OLEH :
PUTU MAYA OKTAVIANTI
P07120217007
1
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
2
2. Penyebab atau Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor herediter
gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
b. Faktor psikologis
pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan yang berulang, individu korban kekerasan, kurangnya kasih
sayang, atau overprotektif.
c. Sosio budaya dan lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat
pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian,
hidup sendiri), serta tidak bekerja.
3
3. Pohon Masalah
Berikut ini merupakan pohon masalah diagnosis gangguan persepsi
sensori:
Core
Gangguan persepsi sensoris
Problem
(Pendengaran, penglihatan, pengecapan,
perabaan, dan penciuman)
Causa
1. Biologis 1. Biologis
2. Psikologis 2. Stres
lingkungan
3. Social dan
3. Sumber koping
lingkungan
4
4. Klasifikasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar 70%
halusinasi yang dialami klien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau
suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu,
pengecapan, dan perabaan. Pengkajian dapat dilakukan dengan
mengobservasi perilaku klien dan menanyakan secara verbal apa yang
sedang dialami klien.
Halusinasi diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu halusinasi
pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi pengecapan, halusinasi
penghidu, halusinasi perabaan. Data objektif dikaji dengan cara
mengobservasi perilaku klien, sedangkan data subjektif dikaji melalui
wawancara dengan klien. Berikut ini merupakan deskripsi kelima jenis
halusinasi:
Jenis
Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi
Halusinasi Mengarahkan telinga pada Mendengar suara atau bunyi
Dengar atau sumber suara gaduh
Suara Marah marah tanpa sebab Mendengar suara yan
(Auditory yang jelas menyuruh untuk melakukan
hearing voices Bicara atau tertawa sendiri sesuatu yang berbahaya
or sounds Menutup telinga Mendengar suara yang
Hallucinations) mengajak bercakap cakap
Mendengar suara orang yang
sudah meninggal.
5
Menuju kearah tertentu cahaya.
6
5. Tingkat Halusinasi
Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai dari tingkat I hingga
tingkat IV.
7
pengalaman sensori Isi halusinasi menjadi Rentang perhatian hanya
tidak dapat ditolak atraktif beberapa detik atau menit
lagi Kesepian bila Gejala fisik ansietas berat
pengalaman sensori berkeringat, tremor, dan
berakhir tidak mampu mengikuti
PSIKOTIK perintah
Tingkat IV Pengalaman sensori Perilaku panik
Menguasai tingkat menjadi ancaman Berpotensi untuk
ansietas panik yang Halusinasi dapat membunuh atau bunuh diri
diatur dan berlangsung selama Tindakan kekerasan agitasi,
dipengaruhi oleh beberapa jam atau hari menarik diri, atau katatonia
waham PSIKOTIK Tidak mampu merespons
perintah yang kompleks
Tidak mampu merespons
terhadap lebih dari satu
orang
8
Gambar. Rentang Respons Neurobiologi Halusinasi
Adaptif Maladaptif
7. Gejala Klinis
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien
serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah:
a. Data subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi mengatakan bahwa klien:
Data subjektif mayor
1) Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
2) Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman,
perabaan, atau pengecapan.
Data subjektif minor
1) Menyatakan kesal
b. Data objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi melakukan hal-hal berikut:
Data objektif Mayor
1) Distrosi sensori
2) Respon tidak sesuai
3) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau
mencium sesuatu
9
Data objektif Minor
1) Menyendiri
2) Melamun
3) Konsentrasi buruk
4) Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
5) Curiga
6) Melihat ke satu arah
7) Mondar – mandir
8) Bicara
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat di lakukan pada klien dengan
halusinasi adalah:
1) Pemeriksaan Jantung
Pada pemeriksaan ini di dapatkan abnormalitas seperti : pembesaran
ventrikel, penurunan darah kortikal, terutama di kortek prefrontal,
penurunan aktivitas metabolik di bagian-bagian otak tertentu dan
atropi serabri
2) Teskromosom
Pemeriksaan ini di lakukan jika salah satu anggota keluarga ada yang
mempunyai riwayat dengan gangguan jiwa. Pada tes ini di fokuskan
pada kromosom 6, 13, 18,dan 24. Di sebutkan oleh (Ann Isaacs) jika
ada yang punya riwayat gangguan jiwa kemungkinan keturunannya
mengalamigangguan jiwa adalah : suatu orang yang kena : resiko 12-
15 %, kedua orangtuanya yang terkena : resiko 35-39%, saudara
sekandung terkena : resiko 8-10%, kembar dizigotik yang terkena :
resiko 50 %.
3) Test psikologi atau psikotes
Pada tes ini di temukan adanya kurang identitas diri, salah interprestasi
terhadap realita dan menarik diri.
9. Penatalaksanaan Medis
10
Penatalaksanaan klien skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah
dengan pemberian obat – obatan dan tindakan lain, (Stuart, Lara-ia, 2005)
yaitu :
a. Psikofarmakologis , obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia
adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan
adalah Fenotiazin (Tindal), Klorpromazin (Thorazine), Flufenazine
(Prolixine, Permitil), Mesoridazin (Seren-til), Perfenazin (Trilafon),
Proklorperazin (Compazine), Promazin (Sparine), Tioridazin (Mellaril),
Trifluoperazin (Stelazine), Trifluopromazin (Vesprin) 60-120 mg,
Tioksanten Klorprotiksen (Tarac-tan), Tiotiksen (Navane) 75-600 mg,
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100mg, Dibenzodiazepin Klozapin
(Clorazil) 300-900 mg, Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150
mg, Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg.
b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
c. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
10. Komplikasi
a. Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang
di akibatkan dari persapsi sensori palsu tanpa adanya stimulis
eksternal.
b. Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dengan orang lain karena
tidak peka terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.
11
a. Alasan masuk RS
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan
hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa
ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
b. Faktor prediposisi
1. Faktor perkembangan terlambat
a. Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan
rasa aman.
b. Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c. Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
a. Komunikasi peran ganda
b. Tidak ada komunikasi
c. Tidak ada kehangatan
d. Komunikasi dengan emosi berlebihan
e. Komunikasi tertutup
f. Orangtu yang membandingkan anak-anaknya, orangtua
yang otoritas dan konflik dalam keluarga
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
4. Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup
diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas,
krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5. Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak,
pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks
dan limbik.
6. Faktor genetik
12
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa
yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia
adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik
tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang
tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia
maka peluangnya menjadi 35 %.
c. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal
otak.
2. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme
penerimaan abnormal).
3. Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Menurut Stuart (2013), pemicu gejala respon neurobiologis
maladaptif adalah kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku.
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat,
kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah
tangga, kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola
aktivitas sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang
13
lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja,
dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
3) Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan
sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan
gejala.
4) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara
sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat
tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat
mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan perilaku halusinasi
maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya
sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi
tentang halusinasi yang iperlukan meliputi :
a. Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan.
b. Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.
c. Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami
sebelum halusinasi muncul. Perawat bisa mengobservasi
apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
untuk memvalidasi pertanyaan klien.
d. Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat
mengalami pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa
mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.
14
d. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan
tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang
dirasakan klien.
1. Status mental
a. Penampilan : tidak rapi, tidak serasi
b. Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
c. Aktivitas motorik : meningkat/menurun
d. Afek : sesuai/maladaprif
e. Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus
yang ada sesuai dengan nformasi
f. Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak
berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses
pikir
g. Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian
realistis
h. Tingkat kesadaran
i. Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2. Mekanisme koping
a. Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
b. Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggungjawab kepada oranglain.
c. Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan
stimulus internal
3. Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan
dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau
pemukiman.
15
- Klien mengatakan melihat
bayangan putih
- Klien mengatakan
merasakan dirinya seperti
tersengat listrik
- Klien mengatakan
mencium bau tidak sedap
- Klien mengatakan
kepalanya melayang di
udara
- Klien mengatakan
merasakan sesuatu yang
berbeda pada dirinya
b. Data Objektif
- Klien terlihat berbicara atau
tertawa sendiri saat diuji
- Bersikap seperti
mendengarkan sesuatu
- Berhenti tiba- tiba ditengah
kalimat seolah- olah
mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
- Konsentrasi rendah
- Pikiran cepat berubah
- Kacau dalam alur pikiran
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu didapatkan adalah sebagai
berikut:
16
Data objektif dapat diperoleh melalui observasi perilaku pasien,
sedangkan data subjektif dapat dikaji melalui proses wawancara
dengan pasien
b) Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi.
- Waktu: pagi, siang, sore, malam
- Frekuensi: terus-menerus, sekali-kali
- Situasi: sendiri, atau saat terjadi kejadian tertentu
c) Respons terhadap halusinasi. Untuk mengetahui apa yang dilakukan
saat halusinasinya muncul
17
3. Rencana Keperawatan
TUK 2: Setelah dilakukan asuhan 2.1 Adakah kontak mata sering dan singkat secara Dengan mengenal hasusinasi
Klien dapat keperawatan 1 x 20 menit bertahap pasien kita dapat memberikan
18
mengenal diharapkan TUK dapat tercapai 2.2 Observasi tingkah laku klien terkait tindakan yang tepat untuk
halusinasinya dengan kriteria hasil sebagai halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa pasien
berikut: stimulus, memandang kekiri atau ke kanan atau
- Pasien dapat menyebutkan seolah-olah ada teman bicara
waktu, isi, frekuensi 2.3 Bantu klien mengenali halusinasinya
timbulnya halusinasi a. Apakah ada suara yang didengar
b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa
yang dikatakan
c. Katakana bahwa perawat percaya klien
mendengar suara itu, namun perawat sendiri
tidak mendengarnya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
2.4 Diskusikan dengan klien
a. Situasi yang menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasinya
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi
(pagi, siang , sore, dan malam atau jika
sendiri, jengkel,atau sedih)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan
19
jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih
senang) beri kesempatan mengungkapkan
perasaannya
TUK 3: Setelah dilakukan asuhan .1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang Dengan ini pasien dapat
Pasien dapat keperawatan selama 3 x 20 menit dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, mengetahui bagai mana cara
mengontrol diharapkan TUK dapat tercapai menyibukkan diri, dll) mengontrol/mencegah
halusinasinya dengan kriteria hasil : 3.2 Diskusikan manfaat cara yang dilakukan halusinasinya
- Klien dapat menyebutkan cara klien, jika bermanfaat beri pujian
baru untuk mengontrol .3 Diskusikan cara baru untuk memutus atau
halusinasinya mengontrol halusinasi :
- Klien dapat memilih cara a. Katakan “saya tidak mau dengar kamu”
mengatasi halusinasi seperti (pada saat halusinasi terjadi)
yang telah didiskusikan dengan b. Menemui orang lain
klien (perawat/teman/anggota/keluarga) untuk
bercakap-cakap atau mengatakan
halusinasi yang didengar
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
TUK 4: Setelah dilakukan asuhan 4.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan Minum obat dapat membantu
Klien dapat keperawatan selama 1 x 20 menit kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, proses penyembuhkan penyakit
memanfaatkan diharapkan TUK 4 tercapai dengan cara, efek terapi, dan efek samping penggunaan klien
20
obat dengan kriteria hasil : obat
prinsip 12 benar - Klien dapat 4.2 Pantau klien saat penggunaan obat
mendemonstrasikan 4.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat
penggunaan obat secara dengan benar
benar 4.4 Diskusikan berhenti minum obat tanpa
- Klien dapat memahami konsultasi dengan dokter
akibat berhenti minum obat 4.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip
- Klien dapat mengetahui 12 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis,
Nama, warna, dosis, efek benar rute, benar waktu, benar dokumentasi,
terapi, efek samping obat benar evaluasi, benar pengkajian, benar reaksi
- Klien dapat menyebutkan dengan obat lain, benar reaksi terhadap
prinsip 12 benar penggunaan makanan, benar tidak expired, benar pendidikan
obat. kesehatan perihal medikasi klien).
TUK 5: Setelah dilakukan asuhan 5.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga Dengan adanya dukungan
Klien dapat keperawatan selama 1 x 15 menit jika mengalami halusinasi dari keluarga akan
dukungan dari diharapkan keluarga dapat membina 5.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat membantu serta
keluarga dalam hubungan dengan perawat berkunjung/pada saat kunjungan rumah). mempercepat proses
mengontrol - Keluarga dapat menyebutkan a. Gejala halusinasi yang dialami pasien penyembuhan pasien
halusinasi. pengertian, tanda dan kegiatan b. Cara yang dapat dilakukan klien dan
untuk mengendalikan keluarga untuk memutus halusinasi
21
halusinasi. c. Cara merawat anggota keluarga untuk
memutus halusinasi di rumah, beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama.
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi dibagi menjadi 2 yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, dimana evaluasi formatif digunakan di bagian
implementasi dan tidak menyeluruh sedangkan evaluasi sumatif digunakan di bagian evaluasi dan bersifat menyeluruh
dalam mengevaluasi pasien.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN STRATEGI PELAKSANA
24
STRATEGI PELAKSANAN
PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
TINDAKAN KEPERAWATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Memvalidasi BHSP yang 1. Menganjurkan pasien untuk
dilakukan antara perawat dengan memberitahu keluarga jika
pasien mengalami halusinasi
2. Mengidentifikasi halusinasi yang 2. Mendiskusikan dengan keluarga
dialami oleh pasien (pada saat berkunjung/pada saat
3. Membantu pasien mengenal kunjungan rumah).
halusinasi yang dialaminya a. Gejala halusinasi yang
berupa jenis, isi, waktu, respon, dialami pasien
situasi pencetus b. Cara yang dapat dilakukan
4. Menganjurkan pasien klien dan keluarga untuk
memasukkan dalam jadwal memutus halusinasi
kegiatan harian c. Cara merawat anggota
5. Menganjurkan pasien untuk keluarga untuk memutus
mengikuti jadwal kegiatan harian halusinasi di rumah, beri
kegiatan, jangan biarkan
SP 2 sendiri, makan bersama,
TINDAKAN KEPERAWATAN bepergian bersama.
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien SP 1
2. Mengenalkan pasien cara untuk
mengontrol halusinasi dengan
cara yang pertama yaitu dengan
cara menghardik halusinasi
3. Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara yang
pertama yaitu dengan cara
menghardik halusinasi
25
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
5. Menganjurkan pasien untuk
mengikuti jadwal kegiatan harian
SP 3
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien SP 1 dan SP 2
2. Mengenalkan pasien cara
mengontrol halusinasi dengan
cara yang kedua yaitu dengan
cara bercakap – cakap dengan
orang lain
3. Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara yang
kedua yaitu dengan cara bercakap
– cakap dengan orang lain
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
5. Menganjurkan pasien untuk
mengikuti jadwal kegiatan harian
SP 4
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien SP 1, SP 2 dan SP 3
2. Mengenalkan pasien cara
26
mengontrol halusinasi dengan
cara yang ketiga yaitu dengan
cara melakukan aktivitas
terjadwal
3. Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara yang
ketiga yaitu dengan cara
melakukan aktivitas terjadwal
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
5. Menganjurkan pasien untuk
mengikuti jadwal kegiatan harian
SP 5
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien SP 1, SP 2, SP 3
dan SP 4
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien untuk
mengikuti jadwal kegiatan harian
27