UTS - Bioteknologi Hutan
UTS - Bioteknologi Hutan
Rasyid Ridho
Nim : G1011171161
Kelas : E
Jawaban
1. Adapun prospek dan yang lebih memungkinkan pada penerapan ilmu Biotekneklogi
Hijau diantaranya ialah:
Bidang Pertanian, Kehutanan dan Peternakan
Menghasilkan komoditas pertanian yang lebih baik (Pertanian)
Mengurangi biaya produksi dan menciptakan produk yang ramah
lingkungan (Kehutanan)
Menghasilkan produktivitas bibit/individu yang mirip induknya
(Peternakan)
Meningkatkan kualitas dan kuantitas ketahanan pangan (Pertanian)
Meningkatkan produktivitas dan konservasi sumber daya hutan
(Kehutanan)
Memperbaiki mutu genetik ternak (Peternakan)
Sedangkan peluang penerapan Bioteknologi di Kehutanan bagi pembangunan
hutan maupun rehabilitasi hutan di Indonesia sangatlah baik karena dengan
adanya penerapan ilmu bioteknologi ini, setiap proses kerja (penanggulangan,
pencegahan, pemecahan masalah yang rumit) bisa tercapai secara cepat dan
tidak memakan waktu yang lama serta hasilnya tetap intensif.
Adapun aplikasi yang telah diterapkan diantaranya ialah:
Kultur Jaringan
Metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman, seperti sekelompok sel
atau jaringan yang ditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga
bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan tumbuh
menjadi tanaman kembali.
Penerapan ini dilakukan pada Kelompok Tani di Desa Pancot,
Tawangmangu di Jawa Tengah. Lokasi tersebut berada di pegunungan
dengan iklim yang cocok untuk komoditas bawang putih. Saat ini
jumlah petani yang membudidayakan bawang putih di Desa Pancot
semakin mengalami penurunan. Kebanyakan mereka memilih untuk
membudidayakan sayuran seperti kubis, wortel atau daun bawang yang
lebih menguntungkan dibandingkan dengan budidaya bawang putih.
Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk mencegah semakin
menurunnya produktivitas ini, salah satunya melalui penyediaan bibit
bawang putih yang bermutu. Salah satu cara penyediaan bibit bawang
putih yang unggul dan berkualitas adalah dengan mengembangbiakkan
bibit melalui kultur invitro atau kultur jaringan tanaman.
Padi Transgenik
Tanaman padi yang telah tersisipi gen tanaman yang lain.
Penerapan ini terjadi di Desa Cibunut, Kecamatan Argapura, Kab.
Majalengka, Jabar. Mereka melakukan upaya peningkatan mutu jenis
padi yang rawan terhadap serangan hama/penyakit.
Perbanyakan Tunas dari Seedling
Memperbanyak tunas dengan memilih bibit-bibit hasil modifikasi.
Penerapan terjadi di Kecamatan Kotawaringin Lama, Kalteng. Upaya
ini dilakukan untuk mempercepat penanaman dan pertumbuhan tunas
Meranti merah (Shorea leprosula).
Pemuliaan Pohon
Mengubah susunan genetik pada jenis pohon.
Penerapan ini terjadi di HTI PT. Rimba Rokan Lestari, Kaltim. Hal ini
dilakukan agar meningkatkan kualitas dan kuantitas pohon dalam
waktu yang relatif lebih cepat.
Pengkloningan Domba
Menghasilkan individu dari jenis yang sama dan identik gennya
dengan induknya pada domba.
Penerapan ini terjadi di daerah Kab. Flores Timur, NTT. Dengan
adanya upaya pemerintah dan masyarakat setempat untuk melakukan
aplikasi ini, diharapkan dapat meningkatkan mutu dari peternakan
domba di daerah tersebut.
Propagasi Klonal Invitro
Multiplikasi dari individu gen identik melalui reproduksi aseksual pada
pohon.
Penerapan ini terjadi di HTI PT. Bukit Batu Hutani Alam, Sumbar. Ini
baru merupakan percobaan untuk memperbanyak bibit di lokasi HTI
tersebut.
Teknik Sel Somatik
Perkembangan embrio secara langsung pada potongan eksplan pada
pohon.
Penerapan ini terjadi di HPH PT. Mutiara Sabuk Khatulistiwa.
Merupakan suatu penelitian ahli kehutanan dari UGM dan belum
mendapatkan hasil yang signifikan.
Transfer Embrio
Mengirimkan satu embrio dan menempatkan dalam rahim hewan yang
lain.
Penerapan terjadi di daerah Kab. Lombok Barat, NTB. Potensi ternak
di daerah tersebut sangat baik, sehingga pemerintah di daerah tersebut
giat melakukan upaya peningkatan sektor ini untuk kesejahteraan
masyarakat tetap berlanjut.
2. Adapun peran fungi mikoriza dalam kaitannya dengan siklus hara fosfor (P) di
ekosistem diantaranya ialah:
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Mekanisme FMA dalam membantu mengatasi masalah ketersediaan
fosfor melalui du acara yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Pengaruh langsung melalui jalinan hifa eksternal yang diproduksinya
secara intensif sehingga mikoriza mampu meningkatkan kapasitasnya
dalam menyerap unsur hara maupun air. Pengaruh tidak langsung yaitu
FMA dapat memodifikasi fisiologis akar tanaman pada rhizosper
sehingga dapat mengekresikan asam-asam organik dan fosfatase asam
ke dalam tanah.
Pembentukan arbuskula dalam bentuk simbiosis mutualistik telah
mengakibatkan kerjasama antar fungi dan inang dan menghasilkan
suatu bentuk keuntungan berupa meningkatnya kapasitas
ketersediaannya unsur hara fosfor di dalam tanah. Hal ini disebabkan
arbuskula mampu menembus pori-pori tanah dalam ukuran yang
sangat kecil dan melakukan perbanyakan/pembelahan hifa secara luas
ke area rhizosfer tanah sehingga dapat menjangkau unsur fosfor dalam
kapasitas yang lebih besar.
Modifikasi kimia oleh FMA terhadap akar tanaman, sehingga tanaman
mengeksudasi asam-asam organik dan enzim fosfatase asam yang
memacu proses mineralisasi P. Eksudasi akar tersebut terjadi sebagai
respon tanaman terhadap kondisi tanah yang kahat P, yang
mempengaruhi kimia rhizosfer.
Perpendekan jarak difusi oleh tanaman bermikoriza. Mekanisme utama
bagi pergerakan P ke permukaan akar melalui difusi yang terjadi akibat
adanya gradien konsentrasi, serta merupakan proses yang sangat
lambat. Jarak difusi ion-fosfat tersebut dapat diperpendek dengan hifa
eksternal FMA, yang juga dapat berfungsi sebagai alat penyerap dan
translokasi fosfat.
Fungi Ektomikoriza
Pada fungi ektomikoriza mengenai peran terhadap siklus hara sama
dengan FMA, perbedaanya hanya pada letak sebarannya pada akar
tanaman inangnya. FMA menginfeksi hifa ke dalam sel korteks akar
dan berada pada bagian akar yang lebih dalam di tanah, sedangkan
Fungi Ektomikoriza menginfeksi permukaan akar dan berada tidak
jauh dari permukaan akar. Hal ini mengakibatkan peran fungi ini
terhadap siklus hara fosfor yaitu sistem kerja penyerapannya hanya
pada area perluasan akar secara horizontal. Sedangkan FMA berperan
pada perluasan akar secara vertikal.