Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia masih memiliki banyak masalah di berbagai bidang, salah satunya


ialah di bidang pendidikan. Pada bidang pendidikan, khususnya sistem pendidikan di
Indonesia masih terdapat banyak kekurangan. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya
kesenjangan kualitas pendidikan di setiap sekolah. Kesenjangan yang terjadi ini
menimbulkan perbedaan pandangan masyarakat dalam melihat setiap sekolah. Sehingga
membuat sekolah terbagi menjadi dua, yakni sekolah favorit dan sekolah non favorit.

Masyarakat memandang sekolah favorit sebagai sekolah yang unggul serta


memiliki fasilitas pendidikan yang lebih baik sehingga anaknya dianggap akan dapat
memperoleh ilmu lebih dibandingkan jika bersekolah di tempat yang tidak favorit. Hal
itu membuat sekolah yang dipandang tidak favorit bukan menjadi prioritas orang tua
peserta didik dalam menyekolahkan anaknya sehingga membuat persebaran siswa yang
unggul tidak merata dan menyebabkan adanya perbedaan kualitas antar sekolah. Oleh
karena itu, pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan
peraturan mengenai sistem zonasi sekolah.

Sistem zonasi mulai diberlakukan pada penerimaan peserta didik baru tahun
ajaran 2019/2020. Sistem ini diharapkan oleh pemerintah untuk dapat mengurangi
perbedaan yang terjadi antar sekolah. Pemerintah menginginkan agar persebaran peserta
didik unggul dan tidak unggul dapat merata di setiap sekolah serta tidak ada lagi
pengelompokkan sekolah favorit maupun non favorit sehingga kualitas pendidikan di
setiap sekolah dapat sama antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, pemeritah juga
ingin menyelesaikan masalah transportasi serta kerepotan orang tau dalam mengantar
anaknya yang bersekolah jauh dari rumah. Tujuan pemerintah dalam meratakan dan
meningkatkan kualitas pendidikan sangat bagus jika diimbangi dengan kesiapan
berbagai aspek.

1
Namun faktanya, kualitas para pengajar yang professional serta fasilitas
penunjang yang baik belum merata di setiap sekolah. Hal tersebut menyebabkan
pelaksanakan sistem zonasi sekolah dalam PPDB tanpa adanya masa peralihan akan
menimbulkan berbagaii masalah. Salah satu contohnya ialah banyaknya calon peserta
didik menggunakan kartu keluarga dari saudara atau kerabat mereka yang memiliki
jarak lebih dekat dengan sekolah yang akan dituju. Jika hal tersebut tidak dihentikan,
maka pemerataan peserta didik dan kualitas sekolah akan sulit untuk dicapai. Dengan
adanya polemik yang berkembang di masyarakat mengenai sistem zonasi, maka
diperlukan adanya upaya untuk memperbaiki sehingga kedepannya sistem zonasi
sekolah dapat berjalan dengan optimal serta dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan
oleh pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah

1 Bagaimana manajemen dalam pelaksanaan sistem zonasi sekolah?

2 Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi masalah yang timbul dan


mengoptimalkan sistem zonasi sekolah?

Tujuan

1. untuk mengetahui manajemen dalam pelaksanaan sistem zonasi sekolah.

2. untuk mengetahui upaya pemerintah dalam mengatasi masalah yang timbul dan
mengoptimalkan sistem zonasi sekolah.

2
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Ilmiah

Manajemen ilmiah merupakan cara untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja


agar bisa lebih efisien. Manajemen ini berfokus pada tenaga kerja dalam organisasi serta
cara-cara dalam menaikkan tingkat produktivitas tenaga kerja.

Salah satu pendukung manajemen ilmiah, yaitu Frederick W. Taylor (1856-


1915) menyatakan suatu inovasi dalam bidang efisiensi tenaga kerja. Inovasi yang
diungkapkannya ialah mengenai cara merancang suatu pekerjaan dan cara melatih
pekerja agar dapat melakukan pekerjaan tersebut.

Taylor juga menekankan jika manajer dan tenaga kerja memiliki tujuan yang
sama. Sebagai contoh, jika manajer memiliki tujuan untuk menekan biaya tenaga kerja
dan tenaga kerja mempunyai tujuan untuk mendapatkan upah maksimum yang sesuai
pekerjaan maka kedua hal tersebut mampu dipenuhi dengan cara melakukan
pengukuran produktivitas tenaga kerja sehingga dapat menekan biaya tenaga kerja.
Taylor berpendapat bila tenaga kerja dapat memahami dan melakukan tindakan menurut
manajemen ilmiah maka pekerjaan dapat dilakukan secara optimal dan kritik terhadap
atasan maupun pekerjaannya akan sedikit.

Menurut Taylor, terdapat beberapa prinsip dalam manajemen ilmiah yaitu


pertama, meminimalisir sistem percobaan dan melakukan penerapan metode ilmu
pengetahuan dalam setiap unsur kegiatan. Kedua, memilih tenaga kerja dengan benar
serta memberikan pelatihan kerja. Ketiga, tenaga kerja menerapkan hasil dari ilmu
pengetahuan pada setiap tugas yang dijalankan. Keempat, adanya kerja sama antara
pimpinan dan tenaga kerja yang harmonis.

Henry L. Gantt (1861-1919) memiliki gagasan yang sedikit berbeda dengan


Taylor dalam meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Ada sejumlah gagasan yang
diungkapkan oleh Henry Gantt yaitu pertama, adanya kerja sama yang mempunyai
keuntungan timbal balik antara manajer dengan tenaga kerja dalam pencapaian tujuan.
kedua, pengadaan seleksi ilmiah kepada tenaga kerja. Ketiga, menggunakan sistem
bonus dalam pembayaran upah tenaga kerja. Keempat, pemakaian instruksi kerja yang
detail.

Kedua tokoh memiliki gagasan yang serupa dengan fokus yang sedikit berbeda.
Taylor yang lebih menekankan pemberian pelatihan kepada tenaga kerja serta
menggunakan metode yang baru dalam melaksanakan pekerjaan. Sementara itu, Henry

3
Gantt lebih fokus pada unsur manusia dengan melakukan pemberian sistem bonus
kepada tenaga kerja serta melakukan pembagian kerja secara detail.

2.2 Manajemen Administratif

Pada dasarnya, manajemen administratif lebih memfokuskan pada pengaturan


kegiatan organisasi secara keseluruhan dalam menjalankan manajemen. Henry Fayol
(1841-1925) merupakan satu tokoh yang ikut menyatakan pendapat mengenai
manajemen administrative. Fayol memiliki gagasan bahwa keberhasilan para manajer
bukan hanya karena kualitas dari pribadi manajer itu sendiri, namun juga dipengaruhi
oleh penggunaan manajemen yang tepat. Artinya adalah manajemen merupakan suatu
keterampilan yang bisa dipelajari dan dipahami prinsip dan teorinya yang telah
dirumuskan, bukan hanya soal kecerdasan pribadi saja.

Henry Fayol membagi fungsi manajemen ke dalam lima fungsi yaitu


perencanaan (planning) sebagai penentuan langkah organisasi dalam mencapai tujuan,
pengorganisasian (organizing) sebagai pengerahan sumber daya organisasi dalam
melaksanakan rencana yang telah dibuat, memerintah (commanding) sebagai pemberi
arahan kepada tenaga kerja sehingga tenaga kerja dapat menjalankan tugas dengan baik,
pengkoordinasian (coordinating) yang bertindak untuk memastikan sumber daya
organisasi dan kegiatan yang tengah dilakukan dapat berjalan dengan baik dalam
menggapai tujuan, pengendalian (controlling) sebagai pengawas kegiatan yang tengah
dilakukan agar tetap sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Fayol juga menyatakan beberapa ajaran selain gagasan pokok yang telah
diungkapkan diatas seperti:

1. Manajer membutuhkan keterampilan yang dipengaruhi oleh tempat di tingkatan


organisasi. Misalnya, yang rendah akan lebih membutuhkan keterampilan dan
kemampuan teknis daripada keterampilan manajerial di tingkatan manajer kelas
atas.
2. Keterampilan dan kemampuan manajemen tidak hanya dipraktekkan saja,
namun harus dipelajari dan dipahami.
3. Keterampilan dan kemampuan manajemen bisa diaplikasikan ke dalam segala
bentuk dan jenis organisasi. Contohnya pada organisasi publik maupun
organisasi bisnis.
4. Terakhir, prinsip-prinsip manajemen dianggap lebih baik daripada hukum
manajemen karena sifat hukum yang kaku berbeda dengan prinsip yang lebih
fleksibel,sehingga prinsip lebih muda diaplikasikan dan disesuaikan di berbagai
keadaan yang tengah terjadi.

4
Henry Fayol telah menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemenlah yang
mudah untuk diterapkan dan dilakukan penyesuaian, oleh karena itu ia telah membagi
prinsip manajemen ke dalam empat belas macam prinsip, yaitu :

1. Pembagian kerja (division of labor) yang bertujuan agar tenaga kerja


mempunyai kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki dengan pekerjaannya.
Sehingga, pekerjaan dapat lebih cepat dan efisien dalam penuntasannya.
2. Otoritas dan tanggung jawab (authority and responsibility) yang didapatkan
melalui perintah serta wewenang dari pihak berkedudukan lebih tinggi.
3. Disiplin (discipline) dalam makna bahwa anggota organisasi mempunyai
kepatuhan terhadap aturan dan kesempatan.
4. Kesatuan komando (unity of commad) yang memiliki makna bahwa setiap
tenaga kerja hanya menerima dan melakukan perintah kerja dari seseorang serta
jika perintah tersebut berasal dari dua orang atasan atau lebih maka akan timbul
pertentangan dan kerancuan.
5. Kesatuan pengarahan (unity of direction) yang mana sekelompok aktivitas yang
memiliki tujuan sama harus diketuai atau dipimpin seorang manajer dalam satu
rencana kerja.
6. Mendahuukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi individu
(subordination of individual interest to general interes) yaitu mengutamakan
kepentingan organisasi secara keseluruhan.
7. Renumerasi Personil (renumeration of personnel) yang mana upah atau imbalan
diberikan secara adil kepada tenaga kerja.
8. Sentralisasi yang mana atasan sebagai penanggung jawab serta pemberi arahan
kepada bawahan dengan menyesuaikan kebutuhan sehingga terdapat potensi
desentralisasi.
9. Rantai saklar (Scalar Chain) yang berarti kewenangan tersusun dari garis tingkat
atas hingga tingkat bawah seperti pada bagan organisasi.
10. Tata-tertib (Order) yakni bermakna adanya penempatan orang serta barang pada
waktu dan tempat yang tepat.
11. Keadilan (Equity) yang mana para manajer mempunyai sikap yang adil bagi
bawahan yang dipimpin.
12. Stabilitas masa jabatan memiliki arti bahwa sedikit karyawan yang berganti atau
keluar masuk dalam organisasi.
13. Inisiatif (Initiative) yaitu mewadahi bawahan untuk bertindak dengan kemauan
sendiri dalam penyelesaian pekerjaan
14. Semangat Korps (Esprit de Corps) bermakna bahwa kelompok harus memiliki
semangat dan bersatu untuk menyelesaikan pekerjaan.

5
BAB 3

PEMBAHASAN

Henry Fayol sebelumnya telah menyatakan lima fungsi manajemen. Dalam


pelaksanaan manajemen pada sistem zonasi juga diterapkan kelima fungsi tersebut
seperti pada tahapan perencanaan pemerintah telah merencanakan kebijakan sistem
zonasi yang telah membuat sebuah peraturan untuk diberlakukan. Peraturan tersebut
dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) No 14 Tahun 2018.

Lalu, dalam rangka pengerahan sumber daya organisasi untuk sebagai wujud
pengorganisasian pemerintah telah mengungkapkannya pada dalam pasal enam belas di
peraturan tersebut yang menjelaskan peraturan terkait sistem zonasi yang mana sekolah
yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan berasal dari pemerintah daerah
diwajibkan untuk menerima calon peserta didik yang bertempat tinggal di dekat sekolah
atau dalam radius zona paling sedikit 90% dari jumlah seluruh peserta didik yang
diterima oleh sekolah.

Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah juga dapat menerima peserta


didik melalui jalur yang lain, seperti jalur prestasi bagi peserta didik yang berada di luar
radius zona terdekat dari sekolah dengan mendapat presentase paling banyak 5% dari
jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima serta sekolah dapat menerima peserta
didik yang berasal dari luar radius zona terdekat sekolah dengan memiliki syarat khusus
paling banyak 5% dari jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima. Selain itu, asal
peserta didik didasarkkan atas alamat yang tertera pada kartu keluarga yang diterbitkan
paling lambat enam bulan sebelum pelaksanaan PPDB

Kemudian, pemerintah yang bertugas sebagai pemberi arahan dalam


melaksanakan fungsi memerintah (commanding) telah melakukan tugasnya yakni
dengan memberi perintah kepada pihak sekolah, yang mana dalam penyelenggaraan
PPDB tidak diperbolehkan untuk melakukan pungutan atau sumbangan yang berkaitan
dengan pelaksanaan PPDB maupun perpindahan sekolah yang dilakukan peserta didik.
Hal tersebut tidak diperbolehkan karena pemerintah telah mengeluarkan BOS untuk
membantu setiap sekolah dalam mendanai penyelenggaraan kegiatan pendidikan
maupun Penerimaan Peserta Didik Baru.

Selain itu, dinas pendidikan di setiap daerah diwajibkan memastikan bahwa


sekolah negeri atau yang diselenggarakan oleh pemerintah telah menerapkan sistem
zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru serta tidak menetapkan persyaratan lain
dalam PPDB yang bertentangan dengan Peraturan menteri.

6
Pada pelaksanaan tahapan pengkoordinasian (coordinating), pemerintah telah
bertindak untuk memastikan pelaksanaan sistem zonasi berjalan baik dengan cara
melalui dinas pendidikan yang berada di setiap daerah baik provinsi, kabupaten atau
kota untuk bertugas dalam mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan PPDB.

Proses pengendalian (controlling) pemerintah dilakukan dengan beberapa cara


yaitu pertama, mewajibkan setiap sekolah untuk melaporkan pelaksanaan PPDB serta
peserta didik yang melakukan perpindahan antar sekolah pada tiap tahun ajaran baru
kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Kedua, dinas
pendidikan di daerah diwajibkan untuk membuat kanal pelaporan sebagai alat untuk
penerimaan laporan pengaduan masyarakat terkait PPDB. Ketiga, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan pemantauan serta evaluasi terhadap
pelaksanaan PPDB paling sedikit sekali dalam setahun. Selain itu, pemerintah juga
melakukan penerapan sanksi administratif maupun sanksi lainnya bagi pihak yang
berkaitan dengan lembaga pendidikan seperti pejabat dinas pendidikan, kepala sekolah,
guru atau tenaga pendidikan, komite sekolah maupun pihak lain yang terlibat dalam
pelanggaran perintah yang telah diberikan berupa menarik uang pungutan atau
sumbangan.

Kelima fungsi manajemen telah diterapkan ke dalam kebijakan sistem zonasi.


Namun, fakta di lapangan masih terdapat masalah serta kekurangan dalam proses
pelaksanaannya. Oleh karena itu, seharusnya pemerintah mengupayakan berbagai cara
untuk dapat mengatasi permasalahan yang timbul serta melakukan perbaikan atas sistem
tersebut sehingga kedepannya sistem zonasi dapat berjalan dengan baik dan optimal
dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemerintah.

Dalam proses mengatasi masalah dan perbaikan pada sistem zonasi dapat
diterapkan prinsip manajemen ilmiah menurut beberapa ahli. Jika menggunakan prinsip
yang digagas oleh Frederick W. Taylor, maka dilakukan empat tahapan yang dapat
dilakukan oleh pemerintah.

Pada penerapan metode, pemerintah menganalisis dan mengkaji masalah yang


timbul setelah dikeluarkannya Permendikbud no 14 tahun 2018. Sebagai contoh,
masalah yang timbul adalah adanya perpindahan domisili peserta didik dalam kartu
keluarga dengan cara menitipkan nama peserta di dalam kartu keluarga kerabat atau
saudara yang bertempat tinggal di sekolah yang akan dituju. Setelah melakukan analisis
dan pengkajian, pemerintah mengeluarkan perubahan peraturan yang dikeluarkan
melalui Permendikbud No 20 Tahun 2019 sebagai pengganti Permendikbud No 14
Tahun 2018 dan Permendikbud No 51 Tahun 2019. Peraturan yang telah direvisi dan
dikeluarkan oleh Mendikbud menjadi pedoman atau acuan dalam pelaksanaan sistem
zonasi yang mana di dalamnya telah terdapat perbaikan terhadap sistem zonasi.

7
Perbaikan yang dilakukan dalam sistem zonasi antara lain, jalur PPDB yang
dibagi menjadi tiga jalur yaitu jalur zonasi, prestasi dan perpindahan tugas orang tua
atau wali dengan ketentuan jalur zonasi paling sedikit mendapat kuota sebesar 80% dari
daya tampung sekolah, jalur prestasi paling banyak 15% diikuti dengan jalur
perpindahan tugas orang tua atau wali paling banyak 5%.

Selanjutnya, pemerintah menerapkan pelatihan kerja dan sosialisasi kepada


setiap orang yang terlibat dalam pelaksanaan sistem zonasi pada PPDB. Hal tersebut
bertujuan agar pihak yang terlibat dapat memahami dan menjalankan sistem tersebut
sesuai dengan tugas masing-masing sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan secara
optimal

Kemudian dengan diterapkannya kuota ketiga jalur, khususnya jalur zonasi yang
dikurangi persentase minimal kuota menunjukkan bahwa pemerintah saat ini
mengupayakan jalur zonasi dilakukan dengan tahap peralihan sehingga tidak terburu-
buru dalam melakukan zonasi sepenuhnya dan disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Jadi, pemerintah dalam melakukan sistem zonasi juga diimbangi dengan


disiapkannya pemerataan guru atau tenaga kependidikan yang profesional dan
berkualitas, infrastuktur dilakukan pemerataan antar daerah, fasilitas serta manajemen
sekolah diperbaiki hingga sesuai standar yang diharapkan pemerintah pada setiap
sekolah. Sehingga, jika keduanya berjalan imbang maka para wali murid tidak akan
merasa khawatir dalam menyekolahkan anaknya di sekolah yang dekat dengan tempat
tinggal, dan juga demotivasi belajar para peserta didik dapat diminimalisir.

Terakhir dalam penerapan prinsip Taylor, pemerintah dapat menerapkan adanya


kerja sama antara pihak yang satu dengan lainnya dapat menyelaraskan pekerjaan yang
ditugaskan sehingga pelaksanaan sistem zonasi dapat terlaksana dengan baik dan
harmonis.

Selanjutnya, bila menggunakan gagasan dari Henry L. Gantt pemerintah dapat


melakukan empat tahapan yaitu pertama, pemerintah melakukan kerja sama kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan sistem zonasi sehingga tugas yang telah
dibagi dapat berjalan dengan optimal dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Kedua, pemerintah mengadakan adanya seleksi kepada pihak-pihak yang terlibat


baik dalam dinas pendidikan maupun sekolah agar orang-orang yang bertugas
melaksanakan sistem zonasi dapat berjalan dengan baik serta tidak ada celah untuk
melakukan tindakan yang tidak diperbolehkan dalam pelaksanaan sistem ini.

Ketiga, pemerintah dapat menaikkan bonus dalam pembayaran upah kepada


pihak-pihak yang terkait agar pelaksanaan sistem zonasi dalam PPDB terhindar dari
adanya oknum-oknum nakal yang menyalahgunakan jabatan mereka untuk

8
memudahkan peserta didik dari domisili lain diterima di suatu sekolah yang jaraknya
jauh dengan asalnya.

Keempat, pelaksanaan sistem zonasi menggunakan aturan Permendikbud No 20


Tahun 2019 yang didalamnya telah dijelaskan instruksi kerja yang detail. Jadi, jika
semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya telah memahami dan menerapkan
pelatihan yang telah diselenggarakan sebelumnya maka pelaksanaan sistem zonasi ini
dapat berjalan optimal dan sesuai dengan harapan

9
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah disajikan dalam bab sebelumnya,


maka kesimpulan dalam pembahasan mengenai sistem zonasi adalah sebagai berikut :

1. Sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru telah menggunakan


manajemen dalam pelaksanaannya yakni tahapan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), memerintah (commanding), pengkoordinasian
(coordinating), dan pengendalian (controlling)
2. Pemerintah telah melakukan upaya dalam perbaikan sistem zonasi dengan
mengubah beberapa peraturan sebelumnya menjadi aturan baru yang tertuang di
Permendikbud No 20 Tahun 2019.

4.2 Saran

1. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah dan


mengoptimalkannya dapat menggunakan gagasan yang bersumber pada
manajemen ilmiah seperti gagasan yang diungkapkan oleh Frederick W. Taylor
serta Henry L. Gantt dalam rangka meningkatkan efektivitas dan kinerja para
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan sistem zonasi di Penerimaan Peserta
Didik Baru.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bagaskara, I.G.K. 2013. Perkembangan Pemikiran Manajemen Dari Gerakan Pemikiran


Scientific Management Hingga Era Modern. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan
Kewirausahaan. 7 (2): 143-152.

Griffin, R.W., 2018. Manajemen, Edisi Ketujuh, Jilid 1. Terjemahan oleh Gina Gania.
Jakarta : Erlangga.

Kemendikbud. 2018. Permendikbud No 14 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru


Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain yang Sederajat.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. 2019. Permendikbud No 20 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri


Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik
Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Rokhayati, Isnaeni. 2014. Perkembangan Teori Manajemen Dari Pemikiran Scientific


Management Hingga Era Modern Suatu Tinjauan Pustaka. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
15 (2): 1-20

Supeno, Eko. 2012. Evolusi Pemikiran Manajemen: Sebuah Tinjauan Wren dan
Bedeian. Jurnal Jejaring Administrasi Publik. 4 (1): 54-62

11

Anda mungkin juga menyukai