutuskan meneliti pada konsentrasi yang lebih rendah, yakni 10%, 20%, 30%, dan 40% untuk

mengetahui kadar minimal ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan

Candida albicans.

1.2. Rumusan masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans?

2. Apakah ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus

mutans?

3. Berapa konsentrasi minimal ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) antara pengenceran 10%, 20%,

30%, dan 40% yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Candida

albicans?

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya hambat ekstrak alga coklat (Sargassum sp.)

terhadap pertumbuhan Candida albicans dan Streptococcus mutans yang terdapat pada basis gigi tiruan

resin akrilik.

1.3.2. Tujun khusus

3
1. Untuk mengetahui daya hambat ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dalam menghambat

pertumbuhan Candida albicans.

2. Untuk mengetahui daya hambat ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dalam menghambat

pertumbuhan Streptococcus mutans.

3. Untuk mengetahui konsentrasi minimal ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) antara pengenceran

10%, 20%, 30%, dan 40% yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan

Candida albicans.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Resin akrilik

Jenis resin ini banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Polimetil metakrilat, banyak

digunakan karena mudah digunakan. Bahan ini terdiri dari bubuk (powder) dan cairan (liquid). Bahan

powder disebut polimer dan pada liquid merupakan monomer dan dicampurkan dengan perbandingan

tertentu. Bahan ini polimer ini bersifat sangat stabil. Tidak menyebabkan perubahan warna akibat sinar

ultraviolet. Resin akrilik tetap stabil pada suhu 125 0C. dan dapat didihkan diantara bahan termoplastik. 7, 8

Gambar 2.1. Gigi tiruan penuh lepasan yang terbuat dari bahan resin akrilik

Polimetil metakrilat dibagi berdasarkan metode yang digunakan untuk mengaktifasinya, yaitu:

2.1.1. Resin self curing

Resin polimerisasi secara kimia sering tersebut resin cold curing, self curing, atau

otopolimerisasi. Jenis resin akrilik ini tidak membutuhkan energi panas untuk memulai polimerisasi dan

memulai polimerisasinya dengan energi kimia. Polimerisasi resin ini dapat dilakukan pada suhu kamar.

Polimerisasi pada resin jenis ini terjadi karena penambahan zat kimia tertentu, misalnya dimetil-para-

toloudine yang terdapat pada monomer.

5
Komponen bubuk dan cair yang dicampurkan meyebabkan benzoil peroksida terpisah. Radikal

bebas terbentuk akibat terpisahnya benzoil peroksida dan polimerisasi mulai terjadi. Polimerisasi

berlangsung dengan cara yang sama seperti sistim polimerisasi termal. 7

2.1.2. Resin light curing

Resin ini mengandung matriks uretan dimetakrilat, silica ukuran mikro dan monomer resin akrilik

dengan berat molekul yang besar. Sinar yang diberikan menjadi aktivatornya. Champoroquinone

berfungsi sebagai pemulai polimerisasi. Resin ini diedarkan dalam bentuk lembaran dan benang serta

dikemas dalam kantung kedap cahaya untuk mencegah polimerisasi yang tidak diinginkan. 7

2.1.3. Resin heat curing

a. Komposisi

 Liquid:

 Metil metakrilat : memplastisi polimer

 Dibutil ptalat : pemplastis

 Glikol dimetakrilat : agen cross-linking

 Hydroquinone : inhibitor- mencegah proses setting

 Powder:

 Poli (metal metakrilat) dan ko-polimer lainnya

 Benzoil peroksida : inisiator

 Campuran merkurik sulfide dan kadmium sulfide

 Zink atau titanium oksida : opakisasi

 Dibutil pitalat : platisi

 Partikel anorganik seperti glass fiber dan manik. 7

b. Kelebihan:

6
 Tidak bersifat toksik

 Tidak mengiritasi jaringan

 Tidak larut dalam cairan mulut

 Estetik bagus

 Mudah dimanipulasi

 Mudah direparasi

 Perubahan dimensinya kecil 7,8

c. Kekurangan

 Mudah patah

 Dapat terjadi porositas

 Menyerap cairan sehingga dapat berubah warna setelah beberapa lama 7

d. Manipulasi

Polimer dan monomer yang dicampurkan dengan perbandingan yang tepat akan

menghasilkan massa yang tepat untuk dibentuk. Setelah tercampur akan terjadi beberapa tahap,

yaitu:

1. Tahap I (sandy stage): polimer mulai mengendap ke dalam monomer berbentuk cair dan belum

membentuk massa koheren.

2. Tahap II (sticky stage): monomer dan polimer bereaksi dengan menembus ke dalam polimer,

terbentuk massa lengket seperti benang (jaring laba-laba) bila disentuh.

3. Tahap III (dough stage): monomer berdifusi ke dalam polimer, menjadi halus dan bertekstur

seperti adonan yang tidak lengket. Massa telah plastis dan homogen sehingga dapat dimasukkan

ke dalam cetakan / mold.

4. Tahap IV (rubbery stage): monomer tidak nampak karena sepenuhnya telah terserap dalam

polimer. Massa terasa seperti karet, tidak plastis dan tidak dapat lagi dicetak.

7
5. Tahap V (stiff stage): tahapan adonan sudah mengeras dan kaku sehingga tidak dapat dicetak lagi.
7

e. Sifat

 Rasa dan aroma

Pada dasarnya tidak berasa dan beraroma. Namun bersifat porositas dan absortif sehingga

dapat menyerap makanan dan bakteri, menyebabkan rasa dan aroma yang tidak sedap.

 Estetis

Warnanya agak transparan sehingga dapat diberi warna. Dapat dimodifikasi menyerupai

warna jaringan lunak rongga mulut.

 Kekuatan

Material ini bersifat kurang kuat. Namun, memiliki daya tekan dan tarik yang adekuat.

 Kekerasan

Bahan ini merupakan material yang memiliki kekerasan yang rendah, mudah tergores dan

terkelupas.

 Stabilitas dimensi

Resin akrilik yang diproses dengan baik memiliki stabilitas dimensi yang baik.

 Ketahanan termal

Resin akrilik cenderung stabil terhadap panas. Namun pada batas suhu 125 0 – 2000 C

dapat terjadi depolarisasi. Resin akrilik merupakan konduktor panas yang buruk. Bahan

ini tidak dapat menghantarkan suhu makanan ke jaringan mulut sehingga membuat

pemakai gigi tiruan plat resin akrilik kurang merasakan sensasi suhu makanan.

 Biokompatibilitas

Resin akrilik bersifat cukup kompatibel. Alergi terhadap bahan ini jarang ditemukan di

dalam rongga mulut.

 Porositas

8
Porositas yang dapat terjadi pada resin akrilik terbagi menjadi dua yaitu porositas

eksternal dan porositas internal. Porositas internal adalah porositas yang terdi di bagian

dalam dan terjadi pada bagian plat gigi tiruan yang tebal. Porositas internal dapat terjadi

karena penguapan monomer saat suhu resin mengalami peningatan di atas titik didih

monomer atau polimer yang kurang. Porositas juga dapat terjadi karena adonan yang

tidak homogen.

 Menyerap air

Resin akrilik dapat menyerap air setelah bersentuhan dengan air dalam jangka waktu

tertentu. Air yang diserap terjadi karena mekanisme penyerapan melalui difusi molekul

air. Penyerapan air ini dapat menyebabkan perubahan pada sifat mekanis, dimensi
7, 8
polimer dan dapat menyebabkan perubahan warna bila terjadi secara terus-menerus.

2.2. Pembersih gigi tiruan

Dalam proses mengunyah akan tersisa debris pada permukaan gigi tiruan dan terakumulasi

menjadi plak. Debris dan gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan beberapa masalah dalam rongga

mulut. Misalnya, ulser, keratosis dan denture stomatitis. Kebanyakan pengguna gigi tiruan adalah lansia

yang lebih rentan terhadap kondisi tersebut. Selain karena keadaan sistemik hal ini juga disebabkan

keidakmampuan menjaga kebersihan gigi tiruan.

Untuk menghindari masalah tersebut perlu diadakan tindakan untuk menjaga kebersihan gigi

tiruan. Terdapat banyak metode, termasuk dengan menggunakan pembersih gigi tiruan. Pembersih gigi

tiruan merupakan bahan yang digunakan untuk membersihkan gigi tiruan. Pembersih gigi tiruan tersedia

dalam beberapa sediaan berupa krim, bubuk, cair atau tablet. 7, 9

2.2.1. Teknik pembersihan gigi tiruan

a. Mekanik

Pembersihan sikat gigi secara mekanik dapat dilakukan dengan cara:

9
 Menyikat gigi tiruan dengan sikat gigi yang lembut dengan menggunakan sabun, air atau

pasta gigi. Penggunaan sikat gigi dengan pasta gigi abrasif dapat menyebabkan plat gigi

tiruan mengalami abrasi. Abrasi yang terjadi mengakibatkan goresan pada permukaan plat

gigi tiruan. 2, 9, 10, 11

b. Kimiawi

Teknik ini paling banyak dilakukan dengan merendam plat gigi tiruan dengan larutan

desinfekstan. Keuntungan teknik ini adalah pembersihan yang bersifat dapat mencakup seluruh

daerah gigi tiruan. Keuntungan lainnya yaitu seluruh permukaan plat terhindar dari abrasi dan

teknik ini merupakan teknik yang sederhana.

 Pembersih oksigenasi

Bahan pembersih ini tersedia dalam sediaan tablet dan bubuk. Bahannya mengandung

senyawa alkali, deterjen, natrium perbonat dan bubuk. Ketika bahan dicampar dengan air,

maka akan terjadi pelepasan oksigen oleh natrium peroksida. Teknik ini dapat menghapus

deposit organik dan membunuh mikroorgnisme.

 Larutan hipoklorit

Larutan alkalin hipoklorit dapat mengeluarkan stain, menghilangkan debris dan

termasuk fungi dan bakteri. Teknik ini dilakukan dengan merendam gigi tiruan dengan

larutan hipoklorit dapat berupa sodium hipoklorit dan alkalin hipoklorit. Larutan ini dapat

tidak dapt menghilangkan kalkulus. Penggunaannya efektif dengan perendaman selama

semalaman tetapi dapat menimbulkan efek bleaching dan seharusnya digunakan tidak

terlalu sering, misalnya sekali seminggu.

 Larutan asam

Pembersihan menggunakan asam efektif untuk menghilangkan kalkulus dan stain. Asam

yang diencerkan misalnya asam asetat dapat digunakan dengan perendaman selama

semalaman dengan interval sekali dala seminggu atau 2 minggu. dapat berupa asam sitrat,

10
asam klorida atau asam cuka rumahan). Pembersihan dengan teknik ini harus dilakukan

dengan ekstra hati-hati karena berbahaya untuk mata dan kulit.

 Enzim

Pembersihan gigi tiruan dengan enzim ialah menggunakan enzim untuk

menghancurkan glikoprotein, muko-protein dan muko-polisakarida dari plak. Teknik ini

mengunakan enzim mutanase dan protease. Teknik ini telah terbukti dapat mengurangi

plak secara signifikan dan mencegah plak baru terakumulasi di permukaan plat gigi

tiruan. Penggunaanya dengan cara merendam gigi tiruan selama 15 menit sehari atau

selama 8 jam dan paling efektif saat dikombinasikan dengan sikat gigi. 2, 9, 10

c. Teknik pembersihan lain dan campuran

 Penggunaan polimer silikon

Pembersihan dengan teknik ini diberikan dengan cara melapisi plat menggunakan

polimer silikon. Polimer silikon tersebut dapat menghambat perlekatan bakteri ke

permukaan gigi tiruan. Bahan ini tidak akan robek atau lepas dari plat namun, akan

mengilang dan terkikis seiring waktu. 11

 Mesin ultrasonik

Alat ultrasonik memiliki tenaga mekanik pada pada frekuensi gelombang suara melebihi

gelombang pendengaran normal. Mesin ultrasonik yang bergetar dapat mengeluarkan debris.

Cara pembersihannya adalah dengan meletakkan gigi tiruan ke unit permbersih yang telah

diisi dengan larutan pembersih. Teknik ini tidak cukup ampuh mengeluarkan plak dari

permukaan gigi tiruan. Teknik ini disebut teknik campuran karena selain menggunakan

energi kinetic, menggunakan bantuan bahan kimia dalam proses penggunaannya. 2, 10

2.2.2. Bahan pembersihan yang ideal

11
Bahan pembersih yang ideal memiliki beberapa kriteria, yaitu:

 Tidak bersifat toksik

 Mudah digunakan oleh pasien

 Mampu melarutkan plak yang melekat pada gigi tiruan

 Bersifat antibakteri dan antifungi

 Cocok dan dapat diterima oleh bahan plat gigi tiruan

 Tidak berasa atau memiliki rasa yang dapat diterima 12

2.3. Alga

Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan

perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang

dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula

sebagai tumbuhan bertalus.13

 Alga prokariotik13

Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan

Cyanobacteria ("bakteri biru-hijau", dulu disebut Cyanophyceae, "alga biru-hijau") Dengan

demikian, sebutan "alga" menjadi tidak valid. Cyanobacteria memiliki struktur

sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun mampu melakukan fotosintesis langsung karena

memiliki klorofil. Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kingdom Monera. Akan

tetapi dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik

bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri (Eubacteria

 Alga eukariotik13

Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah

dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energi.

12
Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini. Perlu

disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap tidak valid lagi

karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat kekerabatannya dengan

tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.

2.3.1. Kandungan alga

Alga atau rumput laut kaya dengan mineral yang angat diperlukan oleh tubuh manusia.

Dalam 100 gram alga terkandung karbohidrat sebesar 54,3-73,8%, protein 0,3-5,9%, kalsium,

natrium, larutan ester, vitamin (vit A,B,C,D,E), serta kadar yodium yang cukup tinggi. 14

Alga coklat mengandung senyawa bioaktif seperti Fucoxantin, steroid, phlorotannin,

flavonoid dan saponin. Senyawa bioaktif yang dikandung alga merupakan potensi yang sangat

bermanfaat bagi pengembangan bidang farmasi, misalnya sebagai senyawa obat seperti

antibakteri. 4

2.3.2 Klasifikasi Alga

Alga atau ganggang dapat dibagi, dikelompokkan, atau diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) divisi, yaitu :

1. Divisi alga biru (Cyanophyta)

2. Divisi alga hijau (Chlorophyta)

3. Divisi Euglenophyta

4. Divisi alga api (Pyrophyta)

5. Divisi alga keemasan (Chrysophyta)

13
6. Divisi alga coklat (Phaeophyta)

7. Divisi alga merah (Rhodophyta)

Pembagian atau klasifikasi tersebut umumnya didasarkan pada pigmentasi yang ada di dalam tubuh

alga.14

2.3.3 Alga coklat

Alga coklat merupakan alga yang berukuran besar. Alga coklat ada membentuk padang alga yang

lepas. Tumbuhan ini membentuk hutan lebat dan diantara daun-daun dan tangkai-tangkainya di dalam dan

di permukaan laut. Lingkungan hidup alga coklat di laut dan hanya sebagian kecil saja yang hidup di

muara sungai. Susunan tubuhnya umumnya bersel banyak (multiseluler) dan tubuhnya sudah dapat

dibedakan antara helaian (lamina), tangkai, dan pangkal yang menyerupai bentuknya akar (hapreta).

Pigmentasi yang dimiliki alga coklat adalah klorofil a dan c, karotenoidnya beta (beta karoten), dan

xantofilnya adalah fukoxantin, violaxantin, dan flavoxantin. Sedangkan cadangan makananya berupa

manitol (senyawa alkohol) dan laminarin (senyawa karbohidrat). 14

2.3.4 Manfaat alga

Alga atau rumput laut telah dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia sejak berabad-abad. Salah

satu pemanfaatan alga yaitu bahan pangan dan obat-obatan. Saat ini pemanfaatan alga telah mengalami

kemajuan yang sangat pesat. Alga tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat-obatan saja

tetapi alga telah di manfaatkan dalam bidang industri, kosmetik dan lain-lain. Berikut ini adalah manfaat

dari alga :

a. Pangan

14
Alga telah dimanfaatkan sebahai bahan makanan sejak lama, walaupun pemanfaatannya masih

terbatas untuk konsumsi langsung. Sekitar 70 jenis rumput laut telah dimanfaatkan sebagai bahan

makanan terutama di negara-negara Asia, seperti Cina, Jepang, Taiwan Filipina, Indonsia serta Negara-

negara Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara, dan sebagian kecil negara di Afrika dan Amerika Selatan.

Saat ini alga tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang dikonsumsi secara sederhana, tetapi

sudah menjadi bahan baku dalam industi pangan. Alga merupakan bahan dasar ratuan produk pangan,

baik yng diproduksi rumah tangga maupun idustri makanan skala besar.

Karbohidrat yang terdapat pada alga merupakan vegetable gum, yaitu karbohidrat yang banyak

mengandung selulosa dan hemiselulosa sehingga tidak dapat dicerna seluruhnya oleh enzim di dalam

tubuh sehingga alga dapat dimanfaatkan menjadi makanan diet dengan sedikit kalori, berkadar serat

tinggi.14

b. Farmasi

Kandungan gizi alga sangat penting bagi tubuh manusia yang menjadikan alga tidak hanya sebagai bahan

pangan saja tetapi juga dimanfaatkan dalam bidang farmasi untuk pertumbuhan, kesehatan, dan

pengobatan manusia. Alga telah dimanfaatkan sebagai obat antiseptik dan pemeliharaan kulit. Selain itu

juga dimanfaatkan pada pembuatan pembungkus kapsul obat biotik, vitamin, dan lain-lain.

Di Indonesia terdapat 21 jenis dari 12 genus alga yang bisa dimanfaatkan sebagai obat, yang

terdiri dari 11 jenis dari tujuh genus dari alga merah (Rhodophyceae), tujuh jenis dari empat genus alga

hijau (Chlorophyceae), dan tiga jenis dari satu genus alga coklat (Phaeophyceae). 14

c. Kosmetik

Saat ini penggunaan alga sudah digunakan dalam bidang kosmetik dan kesehatan. Berbagai jenis

produk alga tidak hanya untuk mmpercantik diri tetapi juga untuk menjaga kesehatan. Alga merupakan

15
salah satu biota akuatik yang mengandung nutrisi penting bagi tubuh manusia sehingga dapat dikonsumsi

dan digunakan untuk merawat kulit dan tubuh. Pada industri kosmetik, olahan alga telah digunakan dalam

produk salep, krem, losion, lipstik, dan sabun.14

d. Agar-agar

Agar-agar adalah senyawa hidrokoloid yang dihasilkan oleh alga agarofit (agarophyte). Alga

agarofit (penghasil agar) tergolong dalam kelas Rhodophyceae (alga merah). Agar merupakan produk

kering tak berbentuk yang memiliki sifat seperti gelatin dan merupakan hasil ekstraksi non-nitrogen.

Molekul agar terdiri dari rantai linar galaktan. Galaktan merupakan polimer dari galaktosa. Dalam

menyusun senyawa agar, galaktan dapat berupa rantai linear yang netral maupun sudah teresktraksi

dengan metal atau asam sulfat.

Peranan agar dalam industri makanan ditentukan oleh kandungan karbohidrat atau galaktosanya.

Apabila karbohidrat dipecah menjadi galaktosa maka sekitar 50% jumlah karbohidrat dapat dicerna.

Selain itu, agar juga dimanfaatkan sebagai bahan pengental atau penstabil makanan dalam kaleng. Hal ini

dilakukan untuk mencegah kerusakan makanan dalam kaleng agar tahan lama.

Dalam mikrobiologi, agar dimanfaatkan untuk kultur mikroorganisme, terutama bakteri. Untuk

penumbuhan bakteri, agar diharapkan masih tetap cair apabila diinginkan sampai suhu 42°C dan tetap

kuat pada suhu 37°C, yaitu suhu inkubator. Selain itu, agar juga dimanfaatkan dalam industri kulit, tekstil,

dan fotografi. Dalam pemanfaatan agar ini digunakan pada proses akhir industri kulit untuk menghasilkan

permukaan yang halus. Agar juga dimanfaatkan dalam pembuatan perekat (adhesive) yang digunakan

dalam industri plywood.14

e. Alginat

16
Alginat merupakan senyawa hidrokoloid yang diesktraksi dari alga coklat (Phaeophyceae). Algin

yang berbentuk asam alginik (alginic acid) merupakan getah berbentuk selaput tipis (membrane

missilage) yang banyak digunakan oleh industri-industri besar maupun kecil. 14

2.3.5 Taksonomi

Adapun taksonomi untuk Sargassum sp. yaitu sebagai berikut.1

Divisi : Thallophyta

Kelas : Phaeophyceae

Bangsa  : Fucales

Suku  : Sargassaceae

Marga  : Sargassum

Jenis  : Sargassum

2.4. Candida albicans

Candida merupakan flora normal dalam selaput lendir, saluran pernapasan, saluran pencernaan

dan genitalia wanita. Dalam rongga mulut spesies Candida yang paling dominan adalah Candida

albicans, di dalam rongga mulut yang sehat dilaporkan berkisar antara 30 – 70 %. Pada pemakai gigi-

tiruan ditemukan jumlah Candida albicans sekitar 65 %. Candida albicans merupakan mikroorganisme

17
opertunistik pada tubuh manusia karena pada keadaan tertentu jamur ini mampu menyebabkan infeksi dan

kerusakan jaringan. Infeksi Candida albicans memberikan gambaran berupa lesi berwarna merah,

bengkak dan menimbulkan rasa sakit pada permukaan mukosa rongga mulut, lesi ini dikenal dengan

denture stomatitis.16, 17

Peningkatan jumlah Candida albicans dapat mengubah sifat komensal menjadi parasit, yaitu dari

bentuk yeast menjadi hyphae. Bentuk hyphae ini merupakan inisiator invasi ke dalam jaringan sehingga

dapat menimbulkan denture stomatitis. Candida albicans bersifat pathogen oportunistik, karena

memanfaatkan situasi yang menguntungkan untuk berkembang sebagai faktor predisposisi. Umumnya

penyakit sistemik menjadi faktor predisposisi patogenesis infeksi Candida albicans, pada pemakai gigi-

tiruan disebut denture stomatitis. Pada penyakit sistemik terjadi perubahan respon imun, khusus di

permukaan mukosa tidak dapat mencegah perlekatan Candida albicans sehingga terjadi infeksi di rongga

mulut.16, 17

2. 4. 1. Taksonomi Candida albicans18

Divisi : Eurycophyta

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Cryptococcaceae

Famili : Candidoidea

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

18
Berdasarkan reaksi ikatan antigen-antibodi, Candida albicans dikelompokkan ke dalam 2

serotype, yaitu: 19

a. Candida albicans serotype A, mempunyai determinan antigen pada permukaan selnya sehingga

dengan reaksi ikatan antigenantibodi terjadi aglutinasi positif.

b. Candida albicans serotype B, tidak memiliki antigen pada permukaan selnya sehingga dengan

adanya reaksi antigen-antibodi tidak terjadi aglutinasi.

2.5. Streptococcus mutans

2.5.1 Klasifikasi Streptococcus mutans20

Kedudukan S. mutans dalam taksonomi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Lactobacilalles

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans

19
Gambar 2.3Streptococcus mutans

2.3.2 Morfologi dan Identifikasi S. mutans 20

S. mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak bergerak), bakteri anaerob

fakultatif. S. mutans mempunyai bentuk kokus yang sendirian berbentuk bulat atau bulat telur dan

tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180- 400 C. S. mutans

biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang mengalami karies dan menjadi bakteri yang paling

kondusif menyebabkan karies untuk email gigi. S. mutans bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam,

asidurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket

disebut dextran dan levan. Hal ini menyebabkan, S. mutans bisa menyebabkan perlekatan dan

merangsang bakteri lain menuju ke email gigi, perlekatan antar bakteri, dan pertumbuhan bakteri asidurik

yang lainnya. Bakteri ini menghasilkan asam yang dapat melarutkan email gigi.

Pertumbuhan S. mutans cenderung menjadi kurang subur pada perbenihan padat atau kaldu,

kecuali diperkaya darah atau cairan jaringan. Kebanyakan Streptococcus tumbuh dalam media sebagai

koloni discoid, biasanya diameternya 1 – 2 mm (Jawetz et al., 1991). Media lain yang dapat dipakai untuk

menumbuhkan S. mutans adalah Brain Heart Infusion Broth (BHIB), Trypticase Yeast-Extract Cystine

(TYC), dan agar darah

2.6. Denture stomatitis

20
Permukaan resin akrilik yang menghadap mukosa adalah permukaan yang tidak dipoles,

permukaan resin akrilik yang berhubungan dengan substrat pelikel menjadi lebih luas, dengan demikian

perlekatan pelikel menjadi semakin banyak, sehingga Candida albicans yang melekat pada permukaan ini

semakin banyak pula.21

Pembersihan bakteri biofilm pada plat gigi tiruan sangat penting untuk menjaga dari denture

stomatitis dan untuk mencapai kesehatan gigi dan ulut yang baik. Denture stomatitis merupakan dampak

dari penggunaan gigi tiruan, berupa eritema pada daerah piggiran gigi tiruan dan kemungkinan dapat

berhubungan dengan penyakit sistemik dan local. 22

Pemakaian gigi-tiruan secara terus-menerus dan tidak bersih dapat menebabkan beberapa reaksi

selain denture stomatitis terhadap jaringan yaitu stomatitis hiperplastik, stomatitis angularis, hiperplasia

mukosa mulut. Penggunaan gigi tiruan menyebabkan mukosa di bawah gigi tiruan akan tertutup oleh plat

dalam jangka waktu yang lama, sehingga menghalangi pembersihan permukaan mukosa maupun gigi-

tiruan oleh lidah dan saliva. Akibatnya pada permukaan gigi-tiruan akan terbentuk plak. Plak inilah yang

merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme termasuk Candida albicans. Trauma

karena pemakaian gigi-tiruan juga mempermudah terjadinya infeksi Candida. Candida albicans

merupakan jamur yang berperan dalam terjadinya denture stomatittis.22

Denture stomatitis adalah peradangan kronis pada mukosa pendukung gigi-tiruan yang sifatnya

dapat setempat atau menyeluruh. Jaringan yang meradang akibat denture stomatitis berupa erythema,

udem, dan berwarna lebih merah dibandingkan jaringan sekitarnya yang tidak tertutup oleh plat gigi-

tiruan. Permukaan gigi tiruan yang permukaannya kasar dapat mempermudah menempelnya plak dan

merupakan tempat yang baik untuk berkembang biaknya kuman-kuman sehingga sering ditemukan

adanya peradangan. Peradangan dapat terjadi lebih hebat jika gigi-tiruan tersebut kotor. Penderita yang

memakai gigi-tiruan lepasan harus benar- benar menjaga kebersihan, karena adanya plak pada basis gigi-

tiruan merupakan tempat yang baik bagi berkumpulnya mikroorganisme termasuk Candida albicans. 22

21
Gambar 2.4. Denture stomatitis akibat penggunaan gigi tiruan yang terkontaminasi Candida

albicans

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kerangka teori

Basis Gigi Tiruan

Koloni Candida albicans 1. Kemampuan menjaga


Denture stomatitis Plak gigi tiruan kebersihan GT
Koloni Streptococcus mutans 2. Mikroporositas basis
gigi tiruan

Teknik pembersihan

mekanis kimiawi Teknik pembersihan campuran

22
ultrasonik
ultrasonik Sikat gigi herbal enzim
Bahan
kimia
1. Konsentrasi sediaan
2. Metode eksraksi
3. Pengambilan apusan Ekstrak Alga Coklat (Sargassum sp.)
4. Lama perendaman

Fucoxantin Steroid Flavonoid Saponin Phlorotannin

Anti jamur Anti bakteri

3.2. Kerangka konsep

Pembersih gigi tiruan

herbal

Ekstrak alga coklat


Sargassum sp.

Fucoxantin Steroid Flavonoid Saponin Phlorotannin

Candida albicans Streptococcus mutans

23
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

3.3. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dapat menghambat

pertumbuhan Candida albicans dan Streptococcus mutans pada basis gigi tiruan.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis dan desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan post test controlled design

4.2. Lokasi dan waktu penelitian

4.2.1. Lokasi penelitian

1. Pembuatan ekstrak alga coklat (Sargassum sp) di Laboratorium Fitokimia dan Farmasi

Universitas Hasanuddin

2. Kultur koloni Candida albicans dan Streptococcus mutans dari basis gigi tiruan dan uji daya

hambat di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

24
3.2.2. Waktu penelitian

1. Pembuatan eksrak alga coklat, tanggal 10-13 November 2016

2. Kultur Kultur koloni Candida albicans dan Streptococcus mutans dari basis gigi tiruan 10-11

November 2016

3. Uji daya hambat 12-15 November 2016

4.3. Sampel penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi:

1. Pasien yang menggunakan gigitiruan penuh dan insersi 1 bulan tanpa ada keluhan

2. Pasien mempunyai rekam medik yang lengkap

3. Pasien setuju untuk ikut serta dalam penelitian

Kriteria eksklusi:

1. Pasien menderita penyakit sistemik (DM, Hipertensi, HIV/AIDS)

2. Pasien menggunakan obat antibiotik, antiseptik dan antijamur

3. Pasien menggunakan gigitiruan lepasan sebagian.

(t -1) (r-1) ≥ 15

(5-1) (r-1) ≥ 15

r-1≥ 3,75

r≥ 4,75

dimana : t = banyaknya kelompok perlakuan (5 perlakuan)

r = jumlah sampel

25
Dengan menggunakan rumus di atas maka didapatkan besar sampel yang digunakan untuk tiap

kelompok perlakuan adalah 5 sampel, sehingga total sampel adalah 50 buah.

Pembagian kelompok sampel:

Sampel dibagi dalam 3 kelompok konsentrasi larutan ekstrak dan 1 kelompok kontrol, yaitu :

1. Kelompok I : Kontrol (+) menggunakan larutan pembersih gigi tiruan

2. Kelompok II : Konsentrasi larutan ekstrak 10 %

3. Kelompok III : Konsentrasi larutan ekstrak 20 %

4. Kelompok IV : Konsentrasi larutan ekstrak 30 %

5. Kelompok V : Konsentrasi larutan ekstrak 40 %

4.4. Variabel penelitian

4.4.1. Variabel independen

Variabel independen dari penelitian adalah ekstrak alga coklat (Sargassum sp)

4.4.2. Variabel dependen

Variabel dependen dari penelitian adalah Candida albicans dan Streptococcus mutans

4.4.3. Variabel penghubung

Variabel penghubung dari penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak alga coklat (Sargassum sp)

4.4.4. Variabel kendali

Variabel kendali dari penelitian ini adalah lama waktu perendaman

4.5. Definisi operasional variabel

26
4.5.1. Pertumbuhan Candida albicans: adalah pembiakan Candida albicans setelah diambil dari basis

gigi tiruan sampel

4.5.2. Pertumbuhan Streptococcus mutans: adalah pembiakan Streptococcus mutans setelah diambil dari

basis gigi tiruan sampel

4.5.3 Ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) adalah sejumlah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengektraksi zat aktif dari tumbuhan alga coklat menggunakan pelarut metanol . Penelitian dilkukan

dengan ekstrak yang telah diencerkan menjadi konsentrasi 10%, 75% dan 100%.

4.6. Alat dan bahan penelitian

4.6.1. Alat

a. Cawan Petri

b. Neraca analitik

c. Autoklaf

d. Labu Erlenmeyer

e. Tabung Reaksi

f. Jangka sorong

g. Incubator

h. Bunsen

i. Pinset

j. Ose bulat

k. Rotary evaporator

27
l. Swab steril

m. Sebuah tabung kecil dengan NaCl sebagai media transport

4.6.2. Bahan :

a. Alga coklat jenis Sargassum sp.

b. Biakan Candida albicans dan Streptococcus mutans

c. . Aquades steril

d Muller Hinton Agar

e. metanol

f. Masker

g. Handschoen

h. Paper disc

i. Aluminium foil

4.7 Prosedur penelitian

4.7.1 Persiapan ekstraksi alga coklat Sargassum sp :

1. Alga coklat Sargassum sp perairan Pantai Punaga dan Pantai Putondo, Kabupaten Takalar, Sulawesi

Selatan.

2. Alga coklat dicuci menggunakan air laut.

3. Alga coklat dicuci kembali dengan air jernih yang mengalir untuk menghilangkan garam, epifit, dan

bahan tersuspensi lainnya.

28
4. Alga yang sudah dibersihkan kemudian dikeringkan dengan cara dianginkan pada suhu ruangan.

5. Sebanyak 6 kg berat kering Sargassum sp diekstraksi dengan 2 liter methanol secara maserasi selama 3

hari sambil sesekali diaduk. Wadah maserasi ditutup rapat dan disimpan ditempat sejuk dan tidak terkena

sinar matahari langsung. Setelah 3 hari, hasil maserasi disaring dan filtratnya dikumpulkan.

6. Filtrate yang dikumpulkan, dipekatkan dengan alat rotary evaporator, hingga diperoleh ekstrak kental.

4.7.2 Pembuatan medium

1. Muller Hinton Agar (MHA) sebanyak 38 g dilarutkan dengan 1 liter akuades menggunakan tabung

Erlemeyer

2. Homogenkan dan tuang ke dalam tabung reaksi steril yang ditutup dengan aluminium foil.

3. Media tersebut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 25 menit.

4. Tuang ke dalam cawan petri, tiap cawan petri berisi 15-25 ml

5. Media dibiarkan memadat dan siap digunakan.

4.7.3 Pengambilan apusan pada basis gigi tiruan

1. Mengisi lembar persetujuan pengambilan apusan pada basis gigi tiruan.

2. Melakukan pengambilan apusan dengan menggunakan swab steril dengan cara menggores secara

perlahan plak pada plat gigitiruan secara berulang sebanyak 3 kali.

3. Apusan yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam larutan NaCl

4. Kemudian tabung NaCl diinkubasi selama 48 jam.

4.7.4 Pengenceran

29
Pengenceran bertujuan untuk menghasilkan beberapa konsentrasi yang akan digunakan dari

ekstrak alga coklat jenis Sargassupm sp. yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans dan Candida albicans. Pengenceran dibuat dengan konsentrasi yaitu 10%, 20%, 30% dan 40%.

Sedangkan untuk kontrol (+) menggunakan larutan pembersih gigi tiruan. Cara membuat konsentrasi

sebagai berikut:

1. Untuk membuat konsentrasi 10 % digunakan 0,1 mg ekstrak Sargassum sp dicampurkan dengan

10 ml akuades

2. Untuk membuat konsentrasi 20 % digunakan 0,2 mg ekstrak Sargassum sp dicampurkan

dengan10 ml akuades

3. Untuk membuat konsentrasi 30 % digunakan 0,3 mg ekstrak Sargassum sp dicampurkan

dengan10 ml akuades

4. Untuk membuat konsentrasi 40 % digunakan 0,4 mg ekstrak Sargassum sp dicampurkan

dengan10 ml akuades

5. Untuk membuat konsentrasi larutan pembersih gigi tiruan, tablet pembersih gigi tiruan sediaan

dilarutkan dengan 10 ml akuades.

4.7.5 Uji daya hambat

1. Lima puluh cawan petri telah terisi medium

2. Suspensi Candida albicans dibiakkan pada 25 media dan Streptococcus mutans dibiakkan pada 25

media.

3. Lima paper disc yang telah diberikan larutan konsentrasi 10 % dimasukkan ke dalam 5 cawan petri

terdapat suspensi Candida albicans dan 5 cawan petri bersuspensi Streptococcus mutans

4. Lima paper disc yang telah diberikan larutan konsentrasi 20 % dimasukkan ke dalam 5 cawan petri

terdapat suspensi Candida albicans dan 5 cawan petri bersuspensi Streptococcus mutans

30
5. Lima paper disc yang telah diberikan larutan konsentrasi 30 % dimasukkan ke dalam 5 cawan petri

terdapat suspensi Candida albicans dan 5 cawan petri bersuspensi Streptococcus mutans

6. Lima paper disc yang telah diberikan larutan konsentrasi 40 % dimasukkan ke dalam 5 cawan petri

terdapat suspensi Candida albicans dan 5 cawan petri bersuspensi Streptococcus mutans

7. Lima paper disc yang telah diberikan larutan pembersih gigi tiruan dimasukkan ke dalam 5 cawan petri

terdapat suspensi Candida albicans dan 5 cawan petri bersuspensi Streptococcus mutans

8. Semua cawan petri di inkubasi ke dalam inkubator selama 1 x 24 jam.

4.7.6 Pengukuran zona hambat

Daya hambat diketahui berdasarkan pengukuran diameter zona ihibisi (zona bening atau daerah

jernih tanpa mikroorganisme) yang terbentuk di sekitar paper disc. Pengukuran tersebut menggunakan

jangka sorong dan dinyatakan dalam millimeter.

4.8. Analisis data

Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan dan skala ukur yang

digunakan. Dari data yang dikumpulkan, selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan uji statistik

berupa uji ANOVA dan uji-t berpasangan. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95 % atau nilai

p< 0,05.

31
4.9. Alur penelitian

Persiapan ekstraksi Menentukan basis gigi tiruan


yang akan diambil apusannya
alga coklat Sargassum sp.

Ekstraksi metanol alga Pengambilan apusan


coklat Sargassum sp. dengan swab steril

Pengenceran bahan uji Pembiakan koloni dari


apusan

10% 20% 30% 40% Pembuatan medium


Larutan agar gigi tiruan
pembersih
30% 30%

Uji daya hambat

Inkubasi
Uji daya hambat

Pengukuran zona hambat


32
Pengolahan data

Konsentrasi 10% 20% 30% 40% Kontrol (+)


Perlakuan 1 7,8
Perlakuan 2 8,05
Perlakuan 3 6,7
Perlakuan 4 6,8
Perlakuan 5 7,5

33
Daftar Pustaka

1. Rahman EF. Efefektivitas ekstrak daun dewa (gynura pseudochina (lour.) dc) terhadap

pertumbuhan candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik. J Majalah S. Agung;48

(123). p. 1-5.

2. Rathee M. Hooda A. Ghalaut P. Denture hygiene in geriatric persons. J Geri and Gerontology.

2010;6(1).p.8-15.

3. Adhanti R. Konsentrasi efektivitas ekstrakdaun tembakau (Nicotiana tabacum) sebagai

pembersih gigi tiruan resin akrilik terhadap jumlah Streptococcus mutans [Skripsi]. Jember:

Program Pendidikan Dokter Gigi FKG Universitas Jember; 2012

4. Alfiyaturohmah, dkk. Uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar etanol, kloroform dan n-heksana alga

coklat Sargassum vulgare asal pantai kapong pamekasan terhadap bakteri Staphilococcus aureus

dan Eschericia coli. J ALCHEMY. 2013; 2(2). p.108.

34
5. Dewi A. Uji aktivitas antijamur ekstrak etanol rumput laut Sargassum ilicifolium (turner) c.

Agardh terhadap jamur Candida albicans [Skripsi]. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara; 2011

6. Alamsjah MA dkk. Pengaruh ekstrak alga cokelat (Sargassum sp.) terhadap pertumbuhan bakteri

Escherichia coli secara in vitro. J Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2011; 3(1). p. 82.

7. Manappallil JJ. Basic dental materials. 2nd Ed. New delhi: Jaypee; 2003. p. 110-131

8. Anusavice KJ. Phillips’ science of dental materials. 11th Ed. Missouri: Elsevier; 2003. p. 166

9. American dental Association. Dentures cleanser. Online article. 2011. Availabe at:

http://www.ada.org/1317.aspx.Diuduh 21 feb 2011

10. Oussama M, Ahmad H. Materials and methods for cleaning dentures- A Review. International

Journal of Dental Clinics. 2014; 6(2): p. 19-22.

11. Shay K. Denture hygiene: a review and update. 2011. J of Contemporary Dental Practice. 2000;

1(2): p. 6

12. Jain SG et all. Denture cleansers: a review. J of Dental and Medical Sciences. 2015; 14(2): p. 95.

13. Wikipedia. Alga. [internet]. [cited 2016 2 Nov]. Available from:

https://id.wikipedia.org/wiki/Alga#Kelompok-kelompok_alga

14. Alam AS. Uji daya hambat ekstrak alga coklat spesies padina sp terhadap pertumbuhan bakteri

porphyromonas gingivalis dan staphylococcus aureus [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Gigi

Univeritas Hasanuddin; 2015

15. Noiraksar T,Ajisaka T. Taxonomy and distribution of Sargassum (Phaeophyceae) in the

gulf of Thailand.JAppl Phycol.2008;(20).p 978

16. Tokita T, Akiba N, Hayakawa I. Improvement of the surface of denture base resins with straight

silicone. J Med Dent Sci,54; 2007. p.177–181.

35
17. Sang P, Blissett R, Susarla SM, Weber HP. Candida albicans adherence to surface-modified

denture resin surfaces. journal of prosthodontics. 2008. p.365–369

18. Wikipedia. Candida albicans. [internet]. [cited 2016 2 Nov]. Available from:

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Candida_albicans

19. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi untuk profesi kesehatan, ed 16, Jakarta: EGC Press;

1986. p.366-384

20. Wikipedia. Streptococcus mutans. [internet]. [cited 2016 2 Nov]. Available from:

https://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans

21. Hadjieva H, Dimova M, Todorov S. Stomatitis prosthetica-a polyetiologic disorder . J of IMAB, ed

2; 2006.p.37-40

22. Sudiono, Sabaruddin. Candida albicans as a risk factor of denture stomatitis in ederly. MI.

Kedokteran Gigi; 21 (3); 2006,p.91-4

36
37
38
39
40
41
42

Anda mungkin juga menyukai