Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENGELOLAAN SATWA LIAR

“GAMBAR DAN BIOSECURITY DI KONSERVASI EX-SITU”

OLEH :

MEILIANI HERNA SUPRIHATIN (1809511061)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
I. GAMBAR EX-SITU
II. BIOSECURITY DI KONSERVASI EX-SITU

2.1 Definisi
Ex situ adalah pelestarian hewan yang dilakukan diluar habitat aslinya. Contohnya,
Kebun binatang, Taman Safari, dan Kebun Botani. Konservasi Eksitu merupakan
konservasi ynag melindungi spesies tumbuhan dan hewan langka dengan mengambil dari
habitat yang tidak aman atau terancam dengan ditempatkan ke perlindungan manusia.
Cara konservasi Eksitu adalah dengan mendirikan taman safari, kebun binatang, kebun
raya, dan kebun koleksi. onservasi keanekaragaman hayati di Indonesia telah diatur
dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, berdasarkan atas tiga asa yaitu tanggung
jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat.
Biosekuriti berasal dari dua kata yaitu bio (hidup) dan security (pengamanan atau
perlindungan). Atau secara harfiah dapat bermakna pengendalian atau pengamanan
terhadap makhluk hidup. Dalam budidaya ternak, biosekuriti merupakan serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan ataupun
menyebar keluar peternakan. Semua kegiatan dilakukan dengan tujuan memisahkan
inang (ternak) dari bibit penyakit dan sebaliknya. Dalam ruang lingkup laboratorium,
“Biosecurity” adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen
penyakit ke induk semang dan untuk menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi
dalam suatu laboratorium tidak mengontaminasi atau tidak disalahgunakan. Sebagai
bagian dari sistem manajemen maka biosekuriti sangat penting khususnya untuk
mencegah penyakit.
2.2 Biosecurity di Konservasi Ex-situ
Berdasarkan pengertian diatas, Biosecurity di konservasi ex-situ jika dihubungkan
dengan manajemen kesehatan satwa di kebun binatang, maka akan banyak sekali faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit. Untuk itu, dalam suatu lembaga
konservasi ex-situ, kerjasama berbagai departemen terkait dengan manajemen satwa
sangat penting dilakukan. Departemen tersebut meliputi, Kuratorial, Medis, dan perawat
satwa. Dalam manajemen satwa, jika terjadi penyakit, maka tidak serta merta langsung
diobati, namun sebelumnya dilakukan kajian terhadap penyakit tersebut. Apakah benar-
benar karena agent penyakit, atau adanya kesalahan kandang, atau karena faktor nutrisi.
Dari kajian tersebut dapat dilakukan pengobatan secara maksimal.
Satwa liar sangat mudah mengalami stres. Stress tersebut dapat menyebabkan
kematian. Untuk itu, pengetahuan tentang behaviour satwa liar sangat penting dipahami,
selain itu manajemen satwa liar ex-situ harus memenuhi lima prinsip kesejahteraan
hewan. Dalam pengelolaan kesehatannya, tidak terlepas dari perawatan satwa (animal
husbandry) sehingga aspek-aspek seperti perkandangan, pengayaan (enrichment), pakan
(nutrisi) serta pemahaman tingkah laku dan habitat satwa mutlak diketahui oleh dokter
hewan sebagai pelaku pengelola kesehatan.
a) Perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal satwa setiap harinya. Untuk itu kandang
harus dapat melindungi satwa dari terik panas matahari, hujan, angin kencang,
gangguan dari luar, serta terhindar dari stress. Bentuk, ukuran serta fasilitas kandang
harus disediakan sesuai dengan satwa yang dikandangkan, karena jika tidak, dapat
menyebabkan terganggunya kesehatan satwa tersebut.
b) Enrichment
Enrichment merupakan suatu alat/benda yang digunakan untuk memicu
aktivitas satwa didalam kandang menyerupai aktivitas alaminya. Enrichment ini
diletakkan didalam kandang, sifatnya aman untuk satwa yang diberikan.
c) Makanan
Makanan merupakan hal penting dalam perawatan satwa liar mengingat fungsi
makanan sebagai penghasil energi yang diperlukan dalam kehidupan satwa sehari-
hari. Masing-masing satwa akan mempunyai kebutuhan energi yang berbeda
tergantung dari jenis satwa, berat badan serta kondisi satwa itu sendiri.
d) Kesehatan
Satwa liar relatif bisa menyembunyikan gejala klinis suatu penyakit, sehingga
diperlukan ketelitian dalam pengamatan. Gejala klinis muncul ketika satwa tersebut
sudah cukup parah kondisinya. Mengingat saat ini berdasarkan pernyataan
Departemen Pertanian Amerika Serikat (US Department of Agriculture/USDA)
melaporkan temuan seekor harimau di kebun binatang New York yang positif
terinfeksi virus corona penyebab COVID-19. Ini menjadi kasus pertama pada hewan
COVID-19 pada hewan. Jadi pada gambar yang saya buat seolah-olah ilustrasi
penyemprotan desinfektan untuk mencegah kasus kedua covid-19 pada hewan. hal
tersebut. Selain itu hal-hal yang bisa dilakukan dalam mencegah covid-19 pada
satwa adalah dengan menjaga kebersihan satwa dan diri sendiri, hindari dulu
interaksi hewan dengan manusia, dan lain-lain.
III. KESIMPULAN

Jadi kesimpulan yang bisa kita dapatkan tentang konservasi biosecurity di konservasi ex-
situ adalah dengan membuat kandang yang sesuai dengan kebutuhan hewan, memberikan
suatu alat/benda yang aman untuk satwa liar di dalam kandang untuk memicu aktivitas
alaminya, Memberikan makanan yang cukup, dan terakhir memperhatikan kesehatan satwa,
jangan sampai kasus kedua covid-19 pada hewan terjadi. Selama pendemi ini berlangsung
tetap jaga kebersihan satwa dan diri sendiri serta hidari dulu interaksi antara hewan dan
manusia.

Anda mungkin juga menyukai