Anda di halaman 1dari 1

This post was published to Agusta's at 12:08:51 AM 8/22/2016

Cukai rokok dinaikkan? Sudah siapkah dengan segala dampaknya?


Jakarta - Belakangan ini santer sekali terdengar wacana pemerintah untuk menaikkan cukai pada rokok
hingga mencapai angka Rp. 50.000,00. Wacana kebijakan tersebut saya rasa pun didasari dengan niat
baik untuk menekan angka perokok aktif yang ada di negara Indonesia tercinta ini. Namun yang harus
lebih dipikirkan kembali mungkin dampak ke depan nya. Bisnis rokok ini, tidak bisa dipungkiri
merupakan salah satu industri yang merupakan tulang punggung bagi ribuan bahkan jutaan orang baik
dari petani tembakau, buruh-buruh kecil karyawan-karyawan nya. Disini kami menulis pun tidak juga
ingin membela para pengusaha rokoknya, lha wong mungkin pasti sudah banyak untungnya. Dengan
kenaikan sebesar itu sudah barang tentu pasti akan menurunkan secara drastis demand terhadap rokok,
dan pabrikan rokok pun bisa dipastikan akan mengurangi jumlah produksinya, dan pada akhirnya pasti
akan terjadi PHK besar-besaran terhadap para karyawannya.
Penulis harap wacana ini, benar-benar harus dikaji lebih mendalam lagi deh oleh pemerintah. Iya benar,
kalau merokok itu sudah pasti tidak sehat, dan banyak lagi kerugian nya, ditinjau dari segi kesehatan.
Tapi dari segi ekonomi bagaimana? Saat ini saja ekonomi juga belum bisa dikatakan membaik, daya beli
juga belum meningkat, apalagi ditambah semakin banyak pengangguran. Mungkin sebaiknya memang
kalaupun ada kenaikan pun, juga jangan sampai se drastis wacana tersebut. Ini negara pak, bukan
keluargamu. Yang bisa disuruh kalo A kudu A, B kudu B, gak bisa dong, kita kan terdiri dari banyak sekali
keberagaman, budaya, adat. Kalau pengen masyarakatnya lebih sehat dan mengurangi merokok, masih
ada kok cara-cara lain, yang lebih efektif, ketimbang mengambil kebijakan yang nantinya akan
mengorbankan banyak pihak. Seperti yang dilansir Tempo.co Gubernur Jawa Timur Soekarwo juga
mempertanyakan alasan usulan menaikkan cukai rokok untuk mengurangi jumlah perokok aktif di
Indonesia. Sebab, kenaikan cukai rokok pasti diikuti kenaikan harga rokok. "Kalau dinaikkan, terus
piye?" kata Soekarwo, Jumat, 19 Agustus 2016.

Soekarwo menuturkan, jika alasan menaikkan cukai rokok untuk mencegah anak-anak merokok,
kebijakan itu bukan solusi. "Kalau tujuannya itu, ya tidak bisa. Seharusnya melalui sosialisasi dengan
baik," katanya.

Soekarwo berseloroh bila ingin mengurangi jumlah perokok, caranya bukan menaikkan cukai, namun
semua pabrik rokok harus ditutup. "Pabrik rokok di luar negeri juga harus ditutup. Mending begitu,"
katanya.

Menurut Soekarwo Jawa Timur menyumbang cukai ke pusat sebesar Rp 100 triliun. Dari Jumlah
tersebut, ujar Soekarwo, yang kembali ke Jawa Timur "hanya" 2 persen atau sekitar Rp 2,2 triliun. "Dari
jumlah ini kemudian dibagi dengan seluruh pemerintah daerah yang berjumlah 38," katanya.

Direktur Gudang Garam Istata Taswin Sidharta menilai isu kenaikan cukai oleh pemerintah pusat belum
mempengaruhi industri rokok. "Kami yakin pemerintah akan bijak memperhitungkan seberapa besar
kenaikan cukai yang ideal," ucapnya pada saat jumpa pers dalam acara Investor Summit dan Capital
Market Expo di Surabaya, Kamis, 18 Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai