977e6 Market Brief Kakao Dan Turunannya PDF
977e6 Market Brief Kakao Dan Turunannya PDF
Ni Putu Indah
Yanuwiarti
University of
Copenhagen
1
Dalam sistem internasional nomenklatur dan klasifikasi produk atau biasa dikenal
dengan Harmonized Commodity Description and Coding System (HS), produk kokoa
dan turunannya diklasifikasikan ke dalam nomor 18. Adapun rincian nomenklatur
produk kokoa dan turunannya adalah sebagai berikut:
HS Produk
2
Gambar 1.2. Peta Geografis Denmark (UTexas, 2016)
Denmark dikategorikan memiliki iklim temperate, dengan musim panas yang cukup sejuk
dan temperature rata rata di bulan Juli berada dikisaran 17.5 °C , dan musim dingin yang
tidak terlalu ekstrem dengan rata rata suhu harian pada bulan Januari sebesar 1.5 °C . Bulan
terhangat adalah Juli dan Agustus, sedangkan bulan terdingin jatuh pada Februari dan
Maret.
3
Tabel 2. Nama-Nama Region di Denmark
1.2.2 Demografi
Populasi Denmark per Januari 2016 sebanyak 5,707,251 jiwa. Berdasarkan data dari Statistik
Denmark 2015, 87.7% dari penduduk Denmark merupakan etnik Dane dan 12,3 %
merupakan keturunan migran dengan negara asal seperti Turki, Polandia, Jerman, Irak,
Romania, Syria, Somalia, Iran, dan Afganistan. Berikut merupakan jumlah penduduk di
sepuluh kota besar di Denmark per Januari 2016.
Kota Wilayah
Urban Non-Urban
Copenhagen 1.280.371 591.481
Aarhus 264.716 330.639
Odense 175.245 198.972
Aalborg 112.194 210.316
Esbjerg 72.151 115.748
Randers 62.342 97.520
Kolding 59.712 91.695
Horsens 57.517 87.736
Vejle 54.862 111.743
Roskilde 50.046 86.207
4
Bahasa Denmark atau Danish merupakan bahasa de facto, namun 86% penduduk Denmark
mampu berkomunikasi secara fasih menggunakan bahasa inggris. Bahasa jerman
merupakan bahasa asing kedua terbanyak digunakan. 47% penduduk Denmark khususnya
dibagian selatan semenanjung Jutland dapat berkomunikasi menggunakan bahasa jerman.
Studi pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa penduduk Denmark memiliki angka harapan
hidup 77 tahun untuk pria dan 82 tahun untuk wanita.
1.2.3 Insfrastruktur
Sebagai negara yang terdiri dari semenanjung dan 404 pulau, Denmark memiliki
infrasturktur yang sangat memadai untuk menghubungkan satu wilayah dengan wilayah
lain. Antar pulau besar di Denmark dihubungkan oleh jembatan, diantaranya adalah Grand
Belt Fixed Link yang menghubungkan Pulau Funen dengan Pulau Sjælland, dan Little Belt
Bridge antara semenanjung Jutland dengan Funen. Antara Swedia dan Pulau Sjælland
dihubungkan oleh Øresund Bridge yang terbentang dari Copenhagen Denmark hingga kota
Malmo di Swedia. Penyedia jasa transportasi berbasis rel terbesar di Denmark adalah DSB,
sedangkan untuk kereta barang berada dibawah DB Schenker Rail. Copenhagen dan daerah
penyangga di sekitarnya dilayani oleh kereta listrik S-tog. Copenhagen juga memiliki rapid
transit system yakni Copenhagen Metro. Sepeda merupakan salah satu moda transportasi
yang banyak digunakan oleh masyarakat. Denmark memiliki jalur sepeda khusus yang
terpisah dari jalur kendaraan bermotor lainnya. Panjang jalur sepeda ini adalah sekitar 7.000
km dan 12.000 km secara total. Denmark termasuk ke dalam negara anggota International
Renewable Energy Agency (IREA). Pada tahun 2015 turbin angin mampu menyediakan 42,1
% dari total konsumsi energy listrik di negara ini.
Meskipun merupakan anggota dari Uni Eropa (EU), Denmark tetap mempertahankan mata
uangnya yakni Danish Krone (DKK). Satu Euro setara dengan 7.46 Danish Krone (DKK).
Danmarks Nationalbank merupakan bank sentral di Denmark dan merupakan anggota non-
eurozone European System of Central Bank (ESCB). Terdapat empat bank besar di Denmark,
yakni Danske Bank, Nordea, Jysk Bank dan Syd Bank. Keempat bank ini memiliki layanan
perbankan dalam bahasa inggris sehingga mudah diakses. Denmark juga merupakan
anggota dari European Common Payment Area (ECPA), sehingga bank-bank yang ada di
Denmark juga melayani transaksi dalam mata uang euro dengan maksimal jumlah transaksi
sebesar 50.000 EUR dalam sehari. Tranfer internasional ke Denmark dapat dilakukan dengan
menyertakan nomor IBAN, SWIFT, nomor rekening tujuan serta nama bank.
5
1.2.4 Perekonomian
Seperti negara Nordic lainnya, Denmark menerapkan Nordic Model dalam sistem
perekonomiannya, dimana pasar bebas berbasis kapitalisme dikombinasikan dengan sistem
jaminan sosial yang komprehensif dan perlindungan kerja yang kuat bagi penduduknya.
Sistem jaminan sosial di Denmark disokong oleh sistem perpajakan progresif, sehingga
masyarakatnya mampu menikmati keamanan sosial yang lebih tinggi dibanding negara
lainnya. Berdasarkan data dari Forbes, per Desember 2015, Denmark menempati urutan
pertama sebagai negara tujuan bisnis terbaik (Forbes, 2015) dengan laju pertumbuhan GDP
sebesar 1,1% dan GDP per kapita sebesar $44.600. Tingkat pengagguran di Denmark
mencapai 4,9% dan inflasi pada 2015 sebesar 0,6%. Denmark termasuk ke dalam 20 besar
negara dengan perlindungan investor terbaik. Denmark memiliki pajak korporat yang cukup
kompetitif di uni eropa, yakni sebesar 24,5%, dan nomor satu sebagai negara paling tidak
korup di dunia.
6
BAB II
POTENSI PASAR NEGARA AKREDITASI
2.1 Ekspor Kakao dan Produk Turunannya
Daftar eksportir kakao dan produk turunannya (HS 1801, HS 1802, HS 1803, HS 1804, HS
1805, HS 1806) di dunia dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data dari UN Comrade
Statistic, dengan periode 2011-2015, tren pertumbuhan ekspor kakao dan produk
turunannya secara global menunjukkan adanya perubahan yang cukup fluktuatif. Selama
kurun waktu 5 tahun ini, Indonesia mengalami kenaikan nilai ekspor pada produk HS 1802,
1803, dan 1804, dan penurunan pada produk HS 1801, 1805, dan HS 1806. Sementara
Denmark mengalami kenaikan pada ekspor produk HS 1804 dan HS 1806. Negara-negara
Skandinavia seperti Norwegia, Swedia, dan Finlandia masih menjadi negara tujuan utama
ekspor kakao dan produk turunanya oleh Denmark, sedangkan Indonesia secara konsisten
menjadi eksportir keenam jenis kakao dan produk turunanya ke beberapa negara di Asia
Tenggara, terutama ke Malayasia, Singapura, dan Thailand. Indonesia selalu termasuk ke
dalam lima besar negara pengekspor kakao dan produk turunanya, pengecualian untuk
produk HS 1801 dan HS 1806 dimana Indonesia menduduki peringkat 13 dan 47.
7
Tabel 4. Daftar Eksportir Kakao dan Produk Turunannya ke Dunia
HS 4 Ranking Eksporters Exported Exported Exported Exported Exported Main Importing Market
Digit Value in Value in Value in Value in Value in
2011 2012 2013 2014 2015
8
5 Indonesia 214.321 208.668 186.434 233.729 302.350 Malaysia,Germany,China
89 Denmark 9 8 20 1 0 Australia,Iceland,Sweden
9
47 Indonesia 51.287 55.129 47.963 45.053 36.559 Philippines,Thailand,Malaysia
Catatan:
*) Satuan dalam ribu USD
**) Ranking didasarkan pada nilai pada Tahun 2015
Sumber: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics (http://www.trademap.org/Country_SelProductCountry_TS.aspx)
10
2.2 Potensi Pasar Impor Kakao dan Produk Turunannya di Denmark
Tabel 5 menunjukkan daftar negara-negara yang menyuplai kakao dan produk turunanya ke
Denmark. Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa impor kakao dan produk turunannya
oleh Denmark dari berbagai negara di dunia dalam kurun waktu 2011-2015 mengalami
fluktuasi relatif terhadap jenis kakao dan produk turunannya. Peru dan Nicaragua
merupakan dua negara dengan lonjakan nilai ekspor yang cukup tinggi ke Denmark,
terutama untuk produk HS 1801. Selama kurun waktu 2011 hingga 2013, besaran nilai
ekspor Nikaragua ke Denmark adalah 0 ribu USD, namun pada tahun 2014 terjadi impor
oleh Denmark sebesar 41 ribu USD dan mengalami kenaikan yang signifikan di tahun 2015
menjadi 206 ribu USD. Sama halnya dengan Nikaragua, Peru juga mengalami lonjakan nilai
ekspor untuk produk HS 1801 pada tahun 2015 mencapai 138 ribu USD dimana empat tahun
sebelumnya yakni dari 2011 hingga 2014 Denmark tidak mngimpor HS 1801 dari Peru.
Berdasarkan data dari UN Comtrade, ekspor Indonesia ke Denmark hanya pada produk HS
1805 dan HS 1806. Pada tahun 2011 Denmark mengimpor HS 1805 dari Indonesia sebesar
27 ribu USD, namun tidak diikuti pada tahun 2012 dan 2013. Impor berlanjut kembali di
tahun 2014 dengan nilai 8 ribu USD dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan signifikan
mencapai 114 ribu USD. Sedangkan untuk produk HS 1806, di tahun 2011 nilai impor produk
ini oleh Denmark dari Indonesia hanya seribu USD, dan tidak berlanjut di tahun 2012-2014.
Pada tahun 2015 terjadi impor kembali sebesar seribu USD. Untuk produk HS 1805 selain
Indonesia, Malaysia dan Singapura merupakan dua negara ASEAN lain yang juga menjadi
pemasok produk HS 1805 ke Denmark. Malaysia berada di peringkat keempat, Singapura
menduduki peringkat kesepuluh, sedangkan Indonesia berada di peringkat delapan. Untuk
produk HS 1806, Thailand dan Sri Lanka menjadi negara Asia lain yang menjadi pesaing
Indonesia dalam memnuhi pasar di Denmark. Thailand menduduki peringkat 17 sebagai
pemasok HS 1806 ke Denmark sedangkan Indonesia dan Srilanka berturut turut berada di
peringkat 41 dan 47. Mayoritas impor kakao dan produk turunannya oleh Denmark dipenuhi
oleh negara-negara Eropa lainnya seperti Jerman, Belanda, Belgia, Prancis dan Inggris. Nilai
perdagangan antara Indonesia dan Denmark untuk kakao dan produk turunannya dapat
dilihat pada Tabel 6.
11
Tabel 5. Daftar Negara-Negara Eksportir Kakao dan Produk Turunannya ke Denmark
12
Catatan:
*) Satuan dalam ribu USD
**) Ranking didasarkan pada nilai pada Tahun 2015
Sumber: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics
(http://www.trademap.org/Country_SelProductCountry_TS.aspx)
Catatan:
*) Satuan dalam ribu USD
**) Ranking didasarkan pada nilai pada Tahun 2015
Sumber: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics
(http://www.trademap.org/Country_SelProductCountry_TS.aspx)
13
2.3 Regulasi Kakao dan Produk Turunannya di Denmark
Sebagai bagian dari Uni Eropa, regulasi ekspor dan impor Denmark mengacu kepada
peraturan atau regulasi yang ditetapkan oleh Uni Eropa. Regulasi produk pangan yang
beredar di Denmark mengacu pada peraturan Uni Eropa EC 178/2992 tentang Regulasi
Umum Produk Pangan dan EC 852/2004 tentang Regulasi Higiene Produk Pangan. Tanggung
jawab terhadap keamanan pangan dan produk-produk pertanian di Denmark berada
dibawah pengawasan dua badan utama, yakni The Danish Veterinary and Food
Administration, dan Danish AgriFish Agency yang merupakan peleburan dari tiga badan
lainnya yakni Danish Food Industry Agency, the Danish Plant Directorate dan the Danish
Directorate for Fisheries. The Danish Veterinary dan Food Administration merupakan
otoritas sentral di Denmark yang berurusan langsung dengan makanan, termasuk produk
dan regulasi makanan impor yang beredar di Denmark. Agar dapat menjadi importir produk
pangan ke Denmark maka harus mencermati detail dalam dokumen Fødevaresikkerhed.
Peraturan tambahan lainnya terutama terkait produk pangan non-hewani juga harus
mengacu pada The Ministerial Order on Restrictions (Restriktionsbekendtgørelsen). Dengan
menyertakan dokumen-dokumen pendukung yang telah sesuai dengan standard dan
peraturan keamaan pangan dan persyaratan impor dari pemerintah Denmark maka importir
atau produsen dapat mendaftar ke The Danish Veterinary and Food Administration. Proses
kontrol selanjutnya akan dilakukan secara rutin mengacu kepada Regulasi Uni Eropa No.
882/2004.
2.3.2.Persyaratan Mutu, Label, dan Kemasan Kakao dan Produk Turunannya di Denmark
Keamanan produk pangan dan aspek higienitas merupakan permasalahan utama yang harus
diperhatikan jika ingin menjadi importir produk pangan ke negara Uni Eropa seperti
Denmark. Untuk melakukan ekspor kakao dan produk turunanya ke Denmark maka produk
harus memenuhi peraturan umum produk pangan Uni Eropa yang tercantum dalam EC
178/2992 dan regulasi higienitas produk seperti tertuang dalam EC 852/2004. Aspek lainnya
yakni diterapkannya prinsip Hazard Analysis and Critical Control Point (HCCP) dan adanya
kontrol mengenai keamanan pangan untuk kakao dan produk turunannya dari badan resmi
yang berwenang. Khusus untuk kakao dan produk turunanya sangat disarankan untuk
14
mengecek Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF) untuk mengetahui contoh kasus
penarikan kakao dan produk turunannya dari pasar Eropa serta alasan penarikan produk
tersebut.
Peraturan Umum Produk Pangan oleh Uni Eropa (EC 178/2002) pada Artikel 14 mengenai
syarat-syarat keamanan pangan disebutkan bahwa makanan yang beredar di negara Uni
Eropa (Denmark termasuk di dalamnya) harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Produk pangan tidak dapat beredar jika tidak aman untuk dikonsumsi
2. Makanan dikategorikan tidak aman apabila berbahaya bagi kesehatan dan tidak
sesuai untuk konsumsi manusia. Makanan dikategorikan berbahaya bagi kesehatan
apabila memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang bagi kesehatan serta
memiliki kemungkinan akumulasi racun di dalamnya
Sedangakan pada artikel 11 (EC 178/2002) mengenai produk pangan impor yang beredar di
negara-negara Uni Eropa, disebutkan bahwa makanan impor yang masuk ke negara Uni
Eropa harus equivalen dengan produk yang di produksi di negara tujuan, dalam hal ini kakao
dan produk turunannya harus memiliki mutu yang sama dengan produk kakao yang
diproduksi oleh Denmark.
Selain merujuk pada artikel 11 (EC 178/2002), makanan impor yang beredar di Denmark
juga harus memenuhi persyaratan yang tertuang pada artikel 10 (EC 852/2004) yang
mencangkup artikel 3 hingga artikel 6 pada peraturan yang sama. Adapun garis besar artikel
3 hingga artikel 6 adalah sebagai berikut:
15
Selain aspek-aspek diatas, ekspor kakao dan produk turunanya harus memperhatikan
kontaminasi yang dapat terjadi. Produsen atau importir harus dapat menjamin bahwa
makanan yang diimpor memenuhi peraturan mengenai kontaminasi pada produk pangan
seperti yang tertuang dalam regulasi EC 1881/2006. Beberapa kontaminan yang kerap
ditemukan pada kakao dan produk turunanya adalah sebagai berikut:
1. Cadmium
Uni Eropa memperketat level cadmium yang diizinkan pada kakao dan produk
turunanya. Regulasi terbaru akan mulai diberlakukan terhitung dari Januari 2019
(Regulation EU 488/2014). Ambang matas cadmium yang diizinkan pada produk
kakao dapat dilihat pada Tabel 7. Nilai ini merupakan level yang diizinkan untuk
produk akhir coklat, sehingga untuk biji kakao dibutuhkan ekstrapolasi guna
memperoleh nilai yang sesuai. Dalam prakteknya nilai <0.5 ppm merupakan level
yang diinginkan. 0.8 ppm merupakan batas maksimum.
Milk chocolate with <30% total dry cocoa solids 0.10 as from 1 January 2019
Chocolate with <50%total dry cocoa solids; milk 0.30 as from 1 January 2019
chocolate with ≥ 30% total dry cocoa solids
Chocolate with > 50% total dry cocoa solids 0.80 as from 1 January 2019
Cocoa powder sold to the final consumer or as an 0.6 as from 1 January 2019
ingredient in sweetened cocoa powder sold to the
final consumer
2. Pestisida
Uni Eropa memiliki batasan dan peraturan khusus mengenai ambang batas pestisida
yang dapat ditolerir bagi kakao dan produk turunannya. Hal ini mengacu kepada
peraturan mengenai Kontrol Residu Pestisida (EC 395/2005)
16
3. Mycotoksin
Mycotoksin seperti aflatoksin dan ocrhratoksin dapat ditemukan pada produk
turunan kokoa sebagai akibat dari adanya kontaminasi jamur. Nilai maksimum
mycotoksin merujuk pada EC 1881/2006
4. Polycyclic-Aromatic Hydrocarbon (PAH)
Kakao dapat terkontaminasi oleh Polycyclic-aromatic hydrocarbons pada pasca
panen atau saat proses pengolahan utama dari kakao. Asap merupaka sumber
utama dari kontaminasi kakao selama proses pengeringan dan penyimpanan. Batas
untuk benzo(a)pyrene yang merupakan PAH paling umum adalah 5.0 μg/kg lemak
dan 30 μg/kg untuk total jumlah polycyclic-aromatic hydrocarbons.
5. Mikroorganisme/Salmonella
Uni Eropa tidak memiliki peraturan spesifik mengenai ambang batas mikroorganisme
yang ditemukan pada kakao, namun otoritas pangan dari masing-masing negara apat
menarik barang dari peredaran jika terindikasi terjadi kontaminasi. Hal ini merujuk
pada peraturan (EC 2073/2005).
6. Larutan Ekstraksi
Batas maksimal Hexane yang diperbolehkan dalam produksi cocoa butter adalah (1
mg/kg). Peraturan lebih lanjut mengenai regulasi larutan ekstraksi dapat ditemukan
pada Directive 2009/32/EC
17
1. Nama produk.
Mencangkup nama legal dari produk, tidak dapat digantikan oleh nama yang
terdaftar sebagai intelektual property, nama brand atau nama lainnya.
2. Daftar komposisi bahan makanan
Semua bahan makanan yang digunakan termasuk di dalamnya zat adiktif dan enzim
harus disertakan informasinya. Label juga harus dengan jelas menyatakan adanya
allergen, intoleran, dan kandungan alcohol jika ketiganya terdapat pada bahan
pangan yang dipasarkan.
3. Berat bersih
Berat bersih harus dicantumkan sesuai dengan satuan yang tepat (dalam volume jika
berupa cairan atau satuan massa untuk produk lain)
4. Tanggal kadaluarsa
Informasi produk harus menyertakan batas minimum suatu produk masih layak
konsumsi jika disimpan dengan benar. Tanggal harus mencantumkan hari, bulan, dan
tahun secara berurutan dan dibedakan menjadi “best before” dan “best before end”.
Jika produk dalam suatu jangka waktu tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan
manusia, maka tanggal minimum ketahanan produk diganti menjadi “use by”
5. Kondisi penyimpanan dan syarat pemakaian
Harus menjantumkan deskripsi yang spesifik mengenai kondisi penyimpanan jika
produk harus disimpan dalam jangka waktu tertentu
6. Negara asal produk dan alamat perusahaan
7. Instruksi pemakaian
8. Informasi nilai gizi
Harus mencantumkan informasi mengenai total kalori, lemak total, lemak jenuh,
karbohidrat, gula, protein, dan garam. Tidak wajib mencantukman keterangan
mengenai: mono-unsaturated, polyunsaturated., polyols, starch, fibre
Sedangkan pada Directive 2000/36/EC, aturan tambahan mengenai labeling kakao dan
produk turunanya di negera -negara anggota Uni Eropa termasuk Denmark diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Kakao dan produk coklat yang termasuk ke dalam Annex 1 (A) yakni powdered
chocolate, chocolate in powder, drinking chocolate, sweetened chocolate, sweetened
18
cocoa powder, chocolate, milk chocolate, family milk chocolate, chocolate a la taza,
chocolate familiar a la taza harus mencantumkan kandungan kakao kering yang
terdapat di dalam produk dengan kalimat “cocoa solids :….% minimum”
2. Untuk produk cocoa powder, cocoa, fat-reduced cocoa, fat-reduced cocoa powder,
label harus mengindikasikan kandungan cocoa butter yang digunakan
3. Produk yang dipasarkan sebagai Chocolate harus mengandung tidak kurang dari 43%
total dry cocoa solid sekaligus mengandung tidak kurang dari 26% cocoa butter.
Untuk milk chocolate, harus mengandung tidak kurang dari 30% total dry cocoa solid
dan tidak kurang dari 18% dry milk solid yang diperoleh melalui proses dehidrasi
whole milk, semi-or full-skimmed milk, krim, butter. Couverture chocolate harus
mengandung tidak kurang dari 16% dry non-fat cocoa solid.
4. Zat-zat tertentu yang dapat dikonsumsi dapat ditambahkan ke dalam produk coklat
(milk chocolate, family milk chocolate, white chocolate, chocolate a la taza,
chocolate familiar a la taza), namun lemak hewani dan yang bukan merupakan
turunan dari susu tidak dapat ditambahkan pada produk. Tepung, granular atau
bubuk pati hanya boleh ditambahkan jika sesuai dengan aturan tambahan pada
Bagian A (8), (9) dari Directive 2000/36/EC. Jumlah dari zat-zat tambahan tersebut
tidak boleh melebihi dari 40% berat total dari produk akhir. Hanya zat perasa yang
tidak memiliki kesamaan rasa dengan coklat atau lemak susu yang dapat
ditambahkan pada produk cocoa powder, chocolate, milk chocolate, white chocolate,
family milk chocolate, chocolate a la taza, chocolate familiar a la taza.
Hal-hal diatas harus dicantumkan dalam label packaging atau pre-packaged untuk bahan
pangan. Informasi yang disertakan harus mudah untuk dimengerti, mudah terlihat, mudah
terbaca, tidak mudah terhapus dan harus menggunakan bahasa resmi dari negara dimana
produk dipasarkan, dalam hal ini Bahasa Denmark atau Danish. Adanya sertifikasi keamanan
pangan merupakan sebuah informasi yang dapat menambah nilai produk yang dipasarkan.
Sistem managemen keamanan pangan yang penting di Eropa antara lain British Retail
Consortium (BRC), International Food Standard (IFS), Food Safety System Certification 22000
(FSSC 22000) dan Safe Quality Food Program (SQF). Keempatnya dikenal oleh the Global
Food Safety Initiative (GFSI), sehingga adanya sertifikasi dari keempatnya dapat
mempermudah diterimanya produk oleh retail-retail besar di Eropa. Selain itu jika memiliki
19
Sustainability Certificate maka akan dapat memudahkan diterimanya produk di Eropa.
Beberapa negara eropa barat memiliki persyartan sustainability bagi supliermya. Hal ini
menyangkut tidak memperkerjakan pekerja di bawah umur, isu deforestasi, lingkungan
kerja yang sehat serta penggunaan pestisida. Jika kakao diproduksi secara organic, maka
label organic harus mengacu kepada Regulation EC 834/2007.
Selain peraturan mengenai kandungan bahan pangan, peraturan mengenai bahan
pengemas juga harus diperhatikan. Peraturan ini dapat dilihat pada European Parliament
and Council Regulation 1935/2004 tentang kemasan yang memiliki kontak langsung dengan
produk pangan.
Saat ini grinding dan proses pengolahan biji kakao lebih banyak dilakukan di negara asal.
Untuk memastikan keberlangsungan suplai, grinder berupaya untuk mendapatkan kontrol
terhadap rantai suplai dengan jalan melakukan integrasi bisnis antara upstream dan
downstream, secara bertahap mengambil alih pasokan biji kakao dari para produsen dan
produksi coklat cair. Saat ini permintaan untuk specialty dan fine flavour kokoa meningkat
pesat, salah satu cara untuk dapat masuk ke pasar produk ini adalah melalui perdagangan
langsung (direct trade) dengan saluran distribusi pasar specialty chocolate. Terdapat
beberapa saluran distribusi yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan ekspor kakao ke
pasar Eropa dan Denmark khususnya seperti yang terlihat pada Gambar 2.1. Pemilihan
saluran distribusi awal berbeda-beda antara satu produsen dengan produsen lainnya
20
berdasarkan jenis perusahaan, sifat dari produk yang diproduksi, target pasar and sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan.
Produsen kakao yang bersifat perseorangan secara umum akan menjual biji kakaonya ke
pengepul atau local trader yang nantinya menjual biji kakao ke exportir. Sedangkan podusen
kakao yang tergabung di dalam kooperasi sebagian besar menjual biji kakao mereka secara
langsung ke eksportir, sehingga tahapan local trader dilewati pada saluran distribusi diatas.
Dalam hal ini kooperasi mengkoordinasikan aktivitas ekspor dari para produsen. Eksportir
kemudian menjualnya ke pedagang internasional atau importir atau grinder yang berasal
dari Eropa. Beberapa multinasional trader tidak hanya berperan sebagai eksportir namun
juga merangkap sebagai importir, contohnya OLAM, Transmar, Mondelez dan Barry
Callebaut. Eksportir dapat juga merangkap menjadi grinder yang mengolah biji kakao hingga
memenuhi strandar keamanan produk pangan Eropa. Masuknya kakao ke pasar Eropa
umumnya diorganisir oleh trader besar yang membeli biji kakao secara langsung ke
produsen atau eksportir. Multinasional trader sebagian besar juga melalukan proses
pengolahan biji kakao. Trader bisa menjual kakao secara langsung ke pasar domestic atau
melakukan re-ekspor ke negara eropa lainnya. Grinder dpat membeli biji kakao secara
langsung ke produsen atau melalui trader and memprosesnya menjadi cocoa powder atau
cocoa butter dan mendistribusikan produk-produk tururnan ini ke industry coklat. Beberapa
grinder juga memproduksi produk akhir yang langsung di distribusikan ke retailer atau
sector usaha makanan lainnya.
Industri coklat berskala besar umumnya memilliki buyer yang berlokasi di negara-negara
penghasil coklat atau bekerjasama dengan perusahaan komoditas untuk melakukan
pembelian biji kakao dari produsen dan harus mengikuti standar yang ditetapkan oleh
industry coklat rekanan. Sistem rantai suplai dari industry kakao bersifat consumer and
industry driven, sehingga produsen atau petani kakao terisolasi dari konsumen akhir dan
tidak memiliki kontrol terhadap produk akhir.
Toms merupakan salah satu perusahaan konfeksioneri terbesar di Denmark yang
mendominasi pasar dengan market share sebesar 31% diikuti oleh Mondelez Denmark
dengan market share sebesar 15% di tahun 2015. Beberapa merek coklat yang berasal dari
Toms antara lain Anton Berg, Toms, Guld. Coklat-coklat yang diproduksi oleh konfeksioneri
besar disalurkan ke konsumen melalui jaringan supermarket yang berada di Denmark.
21
Supermarket-supermarket ini berada dibawah beberapa perusahaan induk, yang terbesar
adalah Coop, Dansk Supermarked, dan Dagrofa. Selain Toms, terdapat banyak konfeksionari
lain dengan produk yang lebih spesifik seperti coklat organik. Summerbird merupakan salah
satu pemain di segmen khusus ini.
2.5 Hambatan
2.5.1 Peraturan yang Semakin Ketat
Untuk melakukan impor ke Denmark yang juga merupakan bagian dari Uni Eropa maka
seluruh regulasi impor ekspor yang ditetapkan oleh Uni Eropa, regulasi keamanan produk
pangan, higienitas dan aturan spesifik seperti ambang batas kontaminan, labeling, jaminan
mutu dan kemasan harus dipenuhi untuk mencegah adanya penarikan produk yang diekspor
ke Denmark. Selain itu Denmark juga memiliki aturan mengenai kontrol produk yang
dijalankan oleh Danish Veterinary and Food Administration dimana produsen harus mampu
menjaga konsistensi standar produk pangan yang dipasarkan ke Denmark.
22
berupaya untuk mendaftarkan produknya untuk memperoleh sustainaibility certificate.
Selain sustainability certificate, sertifikasi organik oleh badan independent juga diperlukan
jika ingin bersaing pada segmen coklat organik. Kedua sertifikasi ini bersifat independen dan
memerlukan biaya yang tinggi dan waktu yang tidak singkat untuk memperolehnya.
2.5.6 Pajak
Denmark merupakan slah satu negara dengan tarif pajak yang tinggi. Nilai standar VAT
untuk produk import di Denmark adalah 25%. VAT dikalkulasikan berdasarkan nilai dari
barang yang diekspor, biaya asuransi shipping cost dan biaya pengiriman serta import duty.
Selain pajak impor yang cukup tinggi produk coklat di Denmark juga dikenakan pajak. Pada
tahun 2015 nilai pajak untuk coklat dan permen meningkat dari DKK 24.61 menjadi DKK
25.97 per kilogram.
23
BAB III PELUANG DAN STRATEGI
3.1 Peluang
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Denmark berlangsung sejak 65 tahun yang lalu.
Kedua negara menjalan kerjasama di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor
perdagangan. Nilai ekspor Indonesia ke Denmark pada tahun 2015 mencapai 248.88 juta
USD. Adapun potensi ekspor kakao dan produk turunannya ke Denmark sangat terbuka
mengingat Indonesia hanya mengimpor HS 1805 dan HS 1806 dalam kurun waktu 2011
hingga 2015.
The International Cocoa Organisation (ICCO) mencantumkan Indonesia sebagai produsen
fine flavour cocoa bersama 17 negara lainnya. Dalam daftar ini hanya Indonesia yang
merupakan negara ASEAN. Negara-negara lain yang termasuk di dalam daftar tersebut
adalah negara-negara dari Amerika Latin. Hal ini merupakan sebuah keuntungan sehingga
produsen memiliki kepercayaan lebih terhadap kakao dan produk turunannya yang berasal
dari Indonesia. Selain Indonesia, salah satu negara di ASEAN yang saat ini sedang
berkembang industri kakao dan produk turunannya adalah Vietnam. Pemerintah Vietnam
melakukan investasi dengan peningkatan bantuan teknologi bagi petani kakao untuk
meningkatkan produktivitas dan proses pasca panen. Selain itu salah satu perusahaan besar
di bidang pengolahan coklat, Cargil juga melakukan investasi transfer teknologi di Vietnam.
Mengantisipasi persaingan dengan Vietnam dalam ekspor kakao kedepannya, peningkatan
teknologi pengolahan pasca panen di Indonesia wajib dilakukan. Perbandingan nilai ekspor
Indonesia dan Vietnam pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Nilai Ekspor Indonesia dan Vietnam Pada Tahun 2014
24
Catatan:
*) Satuan dalam ribu USD
**) Ranking didasarkan pada nilai pada Tahun 2015
Sumber: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics
(http://www.trademap.org/Country_SelProductCountry_TS.aspx)
Saat ini tren konsumsi produk turunan kakao di Denmark mengarah kepada konsumsi coklat
premium, dark chocolate dan juga coklat organik. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi
produsen di Indonesia, mengingat nilai impor Denmark terhadap kakao organik meningkat
cukup tinggi dan dapat dilihat dari meningkatnya nilai impor dari negara-negara produsen
kakao organik seperti Nikaragua dan Peru. Segmen pasar baru ini dilihat dari karakteristik
konsumen yang bersedia membayar produk dengan kandungan kakao tinggi sekaligus
memiliki sertifikasi sebagai coklat organik. Tren ini dipredikasi akan bertahan lama
mengingat adanya tuntutan dari konsumen mengenai transparansi dari produk yang
dipasarkan (bean to bars concepts).
Selain itu kecenderungan konfeksioneri kecil untuk mencari langsung biji kakao ke negara
pengekspor dan tidak melalui eksportir atau grinder internasional dapat menjadi salah satu
peluang yang dapat ditelusuri lebih jauh. Hal ini akan menjadikan produksi fine flavour
chocolate dari Indonesia menjadi sebuah niche tersendiri di pasar dunia, sebab sebagian
besar ekspor coklat yang didominasi oleh negara Afrika seperti Pantai Gading dan Ghana
dipasarkan secara bulk dan melalui rantai distribusi yang melibatkan eksportir dan grinder
multinasional.
3.2 Strategi
Dibutuhkan beberapa strategi untuk meningkatkan nilai ekspor kakao dan produk turunanya
ke Denmark, diantaranya:
1. Sosialisai Regulasi
Pengenalan terhadap regulasi dari Uni Eropa terkait proses ekspor kakao ke
Denmark kepada produsen. Pengetahuan mengenai mekanisme ekspor impor serta
sosialisai setiap perubahan aturan yang terjadi di Uni Eropa akan sangat membantu
produsen dalam menjaga konsistensi produk agar sesuai standar yang diminta
25
2. Bantuan Sertifikasi
Mengingat tren konsumsi coklat yang bergeser di Denmark dan di negara-negara
Eropa lainnya maka bantuan untuk mencapai standar dan mampu mendapatkan
sertifikasi produk akan sangat mendorong peningkatan ekspor kakao dan produk
turunanya ke Denmark. Sertifikasi yang dimaksud adalah sertifikasi organik dan
sustainability certificate. Negara-negara Amerika Latin telah bergerak ke arah
produksi coklat organik untuk memenuhi permintaan pasar Eropa dan Denmark akan
segmen coklat organik.
3. Pameran Dagang
Pameran dagang dengan mengundang dan melibatkan produsen maupun kooperasi
secara langsung akan memudahkan proses direct trade pada industri ini, sehingga
pembeli di pasar Denmark memiliki kesempatan langsung untuk melihat area
produksi dan mengenal lebih jauh biji kakao yang dipasarkan dari petani dan
kooperasi. Hal ini sejalan dengan adanya konsep bean to bars yang sangat
mengandalkan transparansi proses produksi kakao.
4. Bantuan Peningkatan Teknologi Pasca Panen
Bantuan teknis untuk membantu pengolahan biji kakao pasca panen merupakan
sebuah langkah yang dapat ditempuh seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah
Vietnam. Hal ini akan membantu meningkatkan dan menjamin konsistensi mutu
produk yang dipasarkan sehingga pembeli akan tetap percaya terhadap kualitas
produk dari Indonesia. Selain itu bantuan teknologi pasca panen juga dapat
membantu Indonesia memasarkan fine-flavour chocolate yang menjadi segmen
market tersendiri yang berbeda dari para dominator di industri kakao.
26
BAB IV INFORMASI PENTING
27
Asosiasi Produk Pangan di Denmark
The Danish Food and Drink Federation (DI Fødevarer)
Alamat : H. C. Andersens Boulevard 18, 1553 Copenhagen V
Telp : +45 33773377
Email : foedevarer@di.dk
Website : http://foedevarer.di.dk/Pages/Forside.aspx
Organic Denmark
Alamat : Silkeborgvej 260 Åbyhøj 8230
Telp. : +45 87 32 27 00
Email : info@okologi.dk
Website : http://organicdenmark.dk/
Chocoladefestivalen
Website: http://www.chokoladeselskabet.dk/drupal/festival
28
Daftar importir kakao dan produk turunannya di Denmark
a. Nama Perusahaan : Danish Gateway ApS
Alamat : Lollandsvej 1 DK-5500 Middelfart Denmark
Telp : +45 63 81 11 10
Email : contact@danishgateway.com
Website : www.danishgateway.com
b. Nama Perusahaan : Friis Holm
Alamat : Ndr Ryevej 80 DK 4060 Kirke Såby
Telp : +45 28140300
Email : mikkel@friis-holm.dk
Website : http://www.friis-holm.dk/en/contact/
29