Anda di halaman 1dari 20

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam

Volume 5, Nomor 3, 2017, 241-260


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/irsyad

Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois)


Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien
Ihsan Aryanto*
Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
* Email : Ihsanaryanto78@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Untuk mengetahui Pelaksanaan Bimbingan
Perawat Rohani Islam untuk memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU
Cibabat Kota Cimahi. 2) Untuk engetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
proses pelaksanaan bimbingan perrawatan rohani islam di RSU Cibabat Kota
Cimahi. 3) Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan bimbingan perawatan
rohani islam di RSU Cibabat Kota Cimahi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriftif. Yaitu memberikan gambaran secara
sistematis, faktual, akurat mengenai Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohami
Islam Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU Cibabat Kota
Cimahi. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran WAROIS dalam memenuhi
kebutuhan spiritual psien sangatlah penting karena bukan hanya memenuhi
kebutuhan spiritual pasien, tetapi WAROIS juga berperan untuk memenuhi
kebutuhan spititual seluruh staff dan menciptakan suasana religius di lingkungan
RSU Cibabat-Cimahi, mereka merasakan dengan adanya WAROIS suasana
religius di RSU Cibabat-Cimahi menjadi lebih hangat, dan pasien bisa bertanya
dan berdiskusi seputar pelaksanaan ibadah wajib dan sunnah yang dapat
dilaksanakan dan tatacara beribadah bagi orang yang sakit (dalam keadaaan
darurat).
Kata Kunci : Perawat Rohani Islam; Kebutuhan Spiritual; Pasien

ABSTRACT
This study aims to 1) To know the Implementation of Islamic Spiritual Nurse Guidance to
meet the Spiritual Needs of Patients at RSU Cibabat Kota Cimahi. 2) To know the
obstacles faced in the process of implementing Islamic spiritual care guidance in RSU Cibabat
Kota Cimahi. 3) To know the results of the implementation of Islamic spiritual care guidance
in RSU Cibabat Kota Cimahi. The method used in this research is descriptive method. It
provides a systematic, factual, accurate description of the Implementation of Islamic Spiritual
Guidance to Meet the Spiritual Needs of Patients at RSU Cibabat Kota Cimahi. The results

Diterima: Juli 2017. Disetujui: Agustus 2017. Dipublikasikan: September 2017. 241
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin

show that WAROIS's role in meeting the spiritual needs of psien is very important because it
not only fulfills the spiritual needs of the patients, but WAROIS also plays a role to fulfill the
spititual needs of all staff and create a religious atmosphere in Cibabat-Cimahi General
Hospital, they feel with WAROIS religious atmosphere in RSU Cibabat-Cimahi become
warmer, and patients can ask and discuss about the implementation of mandatory worship and
sunnah that can be implemented and the practice of worship for the sick(in the emergency).
Keywords : Islamic Spiritual Nurse; Patient; Spiritual Needs

PENDAHULUAN
Orang-orang yang sedang sakit (pasien), baik dirawat di rumah sakit maupun
dirawat di rumah masing-masing biasanya memperoleh nasihat-nasihat yang
bersifat medis dari dokter atau perawatnya. Akan tetapi jarang sekali para pasien
ini mendapatkan nasihat-nasihat yang bersifat keagamaan dari keluarganya,
dokter, atau perawatnya. Padahal seorang yang sedang sakit umumnya tidak
hanya mengeluhkan penderitaan fisiknya, tetapi juga sering disertai gangguan
psikis berupa kecemasan atau ketakutan yang berhubungan dengan penyakitnya.
Hal ini wajar karena secara fisik seorang pasien akan dihadapkan kepada tiga
alternatif kemungkinan yang akan dialaminya, yaitu: 1) sembuh sempurna, 2)
disertai cacat sehingga terdapat kemunduran menetap pada fungsi-fungsi organ
tubuhnya, 3) meninggal dunia.
Alternatif meninggal dunia umumnya cukup menakutkan bagi sebagian
pasien, karena mereka seperti juga kebanyakan diantara kita belum siap
menghadapi panggilan malakal maut. Kecemasan atau ketakutan pada penderita
ini, dapat menyebabkan timbulnya stres psikis (ketegangan) yang justru akan
melemahkan respons imunologi (daya tahan tubuh), dan mempersulit proses
penyembuhan diri pasien yang bersangkutan tentu saja hal ini tidak bisa
ditangani dengan penanganan medis semata, karena itu perlu adanya bimbingan
rohani yang sifatnya spiritual bagi pasien.
Gangguan psikis lainnya yang sering dialami oleh orang sakit adalah rasa
putus asa, terutama pada psien yang menderita penyakit kronis yang susah
sembuh. Karena tipisnya aqidah, kemudian muncul keinginan pada diri orang
sakit untuk mengakhiri hidup dengan jalan yang tidak diridhai Allah Swt. Semua
ini diakibatkan oleh hilangnya keyakinan kepada rahmat Allah Swt, sehingga
kadang kala ada pasien yang sengaja meninggalkan ibadah sehari-hari, seperti
berdoa atau shalat (sebagaian hal ini terjadi karena ketidak tahuan mereka
tentang beribadah bagi orang sakit). Akibatnya semakin gersanglah nurani pasien
dari sighah Ilahi Rabbi.
Metode pengobatan di dunia kedokteran pada umumnya memang hanya
mengandalkan terapi fisik belaka tanpa melihat pasien dari segi ruhaniyanya

242 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien

meskipun diakui bahwa kondisi psikis yang stabil sangat menunjang penyembuan
diri pasien terlebi lagi pada psien yang tergolong menderita penyakit
psikosomatik, yaitu penyakit fisik yang diakibatkan oleh stres psikis.
Dalam diri seseorang mungkin lebih menyadari akan pentingnya aspek
spiritual bagi kehidupannya, yaitu dengan lebih menyadari tentang makna, tujuan
dan nilai hidup, maka dari itu perlu diadakannya bimbingan spiritual bagi
seorang yang menderita penyakit stres dan stres karena penyakit, disinilah peran
perawat rohani islam sangat dibutuhkan untuk menciptakan rasa keharmonisan
antara diri dengan kehidupan yang lebih tinggi.
“Menurut organisasi kesehatan sedunia World Health Organisation (WHO)
1984 harus meliputi aspek bio-psikososio-spiritual. Menurut Hawari (1997:
13-28) pentingnya aspek spiritual dalam menunjang pengobatan aspek
lainnya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Karena berbagai hasil penelitian
mutakhir membuktikan bahwa pengaruh spiritual terhadap kesehatan dan
kesembuhan pasien sangat penting, karena itu sangat dibutuhkan. Hal ini
dapat dimengerti karena pasien di rumah sakit bukan hanya menderita
berbagai penyakit fisik akan tetapi mereka juga mengalami berbagai
tekanan dan gangguan mental spiritual dari yang ringan sampai yang
berat sebagai akibat dari penyakit yang dideritanya (Prayitno, 2009:105).
Pasien-pasien yang mengidap penyakit berat mengalami berbagai
kecemasan, ketakutan, demikian juga pasien yang akan menghadapi operasi
dan pasca operasi, pasien yang menghadapi saat-saat kritis seperti
menghadapi kematian (terminal), sakaratul maut (naza’, dying), sudah
bukan ranah persoalan perawatan medis semata, melainkan sangat
memerlukan pendampingan, layanan, dan bantuan spiritual. Karena itu
salah satu kebutuhan mendesak bagi pasien rawat inap di rumah sakit
adalah perlunya bantuan dan layanan spiritual untuk memenuhi
kebutuhan spiritual pasien rawat inap oleh pihak rumah sakit sejajar
dengan asuhan keparawatan lainnya (Arifin, I. Z., 6, (19), 2012:170-172)”.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik
yang sangat diperlukan oleh pasien . Hal ini didasarkan pada status pasien yang
merupakan makhluk bio-psiko-sosio kultural dan spiritual yang dapat merespon
secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau keadaan krisis. Bagi
perawat pelayanan atau asuhan keperawatan sangat berkaitan erat dengan aspek
spiritual. Dalam praktik keperawatan, perawat kurang memperhatikan kebutuhan
spiritual karena perawat kurang memahami tentang kebutuhan spiritual dan
manfaatnya terhadap kesehatan dan penyembuhan penyakit pasien. Hal pertama
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 243
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin

yang harus diperhatikan perawat yaitu peningkatan persepsi dan sikap tentang
perawatan spiritual dan manfaatnya sehingga dalam praktik pemberian asuhan
keperawatan spiritual pasien dapat terpenuhi (Asmadi, 2008:2-3).
Keperawatan rohani islam adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan spiritual dituntut untuk lebih meningkatkan
profesionalisme sehingga dapat mengimbangi kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan yang semakin maju pesat, dengan
mengembangkan potensi yang sudah dimiliki untuk memenuhi tuntutan
masyarakat yang semakain tinggi terhadap pelayanan keperawatan dan tanggung
jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan rohani pada
klien.
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan
Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi
lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari
kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat
sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi
kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang
lebih pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan
demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan
dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan
tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual
dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.
RSU Cibabat yang bertempat di Jl Jend. H.Amir Machmud No. 140 Kota
Cimahi, pada tahun 1985 jabatan direktur RSU diganti oleh. Dr. Umbaran
Tisnamihardja. Pada periode ini sudah dimulai banyak data sarana dan kegiatan
yang dapat dijadikan sebagai referensi, sehingga penulis dapat lebih lengkap
menyajikan gambaran RSU Cibabat. Status RSU Cibabat saat itu adalah RSU
kelas D sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung. Pada tahun 1987 status RSU Cibabat meningkat dari RSU kelas D
menjadi RSU Pemerintah Daerah Kelas C melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor: 303/ Menkes/ SK/ IV 1987. Pada tahun 1995 jabatan
Direktur dijabat oleh Dr. H. Idik Djumhali, MARS. Pada tahun 1996 status
RSU Cibabat menjadi Unit Swadana Daerah RSU Cibabat terakeditasi penuh 5
(lima) kegiatan pelayanan terdiri dari pelayanan administrasi menajemen,
Pelayanan Medik, IGD, Keperawatan, dan Rekam Medik, berdasarkan SK
Menteri Kesehatan RI No. Y.M.00.03.3.5.2495 (Tatang, R., & dkk, 2002: 1-7)
Berdasarkan permasalahan yang telah di paparkan, maka di rumuskan
244 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien

beberapa rumusan sebagai berikut: 1) Bagaimana Proses Pelaksanaan Bimbingan


Perawat Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien di
RSU Cibabat Kota Cimahi? 2) Bagiamana kendala-kendala yang dihadapi dalam
Proses Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Roani Islam (Warois) Untuk
Memenuhi Spiritual Pasien di RSU Cibabat Kota Cimahi? 3) Bagaimana hasil
dari Pelaksanaan Bimbingan Perawat Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi
Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU Cibabat Kota Cimahi?

LANDASAN TEORITIS
Teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori Bimbingan
merupakan terjemahan dari “guidance” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah
istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2)
memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer), ( Samsu,
Y., L. N., & Nurihsan, J., 2006:8-12).
Perawatan rohani Islam adalah pelayanan yang memberikan bimbingan
rohani kepada pasien dan keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar
tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan memberikan tuntunan do’a,
cara bersuci, shalat, dan amalan ibadah lainya yang dilakukan dalam keadaan
sakit, (Salim, S., 2005: 19).
Perawatan rohani Islam adalah suatu pelayanan bantuan yang diberikan
perawat rohani Islam kepada pasien/orang yang membutuhkan yang sedang
mengalami masalah dalam hidup keberagamaanya, ingin mengembangkan
dimensi dan potensi keberagamaanya seoptimal mungkin, baik secara individu
maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam
beragama, dalam bimbingan akidah, ibadah, akhlak dan muamalah, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan
ketaqwaan yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist, (Yahya, J., 1994: 6).
Bimbingan rohani Islam adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses
bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di rumah sakit, sebagai upaya
menyempurnakan ikhtiar medis dengan ikhtiar spiritual. Dengan tujuan
memberikan ketenangan dan kesejukan hati dengan dorongan dan
motivasi untuk tetap bersabar, bertawakkal dan senantiasa menjalankan
kewajibannya sebagai hamba Allah, (Salim, S., 2005: 1).
Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam adalah proses pemberian
bantuan, pemeliharaan, pengembangan dan pengobatan ruhani dari segala
macam gangguan dan penyakit yang mengotori kesucian fitrah ruhani manusia
agar selamat sejahtera dunia akhirat didasarkan kepada tuntunan al-Qur’an dan
al-Sunnah dan hasil Ijtihad melalui metodologi penalaran dan pengembangan

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 245
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin

secara: istinbathiy (deduktif), Istiqro’iy (induktif/riset), iqtibasiy (meminjam teori)


dan ‘irfaniy (laduni/hudhuri), (Arifin, I. Z., 2015: 1-2).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
bimbingan rohani Islam secara umum adalah suatu proses pemberian bantuan
kepada individu berdasarkan ajaran Islam agar individu mampu hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Sedangkan pengertian perawatan rohani Islam adalah salah
satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada pasien untuk menuntun pasien
agar mendapatkan keikhlasan, kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi
sakitnya, dalam rangka mengembangkan potensi dan menyadari kembali akan
eksistensinya sebagai mahluk Allah Swt, serta membimbing bagaimana cara
beribadah ketika sakit, berdzikir untuk mengurangi rasa cemas akibat penyakit
agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Secara bahasa spiritual berasal dari kata spirit atau spirtus yang mengandung
pengertian: nafas, udara, angin semangat, kehidupan, pengaruh, antusiasme, atau nyawa
yang menyebabkan hidupnya seseorang. Dari serangkaian arti diatas kata spirit
jelas mengandung makna kiasan yaitu semangat atau sikap yang mendasari
sebuah tindakan, karena sebuah tindakan manusia banyak sekali yang
mendasarinya,sedangkan spirit adlah dapat menjadi salah satunya. (Arifin, I. Z.,
2015:10-11)
Secara istilah pengertian spiritual dan spiritualitas sangat luas dan beragam
tergantung dalam konteks dan kajiannya. Menurut Achiryani S. Ahmad (Ahmad,
A. S., & Hamid, 2000:2-4), spiritual adalah Keyakianan dalam hubungannya
dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sumber kekuatan vital yang
memotivasi, mempengaruhi gaya hidup, prilaku, hubungan seseorang dengan
yang lainnya, atau kumpulan dimensi nilai-nilai yang dapat mempengaruhi sikap
dan interaksi seseorang dengan dunia sekitarnya.
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya denganYang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah
sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian
hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium)
sholat, puasa,zakat, haji, doa dan sebagainya (Sarbni, A., 2002: 5-6). spiritualitas
merupakan konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horisontal.
Dimensi vertikal adalah dimensi yang berkaitan dengan hubungan seseorang
dengan Tuhan yang menuntun kehidupannya, dan dimensi horisontal adalah
dimensi yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri,
orang lain, dan lingkungan. Hubungan ini berjalan sepanjang hidup manusia
Sehubungan dengan apa yang diungkapkan bahwa dimensi spiritual berupaya
untuk mempertahankan keharmonisan/keselarasan dengan dunia luar, berjuang

246 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien

untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress


emosional, penyakit fisik (kronis, kritis , terminal) dan kematian.
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini
termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan
harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri,
dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup,
perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan
(Sarbini, A., 2002: 15).
Kebutuahan spiritual menurut V.B Carson (Ahmad A. S., & Hamid.,
1999:3) adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, kebutuhan untuk mendapatkan maaf
atau penganpunan, mencintai, menjalin hubungan, penuh rasa percaya dengan
Tuhan.
Menurut Dr. Howard Clinebel dikutip Hawari, (2004) ada sepuluh
kebutuhan dasar spiritual manusia yaitu: 1) Kebutuhan akan kepercayaan dasar
(basic trust), kebutuhan ini secara terus-menerus diulang guna membangkitkan
kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah., 2) Kebutuhan akan makna dan tujuan
hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hidup dalam membangun
hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia
(horisontal) serta alam sekitaraya, 3) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan
hubungannya dengan keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual
peribadatan dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. 4) Kebutuhan
akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan
Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah. 5) Kebutuhan akan
bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah danberdosa ini merupakan beban
mental bagi seseorang dan tidak baikbagi kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan
ini mencakup dua hal yaitupertama secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas
dari rasabersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal
yaitubebas dari rasa bersalah kepada orang lain, 6) Kebutuhan akan penerimaan
diri dan harga diri {self acceptance danself esteem), setiap orang ingin dihargai,
diterima, dan diakui olehlingkungannya. 7) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin
dan keselamatan terhadapharapan masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada
dua tahap yaitujangka pendek (hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di
akhirat).Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan
bagikehidupan yang kekal di akhirat nanti. 8) Kebutuhan akan dicapainya derajat
dan martabat yang makin tinggisebagai pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan,
derajat atau kedudukanmanusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang.
Apabilaseseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka
diasenantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya. 9) Kebutuhan akan
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 247
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin

terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesamamanusia. Manusia hidup saling


bergantung satu sama lain. Oleh karenaitu, hubungan dengan orang disekitarnya
senantiasa dijaga. Manusiajuga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan alamnya
sebagai tempathidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban
untukmenjaga dan melestarikan alam ini. 10) Kebutuhan akan kehidupan
bermasyarakat yang penuh dengan nilainilaireligius. Komunitas keagamaan
diperlukan oleh seseorang dengansering berkumpul dengan orang yang beriman
akan mampumeningkatkan iman orang tersebut.
Oleh karena itu, menjadi suatu hal penting bagi perawat untuk
meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan
asuhan spiritual dengan baik kepada klien. Setiap individu memiliki definisi dan
konsep yang berbeda mengenai spiritualitas. Kata-kata yang digunakan untuk
menjabarkan spiritualitas termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas,
hubungan, dan eksistensi Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri
mengenai spiritualitas karena masing-masing memiliki cara pandang yang
berbeda mengenai hal tersebur. Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup seseorang, serta
persepsi mereka tentang hidup dan kehidupan. Pengaruh tersebut nantinya dapat
mengubah pandangan seseorang mengenai konsep spiritulitas dalam dirinya
sesuai dengan pemahaman yang ia miliki dan keyakinan yang ia pegang teguh
(Machendrawati, N., 2002:56).
Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi semua
kebutuhan manusia termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Berbagai cara
dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien mulai dari pemenuhan
makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi klien untuk
mengekspresikan agama dan keyakinannya. Pemenuhan aspek spiritual pada
klien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi manusia yang harus
dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut yaitu dimensi fisik,
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dimensi-dimensi tersebut berada
dalam suatu sistem yang saling berinterksi, interrelasi, dan interdepensi, sehingga
adanya gangguan pada suatu dimensi dapat mengganggu dimensi lainnya.
Kebutuhan spiritual adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi. Kebutuhan spiritual mengandung arti suatu keyakinan, pendekatan,
harapan dan kepercayaan pada Tuhan serta kebutuhan untuk menjalankan agama
yang dianut, kebutuhan untuk dicintai dan diampuni oleh Tuhan yang seluruhnya
dimiliki dan harus dipertahankan oleh seseorang sampai kapanpun agar
memperoleh pertolongan, ketenangan, keselamatan, kekuatan, penghiburan serta
kesembuhan. Dalam memberikan intervensi asuhan keperawatan spiritual
ternyata kurang optimal karena ada faktor penghambat. Bentuk-bentuk
pemenuhan kebutuhan spiritual yaitu: membantu kegiatan ibadah pasien,
248 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien

melibatkan keluarga dan tokoh agama, memberikan semangat.


Pelayanan secara spiritual, dalam aspek kebutuhan spiritual metode
psikoterapi religius tujuannya yaitu untuk memeperkuat kekuatan batin pasien
dalam proses kesembuhannya. Dalam islam dikenal dengan pengobatan al-thib al-
rahmany yaitu untuk memperkuat kebatinannya dengan pendekatan: hikmah,
dzikir, shalat, puasa, mandi thaubat (hydro terapi), doa dan sebagainya, (Arifin, I. Z.,
2009: 59).
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah
distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem
nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan, yang ditandai
dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan
dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan
hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih padakematian dan sesudah hidup,
adanya keputusan, menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda-tanda seperti
menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda-
tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur dan tekanan darah
meningkat (Junaidi, 2006: 27).
Kebutuhan akan aspek spiritual terutama sangat penting selama periode
sakit, karena ketika sakit, energi seseorang akan berkurang dan spirit orang
tersebut akan terpengaruhi, oleh karena itu kebutuhan spiritual pasien
perlu dipenuhi (Salim, S., 2005:61).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan di RSUD Cibabat Jl. Jend Amir Machmud No. 140 Kota
Cimahi yang merupakan salah satu lembaga Kesehatan tingkat daerah dibawah
naungan Departemen Kesehatan Kota Cimahi. Pada tahun 1988 guna
menunjang pelaksanaan pelayanan dan tertib organisasi, pada tanggal 16
Desember 1988 diberlakukan struktur organisasi RSU Cibabat melalui
peraturan daerah kabupaten daerah tingkat II Bandung Nomor : 8 tahun 1988
tentang susunan dan tata kerja RSUD kelas C daerah tingkat II Bandung.
Kemudian pada tahun 1995 jabatan direktur RSU Cibabat digantikan oleh
H.Idik Djumhali, MARS. Pada tahun 2000 jabatan direktur RSU Cibabat dijabat
oleh dr. Hanny Ronosulistyo, Sp,OG, sampai sekarang. Pada tahun 2002,
Gubernur Jawa Barat bekerjasama dengan Fakultas Dakwah IAIN Sunan
Gunung Djati Bandung menyelenggarakan program psikoterapi religius guna
melakukan bimbingan roani di ruma sakit melalui intervensi suasana kebutuhan
pasien dengan menggunakan metode dan pendekatan : Hikmah, Dzikir, do’a,
Puasa, mandi taubat (Hydro Therapy) dan lain-lain, (Tatang, R., & dkk, 2002).
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 249
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin

Perawat Rohani Islam adalah mereka yang lulus mengikuti seleksi


lisan,tulisan dan psikotest yang diselenggarakan di pemerintahan daera masing-
masing se-Jawa Barat, satu diantaranya adala pemerintaan kota Cimahi, dengan
bagian Kesra (Kesejahteraan Rakyat) sebagai fasilitasmya. Kemudian mereka
diwajibkan mengikuti pelatihan selama 15 hari yang memiliki muatan teori dan
praktik BINROH/WAROIS berkualitas dan berdaya guna.
Proses Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam untuk
Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan biasanya dilaksanakan di instansi-instansi
atau lembaga tertentu, seperti lembaga pendidikan, baik formal maupun non
formal. Begitu pula kegiatan dakwah Islam yang ada di RSU Cibabat-Cimahi,
berbentuk bimbingan dan penyuluan rohani Islam. Bimbingan yang ada di RSU
Cibabat-Cimahi ini merupakan upaya tersendiri dalam membantu
menyembuhkan penyakit dan mengatasi kecemasan jiwa pasien.
Bagi orang yang sedang sakit (pasien) diperlukan orang yang bisa
mendekati atau diperlukan seorang perawat yang dapat mendorong dan
memberikan semangat dalam menghadapi cobaan yang menimpanya agar dalam
menghadapi hidup ini tidak meraasa cemas dan gundah, dan tidak merasa
tertekan oleh penyakit yang dialami. Pelayanan rohani merupakan bagian
pelayanan yang tidak kalah pentingnya dari pelayanan lainnya dilingkungan RSU
Cibabat-Cimahi, karena pada saat ini pengobatan terhadap orang sakit bukan
hanya melalui medis saja tetapi meliputi empat aspek yaitu : Bio, Psiko, Sosio,
Religius.
Dalam aspek religius dikembangkan metode psikoterapi religius, dengan
tujuan mengetahui kondisi kerohanian pasien untuk membantu proses
kesembuhannya, diantaranya dengan memberikan motivasi untuk bersikap sabar,
ikhlas, serta membimbing dengan pelayanan dzikir dan do’a untuk kesembuhan
pasien. Bimbingan rohani Islam disamping memberikan pelayanan kerohanian
terhadap pasien, juga memberikan bimbingan kerohanian terhadap seluruh
karyawan melalui bimbingan akhlak dan bimbingan ibadah dalam kegiatan
pengajian mingguan. Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas karyawan
dalam pelayanannya di RSU Cibabat-Cimahi. Seorang karyawan yang memiliki
ketidak stabilan rohani akan berdampak negatif terhadap mekanisme pelayanan
kerja yang diembannya, dalam kondisi seperti ini dia perlu mendapatkan
bimbingan kerohanian baik secara langsung maupun tidak langsung. (Aang.U,
Agustus:2017)
Pelaksanaan Bimbingan Perawat Rohani Islam di RSU Cibabat-Cimahi
adalah sebagai misi yang harus dilaksanakan sesuai dengan prinsipnya yaitu
memberikan pelayananan kesehatan yang bernuansakan Islami. Selain itu sebagai
250 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien

wujud dari sifat kemanusiaan terhadap orang yang sakit disamping menengok
atau menjenguk orang sakit yang merupakan suatu kewajiban bagi seorang
muslim.
Semua pembimbing rohani yang bertugas di RSU Cibabat-Cimahi,
sebelum terjun secara professional sebagai tenaga perawat rohani islam, mereka
telah mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi Islam negeri maupun swasta,
dan telah lulus seleksi dalam test sebagai calon perawat rohani islam.
Dalam aktivitasnya, para pembimbing kerohanian yang bertugas di RSU
Cibabat-Cimahi selalu bekerja sama dengan paradokter dan para pegawai lainnya
agar tidak terjadi kesimpang siuran masalah waktu dan faktor teknis lainnya yang
berkaitan dengan proses pengobatan dan penyembuhan pasien.
Adapun tugas pokok pembimbing rohani islam di RSU Cibabat-Cimahi
yaitu memberikan layanan bimbingan rohani kepada semua komponen insaniyah
yang berada di rumah sakit agar tetap berada dalam fitrahnya, keyakinan
Tauhidullah, sabar dan tawakal dalam menghadapi musibah, dan menumbuhkan
suasana agamis di lingkungan RSU Cibabat.
Dalam melaksanakan tugasnya pembimbing rohani Islam yang berada di
RSU Cibabat-Cimahi, berkewajiban melakukan hal-hal sebagai berikut: 1)
Berkeliling ke setiap ruangan untuk memperoleh informasi mengenai pasien yang
harus segera di beri bimbingan, 2) Melakukan kunjungan rutin ke ruangan yang
telah di tentukan dan sesuai jadwal yang telah di tentukan, 3) Mengunjungi
ruangan ICU setiap hari, 4) Mendampingi dan memberi talqin bagi pasien yang
menjelang sakaratul maut (terminal) oleh dokter dan perawat.
Materi bimbingan kerohanian yang diberikan oleh para pembimbing
rohani terhadap pasien secara umum adalah mengenai ajaran atau tuntutan
agama islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunah, dan di sesuaikan
dengan situasi dan kondisi atau yang dibutuhkan oleh pasien. Materi yang sering
disampaikan yaitu:
Pertama, materi yang disampaikan membahas tentang tawakkal kepada
Allah Swt (bersungguh-sungguh dalam bekerja, tata cara adab dalam berdo’a,
syukur, dan membahas tentang sabar), mensucikan hati (penyakit-penyakit hati,
cara mengobati penyakit hati, taubat, amal nsaleh dan lainnya).
Kedua, bimbingan talqin ini adalah bimbingan yang diberikan pada pasien
yang berada pada kondisi naza’ (sakaratulmaut) dengan membimbing pasien agar
mengucapkan kalimat Thayyibah ”Laa Ilaaha Illallah” agar pasien yang berada
pada kondisi naza meninggal dalam keadaan Khusnul Khatimah.
Ketiga, bimbingan ketauhidan, dari penelitian di lapangan dapat dilihat
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 251
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin

dalam uraian di bawah ini megenai bimbingan keagamaan yang dilakukan pada
saat itu bimbingan pelayanan do’a kepada pasien dan keluarga pasien, meliputi:
1) Memberikan bimbingan do’a kepada pasien dengan bacaan keras maupun
lamban dengan seizin pasien dan keluarga pasien, 2) Memberikan lembaran do’a
yang berguna buat ketenangan jiwa pada pasien dan do’a disesuaikan dengan
penyakit pasien, 3) Mendoakan pasien, untuk mendapatkan kedekatan psikis
dengan pasien, 4) Memberikan motivasi dalam berdo’a untuk kesembuhan
penyakitnya, karena doanya orang sakit seperti do’a nya malaikat dan insya allah
dengan penuh keyakkinan dan peng harapan kepada Allah SWT, 5) Berobat
merupakan kewajiban agama islam bagi orang sakit, 6) Bersikap ikhlas dan
meyakinkan pada diri pasien dan keluarga, bahwa setiap penyakit pasti ada
obatnya, karena Allah memberikan penyakit juga memberikann obatnya, 7)
Yakin kepada Allah Swt. Sebagai Dzat Maha Penyembuh, 8) Bersikap sabar
terhadap segala ujian yang diberikan Allah Swt, 9) Mengambil hikmah dan
pelajaran atas setiap musibah yang dialami,
Keempat, materi tentang ibadah ini merupakan yang sering dibahas dalam
keonsultasi rohani di rumah sakit. Materi yang disampaikan meliputi, amalan
wajib yang membahas shalat fardhu (rukun shalat, syarat syah shalat, hal-hal yang
membatalkan shalat, tayamum dan tatacara shalat dalam keadaan sakit/daruraat),
puasa, dan lainnya. Materi lain yang disampaikan ialah materi tentang amalan
sunah meliputi, shalat-shalat sunah (rawatib, duha, tahajud, dan lainnya), shaum
sunah, dan lainnya.
Seorang pembimbing rohani selalu memberikan anjuran dan nasehat
kepada pasiennya untuk senantiasa mengingat allah dengan cara menyebut asma
Allah, dengan terus-menerus membaca kalimat-kalimat Thayyibah selama dalam
keadaan sadar (dibacakan oleh keluarga). Dengan metode ini WAROIS dapat
memberikan arahan dan pesan agar pasien dan keluarga mengamalkan do’a atau
kalimat-kalimat Thayyibah agar pasien memperoleh ketenangan dan
ketentraman jiwa yang dapat membantu dalam proses penyembuhan sang
pasien.
Adapun media yang tersedia dan digunakan dalam aktivitas bimbingan
kerohanian di RSU Cibabat-Cimahi yaitu Media elektronik yang dimaksud
adalah pengeras suara. Pengeras suara digunakan oleh pembimbing kerohanian
yang ditunjukan kepada semua ruangan pasien baik rawat inap, rawat jalan, tuang
tunggu keluarga, dan para karyawan dengan tujuan untuk menyampaikan pesan-
pesan dakwah berupa nasihat-nasihat ajaran islam, membacakan doa-do’a pada
waktu tertentu, membacaka ayat suci Al-Qur’an, mengumandangkan adzan pada
setiap datang waktu shalat dan terkadang melantunkan atau mendengarkan
musik-musik yang Islami. Agar lebih efektif, pengeras suara tersebut diberi
standar volume yang tepat artinya supaya tidak terlalu keras dan tidak terlalu
252 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien

kecil sehingga suara tersebut enak didengarnya. Semua hal tersebut bertujuan
unutk dapat menenangkan dan menentramkan hati pasien dan perasaannya saat
istirahat selain itu juga dapat menambah syi’ar islam dan nuansa keIslaman di
lingkungan rumah sakit umum daerah kota bandung. Media cetak yang dimaksud
dalam hal ini adalah berupa buku-buku tentang ibadah berupa nasihat-nasihat
ajaran islam yang diberikan kepada setiap karyawan, selain itu juga ada semacam
buletin, brosur-brosur, hal tersebut di atasa bertujuan untuk menenangkan dan
menentramkan hati dan perasaan pasien yang sedang berada dipembaringannya
dan sebagai upaya mempercepat proses penyembuhan penyakit pasien.
Menurut Isep (2014:9) bimbingan dan perawatan ruhani islam adalah
proses pemberian bantuan, pemeliharaan, pengembangan dan pengobatan
ruhani dari segala macam gangguan dan penyakit yang mengotori kesucian fitrah
ruhani manusia agar selamat sejahtera dunia akhirat didasarkan kepada tuntunan
al-Qur’an, al-Sunnah dan hasil ijtihad melalui metodologi penalaran dan
pengembangan secara :istinbathiy (deduktif), istiqra’iy (induktif/riset), iqtibasiy
(meminjam teori) dan ‘irfany (laduni/hudhuri).
Bimbingan rohani juga dapat diartikan sebagai suatu aktifitas memberikan
bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu yang meminta bantuan
(klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan
potensi akal pikiranya, kejiwaannya, keimanannya, serta dapat menanggulangi
problematika hidup dengan baik dan benar secara mendiri yang berpandangan
pada Al-Qur’an dan Sunah Rasul SAW (Adz-Dzaky., Bakaran, H., 2001:189).
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan
rohani islam dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
pasien di rumah sakit, akan tetapi karyawan atau perawat pun bisa mendapatkan
bimbingan rohani. Sehingga kinerja dari karyawan ataupun perawat dapat bekerja
maksimal tanpa ada tekanan karena yang berpedoman pada Al- Qur’an dan Al-
Hadist.
Dalam kaitannya dengan bimbingan rohani di dalam al-Qur’an dijelaskan
dalam Surat Al- Baqarah: 208: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS Al-Baqarah;208) (Departemen
Agma., 2000).
Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Pelaksanaan Bimbingan
Rohani Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien
Faktor hambatan layanan bimbingan rohani untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien di ruang penyakit dalam, tentunya dalam proses rangkaian
bimbingan rohani mengenai kebutuhan spiritual pasien tidak jarang menghadapi
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 253
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin

sebuah hambatan atau kekurangan dalam pelaksanaan program bimbingan


rohani tersebut, hambatan dan kekeurangan diantaranya
Faktor yang kendala dalam proses bimbingan rohani kurangnya
pengetahuan pasien terhadap intalsai pemulasaraan jenazah dan pembinaan
rohani yang ada di RSU Cibabat sehingga pasien mengira bahwa perawat rohani
adalah karyawan eksternal rumah sakit yang menyebabkan adanya kesalah
pahaman, menyebabkan penolakan-penolakan terhadap tindakan yang dilakukan
oleh perawat rohani dalam bimbingan untuk memenuhi kebutuhan spiritual
pasien dan juga pemberian upah diluar gaji BINROH dari keluarga pasien yang
menyebabkan sulitnya menjalin kedekatan dengan pasien.
Kurangnya pengetahuan pasien mengenai pentingnya pelaksanaan ibadah,
keadaan mental (psikis) yang turun, tidak bisa menyeimbangkan jasmani dan
rohaninya saat merasakan penyakit yang di derita, sehingga terbengkalainya
ibadah-ibadah wajib yang dikarenakan minimnya pengetahuan dan kesadaran
pasien pada pentingnya melaksanakan ibadah. Jumlah pembimbing rohani yang
minim dalam proses pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pasien yang
menyebabkan tidak efektifnya program kerja tersebut.
Perawat adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992).
Jadi perawat merupakan seseoarang yang telah lulus pendidikan perawat dan
memiliki kemampuan serta kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan memberikan pelayanan kesehatan
secara holistik dan professional untuk individu sehat maupun sakit, perawat
berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual.
Perawat rohani islam adalah perawat yang memberikan asuhan keperawat
kepada pasien/orang yang membutuhkan yang sedang mengalami masalah
dalam hidup keberagamaanya, ingin mengembangkan dimensi dan potensi
keberagamaanya seoptimal mungkin, baik secara individu maupun kelompok,
agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam
beragama, dalam bimbingan akidah, ibadah, akhlak dan muamalah, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan
ketaqwaan yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist. (Yahya, J., 1994:6)
Hasil Pelaksanaan Bimbingan rohani (Warois) untuk Memenuhi
Kebutuhan Spiritual Pasien
WAROIS sebagai penyampai materi merupakan faktor pendukung dan penentu
keberhasilan dalam bimbingan rohani Islam. Untuk mencapai keberhasilan,
tentunya dibutuhkan pembimbing-pembimbing yang lebih profesional.

254 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien

WAROIS semestinya memiliki syarat-syarat dan standarisasi tertentu yang lebih


khusus sebagai tenaga profesional, terutama dalam penguasaan materi dan
metode.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien di RSU Cibabat-Cimahi
tanggal 5 Agustus 2017, ada tiga poin yang ditekankan mengenai kredibilitas
pembimbing dalam Pembinaan Agama Islam yaitu
Pasien menanggapi bahwa pembimbing yang ada dalam bimbingan rohani
Islam ini memiliki pemahaman terhadap materi yang disampaikan dan memiliki
ilmu yang luas. Pembimbing melandaskan segala materi yang dibahas dengan
panduan Al-Qur’an dan hadits. Selain itupembimbing dapat memberikan
solusipertanyaan dan permasalahan yang disampaikan pasien pada saat
bimbingan berlangsung. Pasien menilai pembimbing menyampaikan materi
dengan jelas dan juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga
materi yang disampaikan mudah diterima.
Pada dasarnya penilaian terhadap daya terik seseorang itu berbeda-beda,
pasien menanggapi bahwa kepribadian pembimbing cukup berpengaruh pada
kelancaran bimbingan. Pembimbing yang mempunyai sikap ramah, sopan dan
menjiwai materi yang disampaikan memiliki daya tarik tersendiri terhadap materi
yang disampaikannya. Selain itu, penampilan fisik pembimbing terkadang
berpengaruh terhadap perhatian pada saat bimbingan berlangsung. Penampilan
pembimbing yang rapi dan segar memberikan efek semangat untuk menyimak
materi yang disampaikannya. Namun ada juga yang menilaibahwa penampilan
pembimbing tidak berpengaruh sama sekali terhadap perhatian.
Pembimbinag sebagai penyampai informasi haruslah seorang yang
memiliki gaya penyajian yang khas, yang dapat membuat pendengarmenarik
untuk mendengarkan materi yang disampaikannya. Metode penyajian materi
yang sering diterapkan pada pembimbing rohani Islam di RSU Cibabat-Cimahi
ialah metode obrolan yaitu memberikan bimbingan tetapi dengan cara yang lebih
ringan agar pasien merasa nyaman dengan bimbingan tersebut dan mereka
menilai para pembimbing merupakan orang yang tepat untuk dijadikan tempat
berkeluh kesah dan dapat memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
Metode irsyad qaul yaitu proses penjelasan materi bimbingan ibadah bagi orang
sakit dengan menggunakan bahasa lisan atau tulisan fasilitator.
Tanggapan pasien terhadap kinerja pembimbing dalam bimbingan rohani
Islam di RSU Cibabat-Cimahi cukup baik, karena pasien menilai masih ada
beberapa pembimbing yang kurang bisa menguasai audience sehingga pesan yang
disampaikan kurang dapat diterima dan dipahami. Sebagai alternatif , mereka
menginginkan adanya metode-metode baru agar pasien bisa lebih menerima

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 255
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin

dengan mudah pesan-pesan yang disampaikan misalnya pembimbing mempunyai


cara-cara menghibur pasien agar bisa membangkitkan kembali semangat hidup
pasien.
Hal pertama yang pasien rasakan setelah mengikuti bimbingan rohani
islam dalah menyadari bahwa pemahaman mereka selama ini salah. Mereka
menilai pembimbing telah banyak mengingatkan dan memberikan efek yang
sangat positif pada saat bimbingan. Mereka sadar bahwa penyakit itu adalah
sebuah cobaan dan ujian dari sang pencipta oleh karena itu harus diterima
dengan lapang dada. Ilmu yang mereka terima sebagiannya telah diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari di rumah sakit. Pasien mulai mendekatkan diri pada
Allah Swt, mengetahui cara-cara beribadah ketika sakit, lebih khusuk dalam
Ibadah, lebih banyak lagi berdo’a dan berdzikir, bersabar menghadapi ujian
hidup, menahan emosi dan hawa nafsu. Mereka mulai mengetahui manfaaat-
manfaat ibadah sunnah seperti shalat rawatib, dhuha, tahjud, taubat, dan sahum
senin, kamis.
Merasakan pendeeritaan yang dirasakan orang lain semakinkuatmereka
rasakan selema mereka berada di rumah sakit. Materi yang disampaikan tentang
berbuat baik terhadap sesama, mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di
RSU Cibabat-Cimahi. Hal-hal kecil yang dapat mereka lakukan dan sangat
dirasakan manfaatnya ialah pada saat orang lain mengalami musibah, sebisa
mungkin mereka memberikan bantuan moril atau material.
Allah menciptakan ilmu dan menurunkannya kepada manusia agar
manusia bisa mengetahui keagungan Tuhannya. Setelah mengikuti bimbingan
rohani Islam di RSU Cibabat-Cimahi pasien dapat mengajarkan ilmu yang telah
mereka dapat dalam bimbingan rohani Islam kepada keluarga, kerabat atau
orang-orang terdekatnya.
Dari beberapa keterangan dari petugas maupun dari beberapa pasien
secara garis besar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh warois terpenuhi kepada
pasien walaupun tidak sempurna mungkin karena keterbatasan pembimbing dan
banyaknya pasien yang dirawat, dan bimbingan untuk istinja tidak terlalu
diperhatikan oleh warois di RSU Cibabat-Cimahi.
Dalam sebuah proses konseling di rumah sakit sedikitnya akan melibatkan
beberapa orang yang terdiri dari konselor, pasien, anggota keluarga pasien,
terapis medik, (doter/perawat), psikoterapis (psiiater,psikolog), para pekrja
sosial, hingga manajemen banagsal keperawatan. Mereka semua harus bekerja
secara kolaboratif dan multidisiplin dalam menangani pasien dengan berbagai
kasus klinis yang beragam baik dalam bentuk maupun konteks.
Dilihat dari paradigma dan model layanan terhadap pasien terdapat

256 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien

beberapa perbedaan yang mendasar antara mode asuhan keperawatan medis dan
model pelayanan bimbingan dan konseling terhadap pasien. Model asuhan
keperawatan medis lebih bersifat hierarkis dengan orientasi keahlian. Peran dan
partisipasipasi pasien hanya sebagai sebagai penurut dalam semua protokol
perawatan, sehingga pasien tidak meiliki daya tawar dan berada dalam posisi yang
lemah. Dalam kondisiseperti ini tidk mengherankan praktik layanan bimbingan
konseling dan psikoterapis menjadi ‘termedikalisasi’ (Bor, Robert, et. Al.,
2009:44).
Sementara itu sasaran dari konseling dan psikoterpi bukan pada penyakit
fisik melainkan kepada problem psikologis dan berbagai disabilitas pasien dibalik
berbagai penyakit yang nampak untuk mengetahui bagaimana ia memiliki koping
utuk mengatasinya. Karena itu tujuan dari proses konseling bukan hanya
bagaimana pasien sembuh tetapi bagaimana terjadi serangkaian perubahan pada
diri pasien dalam hubungan terapeutikyang lebih dari sekedar protool perawatan
medis. Pasien diposisikan bukan sebagai individu yang tidakberdaya dan
partisipan pasif tetapi diposisikan sebagai individu yang cerdas dan memiliki
kekuatan dalam dirinya utuntuk dapat mengatasi segala keluhan yang dideritanya.
Karena itu nilai penting dari konseling terletak dalam hal bagaimana membuat
pasien sebagai partisipan aktif dalam hubungn komunikasi teurapeutik yang
harmonis dan seimbang dengan konselor.
Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan dan
konseling dalam setting rumah sakit memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda
dengan layanan koseing umumnya. Kekhasan tersebut terletak dalam beberapa
hal yaitu: 1) lagkah kerja yang harus teintegrasi dengan prtokol perawatan medis,
2) cara pandang terhadap masalah pasien dan keluarga, 3) bentu praktik kerja
dalam tim yag kolaboratif dan multidisiplin, 4) dalam sesi konseling cenderung
bersifat pendek dan single session tau brief focused counseling yang harus efektif
dan efisien, 5) proses konseling yang efektif tidak ditentukan oleh lamanya
melainkan seberapa efektif dalam menggunakan waktu untuk mencapai tujuan
konseling (Arifin, I. Z.,6, (19), 2012: 173-176).

PENUTUP
Proses Pelaksanaan Bimbingan Perawat Rohani Islam di RSU Cibabat-Cimahi
adalah sebagai misi yang harus dilaksanakan sesuai dengan prinsipnya yaitu
memberikan pelayananan kesehatan yang bernuansakan Islami. Selain itu sebagai
wujud dari sifat kemanusiaan terhadap orang yang sakit disamping menengok
atau menjenguk orang sakit yang merupakan suatu kewajiban bagi seorang
muslim. Dalam pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam untuk
memenuhi kebutuhan spiritual pasien ada beberapa bentuk yaitu

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 257
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin

Pemberian bimbingan berupa lisan, yaitu Perawat Rohani Islam


menjelaskan secara lisan kepada pasien mengenai tatacara dalam beribadah ketika
sakit, bersuci, dzikir dan doa, sehingga timbulnya pemahaman dalam situasi
sakitpun masih bisa beribadah.
Pemberian bimbingan berupa tulisan, yaitu Perawat Rohani Islam
memberikan tulisan berupa ayat Al-Qur’an/ buku-buku do’a bagi pasien, yang
telah disediakan di ruang rawat inap, agar memudahkan keluarga pasien dalam
menjalani ritual peribadahan dan dalam berdo’a. Pemberian bimbingan dalam
bentuk perbuatan, yaitu Perawat Rohani Islam melakukan bimbingan langsung
terhadap pasien dalam melaksanan peribadahan, diantaranya shalat, wudhu dan
tayamum.
pelaksanaan bimbingan perawatan rohani islam untuk memenuhi kebutuhan
spiritual sangatlah diperlukan. Karena setelah pasien mendapatkan bimbingan
rohani ada beberapa indikator keberhasilan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
spiritual pasien yaitu pasien dapat merasakan suasana religius dimana pasien
sedang menjalani pengobatan terciptanya ketenangan pada diri pasien setelah
mendapatkan bimbingan dari perawat rohani Islam dan pasien terbantu dalam
pelaksanaan ritual peribadahan yang dilakukan selama pasien sedang menjalani
pengobatan di RSUD Cibabat.

DAFTAR PUSTAKA (Style Jurnal_2.1 Heading)


Adz-Dzaky., Baakaran, H. (2001). Psikoterapi & konseling Islam Penerapan
Metode sufistik. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Ahmad, A. S., & Hamid. (2000). Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta:
Midya Medika
Arifin, I. Z. (2009). Bimbingan Dan Penyuluhan Islam “Pengembangan Dakwah
Melalui Psikoterapi Islam. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada
Arifin, I. Z. (2010). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sipiritual Muslim Unutk
Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit. Pelatihan Warois Jurusan BPI,
Bandung.
Arifin , I. Z. (2012) Bimbingan dan Konseling Islam untuk Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit, 6 (19), 173-176.
Arifin, I. Z.(2015). Bimbigan Dan Perawatan Rohani Islam Di Rumah Sakit.
Bandung:CV.MIMBAR PUSTAKA
Asmadi, (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :EGC
Bor, Robert, et. al. (2009) Counselling in Health Care Setting. New York: Plagrave
Macmillan.
Departemen Agama. (2000). Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro
Junaidi. (2006). The Power Of Soul For Great Healt. Jakarta Barat: PT Bhuana
258 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien

Ilmu Populer
Samsu, Y., L. N., & Nurihsan, J. (2006). Landasan Bimbingan Dan Konseing.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Machendrawati, N. (2002). Bimbingan Ibadah Bagi Orang Sakit. Modul
Pelatihan Perawatan Rohani Islam Di Rumah Sakit, Bandung.
Salim, S. (2005). Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan Layanan
Medis dan Spiritual di Rumah Sakit. Kumpulan makalah seminar nasional.
RSI sultan agung Fak. Kedokteran Unisula. Semarang.
Sarbini, A. (2002). Dasar-Dasar Bimbingan Penyuluhan Islam. Modul Pelatihan
Perawatan Rohani Islam di Rumah Sakit, Bandung.
Tatang, R. dkk, Sejarah RSUD Cibabat-Cimahi. (Cimahi,2002)
Yahya, J. (1994). Spiritual Islam, Jakarta: Ruhama
Yani, A., S. Hamid. (2000). Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta: Midya
Medika.

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 259
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin

260 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260

Anda mungkin juga menyukai