04011281823090
Gamma 2018
SIROSIS HEPATIS
Definisi
Sirosis berasal dari kata scirrhus atau kirrhos yang berarti warna jingga atau kuning
kecoklatan permukaan hati yang tampak saat otopsi.Sirosis merupakan penyakit kronis hepar
yang progresif dan irreversible. Penyakit ini ditandai dengan adanya fibrosis, disorganisasi
struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regeneratif dan hepatosit. Gambaran ini terjadi
akibat adanya nekrosis hepatoselular.
Sirosis hepatis (SH) merupakan konsekuensi dari penyakit hati kronis yang ditandai
dengan penggantian jaringan hati oleh fibrosis, jaringan parut dan nodul regeneratif (benjolan
yang terjadi sebagai hasil dari sebuah proses regenerasi jaringan yang rusak) akibat nekrosis
hepatoseluler, yang mengakibatkan penurunan hingga hilangnya fungsi hati.
Pada individu yang mengidap hepatitis B, kemungkinan terjadinya sirosis hepatis dan
kanker hati lebih besar. Di United States 40% bayi yang lahir dengan terinfeksi HBV,
Amirah Syifa Delima
04011281823090
Gamma 2018
nantinya akan mengalami kronik infeksi HBV, dan ¼ akan meninggal karena penyakit hati
kronik.
Etiologi
Penyebab pasti dari sirosis hepatis belum diketahui, berikut adalah beberapa
kemungkinan penyebab sirosis hepatis:
1. Autoimun
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis penyebab paling sering di indonesia
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
5. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)
6. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
7. Zat toksik
Amirah Syifa Delima
04011281823090
Gamma 2018
Faktor Risiko
1. Umur
Seseorang dengan umur yang lebih muda tidak tertutup kemungkinan untuk menderita
sirosis hati, karena apabila seseorang terinfeksi Virus Hepatitis B akut, 90% yang
terinfeksi pada anak-anak dan 70% pada orang dewasa tidak menampakkan gejala
sama sekali. Selanjutnya 90% pada mereka yang terinfeksi pada masa anak-anak
berlanjut menjadi kronis, sehingga tidak heran jika sering ditemukan Sirosis hepatis
pada seseorang sebelum usia 30 tahun. Bila kita perhatikan di Indonesia rata-rata
penderita Sirosis berada pada kelompok umur 30-59 tahun, dengan puncaknya sekitar
40-49 tahun.
2. Jenis kelamin
Saat ini penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada pria dibandingkan wanita
dengan rasio 1,6:1, hal ini dikarenakan banyaknya laki-laki yang mengkonsumsi
alkohol/peminum alkohol berat. Dari kebiasaan tersebut menyebabkan penyakit yang
ada makin berat, apalagi dalam diri seseorang telah ada infeksi Virus Hepatitis B
secara
otomatis mempercepat kerusakan hati/terjadinya Sirosis hati.
3. Genetik – Virus hepatitis B
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab sirosis hati
apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam
darah penderita dengan penyakit hati kronis, maka diduga mempunyai peranan yang
besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi Sirosis. kronik. Dari pasien-
Amirah Syifa Delima
04011281823090
Gamma 2018
pasien yang terpajan Hepatitis B, 5% mengalami hepatitis B kronik dan sekitar 20%
dari pasien ini akan berlanjut mengalami Sirosis.
4. Pola hidup
- Alkoholisme
Sel hati mengalami fibrosis dan destruksi protein yang berkepanjangan akibat
metabolisme alkohol yang menghasilkan acetaldehyde. Fibrosis yang terjadi
merangsan terbentuk kolagen. Regenari sel hati tetap terjadi tetapi tidak bisa
memperbaiki seluruh kerusakan yang terjadi. Pertumbuhan kolagen akan terus
terjadi yang menyebabkan terbentuknya benjolan-benjolan pada hati dan hati akan
mengeras kemudian terjadi sirosis hepatis.
- Konsumsi Obat
Terdapat beberapa zat dalam obat yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel
hati, apabila obat tersebut terus dikonsumsi akan menimbulkan kelainan hati.
Epidemiologi
Prevalensi sirosis hepatis di dunia tidak diketahui namun, di Amerika Serikat sekitar
0,15% - 0,27%.
Amirah Syifa Delima
04011281823090
Gamma 2018
Klasifikasi
1. Mikronodular
Disebabkan alkohol, hemokromatosis, obstruksi outflow vena hepatika, obstruksi
bilier kronis.
2. Makronodular
Disebabkan hepatitis-B dan C, defisiensi antitripsin alfa-1, dan kolangitis bilier
primer.
3. Campuran
Perkembangan dari sirosis mikro ke makro.
Patofisiologi
1. Efek sekunder dari proses inflamasi dan subsekuensi dari respon imun.
2. Bagian dari proses penyembuhan luka
3. Respon terhadap rangsangan dari agen penyebab fibrogenesis primer
Pada individu yang menderita hepatitis B, virus tersebut kemudian memicu stimulasi
respon imun yang akan terus menyerang sel hati yang mengakibatkan terbentukna scar tissue.
Kerusakan tahap awal di katakana fibrosis, sedangkan tahap kronik adalah sirosis. Carbon
tetrachloride adalah contoh agen yang dapat menyerang dan membunuh sel hepatosit
sehingga terjadi fibrosis sebagai bagian dari proses penyembuhan luka. Baik dalam proses
Amirah Syifa Delima
04011281823090
Gamma 2018
respon immun atau penyembuhan luka ,fibrosis dipicu secara tidak langsung sebagai efek
dari pelepasan citokin-citokin oleh sel-sel inflammasi. Tetapi , zat-zat tertentu seperti etanol
dan besi dapat menyebabkan fibrogenesis primer dengan meningkatkan proses transkripsi gen
kolagen dan menyebabkan peningkatan jumlah jaringan ikat yang disekresi oleh sel-sel.
Peningkatan jumlah kolagen pada spatial disse (diantara sinusoid dan hepatosit) dan
berkurangnya ukuran fenestra endotel akan menimbulkan kapilarisasi sinusoid. Sel-sel stelta
yang aktif mempertahankan sifat kontriksi.
Sirosis hepatis akan menyebabkan kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta.
Kegagalan fungsi hati akan ditemukan dikarenakan terjadinya perubahan pada jaringan
parenkim hati menjadi jaringan fibrotik dan penurunan perfusi jaringan hati sehingga
mengakibatkan nekrosis pada hati. Hipertensi porta merupakan gabungan hasil peningkatan
resistensi vaskular intra hepatik dan peningkatan aliran darah melalui sistem porta. Resistensi
intra hepatik meningkat melalui 2 cara yaitu secara mekanik dan dinamik. Secara mekanik
resistensi berasal dari fibrosis yang terjadi pada sirosis, sedangkan secara dinamik berasal
dari vasokontriksi vena portal sebagai efek sekunder dari kontraksi aktif vena portal dan septa
myofibroblas, untuk mengaktifkan sel stelata dan sel-sel otot polos. Tonus vaskular intra
hepatik diatur oleh vasokonstriktor (norepineprin, angiotensin II, leukotrin dan trombioksan
A) dan diperparah oleh penurunan produksi vasodilator (seperti nitrat oksida).
Pada sirosis peningkatan resistensi vaskular intra hepatik disebabkan juga oleh
ketidakseimbangan antara vasokontriktor dan vasodilator yang merupakan akibat dari
keadaan sirkulasi yang hiperdinamik dengan vasodilatasi arteri splanknik dan arteri sistemik.
Hipertensi porta ditandai dengan peningkatan cardiac output dan penurunan resistensi
vascular sistemik.
Penyalahgunaan alkohol dengan kejadian sirosis hati sangat erat hubungannya. Etanol
merupakan hepatotoksin yang mengarah pada perkembangan fatty liver, hepatitis alkoholik
dan pada akhirnya dapat menimbulkan sirosis.
Amirah Syifa Delima
04011281823090
Gamma 2018
Patogenensis
Patogenesis yang terjadi mungkin berbeda tergantung pada penyebab dari penyakit
hati. Secara umum, ada peradangan kronis baik karena racun (alkohol dan obat), infeksi
(virus hepatitis, parasit), autoimun (hepatitis kronis aktif, sirosis bilier primer), atau obstruksi
bilier (batu saluran empedu), kemudian akan berkembang menjadi fibrosis difus dan sirosis.
Perubahan yang terjadi pada jaringan ikat dan matriks ekstraseluler (ECM) merupakan
gambaran umum yang terlihat pada semua bentuk sirosis. Pada jaringan hati normal ECM
yang terdiri atas kolagen interstitium (terbentuk dari serat serat kolagen tipe l, III, V dan IX)
hanya terdapat pada simpai hati, area portai dan sekeliling vena sentralis. Sel hepatosit sendiri
tidak memiliki membran basal seperti pada sel kelenjar pada umumnya namun memiliki
kerangka jaringan ikat tipis yang terdiri atas kolagen tipe IV dan beberapa jenis protein yang
mengisi ruang antar sel endotel sinusoid dan hepatosit (ruang Disse).
Kondisi yang berbeda terjadi pada sirosis hati, di mana komponen yang mengisi ruang
Disse adalah kolagen tipe I dan III serta komponen ECM yang lain.
Secara anatomis, pada keadaan normal, di celah antara sinusoid dan sel hepatocites
(perisinusoidal space) terdapat sel stelata atua sel Ito atau sel perisinusoidal yang berfungsi
sebagain tempat penyimpanan vitamin A, serta sel stellate beraktifitas secara diam.
Pada penyakit kronis, sela hati terluka, sel stellate akan aktif untuk mengeluarkan
rangsangan stimulus ROS (reactiver oxygen species) karena distimulasi oleh sel hepatosit, sel
kupfer dan sel endotel abnormal. ROS akan mengeluarkan faktor paracrine atau faktor
pertumbuhan dan juga sitokin (TNF, IL-1, limfotoksin). Sel stellate yang telah teraktifasi
akan menjadi miofibroblas yang merupakan sumber utama untuk pembentukkan jaringan
kolagen. Sel stellate juga hasilkan faktor pertumbuhan, sitokin, dan kemokin akan memicu
sintesis kolagen, terutama akibat adanya TGF-β. Fibroblast juga diduga turun berperan dalam
terjadinya sirosis.
Amirah Syifa Delima
04011281823090
Gamma 2018
Lesi vascular akibat radang dan thrombosis pada vena portal, arteri hepatic dana tau
vena sentral yang banyak berperan dalam proses terjadinya gangguan fungsi hati adalah
hilangnya kemampuan fenestrasi sel endotel sinus dan terbentuknya hubungan pintas vena
portal dengan vena hepatik dan antara arteri hepatik dengan vena portal. Pada dinding
sinusoid normal terdapat fenestra sel endotel yang berfungsi memudahkan terjadinya
pertukaran cairan plasma di sinusoid dengan sitoplasma sel hati. Hilangnya kemampuan
fenestrasi dan terjadinya penebalan membrane basal mengubah dinding sinusoid yang tipis
menjadi lebih tebal dan tekanan sinusoid meningkat. Pada saat ini sudah terbentuk kolagen
yang tidak halus di area perisinusoidal yang memicu pembentukan fibrosis dan jaringan parut
(nodular) pada ekstraseluler matriks (ECM).
Manifestasi Klinis
Kompensata
Liver masih dapat menjalankan fungsinya walaupun tidak semaksimal liver normal.
Kadang terdapat beberapa jegala yang terlihat tetapi Sebagian orang tidak menyadarinya.
Biasanya pasien dengan kompensata hepatis terdeteksi karena pemeriksaan kesehatan rutin
atau karena adanya penyakit lain.
Dekompensata
Amirah Syifa Delima
04011281823090
Gamma 2018
Liver sudah tidak berfungsi dengan baik, terlihat gejala-gejala yang serius pada fase
ini. Jika terdapat lima gejala yang terlihat maka sudah dapat dikatakan dekompensata. Gejala
tersebut adalah:
Konsesus Baveno IV
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Biopsy hati (paling akurat)
5. Fibroscan hati
6. CT scan, MRI, dan USG
7. Endoskopi
Melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan dan tanda-tanda sirosis
hepatis, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjugang (3-7). Pemeriksaan biopsy hati
Amirah Syifa Delima
04011281823090
Gamma 2018
merupakan gold standar penegakkan sirosis hepatis. Pada pemeriksaan USG dapat terlihat
ketidakhomogenan jaringan hati, permukaan hati yang tidak rata atau pembesaran lobus
caudatus.
Diagnosis Banding
Komplikasi
Amirah Syifa Delima
04011281823090
Gamma 2018
Tatalaksana
Terjadi pada sirosis hepatis lanjut dengan sistem imun atau kekebalan rendah yang
berhubungan dengan migrasi kuman dari saluran cerna ke dalam cairan asites. Pasien
risiko tinggi SBP ditandai perdarahan varises, SBP berulang, kadar protein asites
rendah. Komplikasi tindakan parasintesis yang tidak steril. Atau bisa juga diberikan
obat:
a. Sefotaksim 3 x 2 gram/hari selama 5 hari (DOC)
b. Amoksilin klavulanat, fluorokuinolon, siprofloksasin, norfloksasin, trimethoprim
sulfametoksazol
6. Transplantasi Hati
a. Sirosis irreversible maka dilakukan transplantasi.
b. Rata-rata 80% pasien pascatransplantasi bisa hidup selama lima tahun.
c. Donor ada 2 macam, yaitu cadaver donor dan living donor.
Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, diantaranya
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit yang menyertai. Jika kompensata
masih terdapat harapan hidup lebih lama yaitu, 10 tahun dengan peluang 47%. Namun, turun
menjadi 16% selama 5 tahun setelah menjadi decompensated sirosis hepatis Klasifikasi
Child-Turcotte-Pugh (CTP) untuk mengklasifikasikan sirosis heptis ke dalam kelas A, B, dan
C.
SKDI