Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ILMU PENYAKIT BAKTERI DAN JAMUR

“MYCOLPASMOSIS DAN CHLAMYDIOSIS”

OLEH :

MEILIANI HERNA SUPRIHATIN (1809511061)

Kelas B

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
1. Jelaskan bagaimana mycoplasma menyerang peternakan unggas
Jawab :
Salah satu penyakit unggas dengan kejadian terbanyak di tahun 2019 dan
diprediksi akan tetap jaya di tahun 2020 adalah CRD (Chronic Respiratory Disease).
CRD atau yang disebut juga Mycoplasmosis disebabkan karena bakteri Mycoplasma
gallisepticum. Bakteri ini menyerang sistem pernafasan unggas dengan cara menempel di
silia organ pernafasan kemudian melepaskan endotoksin yang dapat merusak sistem
mukosiliaris (sistem pertahanan saluran pernafasan).
Penularan CRD dapat terjadi melalui burung liar, mobilitas pekerja kandang,
kendaraan yang terkontaminasi, dan DOC yang tertular dari induk yang menderita CRD.
Mycoplasma gallisepticum merupakan bakteri komensal (bakteri yang normal ada di
saluran pernafasan ayam). Mycoplasma gallisepticum ditularkan secara vertikal dalam
beberapa telur (transovarian) dari peternak yang terinfeksi ke keturunan, dan horizontal
melalui aerosol menular dan melalui kontaminasi pakan, air, dan lingkungan, dan oleh
aktivitas manusia di fomites (sepatu, peralatan, dll). Bakteri ini akan menjadi berbahaya
ketika didukung kondisi lingkungan yang buruk. Kondisi lingkungan yang buruk ini erat
kaitanya dengan ventilasi kandang. Jika ventilasi kandang buruk, kelembaban dan kadar
ammonia kandang akan tinggi serta kadar oksigen akan menurun. Keadaaan inilah yang
menyebabkan Mycoplasma gallisepticum dapat berkembang biak dengan cepat dan
merusak sistem mukosiliari saluran pernafasan. Faktor lain yang menyebabkan CRD
mewabah di peternakan antara lain kadar ammonia dan debu kandang yang tinggi.
Amonia dan debu dapat mengiritasi saluran pernafasan ayam sehingga bakteri
Mycoplasma gallisepticum lebih mudah menyerang saluran pernafasan.
Epitel konjungtiva, hidung, sinus, dan trakea yang paling rentan terhadap
kolonisasi awal dan infeksi; Namun, dalam kasus berat, penyakit akut, infeksi juga
melibatkan bronkus, kantung udara, dan kadang-kadang paru-paru. Setelah terinfeksi,
burung bisa tetap operator untuk hidup. Ada interaksi ditandai (penyakit polymicrobial)
antara virus pernapasan, Escherichia coli, dan M gallisepticum dalam patogenesis dan
keparahan penyakit pernapasan kronis.
2. Jelaskan Penularan Chlamydiosis pada vet atau keeper dan bagaimana melakukan
pencegahan
Jawab :
a) Penularan Chlamydiosis pada vet atau keeper
Penyakit ini dapat menular melalui kontak langsung dengan burung yang terinfeksi
atau secara tidak langsung melalui pernapasan misalnya dengan terhirupnya partikel
debu yang infeksius, feses yang mengering atau kotoran kandang. Sehingga bagi
para pengunjung taman burung, kebun binatang dan pegawai rumah potong unggas
perlu waspada terhadap kemungkinan keterpaparannya oleh agen chlamydiosis.
Penularan chlamydiosis tidak hanya terjadi pada burung tapi dapat juga terjadi pada
hewan mamalia, binatang pengerat maupun arthropoda. Suatu studi epidemiologi
yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu menunjukkan bahwa hewan yang
bisa terinfeksi chlamydiosis dikelompokkan menjadi tujuh kelompok (BURKHAT
dan PAGE, 1971) yaitu:
 Burung piaraan (betet, nuri, kutilang)
 Unggas domestik (bebek, angsa, kalkun, ayam)
 Kelompok merpati
 Burung-burung liar (elang, camar, bangau)
 Hewan menyusui domestik atau semidomestik (anjing, kucing, babi, domba,
sapi)
 Mamalia liar lainnya (primata, hewan pengerat, kelinci, dan hamster)
 Ektoparasit (caplak, kutu yang berasal dari hewan yang terinfeksi)
Distribusi chlamydophila pada burung-burung liar memiliki spektrum yang luas. Hal
ini menunjukkan bahwa penularan di alam terjadi dengan proses yang relatif singkat
dan tidak menyebabkan kematian yang meluas. Faktor-faktor yang berpengaruh
dalam penularan chlamydiosis adalah kerentanan inang, virulensi galur, stress,
pergantian bulu dan lingkungan. Kerentanan hewan terhadap chlamydiosis
tergantung pada umur. Morbiditas dan mortalitas sangat tinggi pada masa usia
pertumbuhan maksimum. Isolat chlamydophila beragam tingkat virulensinya. Galur
virulen yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas tinggi dicirikan dengan inang
yang mengeluarkan ekskreta atau eksudat dengan konsentrasi yang tinggi. Galur
dengan virulensi rendah hanya menyebabkan infeksi laten. Faktor stress dapat
mempengaruhi keparahan penyakit misalnya keramaian, perkandangan,
perkembangbiakan, pergantian bulu atau ketidak-stabilan temperatur. Pembawa agen
infeksius adalah burung yang mengeluarkan Chlamydophila psittaci dalam tinjanya
dan sampai derajat tertentu dalam cairan hidung. Keluarnya bibit penyakit terjadi
secara sporadik dan biasanya dirangsang oleh stress. Status sebagai carrier dapat
bertahan sampai bertahun-tahun. Bakteri ini tahan terhadap pengeringan sehingga
mampu bertahan dalam debu-debu kotoran. Penularan chlamydiosis dapat terjadi
secara langsung dan tidak langsung. Pada hewan, penularan secara langsung dapat
terjadi antara induk dengan anak melalui mulut pada saat induk menyuapi makanan
kepada anaknya. Penularan pada manusia dapat juga terjadi melalui inhalasi aerosol.
Orang yang berpotensi terjangkit penyakit ini adalah mereka yang banyak
berhubungan dengan burung seperti penyayang burung, petugas kandang, keeper
pada suatu taman burung atau pekerja di rumah potong unggas. Penularan secara
tidak langsung dapat terjadi karena pencemaran berbagai alat, perlengkapan maupun
sarana lain oleh tinja dan ekskreta lainnya yang berasal dari penderita. Lingkungan
dapat mendukung penularan chlamydiosis melalui peran parasit seperti tungau dan
kutu sebagai vektor penyebaran dalam flock. Pada unggas chlamydophila
diekskresikan bersama feses yang berasal dari tembolok dan cairan didalamnya yang
mengandung organisme dengan konsentrasi cukup tinggi.
b) pencegahan chlamydiosis
 Tindakan biosekuriti dengan peningkatan sanitasi dan higiene kandang serta
lingkungannya
 Perlu diperhatikan agara hewan tidak stress, termasuk juga memeperhatikan
ventilasi dan pengelolaan kandang agar tetap bersih
 Hewan sakit diobati dan diisolasi agar tidak menajdi sumber penularan ke
hewan atau manusia yang ada dilingkungan sekitarnya
 Melakukan vaksinasi. Vaksinasi tidak melindungi hewan sepenuhnya tetapi
vaksinasi dapat mengurangi keparahan penyakit pada hewan.
 Memelihara hewan di dalam rumah untuk menghindari berbagai resiko
keselamatan hewan di luar rumah
 Mencegah hewan peliharaan berinteraksi dengan hewan liar. hewan liar
beresiko menularkan berbagai penyakit dari luar.

Anda mungkin juga menyukai