BAB IV
THEODOLITE I
IV. 3. Teori
a. Menyetel Theodolite
Untuk melakukan suatu pengukuran, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menyetel Theodolite sampai kondisi siap digunakan untuk suatu
pengukuran.
Theodolite siap digunakan untuk suatu pengukuran harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Sumbu ( I ) harus vertikal
b. Sumbu ( II ) harus horizontal
c. Garis bidik harus tegak lurus sumbu II
d. Kesalahan indeks vertikal = 0
Membuat sumbu I vertikal dan sumbu II horizontal dilakukan dengan
pendekatan menggunakan Nivo Kotak dan Nivo tabung dengan tiga ( III ).
Penyetel yaitu penyetel A, B dan C. (lihat Gambar IV.I)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS, MEDAN SU
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
Jl. Setia Budi No. 479-F Tanjung Sari Medan Telp. (061) 810161
Garis bidik membentuk sudut (90º − β) dengan sumbu II besar didapat dari :
KP χ P χ T th β tg β
t g ( β+δ )= = = =
KT KT KT cos h
tg β
tg ( β+δ ) =
cos h
ini pada pembacaan terakhir dengan memutar sekrup gerak halus (mikro)
arah horizontal sampai pembacaan terkoreksi sambil mata P melihat ke
loup pembacaan. Akibatnya benang silang bergeser sedikit ke samping,
kembalikan benang silang ini ke P dengan memutar sekrup diafragma.
Sebagai tindak penelitian, arahkah ke titik P atau titik lain dan baca lagi
piringan horizontal seperti diterangkan di atas. Ulangi pekerjaan di atas
hingga hilang atau relatif sangat kecil.
4 Menghilangkan kesalahan indeks vertikal.
Kesalahan indeks vertikal penting diperhatikan, karena berpengaruh pada
pembacaan sudut vertikal atau sudut miringnya. Bila sudut miring atau
Helling salah, maka optik dan benda tinggi akan mengalami kesalahan.
Pada kedudukan teropong benar-benar horizontal dan nivo Alhidode
vertikal seimbang harus terbaca pada piringan vertikal 0º/90º/180º/270º/
tergantung dari sistem pembagian skala pada piringan vertikal yang dibuat
oleh pabrik alat ukur tersebut.
Bila pembacaan tidak demikian, berarti kesalahan indeks atau salah
tunjuk. Hal ini terjadi karena belum diatur nivo Alhidode vertikal macam
sistim piringan horizontal.
a. 4 x 90º
b. 2 x 180º
c. 1 x 360º
B =h-p LB =h+p
LB =h+p B =h-p
B + LB = 2h LB – B = 2p
B+LB LB- B
h = p =
2 2
Biasa (B) dan luar biasa (LB) hanya rata-rata dari dua pembacaan diametrial :
B = 90° + h - p
LB = 270° - h - p
LB + B = 360° - 2p
2p = 360° - (LB + B)
( LB+B )
p =180∘ −
2
B = 0° + h - p
LB = 90° - h - p
LB + B = 90° -2p
2p = 90° - (LB + B)
( LB+ B )
p =45∘−
2
B = 0° + h - p
LB = 180° - h - p
LB + B = 180° - 2p
2p = 180° - (LB + B)
( LB+ B )
p =90∘−
2
d. Pelaksanaan mencari P
1. Arahkan teropong ke P alhidode biasa, nivo alhidode vertical
diseimbangkan dibaca pada lingkaran vertikal B.
2. Kemudian berikan kedudukan luar biasa, arahkan ke P nivo diseimbangkan
terbaca LB.
3. Lakukan hal di atas terhadap beberapa titik dengan Helling yang berbeda-
beda.
4. Cari harga P rata-ratanya.
5. Ini dikoreksikan dengan tanda yang berlawanan.
a. Kesalahan ± p
b. Korelasi ± p
Dengan demikian alat sudah dalam keadaan siap digunakan untuk suatu pengukuran.
e. Membaca Baak Ukur
Keterangan :
Ba = benang atas
Bt = benang tengah
Bb = benang bawah
Ba =1.287
Bt =1.254
Bb =1.221
Ba +Bb
Bt=
Syarat 2
Membaca sudut :
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS, MEDAN SU
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
Jl. Setia Budi No. 479-F Tanjung Sari Medan Telp. (061) 810161
Setelah selesai pembacaan baak ukur dan sudut vertikal, maka dapat dihitung jarak
optis
Keterangan:
H = Perbedaan Tinggi
Ba = Benang Atas
Bt = Benang Tengah
Bb = Benang Bawah
Ti = Tinggi Alat
D = Jarak Optis
D
optis = d'cos h
= (Ba – Bb)×100 × cos h × cos h
= (Ba – Bb)×100 × cos2 h
t = Beda tinggi AB = ti + y - Bt
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS, MEDAN SU
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
Jl. Setia Budi No. 479-F Tanjung Sari Medan Telp. (061) 810161
3. Jarak
d = (Ba – Bb) x 100 x cos2h
dA-1 = (133 – 112,2) x 100 x cos2h = 20,8m
dA-2 = (150,6 – 129,4) x 100 x cos2h = 21,2m
dA-3 = (161 – 139) x 100 x cos2h = 23 m
dA-4 = (186,5 – 163,2) x 100 x cos2h = 23,3m
2
dA-5 = (163,7 – 141) x 100 x cos h = 22,7m
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS, MEDAN SU
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
Jl. Setia Budi No. 479-F Tanjung Sari Medan Telp. (061) 810161
+
Ʃ⸹ = 0⁰00‵00″
c. Meneliti garis bidik tegak lurus sumbu 1 untuk sudut azimuth dengan
rumus :
⸹ = ½ (B – LB) ± 90⁰ = 0⁰00‵00″
1. Titik 1 = ⸹ = ½ (277⁰12‵30″ - 97⁰11‵05″) ± 90⁰ = 0⁰0042,5″
2. Titik 2 = ⸹ = ½ (311⁰14‵40″ - 131⁰15‵40″) ± 90⁰ = 0⁰00‵30″
3. Titik 3 = ⸹ = ½ ( 08⁰55‵15″ - 188⁰54‵45″) ± 90⁰ = 0⁰00‵15″
4. Titik 4 = ⸹ = ½ ( 44⁰30‵10″ - 224⁰32‵20″ ± 90⁰ = 0⁰01‵05″
5. Titik 5 = ⸹ = ½ ( 75⁰00‵20″ - 255⁰03‵05″) ± 90⁰ = 0⁰1‵22,5″
+
Ʃ⸹ = 0⁰03‵55″
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS, MEDAN SU
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
Jl. Setia Budi No. 479-F Tanjung Sari Medan Telp. (061) 810161
IV. 6. Kesimpulan
Dari analisa data diperoleh:
1. Dari cara biasa:
a. Pembacaan sudut sembarang
∑ = 360°00'00″
Sesatan = 000°00'00″
b. Pembacaan sudut azimuth
∑ = 360°00'00″
Sesatan = 000°00'00″
IV. 7. Saran
1. Diharapkan kepada setiap praktikan agar menguasai materi sebelum
melakukan percobaan.
2. Diharapkan kepada setiap praktikan agar lebih serius dalam melakukan
praktikum agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS, MEDAN SU
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
Jl. Setia Budi No. 479-F Tanjung Sari Medan Telp. (061) 810161
Daftar Pustaka
Ir. Charles Sitindaon, MT. Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah, 2005.
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Tahun 2014.
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Tahun 2015.
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Tahun 2016.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS, MEDAN SU
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
Jl. Setia Budi No. 479-F Tanjung Sari Medan Telp. (061) 810161
KERTAS DATA
No Pemb.
Tpt Pemb. Sdt.H Pemb.Baak Ukur Jarak (m)
Titi Sdt.V
Pswt
k B LB B LB Ba Bt Bb Peg Op
278⁰54‵55″ 98⁰47‵40″ 90 270 122, 112, 20, 20,
1 133
° ° 6 2 8 8
312⁰55‵30″ 132⁰51‵05″ 90 270 150, 129, 21, 21,
A 2 140
° ° 6 4 2 2
10⁰34‵35″ 190⁰32‵55″ 90 270 149,
(1,52 m) 3 161 139 23 23
° ° 5
45⁰56‵25″ 225⁰57‵10″ 90 270 186, 174, 163, 23, 23,
4
° ° 5 8 2 3 3
76⁰40‵25″ 256⁰31‵50″ 90 270 163, 152, 22, 22,
5 141
° ° 7 3 7 7
Azimuth
1 277⁰12‵30″ 97⁰11‵05″
A 2 311⁰14‵40″ 311⁰14‵40″
(1,52 08⁰55‵15″ 188⁰54‵45″
3
m)
4 44⁰30‵10″ 224⁰32‵20″
5 75⁰00‵20″ 255⁰03‵05″
Disetujui Oleh :
No. Nama NIM T. Tangan
1. Felix A. K. Purba 170310010
2. Iwan Joharlen Sibuea 170310013
3. Klinton Munthe 170310038
4. Bernardus Y. Tafona’o 170310040
( Perdika Ginting )
Asisten Lab.
IUT
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS, MEDAN SU
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
Jl. Setia Budi No. 479-F Tanjung Sari Medan Telp. (061) 810161