Anda di halaman 1dari 6

ETIKA PROFESI KEBIDANAN

Disusun Oleh:
FHILIA SUCI NUGRAHENI
NIM. 1941A1175
1. Jurnal/Artikel kasus Malpraktek

Petaka Persalinan yang Antar Bidan ke


Bui
Aditya Fajar Indrawan - detikNews

Jakarta - Tak ada seorang pun ibu yang ingin melahirkan anaknya
berakhir dengan kematian si bayi. Yang lebih menyedihkan, kematian
itu karena kelalaian bidan yang menangani persalinan.

Kasus itu terjadi di Kecamatan Kuranji, Padang, Sumatera Barat


(Sumbar). Kala itu, Chori Hariyani, yang sedang hamil tua, mendatangi
Klinik Fitria pada 3 Januari 2009.

Di klinik itu, Chori ditangani oleh bidan Desi Sarli, apoteker Siska
Malasari, dan bidan Cici Kamiarsih. Dalam pemeriksaan itu, bidan Desi
memberikan dua obat gastrul untuk merangsang Chori melahirkan.
Obat itu didapati dari Cici.

Keesokan harinya, Chori datang lagi ke klinik itu karena merasa akan
melahirkan. Bidan Desi dan Siska lalu menyiapkan persalinan. Tidak
berapa lama, kepala jabang bayi keluar dari mulut rahim, tapi seluruh
badan bayi tidak kunjung keluar.

Mendapati hal itu, bidan Desi melapor ke dokter jaga. Proses


melahirkan itu kemudian dirujuk ke RS Marnaini Asri. Di rumah sakit
itu, si bayi bisa dilahirkan, tapi meninggal tidak berapa lama
kemudian.

Atas kematian itu, keluarga Chori tidak terima dan memproses


kejadian itu ke jalur hukum. Kasus pun bergulir ke pengadilan.
Pada 30 Maret 2011, Pengadilan Negeri (PN) Padang menjatuhkan
hukuman kepada bidan Desi selama 1 tahun penjara dan Siska selama
8 bulan penjara. Adapun Cici dibebaskan.

Vonis itu kemudian dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi Padang pada 10


Agustus 2011. Atas bebasnya terdakwa, jaksa lalu mengajukan kasasi
dan dikabulkan.

"Mengabulkan permohonan kasasi jaksa penuntut umum terhadap


terdakwa Desi dan Siska. Menyatakan keduanya melakukan kelalaian
hingga menyebabkan kematian dan menjatuhkan hukuman penjara
masing-masing selama 1 tahun bagi Desi dan 8 bulan bagi Siska," ujar
majelis hakim sebagaimana dilansir website MA, Kamis (29/12/2016).

Duduk sebagai ketua majelis Dr Artidjo Alkostar dengan anggota Prof


Surya Jaya dan Sri Murwahyuni. Dalam kasus itu, Cici dibebaskan.
Menurut majelis, kesalahan Desi adalah memberikan obat gastrul
sebanyak 2 butir. Padahal, sebagai bidan, ia tidak berhak membuat
resep obat keras. Kesalahan kedua adalah Desi dan Siska mengulur-
ulur waktu proses melahirkan. Sang jabang bayi dibiarkan macet di
mulut rahim hingga 6 jam lamanya.

"Desi mengatakan kepada keluarga Chori, 'Tunggu saja, sebentar lagi


akan lahir karena kepala bayi sudah keluar dan rambutnya terlihat
tebal'. Padahal kenyatannya tidak demikian. Justru stamina dan
kesehatan Chori dan calon bayinya berada dalam keadaan genting dan
sekarat," ucap majelis dengan suara bulat.

Kesalahan lainnya adalah obat gastrul mengakibatkan ketuban pecah,


sehingga air ketuban habis, dan bayi mengalami masalah serius.

"Sangat jelas kelalaian dan ketidakprofesionalan para terdakwa dalam


melakukan proses persalinan sehingga menyebabkan Chori berada
dalam keadaan berbahaya dan menyebabkan meninggalnya bayi,"
putus majelis ada 17 Juni 2015.

Sumber :
https://news.detik.com/berita/d-3383095/petaka-persalinan-yang-antar-bidan-ke-bui

2. Patofisiologis dan Faktor-Faktor Penyebab

Patofisologi Induksi Persalinan


Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit
penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah
dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan
reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada
kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena
ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan
lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta
mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42
minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen.
Patofisiologi Partus Lama
Patofisiologi partus lama tergantung pada penyebabnya, baik itu kekuatan kontraksi,
obstruksi pada jalan lahir, dan kelainan janin.  Penyebab ini sering disingkat menjadi 3P (power,
passage, dan passenger). Pada intinya, kelainan pada tiga hal tersebut akan menyebabkan
hambatan dalam kemajuan persalinan. Hambatan ini dapat berupa perlambatan penipisan serviks
atau penurunan janin.
a. Power
Pada abnormalitas kontraksi, seringkali ditemukan adanya kontraksi inefektif yang
seringkali disebabkan kekuatan  kontraksi yang tidak optimal sehingga dorongan janin ke
arah jalan lahir tidak maksimal. Kontraksi yang diharapkan terjadi pada fase aktif adalah
sekitar 3 – 5 kontraksi dalam 10 menit dengan kekuatan berkisar antara 200 Montevideo,
diukur menggunakan kateter tekanan intrauterin.
b. Passage
Abnormalitas dari jalan lahir seperti adanya disproporsi antara besar rongga panggul
dengan kepala bayi membuat janin tidak dapat melewati jalan lahir dan persalinan tidak
mengalami kemajuan. Demikian halnya jika ditemukan adanya massa pada jalan lahir
yang menutupi jalur bayi.
c. Passenger
Faktor janin juga dapat menyebabkan partus lama. Misalnya pada keadaan di mana bayi
sangat besar, atau terjadi malposisi.

Faktor-Faktor Penyebab
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kasus malpraktek adalah:
a. Pemberian Gastrul 2 tab kepada pasien untuk induksi persalinan tanpa resep dokter
b. Pasien tidak segera di rujuk padahal bayi sudah 6 jam tidak lahir.
3. Analisis Penanganan Kasus
a. Bidan melakukan induksi persalinan kepada pasien dengan memberikan gastrul 2 tab,
namun tidak diketahui pemberian obat diberikan lewat apa
b. Tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah kasus malp raktek karena memberikan obat
keras kepada pasien tanpa resep dokter, dan bukan merupakan kewenangan bidan.
c. Tindakan pemberian gastrul menyebabkan ketuban pecah dan bayi mengalami masalah.
d. Bidan melakukan tindakan persalinan kepada pasien
e. Dalam penanganan kasus persalinan, pasien mengalami partus macet yaitu kala 2 yang
berlangsung lebih dari 2 jam tapi tidak segera di rujuk
f. Keterlambatan rujukan menyebabkan bayi dalam keadaan gawat dan meninggal tidak
lama setelah dilahikan.
4. Ketidaksesuaian Penanganan
a. Pemberian obat keras tanpa resep dokter
b. Keterlambatan tindakan rujukan ke Rumah Sakit

5. Sistem Rujukan Terbaru

Pasien FKTP Rumah Sakit

- Puskesmas
- Klinik

Anda mungkin juga menyukai