Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusunoleh:
NAMA : KARMILA
NIM : PO.62.24.2.17.364

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEBDIANAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
“LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF”dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, saya menyampaikan rasa terimakasih kepada Ketua Jurusan
Kebidanan Ibu Oktaviani, SSiT. M.Keb, Ketua Program studi Sarjana Terapan Kebidanan dan
Pendidikan Profesi Bidan Ibu Heti Ira Ayue, SST., M.Keb, Koordiantor MK PKK Komprehensif
Ibu Erina Eka Hatini, SST., MPH serta pembimbing Institusi Ibu Heti Ira Ayue, SST., M.Keb
yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam pembuatan Laporan Pendahuluan ini.
Saya menyadari adanya keterbatasan waktu dan tenaga serta kemampuan sumber daya manusia,
tentunya masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan asuhan kebidanan ini.Saya
menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Untuk mencapai kesempurnaan
laporan ini, maka saya siap menerima kritik dan saran yang membangun sehingga berguna demi
perbaikan asuhan kebidanan ini. Saya berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis
dan berbagai pihak yang berminat di bidang kesehatan.

Palangka Raya Mei 2020

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif
telah disahkan tanggal: ….. Mei 2020
Mengesahkan,

Pembimbing Institusi,

Ibu Heti Ira Ayue, SST., M.Keb


Mengetahui,

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ................................................................... 5
B. TUJUAN.......................................................................................... 6
C. MANFAAT .................................................................................... 6
BAB II KONSEP DAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
11. Perdarahan pascasalin
Perdarahan pascasalin adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir yang melewati
batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu melahirkan akan mengeluarkan darah
secara fisiologis sampai jumlah 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostasis. Dengan
demkian secara konvensional dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml dapat
dikategorikan sebagai perdarahan pascasalin dan perdarahan yang secara kasat mata
mencapai 1000 ml harus segera ditangani secara serius..
Klasifikasi
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam
pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam
pertama kelahiran. Perdarahan postpartum 13 sekunder disebabkan oleh infeksi,
penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
Faktor predisposisi
Multiparitas
Anemia
Overdistensi uterus (gemeli, hidramnion)
Preeklampsia/eklampsia
Persalinan yang lama
Persalinan yang dengan obat-obatan
Persalinan pada bekas seksio sesaria
Persalinan yang traumatik
Keadaan-keadaan yang menimbulkan dampak pada gangguan koagulasi seperti : solusio
plasenta, KJDR.
Tatalaksana Umum
Penatalaksanaan secara umum pada perdarahan posca salin meliputi :
 Penilaian kegawatdaruratan, tanda-tanda syok, dan pemberian oksigen
 Memasang jalur intravena dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16 G atau 18 G)
untuk resusitasi
 Pemberian cairan kristaloid atau normal saline. Dapat diberikan secara bolus jika terdapat
syok hipovolemik
 Pada pasien PPH primer dengan perdarahan aktif yang masif atau gejala hipovolemia
pada PPH primer dan sekunder, dilakukan pemeriksaan golongan darah, crossmatch dan
darah lengkap, serta transfusi sesuai protokol
 Memasang kateter urin untuk memantau urine output
 Pada PPH sekunder, persiapkan transfusi darah apabila Hb <8g/dL atau secara klinis
menunjukkan tanda-tanda anemia berat
 Pantau terus tanda-tanda vital pasien
 Menentukan penyebab atau sumber perdarahan dan mulai dilakukan tatalaksana khusus
Tatalaksana Khusus
Penatalaksanaan khusus diberikan sesuai dengan penyebab perdarahan postpartum,
yakni mnemonic Tonus
Pada keadaan gangguan tonus, pemijatan uterus dapat dilakukan untuk membantu
memperbaiki tonus dan menghentikan perdarahan. [19] Selain itu, obat-obat uterotonika
yang merangsang kontraksi uterus juga dapat digunakan, seperti :
 Oksitosin: Berfungsi untuk menstimulasi segmen atas dari miometrium agar dapat
berkontraksi dengan teratur dan dapat mengkonstriksi arteri-arteri spiral serta
menurunkan aliran darah ke uterus. Dosis yang direkomendasikan 20 – 40 IU dalam 1
liter normal saline, berikan secara intravena sebanyak 500 mL dalam 10 menit, kemudian
selanjutnya 250 mL setiap jam.
 Misoprostol: Bekerja dengan menginduksi kontraksi uterus secara menyeluruh. Dosis
yang direkomendasikan adalah 800 – 1000 mcg diberikan per rektal atau 600 – 800 mcg
diberikan per sublingual atau per oral. Misoprostol digunakan hanya jika tidak tersedia
oksitosin.
Trauma
Pada keadaan trauma misalnya pada laserasi jalan lahir dapat dilakukan penjahitan
laserasi secara kontinu. Sedangkan pada inversio uteri dapat dilakukan reposisi uterus.
Tissue
Pada keadaan sisa plasenta dapat dilakukan manual plasenta dengan hati-hati. Sedangkan
pada sisa bekuan darah, dapat dilakukan eksplorasi digital atau aspirasi vakum manual
dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan sisa.
Thrombin
Pada keadaan dengan gangguan faktor pembekuan darah dapat diberikan transfusi darah
lengkap untuk menggantikan faktor pembekuan darah dan sel darah merah.
Pembedahan
Perdarahan postpartum yang tidak dapat dihentikan melalui penatalaksanaan
farmakologis harus ditangani dengan teknik pembedahan. Tindakan pembedahan
yang dapat dilakukan di antaranya adalah ligasi arteri uterina, ovarika, atau iliaka
interna, serta operasi histerektomi jika perdarahan masih tidak dapat dikontrol.
Standar wewenang Bidan dalam Asuhan Ibu Hamil dengan Hiperemesis
Gravidarum
12. Inpartu dengan gawat janin
Pengertian Gawat Janin Fetal Distress (Gawat Janin) Gawat janin atau fetal
distress adalah kondisi yang menandakan bahwa janin kekurangan oksigen selama
masa kehamilan atau saat persalinan. Kondisi ini dapat dirasakan ibu hamil dari
gerakan janin yang berkurang.
Klasifikasi
1) Ukuran bayi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan usia kehamilan.
2) Usia bayi sudah melebihi usia kehamilan normal. Artinya, bayi belum kunjung
lahir padahal usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu.
3) Tidak tercukupinya kadar oksigen yang didapatkan bayi.
4) Keterlambatan pertumbuhan janin dalam rahim atau intra uterine growth
retardation (IUGR).
Faktor predisposisi
1) Preeklampsia yang dapat memengaruhi fungsi plasenta.
2) Ibu berusia 35 tahun atau lebih saat hamil.
3) Jumlah cairan ketuban terlalu banyak atau sedikit.
4) Penyakit yang dialami ibu saat hamil, seperti diabetes gestasional atau
tekanan darah tinggi.
5) Ibu mengalami kelainan plasenta, seperti plasenta abrupsi (abruptio
plasenta).
6) Kompresi tali pusar. Kondisi ketika tali pusar ibu tertekan sehingga
aliran darah dari ibu ke janin
7) terganggu. Infeksi pada janin. Hamil bayi kembar.
8) Pernah mengalami kelahiran mati di kehamilan sebelumnya.
9) Berat badan berlebih atau kegemukan saat hamil Merokok.
10) Mengalami perdarahan antepartum (melalui vagina) beberapa kali.
Tatalaksana
1) Resusitasi dalam rahim Resusitasi dalam rahim dilakukan sebagai pengobatan
utama dalam mengatasi gawat janin
2) . Memastikan asupan cairan ibu memadai dengan pemberian cairan lewat infus.
3) Memosisikan ibu berbaring miring ke kiri untuk mengurangi tekanan rahim pada
pembuluh vena besar yang dapat mengurangi aliran darah ke plasenta dan janin
4) Menghentikan sementara penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan
kontraksi, seperti obat oksitosin. Tokolisis, yaitu terapi untuk menghentikan
kontraksi rahim sementara.
5) Amnioinfusion, yaitu penambahan cairan pada rongga cairan ketuban untuk
mengurangi tekanan tali pusat.
6) Persalinan segera Persalinan segera dapat menjadi pilihan jika resusitasi dalam
rahim tidak dapat mengatasi kondisi gawat janin.
7) Kelahiran perlu diupayakan dalam 30 menit setelah diketahui adanya kondisi
gawat janin. Kelahiran bisa diupayakan melalui vagina dengan bantuan vakum
atau forceps pada kepala bayi.
8) Jika cara tersebut tidak mungkin dilakukan, maka janin harus dilahirkan melalui
operasi caesar.
9) Pemantauan kondisi janin Kondisi bayi akan dimonitor secara saksama selama 1-
2 jam setelah kelahiran, dan dilanjutkan hingga 12 jam pertama pasca kelahiran.
10) Pemantauan yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum, gerakan dada,
warna kulit, tulang dan otot, suhu tubuh, serta detak jantung bayi.
13. Inpartu dengan Induksi
Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi rahim sebelum
kontraksi alami terjadi, dengan tujuan untuk mempercepat proses persalinan. 
14. Persalinan Lama
Persalinan lama adalah persalinan (partus) lama yang ditandai dengan fase laten
lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi,
dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf
Faktor Predisposisi Persalinan Lama
Bayi: kepala janin besar, hidrosefalus, presentasi wajah-bahu-alis, malposisi
persisten, kembar yang terkunci, kembar siam.
Jalan lahir: panggul kecil karena malnutrisi; deformitas panggul karena trauma atau
polio; tumor daerah panggul; infeksi virus di perut atau uterus; jaringan parut.
Faktor yang berhubungan dengan persalinan lama: aktifitas fisik rumah tangga;
aktifitas fisik olahraga; kekuatan ibu (power); passanger; posisi janin; psikologi
(dominan); pendidikan ibu; umur ibu; paritas ibu
Klasifikasi Persalinan Lama
Fase laten memanjang: fase laten yang melampaui 20 jam pada primi gravida atau
14 jam pada multipara.
Fase aktif memanjang: fase aktif yang berlangsung lebih dari 12 jam pada primi
gravida dan lebih dari 6 jam pada multigravida, serta laju dilatasi serviks kurang dari
1,5 cm per jam.
Kala II lama: kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primigravida dan 1
jam pada multipara.
Tatalaksana
Penanganan Umum
1) Nilai cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-tanda vital
tingkat hidrasinya.
2) Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his. Hitung
frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5
menit selama kala II.
3) Memperbaiki keadaan umum
a. Dengan memberikan dukungan emosional, bila keadaan masih memungkinkan
anjurkan bebas bergerak duduk dengan posisi yang berubah.
b. Berikan cairan searah oral atau parenteral dan upaya buang air kecil.
c. Berikan analgesia : tramadol atau petidin 25 mg IM (maksimum 1 mg/kg BB),
jika pasien merasakan nyeri yang sangat.
Penanganan khusus
1) Persalinan palsu / belum inpartu (False labor) Bila his belum teratur dan porsio
masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya infeksi saluran kencing. Ketuban
pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak pasien
boleh rawat jalan.
2) Fase laten yang memanjang (Prolonged latent phase) Diagnosis fase laten yang
memanjang dibuat secara retrospektif.
Bila his terhenti disebut persalinan palsu atau belum inpartu.
Bila mana kontraksi makin teratur dan pembukaan bertambah sampai 3 cm, pasien
tersebut dikatakan masuk fase laten.
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada kemajuan,
lakukan pemeriksaan dalam :
a) Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks tidak didapatkan tanda
gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu.
b) Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drips
oksi dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes per menit,
setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat maksimum 40 tetes per menit
atau berikan preparat prostaglandin lakukan penilaian 4 jam.
c) Bila didapatkan adanya tanda amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin 5 unit
dalam 500 cc dekstrose mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 15 menit di tambah 4
tetes sampai his yang adekuat (maksimum 40 tetes per menit) atau di berikan
preparat prostaglandin serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gr Intra Vena (IV)
sebagai dosis awal dan 1 gr Intra vena (IV) setiap 6 jam dan gentamisin 2 X 80 mg.

3) Fase aktif yang memanjang (prolonged active phase) Bila tidak didapatkan adanya
chefalo pelvik disproporsi (CPD) atau adanya obstruksi :
a) Berikan penanganan kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan.
b) Bila ketuban utuh, pecahkan ketuban Bila kecepatan permukaan serviks pada
waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi uterus.
4) Disproporsi sefalopelvik (CPD) CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis
kecil.
Bila dalam persalinan terjadi CPD akan didapatkan persalinan yang macet. Cara
penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of
labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas :
a) Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea 27 b) Bila
bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin lakukan seksio
sesarea).
5) Obstruksi (partus macet) Bila ditemukan tanda – tanda obstruksi :
a) Bayi hidup lakukan SC
b) Bayi meninggalkan lakukan kraniotomi/embriotomi (bila tidak mungkin, lakukan
seksio sesarea).
6) Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri) Bila kontraksi uterus tidak adekuat
dan disproporsi atau obstruksi bisa disingkirkan, kemungkinan penyebab persalinan
lama adalah inersia uteri.
a) Pecahkan ketuban dan lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc
dekstrosa (atau NaCl) atau prostaglandin.
b) Evaluasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah his
adekuat : - jika tidak ada kemajuan, lakukan seksio sesarea - jika ada kemajuan,
lanjutkan infuse oksitosin dan evaluasi setiap 2 jam 7) Kala II yang memanjang
(prolonged espulsive phase) Menghadapi persalinan lama dalam Kala II, dan tidak
mungkin untuk merujuk penderita atau terjadi gawat janin diusahakan mengakhiri
persalinan dengan episiotomi dan dorongan (eksresi) yang dilakukan dengan hati hati
dan tarikan (Ekstraksi) vakum atau tarikan cunam.
Adapun syarat-syarat terpenuhi jika terdapat penyimpangan, dapat di usahakan
mengakhiri persalinan.
a) Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus
oksitosin.
b) Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala
1. Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di
station (0), dilakukan ekstraksi vakum atau cunam.
2. Kepala diantara 1/5-3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala diantara
station (0)-(-2), dilakukan ekstraksi vakum.
3. Kepala lebih dari 3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala diatas station
(-2), lakukan secsio sesarea.
15. Inpartu dengan Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
Intrauterine fetal Death atau IUFD adalah kondisi janin yang meninggal di dalam
kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu. Saat bayi dilahirkan, namun tidak
terdapat tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, detak jantung, atau pergerakan
tubuh, maka bayi tersebut dikatakan mengalami stilbirth atau lahir mati.
KLASIFIKASI
Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas
FAKTOR PREDISPOSISI
1. factor ibu (High Risk Mothers)
a. status social ekonomi yang rendah
b. tingkat pendidikan ibu yang rendah
c. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
d. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f. kehamilan di luar perkawinan
g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir
mati
j. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
2. factor Bayi (High Risk Infants)
a. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
3. factor yang berhubungan dengan kehamilan
a. abrupsio plasenta
b. plasenta previa
c. pre eklamsi / eklamsi
d. polihidramnion
e. inkompatibilitas golongan darah
f. kehamilan lama
g. kehamilan ganda
h. infeksi
i. diabetes
j. genitourinaria
Tatalaksana
Penangan umum
Berikan dukungan emosional pada ibu- Nilai DJJ- Nilai ibu mendapat sedative,
tungg hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.- Bila DJJ tidak terdengar
minta beberapa orang mendengarkan menggunakan setetoskop dopler.- Penanganan
pada masa persalinan Kematian janin- Kematian dapat terjadi akibat gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak
terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati. Jika pemeriksaan radiologic
tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari. Tanda-tandanya berupa
overlapping tulang engkorak, hiperfleksi kolumna, vertebralis, gelembung udara
didlam jantung dan edema scalp. USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik
untuk memastikan- kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa
tanda hidup: tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban
berkurang. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien selalu-
didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat jhir
per vaginal. Pilihlah cra persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun
ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan
diambil. Bila pilihan penangasalinan nan adlah akspetif: o Tunggu persalinan
spontan hingg dua minggu o Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi
tanpa komplikasi. o Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan
spontan,lakukan penaganan aktif o Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai
serviks: o Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin. o Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter foley. Catatan: janagan lakukan amniotomi Karena
beresiko infeksi. Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternative terakhir
Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks
belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol: Tempatkan misoprostol
25mcg di puncak vagina, dapat di ulani sesudah 6 jam- Jika tidak ada respon sesudah
2x25mcg misoprotol, naikan dosis menjadi 50mcgmenjadi setiap 6 jam.- Catatan:
jangan biarkan lebih dari 50mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis Jika ada
tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis- Jika tes pembekuan sederhana lebih
dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspadai koagulopati- Berikan kesempatan
kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual
bagi janin yang meninggal tersebut. Pemerikasaan patologi plasenta adalah untuk
mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.
16. Malposisi, Mal presenetasi dan Disproporsi Kepala Panggul (CPD)
Malposisi adalah posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai
titik referensi Masalah; janin yg dalam keadaan malpresentasi dan malposisi
kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus macet
Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks
KLASIFIKASI
1) CPD absolut : dikarenakan obstruksi mekanikal yang permanen daripada
ibu, seperti panggul sempit, spondylolisthesis, atau tumor
2) CPD sementara : disebabkan janin seperti janin yang besar atau terjadinya
hidrose(alus pada janin
3) CPD relatif : malposisi atau malpresentasi dari janin
Faktor Predisposisi
Ibu dengan diabetes mellitus Riwayat hidramnion dalam keluarga
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Rotasi spontan dapat terjadi pada 90% kasus. Jika terdapat tanda persalinan macet,
denyut jantung janin >180 atau <100 pada fase apapun, lakukan seksio sesarea. Jika
ketuban utuh, pecahkan ketuban. Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak
ada tanda obstruksi, lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin. Jika
pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan fase pengeluaran,periksa
kemungkinan obstruksi: Jika tidak ada obstruksi, akhiri persalinan dengan ekstraksi
vakum/forsep bila syarat-syarat dipenuhi Bila ada tanda obstruksi atau syarat-syarat
pengakhiran persalinan tidak dipenuhi, lakukan seksio sesarea b.
Tatalaksana Khusus
MALPRESENTASI Definisi Malpresentasi meliputi semua presentasi selain verteks
Faktor Predisposisi: Wanita multipara Kehamilan multipel (gemeli)
Polihidramnion/oligohidramnion Plasenta previa Kelainan bentuk uterus atau
terdapat massa (mis. mioma uteri) Persalinan preterm PRESENTASI DAHI
Diagnosis gambar 30 Pemeriksaan abdominal: kepala janin lebih separuhnya di atas
pelvis, denyut jantung janin sepihak dengan bagian kecil Pemeriksaan vaginal:
oksiput lebih tinggi dari sinsiput, teraba fontanella anterior dan orbita, bagian kepala
masuk pintu atas panggul (PAP) adalah antara tulang orbita dan daerah ubun-ubun
besar. Ini adalah diameter yang PALING besar, sehingga sulit lahir pervaginam
Tatalaksana a. Tatalaksana Umum Lakukan seksio sesarea bila janin HIDUP. Janin
MATI, lakukan kraniotomi bila memungkinkan atau seksio sesarea bila syarat dan
sarana kraniotomi tidak terpenuhi. b. Tatalaksana Khusus :- PRESENTASI MUKA
Print Diagnosis Pemeriksaan abdominal: lekukan akan teraba antara daerah oksiput
dan punggung (sudut Fabre), denyut jantung janin sepihak dengan bagian kecil janin
Pemeriksaan vaginal: muka dengan mudah teraba, teraba mulut dan bagian rahang
mudah diraba, tulang pipi, tulang orbita; kepala janin dalam keadaan defleksi
maksimal Untuk membedakan mulut dan anus: Anus merupakan garis lurus dengan
tuber iskhii Mulut merupakan segitiga dengan prominen molar
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Posisi dagu anterior: Pembukaan LENGKAP Lahirkan dengan persalinan spontan
pervaginam Bila penurunan kurang lancar, lakukan ekstraksi forsep Pembukaan
BELUM lengkap Bila tidak ada kemajuan pembukaan dan penurunan, lakukan
seksio sesarea Posisi dagu posterior: Pembukaan LENGKAP Lahirkan dengan seksio
sesarea Pembukaan BELUM lengkap Bila tidak ada kemajuan pembukaan dan
penurunan, lakukan seksio sesarea Jika janin mati, lakukan kraniotomi atau seksio
sesarea
Tatalaksana Khusus : Jangan lakukan ektraksi vakum pada presentasi muka
PRESENTASI MAJEMUK
Diagnosis Prolaps ekstremitas bersamaan dengan bagian terendah janin
(kepala/bokong)
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Persalinan spontan hanya bisa terjadi jika janin sangat kecil/mati dan maserasi.
Tatalaksana Khusus
Coba reposisi: Ibu diletakkan dalam posisi Trendelenburg (knee-chest position).
Dorong tangan ke atas luar dari simfisispubis dan pertahankan di sana sampai timbul
kontraksi sehingga kepala turun ke rongga panggul. Lanjutkan penatalaksanaan
persalinan normal. Jika prosedur gagal/terjadi prolapsus tali pusat, lakukan seksio
sesarea.
PRESENTASI BOKONG (SUNGSANG)
Diagnosis Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen.
Pemeriksaan abdominal: kepala terletak di bagian atas, bokong pada daerah pelvis,
auskultasi menunjukkan denyut jantung janin lokasinya lebih tinggi.
Pemeriksaan vaginal: teraba bokong atau kaki, sering disertai adanya mekonium.
(berturut-turut): presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, dan
presentasi kaki (footling). Print Print Print Komplikasi presentasi bokong Komplikasi
pada janin: Kematian perinatal Prolaps tali pusat Trauma pada bayi akibat: tangan
dan kepala yang menjuntai, pembukaan serviks yang belum lengkap, CPD Asfiksia
karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat, pelepasan plasenta dan kepala macet
Perlukaan / trauma pada organ abdominal atau pada leher Komplikasi pada ibu:
Pelepasan plasenta Perlukaan vagina atau serviks Endometritis
Tatalaksana
Tatalaksana Umum : Persalinan lama pada presentasi sungsang adalah indikasi
seksio sesarea. Seksio sesarea lebih aman dan direkomendasikan pada: Presentasi
bokong pada primigravida Double footling breech Pelvis yang kecil atau malformasi
Janin yang sangat besar Bekas seksio sesarea dengan indikasi CPD Kepala yang
hiperekstensi atau defleksi Persalinan pada presentasi kaki sebaiknya dilahirkan
dengan seksio sesarea. Persalinan pervaginam hanya bila: Persalinan sudah
sedemikian maju dan pembukaan sudah lengkap Bayi preterm yang kemungkinan
hidupnya kecil Bayi kedua pada kehamilan kembar Setiap persalinan sungsang
sebaiknya ditolong pada fasilitas kesehatan yang dapat melakukan seksio sesarea b.
Tatalaksana Khusus
Pada upaya persalinan pervaginam, lakukan langkah berikut: Tentukan apakah
persalinan pervaginam mungkin dilakukan. Persalinan pervaginam oleh tenaga
penolong yang terlatih akan cenderung aman bila: Pelvis adekuat Presentasi bokong
lengkap/murni Kepala fleksi Tidak ada riwayat seksio searea karena CPD Janin tidak
terlalu besar Sebelum in partu, usahakan melakukan versi luar apabila syarat
dipenuhi, yaitu: Pembukaan serviks masih kurang dari 3 cm Usia kehamilan ≥37
minggu Ketuban intak dan air ketuban cukup Tidak ada komplikasi / kontraindikasi
(IUGR, perdarahan, bekas seksio, kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi)
Persalinan pervaginam masih mungkin dilakukan HATI-HATI! VERSI LUAR
DAPAT MENYEBABKAN SOLUSIO PLASENTA Jika versi luar berhasil, lakukan
asuhan persalinan normal.
Jika versi luar tidak berhasil, lakukan persalinan sungsang pervaginam atau seksio
sesarea. Ikuti kemajuan persalinan dengan seksama menggunakan partograf.
JANGAN pecahkan ketuban. Bila pecah, periksa apakah ada prolaps tali pusat.
Beritahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap. Kepala janin harus
lahir dalam waktu maksimal 8 menit sejak lahir sebatas pusat. Apabila terjadi prolaps
tali pusat dan kelahiran pervaginam tidak memungkinkan, maka lakukan seksio
sesarea. Jika denyut jantung <100x/menit atau >180x/menit, lakukan seksio sesarea.
Catatan: Mekonium biasa terdapat pada persalinan sungsang dan tidak berbahaya
selama denyut jantung janinnormal. Sediakan cunam piper sebagai antisipasi bila
terdapat kesulitan melahirkan kepala (after coming head).
LETAK LINTANG
Diagnosis Pemeriksaan abdominal: sumbu panjang janin teraba melintang, TIDAK
teraba bagian pada pelvis inlet sehingga terasa kosong. Pemeriksaan vaginal:
sebelum in partu TIDAK ada bagian terendah yang teraba di pelvis, sedangkan saat
in partu yang teraba adalah bahu, siku atau tangan.
Tatalaksana
Tatalaksana Khusus Lakukan versi luar bila permulaan in partu dan ketuban intak.
Bila ada kontraindikasi versi luar, lakukan seksio sesarea. Lakukan pengawasan
adanya prolaps tali pusat. Dapat terjadi ruptura uteri bila ibu tidak diawasi. Dalam
obstetri modern, pada letak lintang in partu, dilakukan seksio sesarea walau janin
hidup/mati
DISPROPORSI KEPALA PANGGUL (CEPHALOPELVIC
DYSPROPORTION/CPD)
Definisi Hambatan lahir yang diakibatkan oleh disparitas ukuran kepala janin dan
pelvis maternal Diagnosis Terhentinya kemajuan pembukaan serviks dan penurunan
kepala walaupun his adekuat. CPD terjadi akibat janin terlalu besar dan/atau panggul
ibu kecil. Waspadai CPD terutama pada keadaan: Arkus pubis < 900 Teraba
promontorium Teraba spina iskhiadika Teraba linea innominata Pada primigravida
bagian terbawah tidak masuk ke pintu atas panggul pada usia > 36 minggu
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Lakukan seksio sesarea bila ditemukan tanda CPD. Pada kasus bayi mati,
embriotomi atau kraniotomi dapat menjadi pilihan tindakan bila syarat terpenuhi dan
petugas memiliki kompetensi. Syarat melakukan embriotomi: Janin sudah mati,
kecuali pada kasus hidrosefalus Pembukaan serviks > 7 cm Ketuban sudah pecah
Jalan lahir normal Tidak terdapat tanda-tanda ruptura uteri
17. Metritis
Pengertian Metritis (miometriosis) adalah infeksi uterus setelah persalinan yang
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri
sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya
seperti endometritis.
Infeksi masa nifas adalah semua peradanngan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat- alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Perlukaan
karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga
menimbulkan infeksi pada kala nifas
18. Infeksi Luka Perineum dan Luka Abdominal
Definisi Infeksi luka perineum dan luka abdominal adalah peradangan karena
masuknya kuman-kuman ke dalam luka episotomi atau abdomen pada waktu
persalinan dan nifas, dengan tanda-tanda infeksi jaringan sekitar.
Faktor Predisposisi
kurangnya tindakan aseptik saat melakukan penjahitan
kurangnya higien pasien
kurangnya nutrisi
Tatalaksana
a. Tatalaksana umum
Kompres luka dengan kasa lembab dan minta pasien mengganti kompres sendiri setiap
24 jam.
Jaga kebersihan ibu, minta ibu untuk selalu mengenakan baju dan pembalut yang
bersih.

Tatalaksana khusus
Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase.
Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan buat jahitan situasi.
Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan antibiotika.
Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampisilin 500 mg per oral selama 6 jam dan
metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.
19. Tetanus
Pengertian Tetanus Tetanus merupakan kondisi yang menyebabkan tubuh menjadi
kaku dan tengang akibat infeksi kuman. Sebagian besar orang umumnya pernah
mengalami luka pada kulit. Jika tidak dirawat dan diobati dengan benar, luka tersebut
memiliki risiko terkontaminasi dan mengalami infeksi. Salah satu infeksi yang
mungkin terjadi adalah tetanus.
KLASIFIKASI
1) Tetanus umum
2) Tetanus lokal
3) Tetanus cephalic.
Klasifikasi-Tetanus umum
1. paling sering dijumpai.
2. Bergantung luas dan dalamnya luka seperti luka bakar yang luas, luka
tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus dekubitus dan
suntikan hipodermis.
3. Kekakuan otot rahang menyebabkan mulut sukar dibuka.
4. pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai
muka meringis kesakitan yang disebut “Rhisus Sardonicus” (alis tertarik
ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat
pada gigi), akibat kekakuan otot-otot leher bagian belakang menyebabkan
nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tubuh sehingga memberikan
gejala kaku kuduk sampai opisthotonus.
5. Kejang menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan mengepal
kuat dan kaki dalam posisi ekstensi.
6. Pada kasus yang berat mudah terjadi overaktivitas simpatis berupa
takikardi, hipertensi yang labil, berkeringat banyak, panas yang tinggi dan
aritmia jantung
7. Cole dan youngman (1969) membagi tetanus umum atas:
A. Grade I:ringan
Masa inkubasi lebih dari 14 hari.
Period of onset >6 hari
Trismus positif tetapi tidak berat
Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada.
Lokalisasi kekakukan dekat dengan luka berupa spasme di sekitar luka
dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau hari.
B. Grade II: sedang
Masa inkubasi 10-14 hari
Period of onset 3 hari atau kurang
Trismus ada dan disfagia ada Kekakuan umum terjadi dalam beberapa
hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak ada.
C. Grade III:
berat Masa inkubasi <10 hari
Period of onset 3 hari atau kurang
Trismus berat
Disfagia berat Kekakuan umum dan gangguan pernafasan asfiksia,
ketakutan, keringat banyak dan takikardia.
Klasifikasi
Klasifikasi Tetanus Lokal
Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otot-otot pada bagian
proksimal dari tempat luka.
Tetanus lokal adalah bentuk ringan dengan angka kematian 1% kadang-
kadang bentuk ini dapat berkembang menjadi tetanus umum. 10.
Klasifikasi-Tetanus Cephalic
Merupakan salah satu varian tetanus lokal.
Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka,
telinga, leher, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilectomi. Gejala
berupa disfungsi saraf kranial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI, dapat
berupa gangguan sendiri-sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam
beberapa hari bahkan berbulan-bulan.
Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum. Pada
umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek.
inkubasi kurang dari ; hari% biasanya penyakit lebih parah dan
angkakematiannya tinggi.
Clostridium tetanus adalah kuman berbentuk batang% berukuran 2
milimikron yang hidup tanpa oksigen anaerob3% dan membentuk spora.-
pora deasa mempunyai bagian yang berbentuk bulat yang letaknya di
u'ung%dan memberi gambaran penabuh genderang drum stick 3. -pora ini
mampu bertahan hidup dalam lingkungan panas% antiseptik% dan di
'aringan tubuh.-pora ini 'uga bisa bertahan hidup beberapa bulan bahkan
bertahun. Bakteriayang berbentuk batang ini sering terdapat dalam
kotoran hewan dan manusia%dan bisa terkena luka melalui debu atau
tanah yang terkontaminasi. Clostridium tetani merupakan bakteria 7ram
positi! dan dapat menghasilkaneksotoksin yang bersi!at neurotoksik.
(oksin ini tetanospasmin3 dapatmenyebabkan keke'angan pada otot.
Faktor predispossisi
1) pencemaran Lingkungan fisik dan Biologik Lingkungan yang
mempunyai sanitasi yang buruk akan memyebabkan Clostridium
tetani lebih mudah berkembang biak. Kebanyakan penderitadengan
ge'ala tetanus sering mempunyai riwayat tinggal di
lingkunganyang kotor.
penjagaan kebersihan diri dan lingkungan adalah amat penting
bukan sa'a dapat men)egah tetanus% tetapi menimbulkan berbagai
penyakit lain
2) faktor Alat pemotongan tali pusat menggunaan alat yang tidak
steril untuk memotong tali pusatmeningkatkan risiko penularan
penyakit tetanus neonatorum. Ke'adian inimasih lagi berlaku di
negara"negara berkembang dimana bidan"bidan yangmelakukan
pertolongan persalinan masih menggunakan peralatan seperti pisau
dapur atau sembilu untuk memotong tali pusat bayi baru lahir.
3) faktor cara perawatan tali pusat
terdapat sebagian masyarakat di negara"negara berkembang masih
menggunakan ramuan untuk menutup luka tali pusat seperti kunyit
dan abu dapur. Seterusny tali pusat tersebut akan dibalut dengan
menggunakan kain pembalut yang tidak steril sebagai salah satu
ritual untuk menyambut bayi yang baru lahir. cara perawatan tali
pusat yang tidak benar ini akan meningkatkan lagi risiko ter'adinya
ke'adian tetanus neonatorum
4) faktor Kebersihan
tempat pelayanan persalinan Kebersihan suatu tempat pelayanan
persalinan adalah sangat penting.
tempat pelayanan persalinan yang tidak bersih bukan saha'a
berisiko untuk menimbulkan penyakit pada bayi yang akan
dilahirkan malah pada ibu yang melahirkan.
tempat pelayanan persalinan yang ideal sebaiknya dalam keadaan
bersih dan steril.
5) faktor Kekebalan ibu hamil ibu hamil yang mempunyai faktor
kekebalan terhadap tetanus dapatmembantu mencegah kejadian
tetanus neonatorum pada bayi baru lahir.
Antibodi terhadap tetanus dari ibu hamil dapat disalurkan pada
bayi melalui darah seterusnya menurunkan risiko infeksi
Clostridium tetanus sebagian besar bayi yang terkena tetanus
neonatorum biasanya lahir dari ibu yang tidak pernah mendapatkan
imunisasi

TALAKSANA
Tatalaksana umum
Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu trakeostomi.
Memberikan tambahan O2 dengan sungkup (masker)
Mengurangi spasme dan mengatasi kejang. - Kejang harus segera dihentikan
dengan pemberian diazepam 5 mg intravena untuk meonatus dan diazepam 10 mg
intravena atau perrektal untuk anak (dosis diazepam untuk anak 0,3 mg/kgBB/kali -
Pada tetanus sedang, dosis anti konvulsan dimulai dengan 1/2- 2/3 dari dosis
maksimal dan 2/5 dosis maksimal untuk tetanus ringan.
Pada tetanus berat, tatalaksana dibagi Tetanus neonatorum, pertama diazepam
diberikan 5 mg intravena perlahan-lahan, kemudian dilanjutkan dengan dosis 90-120
mg/24 jam bila mungkin mempergunakan pompa semprit (syringe pump), tetapi jika
pompa semprit tidak ada diazepam diberikan tiap 2 jam (12 kali perhari).
Tetanus anak, setelah pemberian diazepam 10 mg intravena perlahan-lahan,
dilanjutkan dengan dosis 180-200 mg/24jam dengan pompa semprit atau 2 jam atau
12 kali perhari.
Perawatan luka sangat penting, dilakukan eksisi jaringan yang cukup luas guna
membersihkan jaringan anaerob, terutama bila ada benda asing. Jika karies dentis
atau OMSK dicurigai sebagai port d’entree, maka diperlukan konsultasi dengan
dokter gigi/THT.
Tatalaksana Khusus
Antibiotik. Untuk membunuh kuman .
tetani (vegetatif) diberikan penisilin prokain 50.000-100.000/kgBB/hari selama 7-
10 hari, jika terdapat hipersensitif terhadap penisilin dapt diberikan tetrasiklin 50
mg/kgBB/hari (untuk anak berumur lebih dari 8 tahun).
Anti serum Terdapat beberapa pendapat mengenai besar dosis ATS yang sesuai.
Dapat digunakan ATS 5.000 unit intra muskular, tetapi pusat rujukan lain
mempergunakan dosis 40.000 unit diberikan separuh intravena dan separuhnya
intramuskular atau bila fasilitas tersedia dapat diberikan HTIG (Human Tetanus
Immune Globulin) 500-3000 IU.
Pada pemberian ATS harus berhati-hati akan reaksi anafilaksis.
Pada tetanus anak pemberian anti serum dapat disertai dengan imunisasi aktif DT
setelah pulang dari rumah sakit.
20. Mastitis
Infeksi payudara atau mastitis adalah infeksi yang terjadi pada jaringan
payudara. Kondisi ini umumnya menyerang ibu menyusui, terutama pada 12 minggu
pertama setelah persalinan. Infeksi payudara juga dapat dialami oleh wanita yang
sedang tidak menyusui, walaupun jarang terjadi. Mastitis biasanya hanya menyerang
salah satu payudara saja, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada kedua
payudara. Mastitis menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan saat menyusui,
sehingga kegiatan menyusui menjadi terhambat atau terhenti.
klasifikasi mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi menjadi yaitu
mastitis periduct
1. mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang
menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. keadaan ini dikenal juga
dengan sebutan mammary ductectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya
penyumbatan pada saluran di payudara.
2. mastitis puerperalis lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui.
Penyebab utamamastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu,
yang ditransmisi ke putingibu melalui kontak langsung. '.
3. Mastitis supurati
abses Mastitis supurati yang paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari
kuman )taphylococcus, jamur, kuman &/C dan juga sifilis. -nfeksi kuman &/C
memerlukan penanganan yang ekstra
Faktor predisposisi
1. Umur Paritas
2. melahirkan
3. Kekebalan dalam asi
4. Stres dan kelelahan
5. Pekerjaan di luar rumah
6. Faktor lokal dalam payudara
7. trauma
Tatalaksana
1. Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada
payudara oleh bayinya, untuk memperbaiki pengeluaran AS I,
dan untuk mencegah luka pada puting susu,Ibu harus didorong
untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki, tanpa batas.
2. Bila isapan bayi tidak cukupmengurangi rasa penuh' dan
kencang pada payudara, atau bila puting susunya tertarik sampai
rata sehingga bayi sulit mengenyut, ibuharus memeras ASI-nya.
3. Pemerasan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan pompa
4. Bila payudara sangat nyeri, jalan lain untuk memeras ASI
adalah dengan menggunakan metode botol panas
5. Setelah satu atau dua hari, kondisi ini harus sembuh, dan
suplai ASI dan kebutuhan bayi cocok satu sarna lain.
21. Gangguan Psiokologis Masa Nifas
Post Partum Blues Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity
blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan. Ibu mengalami perasaan
sedih yang berkaitan dengan bayinya
Klasifikasi
1) Depresi ringan (kemurungan)
2) Depresi sedang/moderat (perasaan tak berpengharapan)
3) Depresi berat (terpisah dari realita).
Faktor predisposisi
1. Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga,
kepercayaan atau etnik ).
2. Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi
fisik bayi )
3. Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
4. Perubahan hormonal yang cepat.
5. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan
dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
6. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
7. Merasa terisolasi.
Tatalaksana
depresi berat :
1. dukungan keluarga dan sekitar
2. terapi psikologis dari psikiater dan psikolog
3. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti depresan
4. tidak di anjurkan untuk rooming in atau rawat gabung dengan
bayinya .
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai