Anda di halaman 1dari 5

EKONOMI

Cara Mengatasi Inflasi Dengan Cara Kebijakan Fisikal dan Moneter

Kelompok 7 :

1. Fajar Eko Wicaksono

2. Reni Nurfauziah

3. Viccy Saputri
KEBIJAKAN BI DALAM MENGATASI INFLASI .
Penyebab terjadinya inflasi yang pada awalnya diyakini oleh pihak Bank Indonesia dan
Bappenas karena kenaikan harga minyak dunia dan `subprime mortgage` yang terjadi di Amerika
Serikat, ternyata dihantam pula oleh kenaikan harga pangan. Gejolak perekonomian dunia yang
berujung pada inflasi sesungguhnya mulai tampak saat pendapatan per kapita Amerika Serikat
mulai turun. Namun sayangnya para ekonom di tanah air banyak yang tidak menyetujuinya
tanda-tanda itu. Salah satu sumber mngatakan beberapa cara untuk mengatasi masalah inflasi
tersebut. Diantaranya adalah :

Kebijakan Fisikal.

1) Kebijakan Anggaran Pembiayaan Fungsional (Functional Finance).

Dalam hal ini pengeluaran dan penerimaan pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat
tidak langsung terhadap pendapatan nasional terutama guna meningkatkan kesempatan kerja
(employment). Misalnya kebijakan perpajakan. Di satu pihak pajak berfungsi sebagai sumber
penerimaan pemerintah, di lain pihak pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta maupun
individu. Sehingga dalam kondisi banyaknya pengangguran, pajak sama sekali tidak diperlukan.
Lalu, kebijakan apa yang dipakai? Melakukan pinjaman yang dipakai sebagai alat untuk
menekan inflasi lewat pengurangan dana yang tersedia dalam masyarakat.

2) Kebijakan Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach).

Pada pendekatan ini pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman senantiasa dihubungkan.
Hubungan langsung antara pengeluaran pemerintah dan perpajakan selalu dibuat guna
memperkecil ketidakstabilan ekonomi sehingga pada suatu saat dapat terjadi defisit maupun
surplus. Kebijakan anggaran defisit adalah pengaturan pengeluaran negara lebih besar daripada
penerimaan negara. Kebijakan ini biasa diterapkan dalam keadaan deflasi, yaitu suatu keadaan
yang menunjukkan jumlah barang-barang dan jasa berkembang lebih cepat daripada
perkembangan jumlah uang.

Dalam keadaan deflasi harga-harga menjadi turun, perdagangan menjadi lesu, akibatnya uang
sukar diperoleh, daya beli masyarakat berkurang, produksi menurun, dan pengangguran meluas.
Sedangkan kebijakan anggaran surplus adalah pengaturan pengeluaran negara lebih kecil
daripada penerimaan. Kebijakan ini biasa diterapkan dalam keadaan inflasi, yaitu suatu keadaan
jumlah uang yang beredar berkembang lebih cepat daripada perkembangan jumlah barang dan
jasa. Dalam kondisi inflasi ini harga-harga naik secara menyeluruh akibatnya nilai uang menjadi
turun, upah riil menurun.

3) Kebijakan Stabilitas Anggaran Otomatis (The Stabilizing Budget).


Dengan kebijakan stabilitas anggaran otomatis, pengeluaran pemerintah akan ditentukan
berdasarkan atas perkiraan manfaat dan biaya relatif dari berbagai macam program dan pajak
akan ditentukan sehingga menimbulkan surplus dalam periode kesempatan kerja penuh.

Apabila terjadi deflasi, program pengeluaran pemerintah tidak akan diubah, namun penerimaan
dari pajak akan diturunkan terutama dari pajak pendapatan. Oleh karena itu, akan terjadi keadaan
pengeluaran lebih besar daripada penerimaan (defisit dalam anggaran belanja) dan hal ini akan
mendorong perkembangan sektor swasta kembali bergairah sampai tercapainya kesempatan kerja
penuh. Sebaliknya, dalam masa inflasi ada kenaikan dalam penerimaan pemerintah yang berasal
dari pajak pendapatan dan tidak perlu banyak tunjangan pengangguran, sehingga akan ada
surplus anggaran belanja.

4) Kebijakan Anggaran Belanja Berimbang (Balanced Budget Approach).

Kebijakan anggaran belanja seimbang adalah pembelanjaan secara seimbang dalam jangka
panjang, tetapi ditempuh defisit pada masa depresi dan surplus pada masa inflasi. Dapat pula
ditempuh melalui pendekatan dengan mempertahankan keseimbangan anggaran. Dalam masa
depresi, pengeluaran perlu ditingkatkan, diikuti pula dengan peningkatan penerimaan sehingga
tidak akan memperbesar utang negara.

Sumber : http://ekonomisku.blogspot.co.id/2015/04/cara-mengatasi-inflasi.html
Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional
dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang
beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar
dapat dikurangi menuju kondisi normal.
Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:
a. Kebijakan Pasar Terbuka (Open Market Policy)

Kebijakan pasar terbuka adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah
uang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga. Jika bank sentral menjual
surat berharga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), berarti bank sentral ingin mengurangi jumlah
uang dari masyarakat. Dengan menjual SBI, berarti bank sentral akan menerima uang dari
masyarakat. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar akan berkurang. Bank sentral menjual
SBI apabila perekonomian menunjukkan gejala-gejala inflasi (kelebihan uang sehingga harga-
harga terus naik).

Sebaliknya, apabila bank sentral membeli surat-surat berharga dari masyarakat yang berbentuk
saham, obligasi, atau surat-surat berharga lainnya, berarti bank sentral ingin menambah uang
yang beredar. Dengan membeli surat-surat berharga maka bank sentral harus membayar sejumlah
uang kepada masyarakat. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar akan bertambah. Bank
sentral membeli surat-surat berharga apabila perekonomian menunjukkan gejala-gejala deflasi
(kekurangan uang sehingga perekonomian menjadi lesu dan tidak bisa bergerak).

Sumber : http://ekonomisku.blogspot.co.id/2015/04/cara-mengatasi-inflasi.html

Anda mungkin juga menyukai