Anda di halaman 1dari 24

PENYELESAIAN SENGKETA

✔ Sengketa terjadi karena perasaan tidak puas muncul ke permukaan apabila terjadi
conflik of interest.

✔ Untuk menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa, Anda memiliki beberapa


pilihan cara penyelesaian. Pada umumnya beberapa cara yang dapat dipilih
dibedakan melalui Pengadilan atau di Luar Pengadilan (seperti negosiasi,
konsiliasi, konsultasi, penilaian ahli, mediasi, arbitrase dan lain lain, yang sering
disebut sebagai alternatif penyelesaian sengketa /APS).
✔ Pengadilan adalah lembaga resmi kenegaraan yang diberi kewenangan untuk
mengadili, yaitu menerima, memeriksa, dan memutus perkara berdasarkan
hukum acara dan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Namun demikian,
cara mengajukan sengketa ke pengadilan ini kurang populer bagi para pihak dalam
kegiatan bisnis (kalangan pengusaha), bahkan kalau tidak terpaksa, para
pengusaha pada umumnya menghindari penyelesaian sengketa di pengadilan.
✔ Tidak populernya pengadilan bagi para pengusaha ini kemungkinan disebabkan
lamanya waktu yang tersita dalam proses pengadilan sehubungan dengan
tahapan-tahapan (banding dan kasasi) yang harus dilalui, atau disebabkan sifat
pengadilan yang terbuka untuk umum sedangkan para pengusaha tidak suka
masalah-masalah bisnisnya dipublikasikan, ataupun karena penanganan
penyelesaian sengketa tidak dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang
tertentu yang dipilih sendiri (meskipun pengadilan dapat juga menunjuk hakim ad
hoc atau menggunakan saksi ahli).
✔ Pada dasarnya penyelesaian sengketa melalui pengadilan memiliki kesamaan
dengan arbitrase, mengingat keduanya memutuskan berdasarkan kalah menang.
✔ PERADILAN UMUM
• UU NO. 8 TAHUN 2004
• Peradilan Umum adalah salah kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan yang umumny mengenai perkara perdata dan pidana.
• Dilaksanakan oleh:
a. Pengadilan Negeri, pengadilan tingkat pertama yang berkedududkan
dikotamadya/ ibukota kabupaten.
• Bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan
perkara pidana dan perdata di tingkat pertama.
b. Pengadilan Tinggi, pendailan tingkat banding berkedudukan di ibukota
propinsi.
• Bertugas dan berwenag mengadili perkara pidana dan perdata
ditingkat banding.
• Bertugas dan berwenang mengadili di tingkat pertama dan terkakhir
sengketa kewenangan yang mengadili antara Pengadilan Negeri di
daerah hukumnya.
✔ Mahkamah Agung
• Merupakan pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan peradilan
yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah dan
pengaruh-pengaruh lain yang berkedudukan di ibukota negara RI.
• Bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan :
a. Permohonan Kasasi.
b. Sengketa tentang kewenangan mengadili.
c. Permohonan Peninjauan Kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
• Membatalkan putusan-putusan penepatan Pengadilan dari semua
lingkungan Peradilan, karena:
a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang.
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
c. Lalai mememnuhi syarat-syarat yang mengancam kelalalian itu dengan
batalnya putusan yang bersangkutan.
✔ Alternative dispute resolution (ADR) atau Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)
merupakan upaya penyelesaian sengketa di luar litigasi (non-litigasi).
✔ Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
✔ Alternatif penyelesaian sengketa bersifat sukarela dan karenanya tidak dapat
dipaksakan oleh salah satu pihak. Walau demikian sebagai suatu bentuk
perjanjian (alternatif penyelesaian sengketa), kesepakatan yang telah dicapai oleh
para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui forum diluar pengadilan harus
ditaati oleh para pihak.
✔ Alternatif penyesuaian sengketa bersifat supel dan tidak formal, sedang litigasi
prosedurnya telah ditentukan oleh hukum/kaidah hukum.
✔ Secara umum pranata alternatif penyelesaian sengketa antara lain :
1. Konsultasi.
2. Negosiasi.
3. Mediasi.
4. Konsiliasi.
5. Arbitrase.
✔ Konsultasi
• Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat
“personal” antara suatu pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang
merupakan pihak konsultan yang memberikan pendapatnya kepada
klien sesuai dengan keperluan dan kebutuhan kliennya.
• Keputusan tetap berada di tangan klien.
✔ Negosiasi
• Negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk
mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki
kepentingan yang sama maupun berbeda.
• Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk
mendiskusikan penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak ketiga.
✔ Konsiliasi
• Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa dengan intervensi pihak ketiga (konsiliator),
dimana konsiliator lebih bersifat aktif, dengan mengambil inisiatif menyusun dan
merumuskan langkah-langkah penyelesaian, yang selanjutnya ditawarkan kepada para
pihak yang bersengketa.
• Jika pihak yang bersengketa tidak mampu merumuskan suatu kesepakatan, maka
pihak ketiga mengajukan usulan jalan keluar dari sengketa. Meskipun demikian
konsiliator tidak berwenang membuat putusan, tetapi hanya berwenang membuat
rekomendasi, yang pelaksanaanya sangat bergantung pada itikad baik para pihak yang
bersengketa sendiri.
✔ Mediasi
• Pengertian mediasi adalah penyelesaian sengketa dengan dibantu oleh pihak ketiga
(mediator) yang netral/tidak memihak. Peranan mediator adalah sebagai penengah (yang
pasif) yang memberikan bantuan berupa alternatif-alternatif penyelesaian sengketa untuk
selanjutnya ditetapkan sendiri oleh pihak yang bersengketa.
• Dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, mediasi diberikan arti sebagai cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh
mediator.
• Peran mediator membantu para pihak mencari berbagai kemungkinan penyelesaian
sengketa dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan atau penilaian atas
masalah-masalah selama proses mediasi berlangsung.
✔ Penilaian Ahli
• Pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis sesuai dengan
bidang keahliannya.

✔ Arbitrase
• Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata khususnya
dibidang perdagangan di luar pengadilan umum yang di dasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang
bersengketa.
• Yang termasuk ruang lingkup hukum perdagangan adalah Perniagaan,
Perbankan, Keuangan, Penanaman modal, Industri, Haki, dsb.
• Syarat utama untuk dapat dilakukan Arbitrase adalah adanya suatu
perjanjian untuk berarbitrase.
✔ Perjanjian Arbitrase dibuat dengan Akta Notaris yang isinya memuat :
a. Masalah yang dipersengketakan.
b. Nama lengkap & alamat para pihak.
c. Nama lengkap & alamat arbiter.
d. Tempat arbitrase akan mengambil keputusan.
e. Jangka waktu 6 bulan penyelesaian masalah dengan cara arbitrase.
f. Pernyataan kesediaan dari para pihak yang bersengketa untuk
menanggung segala biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan sengketa
melalui arbitrase.
✔ PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL
• Hanya diakui serta dapat dilaksanakan di wilayah hukum RI, jika teleh
memenuhi persyaratan sbb:
a. Dijatuhkan oleh Arbiter atau majelis arbitrase di suatu negara yang
dengan negara Indonesia terikat pada perjanjian, baik secara
bilateral maupun multilateral mengenai pengakuan dan
pelaksanaan putusan arbitrase internasional.
b. Terbatas pada putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia
termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan.
c. Hanya dapat dilakanskan di Indonesia dan keputusannya tidak
bertentangan dengan kertertiban umum.
d. Dapat dilakasanakan di Indonesia setelah memperoleh eksekutor
dari Ketua pengadilan Negeri di Jakarta Pusat.
✔ PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE
• Apabilla terdapat unsur-unsur:
a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan setelah
putusan dijatuhkan diketahui palsu atau dinyatakan palsu.
b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat
menentukan dan yang disembunyikan oleh pihak lawan.
c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah
satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.
✔ Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan secara tertulis
dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak hari pernyataan dan
pendaftaran putusan arbitrase kepada panitera Pengadilan Negeri dimana
permohonan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri.
✔ Putusan Pengadilan Negeri dapat diajukan permohonan banding ke
Mahkamah Agung yang memutuskan dalam tingkat pertama dan
terakhir.
HUKUM ACARA PERDATA

✔ Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH, Hukum Acara Perdata adalah peraturan
Hukum yang mengatur bagaimana cara ditaatinya Hukum perdata materiil dengan
peraturan hakim. Lebih kongkrit dikatakan bahwa Hukum Acara Perdata mengatur
tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, memeriksa, memutuskan,
dan pelaksanaan daripada putusannya.
✔ R. Soesilo, Hukum Acara Perdata /Hukum Perdata Formal yaitu kumpulan
peraturan-peraturan Hukum yang menetapkan cara memelihara Hukum perdata
material karena pelanggaran hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari
Hukum perdata material itu, atau dengan perkataan lain kumpulan
peraturan-peraturan Hukum yang menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi
pada melangsungkan persengketaan dimuka hakim perdata, supaya memperoleh
suatu keputusan daripadanya, dan selanjutnya yang menentukan cara pelaksaan
putusan hakim itu.
✔ Hukum Acara Perdata mengenal 2 macam kewenangan yaitu :
1. Kewenangan Mutlak/ Absolut.
2. Kewenangan Relative/ NISBI Pasal 133 HIR, Pasal 159 RBg, Pasasl 136 HIR atau
162 RBg, menyangkut pembagian kekuasaan mengadili antar Pengadilanyang
serupa tergantung dari tempat tinggal tergugat, azasnya adalah yang
berwenang adalah Pengadilan Negeri tempat tinggal tergugat, azas ini dengan
bahasa latin dikenal “Actor Sequitoir Forum Rei”.

• Bila ada tempat tinggal yang dipilih dengan suatu akta, gugatan diajukan sesuai
dengan akta, bila penggugat mau, ia dapat mengajukan gugat di tempat tinggal
tergugat.
PEMBUKTIAN PERDATA

✔ Abdulkadir Muhammad, Pembuktian adalah suatu proses pengungkapan fakta


fakta yang menyatakan bahwa suatu peristiwa hukum benar sudah terjadi.
✔ Zainal Asikin, menyebutkan pembuktian merupakan cara untuk menunjukkan
kejelasan perkara kepada hakim supaya dapat dinilai apakah masalah yang dialami
penggugat atau korban dapat ditindak secara hukum .
✔ Alat Alat Bukti.
Macam macam alat bukti diatur dalam pasal 284 RBg, 164 HIR, 1866 BW, yang
terdiri dari :
1. Alat bukti tertulis (surat);
2. Alat bukti dengan saksi-saksi;
3. Alat bukti persangkaan ;
4. Alat bukti pengakuan ;
5. Alat bukti sumpah.
Dalam praktek peradilan perdata, disamping lima alat bukti tersebut di atas,
dikenal pula dua macam alat bukti lain yaitu :
6. Pemeriksaan setempat ;
7. Keterangan ahli.
PUTUSAN PENGADILAN

✔ Sudikno Mertokusumo, mendifinisikan putusan hakim suatu sebagai pernyataan


yang oleh hakin, sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu,
diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan
suatu perkara atau sengketa antara para pihak.

✔ Putusan hakim harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Putusan
hakim yang diucapkan itu haruslah sama dengan yang dituangkan dalam bentuk
tertulis, yang merupakan akta otentik.
KEKUATAN PUTUSAN PENGADILAN

✔ Dalam perkara perdata, putusan pengadilan mempunyai tiga macam


kekuatan, yaitu kekuatan mengikat, kekuatan pembuktian dan kekuatan
eksekutorial.
1. Kekuatan mengikat Yang terikat oleh putusan pengadilan adalah para
pihak, ahli waris dari para pihak, dan mereka yang mendapat hak dari
para pihak.
2. Kekuatan pembuktian Putusan dikatakan memiliki kekuatan pembuktian
karena memenuhi syarat sebagai akta otentik, yang mana dibuat dalam
bentuk tertulis oleh pejabat yang berwenang, ditandatangani, dan
memang ditujukan untuk pembuktian.
3. Kekuatan eksekutorial Artinya putusan pengadilan dapat dilaksanakan
dengan paksa, apabila putusan tersebut tidak dilaksanakan secara
sukarela. Namun demikian tidak semua putusan pengadilan dapat
dilaksanakan dengan paksa. Putusan pengadilan yang dapat
dilaksanakan dengan paksa adalah putusan pengadilan yang bersifat
condemnatoir.
UPAYA HUKUM

✔ Upaya hukum yang dimaksud di sini adalah suatu upaya yang diberikan oleh
undang-undang kepada semua pihak yang sedang berperkara perdata di
pengadilan untuk mengajukan perlawanan terhadap putusan pengadilan.

✔ Dalam hukum acara perdata dikenal adanya dua macam upaya hukum, yaitu
upaya hukum biasa, yang tersedia terhadap putusan pengadilan yang belum
berkekuatan hukum tetap, dan upaya hukum luar biasa atau istimewa, yang
tersedia terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
UPAYA HUKUM BIASA.

1. Verzet atau Perlawanan


• Verzet atau perlawanan adalah upaya hukum terhadap putusan verstek. Verzet pada dasarnya
disediakan bagi tergugat yang berkeberatan atas putusan verstek. Bagi penggugat yang
dikalahkan atau berkeberatan atas putusan verstek tidak dapat mengajukan verzet, tetapi
banding.
2. Banding.
• Upaya hukum banding adalah upaya hukum terhadap putusan pengadilan negeri. Syarat
formal yang harus dipenuhi oleh pihak yang berkeberatan terhadap putusan pengadilan negeri
adalah pengajuan permohonan pemeriksaan tingkat banding, yang harus diajukan dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) hari.
• Pihak yang mengajukan permohonan banding dapat mengajukan memori banding. Pengajuan
memori banding ini adalah hak, sehingga tidak ada kewajiban untuk mengajukan memori
banding. Kalau ada memori banding, kepada pihak lawan diberi kesempatan mengajukan
contra memmori banding.
3. Kasasi.
• Pihak yang berkeberatan terhadap putusan pengadilan tingkat banding (putusan pengadilan
tinggi) dapat mengajukan permohonan pemeriksaan tingkat kasasi ke Mahkamah Agung. Ada
dua syarat formal agar permohonan pememeriksaan tingkat kasasi dapat diterima:
a. Mengajukan permohonan pemeriksaan tingkat kasasi, dalam tenggang waktu 14 hari sejak
putusan pengadilan tinggi diberitahukan.
b. Mengajukan memori kasasi dalam tenggang waktu 14 hari sejak permohonan pemeriksaan
kasasi diajukan.
UPAYA HUKUM LUAR BIASA

1. PENINJAUAN KEMBALI
a. Peninjauan kembali ditujukan terhadap putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap, yaitu putusan pengadilan negeri yang tidak
dimohonkan banding, putusan pengadilan tinggi yang tidak dimohonkan
kasasi dan putusan kasasi.
b. Peninjauan kembali diajukan ke Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Peninjuan kembali hanya dapat dilakukan satu kali saja.
c. Tenggang waktu mengajukan kasasi adalah 180 (seratus delapan puluh hari).
2. Derden Verzet /Perlawanan Pihak Ketiga.
a. Derden verzet adalah perlawanan pihak ketiga, yang bukan merupakan pihak
dalam perkara yang bersangkutan, terhadap putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap yang merugikan pihak ketiga tersebut.
b. Perlawanan pihak keetiga ini diajukan kepada hakim yang menjatuhkan
putusan yang dilawan itu dengan menggugat para pihak yang bersangkutan
dengan cara biasa.
HUKUM ACARA PIDANA

✔ Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, mendefinisikan hukum acara pidana sebagai ”suatu
rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana badan- badan pemerintah yang
berkuasa yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna
mencapai tujuan Negara dengan menegakkan hukum pidana.
✔ Tujuan hukum acara pidana seperti dikemukakan dalam Pedoman Pelaksana
KUHAP seperti dikutip di atas dapat dirumuskan menjadi tiga fungsi yaitu :
a. Mencari dan menemukan kebenaran.
b. Pemberian keputusan oleh hakim.
c. Melaksanakan keputusan
✔ Ruang lingkup undang-undang Hukum Acara Pidana mencakup pengkhususan dari
peradilan umum seperti halnya pengadilan lalu lintas, pengadilan anak, pengadilan
ekonomi. Undang-undang Hukum Acara Pidana berlaku juga pada semua ketentuan
pidana khusus yaitu perbuatan-perbuatan lainnya yang diancam dengan pidana
kecuali apabila undang-undang pidana khusus tersebut menentukan lain (mengatur
hukum acara pidana tersendiri).
PEMBUKTIAN DALAM PROSES PERADILAN PIDANA

✔ “Pembuktian” adalah ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang


Cara- Cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang
didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga mempakan ketentuan yang
mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang dan boleh digunakan
hakim membuktikan kesalahan yang didakwakan.
✔ Hanya dengan alat bukti yang sah yang diperoleh di sidang pengadilan yang dapat
meyakinkan hakim tentang kesalahan terdakwa.
✔ Alat bukti dalam tindak pidana sebagaimana dalam pasal 10 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
terdiri dari :
1. Keterangan saksi;
2. Keterangan ahli;
3. Surat;
4. Petunjuk;
5. Keterangan terdakwa.
✔ Dengan demikian pemeriksaan di sidang pengadilan tujuannya hanya satu, yaitu
mencari alat bukti, yang dengan alat bukti itu digunakan untuk membentuk
keyakinan tentang bersalah tidaknya terdakwa.

✔ Syarat Pembuktian
• Telah diperoleh bukti yang cukup (Pasal 21 ayat 1 KUHAP) yang dimaksud dengan
bukti yang cukup ialah harus ada minimal dua bukti yang berhubungan satu
dengan yang lain menunjukkan bahwa tersangka/terdakwa pelaku tindak pidana
itu

Anda mungkin juga menyukai