Sirosis Hepatis
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Dalam di RST Bhakti Wira Tamtama
Oleh :
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
1
IDENTITAS PASIEN
No. RM : 125xxx
1. IDENTITAS
Nama : Ny. T
Usia : 60 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
2. SUBYEKTIF
Badan lemas.
2
berbicara, keluhan disertai bengkak pada kedua tungkai dan
Riwayat DM : (+)
3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
GCS : E4M6V5
3
HR : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,8oC
GDS : 116
2. Status Internus
Kepala : mesocephal
Pupil :
Thorax Pulmo
kanan=kiri
+),wheezing (-/-)
Thorax Cor
Perkusi :
4
Batas kanan : PSL Dextra
Abdomen
Extremitas
Superior Inferior
3. Status Neurologis
a. Pemeriksaan Motorik
1. BADAN
MOTORIK
5
Respirasi : DBN
Duduk : DBN
SENSIBILITAS
Taktil : Unastesi
Nyeri : Unastesi
2. ANGGOTA GERAK
MOTORIK
SENSIBILITAS
Superior Inferior
Taktil Unastesi Unastesi
Nyeri Unastesi Unastesi
Thermi Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Diskriminasi 2 Tidak Tidak
REFLEK FISIOLOGIS
Dx Sx
Bice Normor Normor
6
ps efleks efleks
Tric Normor Normor
REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman - -
Trommer - -
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
b. Gerakan-gerakan Abnormal
Tremor :-
Athetosis :-
Korea :-
Hemibalismus :-
c. Alat Vegetatif
Miksi : DBN
Defekasi : DBN
d. Pemeriksaan N. Cranialis
7
N II ( OPTIKUS)
(ABDUCENS )
Dx Sx
PERGERAKAN DBN DBN
BOLA MATA
EKSOFTALMUS - -
PUPIL bulat,ø 3mm bulat,ø 3mm
STRABISMUS - -
DIPLOPIA - -
N V ( TRIGEMINUS )
Dx Sx
MEMBUKA MULUT DBN DBN
REFLEK KORNEA DBN DBN
REFLEK Tidak dilakukan Tidak
MASSETER dilakukan
N VII (FACIALIS)
Dx Sx
MENGERUTKAN DBN DBN
DAHI
8
MENUTUP MATA DBN DBN
LIPATAN DBN DBN
NASOLABIAL
MENGGEMBUNGKAN DBN DBN
PIPI
MERINGIS DBN DBN
BERSIUL Pasien bisa bersiul
PENGECAPAN 2/3 Tidak dilakukan Tidak
N VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)
Dx Sx
SUARA BERBISIK DBN DBN
TES WEBER Tidak dilakukan Tidak
dilakukan
TES RINNE Tidak dilakukan Tidak
dilakukan
TES SCHWABACH Tidak dilakukan Tidak
dilakukan
N IX (GLOSSOPHARINGEUS)
N X ( VAGUS )
Berbicara : DBN
Menelan : DBN
Nadi : DBN
9
N XI (ACCESORIUS )
N XII ( HYPLOGOSSUS )
Tremor lidah : -
Artikulasi : Disartia -
Deviasi :-
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 11g/dL (L)
Ht :32,9 %(L)
Trombosit : 231.000/mm3
Eritrosit : 4.000.000/mm3
MCV : 82 fL
MCH : 27 pg
MCHC : 34g/dL
10
Ureum : 42 mg/dl
SGOT : 48 (H)
SGPT : 10
Albumin : 2,5
Globulin : 2,6
5. DIAGNOSIS BANDING
- Sirosis Hepatis
- Hepatitis B
11
EKG
Irama : sinus
Regularitas : regular
Frekuensi : 100x/menit
1 kotak kecil = 0, 01
pada Lead II
Gelombang QRS
ZonaTransisi :-
12
Q patologis : -
Kesimpulan : Normosinus
I. Abnormalitas Data
ANAMNESIS
1. Lemas
4. Perut membesar
PEMERIKSAAN FISIK
1. Konjungtiva anemis
2. Sclera ikterik
3. Asites
5. Undulasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
4. EKG : Normosinus
- Sirosis hepatis
13
- Diabetes mellitus
- Asites
III. Pembahasan
1. Sirosis Hepatis
ISDN 3x5mg
Allupurinol 1x200 mg
2. Diabetes Mellitus
Assessment : lemas
14
Initial Plan of Therapy:
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1.1 Definisi
akhir fibrosis yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
parenkim hati.
yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hati
dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis
hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada
satu tingkat tidak terlihat perbedaannya secara klinis. Hal ini hanya dapat
nutrisi memegang penting untuk timbulnya sirosis hati. Dari hasil laporan
16
penderita kekurangan protein hewani , dan ditemukan 85 % penderita sirosis
rendah, kuli-kuli, petani, buruh kasar, mereka yang tidak bekerja, pensiunan
b. Hepatitis Virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab
pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka
diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati
sehingga terjadi sirosis. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B
c. Zat Hepatotoksik
terjadinyakerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut
alkohol.
d. Penyakit Wilson
orang muda dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia dari otak,
17
KayserFleischer Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defesiensi bawaan
e. Hemokromatosis
f. Sebab-Sebab Lain
sentrilobuler
2. Sebagai saluran empedu akibat obstruksi yang lama pada saluran empeduakan
dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyakdijumpai pada
kaum wanita.
18
4.1.3 Etiologi
Bruselosis. Toksoplasmosis
Ekinokokus, Skistosomiasis
Defisiensi α 1-antitripsin
Sindrom Fanconi
Penyakit Gaucher
Hemokromatosis
Penyakit Wilson
Alkohol
Amiodaron
Arsenik
Obstruksi bilier
19
Penyebab Lain atau Tidak terbukti
Fibrosis kistik
Pintas jejunoileal
Sarkoidosis
kerusakan hati masih baik, sirosis seringkali muncul tanpa gejala sehingga
Gejala-gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera
makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada
laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil dan dada membesar, serta
kerontokan rambut badan, gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu
tinggi. Selain itu, dapat pula disertai dengan gangguan pembekuan darah,
perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih
20
a. Spider angioma maspiderangiomata (atau spider
hamil, malnutrisi berat bahkan ditemukan pula pada orang sehat, walau
nefrotik.
21
diabetes mellitus, distorsi refleks simpatetik, dan perokok
peningkatan androstedion.
hemokromatosis.
hipertensi porta.
22
l. Ikterus, pada kulit dan membrane mukosa akibat
dan edema.
4.1.5 Komplikasi
akibat hipertensi portal.20% sampai 40% pasien sirosis dengan varises esofagus
sebanyak dua pertiganya akan meninggal dalam waktu satu tahun walaupun
23
keparahan dari kondisi hati dilihat dari ukuran varises, adanya tanda bahaya dari
sirosis hati adalah tukak lambung dan tukak duodeni. Diagnosis varises esofagus
Ensefalopati hepatikum
intrahepatic portal systemic shunts dan atau penurunan sintesis urea dan
ensefalopati hepatikum.
Peritonitis bakterialis spontan yaitu komplikasi berat dan sering terjadi pada
acites tanpa adanya focus infeksi intraabdominal. Diagnosis ini dapat ditegakkan
bila pada sampel cairan asites ditemukan angka sel neutrophil >250/mm
Sindroma hepatorenal
24
Sindroma hepatorenal merupaka gangguan fungsi ginjal tanpa kelainan organic
ginjal yang ditemukan pada sindroma hepatorenal lebih lanjut. Keadaan ini
terjadi pada penderita penyakit hati kronik lanjut, ditandai oleh kerusakan fungsi
Asites
terlibat dalam patogenesis asites pada Cirrhosis Hepatis antara lain adalah
hipertensi portal. Penderita sirosis hati disertai hipertensi portal memiliki sistem
retensi air dan natrium. Asites dapat bersifat ringan, sedang dan berat. Asites
berat dengan jumlah cairan banyak menyebabkan rasa tidak nyaman pada
4.1.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan kasus sirosis hepatis dipengaruhi oleh etiologi dari sirosis hepatis.
asia tenggara penyebab tersering adalah HBV dan HCV. Untuk HBV dan HBC
25
kronis dapat diberikan preparat interveron secara injeksi atau secara oral. Namun
direkomendasikan
1. Asites
1. Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2
gram/ hari.
diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/ hari, tanpa
adanya edema kaki atau 1 kg/ hari dengan adanya edema kaki.
ditambah dosisnya bila tidak ada respons, maksimal dosisnya 160 mg/
26
2. Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan melena atau
melena saja)
3. Ensefalopati hepatikum
3. Transplantasi hati
aminoglikosida.
1 g per kg IV haru ke 3
3. Norfloksasin
27
400 mg oral 2x/ hari untuk terapi
transplantasi hati.
4.2Diabetes Mellitus
4.2.1 Definisi
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin
suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologiyang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin
dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
28
Berdasarkan Perkeni tahun 2011, diabetes mellitus adalah penyakit gangguan
komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya
dan IDAI sebagai organisasi yang sama di Indonesia juga menggunakan klasifikasi
dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang dibuat oleh organisasi yang lainnya.
kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara
absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal
insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat
29
seseorangsepanjangkehidupannya. Sehingga faktor risiko tersebut tidak
antara lain:
Bila salah satu dari kedua orang tuanya menderitaDM maka risiko seorang
anak mendapatDM tipe 2 adalah 15%dan bila kedua orang tuanya menderita
DM sebanyak 10%. Ibu yang terkena DM mempunyai risiko lebih besar 10-
30% daripada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gensewaktu
Usia
yang sudah tua karena pada usiatersebut, fungsi tubuh secara fisiologis makin
tinggikurang optimal.
Riwayat Kelahiran
30
menderita DMtipe 2maupungestasional. Wanita yang pernah melahirkan anak
dengan berat lebih dari 4000 gram biasanya dianggap sebagai pradiabetes.
gram. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyairisiko yang lebih
terhadapkejadian BBLR.
subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru-paru, dan hati).Obesitas juga
normalnya ialah antara 18,5-25 kg/m2.Jika lebih dari 25 kg/m2 maka dapat
Obesitas Abdominal
31
(lingkar perut pria>90 cmsedangkan pada wanita >80 cm) maka berisiko 5,19
kali menderita diabetes mellitus tipe 2. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
ringan,sedangmaupunberat.
32
banyak glukosadaripada pada waktu tidakbergerak. Dengan demikian
insulin akan bekerjalebih baik, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel-sel
ototuntuk digunakan.
Hipertensi
33
Penderita sindrom metabolic yangmemiliki riwayat toleransiglukosa terganggu
dalam sel tersebut glukosa di metabolism menjadi ATPatau tenaga. Jika insulin tidak
ada ataujumlahnyasedikit, maka glukosatidak akan bisa masuk ke dalam sel dan akan
meningkat atauhiperglikemia.
Pada orang yang menderita DM, jumlah insulin yangdihasilkan sel betaberkurang
34
penderitaakanmengalamikeseimbangan kalorinegatif dan berat badan berkurang. Rasa
kaloridanakibat glukosa yang tidak berhasil masuk ke dalam sel untuk diubahmenjadi
4.2.5 Komplikasi
Pada penyandang DM dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan semua
Komplikasi akut terjadi pada saat kadar glukosa darah plasma mengalami
perubahan yang relatif cepat. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain; hipoglikemi,
ketoasidosis diabetik dan hiperosmolar non ketotik. Hipoglikemia dapat terjadi seumur
hidup selama program pengobatan yang disebabkan karena efek samping pemberian
obat stimulus insulin dalam tubuh maupun obat insulin dari luar (Cryer, 2010).
Ketoasidosis diabetik dan hiperosmolar non ketotik, keduanya dapat terjadi karena
kadar insulin yang sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemia dan glukosiuria
35
Sedangkan komplikasi kronik adalah peningkatan gula darah yang berlangsung
terus menerus dan lama yang berdampak pada terjadinya angiopati diabetik yaitu
gangguan pada semua pembuluh darah di seluruh tubuh. Pada komplikasi kronik,
(jantung koroner, luka kaki diabetik, stroke) ataupun terjadi pada keduanya (neuropati,
4.2.6 Tatalaksana
Hal pertama yang harus dipahami oleh semua pihak adalah bahwa DM
darah berada dalam batas normal atau mendekati nilai normal, tanpa
menyebabkan hipoglikemia.
Insulin
1. Awitan, puncak kerja, dan lama kerja insulin merupakan faktor yang
36
pankreas babi atau sapi. Namun setelah dikembangkannya teknologi
sudah digunakan secara luas saat ini. Insulin rekombinan ini lebih disukai
sebagai pilihan utama karena selain dapat diproduksi secara luas juga
dan sapi.
Olahraga
37
ideal, dan meningkatkan rasa percaya diri. Untuk penderita DM
jangka panjang.
Pemantauan Sendiri
glukosa darah harus dilakukan beberapa kali per hari untuk menghindari
insulin.
38
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
DM.
darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien
secara komprehensif.
Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau
kombinasi.
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
39
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
Olahraga
Terapi Farmakologis
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat
Sulfonilurea
Glinid
Metformin
40
Tiazolidindion
keadaan:
Krisis Hiperglikemia
stroke)
41
Daftar Pustaka
Cryer, P.E., Davis, S.N., & Shamoon, H. 2003. Hypoglycemia in diabetes. Diabetes care, 26(6),
1902-1912.
Diabetes Mellitus Tipe 2. (2019). Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Isnaini, Nur. (2017). Faktor Risiko Memengaruhi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal
September 2014.
Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia. (2015). Jakarta:
PB. PERKENI.
Lindseth, NG. Gangguan Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas. Dalam : Price, AS. Wilson,
Maryani, Sri Sutadi. 2003. Sirosis Hepatitis Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-srimaryani5.pdf.
Meidikayanti, Wulan. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Diabetes
Smeltzer & Bare. (2010). Textbook of medical surgical nursing vol.2. Philadelphia: Linppincott.
42
Sudoyo, A. W. (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile
43