LP Pneumothorax 1
LP Pneumothorax 1
I. DEFINISI
1
insufisiensi pernapasan, runtuhnya kardiovaskular dan akhirnya kematian
jika, tidak dikenal dan tidak diobati. Pasien memerlukan diagnosis mendesak
dan manajemen segera
II. ETIOLOGI
2
b.Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat akan tidur.
Gejala lain yang mungkin ditemukan :
1) Hidung tampak kemerahan
2) Cemas, stress, tegang
3) Tekanan darah rendah (hipotensi)
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung hawa, alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel
dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2. pada
lapisan ini terjadi pertukaran udara, oksigen masuk kedalam darah dan
karbondioksida dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700.000.000 buah (kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus
pulmo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun
oleh lobulus. Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan
3
inferior. Tiap lobus terdiri dari belahan yang bernama segmen kemudian
lobulus yang berisi bronkhiolus yang bercabang banyak disebut duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya 0,2-0,3 mm.
Paru-paru terletak dirongga dada datarannya menghadap ketengah
rongga dada kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru
atau hilus. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura, terbagi
dua, pleura viseral dan pleura parietal. Antara keduanya terdapat kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara)
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis.
Proses terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi
dan ekspirasi. Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
bergantian, teratur, berirama dan terus-menerus.
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen
selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau pasokan oksigen
berkurang akan menimbulkan kacau pikiran, anoksia serebialis.
Guna penapasan :
a. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh
(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
b. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari
pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
c. Menghangatkan dan melembabkan udara.
4
V. PATOFISIOLOGIS
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan
kemampuan dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan
atelektasis (layuhnya paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup
dan klien masih mampu bertahan, udara yang berlebihan dapat diserap
hingga tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali normal.
Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru,
kuman dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi
pleuritis. Jenis kuman penyebab radang yang terbanyak adalah F
nechrophorum, chorinebacterium Spp, dan streptococcus spp. Oleh radang
akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurulent, purulent akan
serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-jonjot fibrin.
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka
tembus. Yang selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada
menghisap). Jika tidak ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan
kesadaran dan koma. Selanjutnya pergeseran mediastinum ke arah
berlawanan dari area cedera dapat menyebabkan penyumbatan aliran vena
kaca superior dan inferior yang dapat mengurangi cardiac preload dan
menurunkan cardiac output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks makin
berat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Beberapa
pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam struktur
gelembung pada permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk ke
dalam kavum pleura.
Pneumathoraks. Robekan pada percabangan trakeobronkial
menyebabkan kolaps paru dan pergeseran mediastinum ke sisi yang tidak
sakit.
5
VI. PATHWAY
VII.
Pecahnya blebs Trauma / cedera Luka tembus dada IntervensiMedismedis
Udara masuk ke dalam kavum pleura Sucking chest wound Pergeseran Mediastinum
hipoksia
Penyumbatan aliran vena kava superior dan inferio r
Meningkatkan tekanan intra pleura
Kehilangan kesadaran
Mengurangi Cardiac Preload
Kemampuan dilatasi alveoli menurun
koma
6
VII. PENATALAKSANAAN
c. Chest wound/sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau
balutan tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik
bersih. Pembalut plastik yang steril merupan alat yang baik, namun
plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga digunakan. Pita
selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya dibiarkan tebuka untuk
memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan. Hal ini untuk
mencegah terjadinya tension pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan
terbuka sebagai katup agar udara dapat keluar dan paru-paru akan
mengembang.
d.Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan
jaringan paru, perlu penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus
dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan agar paru dapat
mengembang kembali.
e. Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )
f. Perawatan Per-hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis
untuk mengurangi tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat
segera dilakukan jika keadaan pasien makin memburuk. Perwatan medis
lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan segera dilakukan. Termasuk
dukungan ventilasi mekanik.
g.Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral dan
skernotomi mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi,
subtotal pleurektomi. Parietalis dan Aberasi pleura melalui Video
Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).
7
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop menunjukkan adanya
penurunan suara
b. Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
c. Pemeriksaan EKG
d. Sinar X dada, menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural,
dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
e. Torasentensis ; menyatakan darah / cairan serosanguinosa
f. Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
g. Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan pendekatan AVPU
h. Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 %
IX. MASALAH KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas
2. Intoleransi aktivitas
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
X. Askep Teori
A. Identitas
Nama:-
Usia:
agama:-
pekerjaan:-
alamat:
suku / bangsa:-
no.register:-
8
B. Riwayat penyakit
Keluhan utama
akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji klien tentang
kondisinya saat ini keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang lalu
Kaji riwatyat penyakit pasien di masa lalu
Riwayat penyakit keluarga
Ada tidaknya penyakit keturunan dalam keluarga
C. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, frekuensi tak teratur/disritmia, irama jantung gallop.
Nadi apical berpindah, hipertensi, hipotensi.
3. Integritas Ego
Tanda : Ketakutan, gelisah, bingung, ansietas
4. Makanan / Cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan
5. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk,
tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan. Tajam dan nyeri,
menusuk yang diperberat oleh napas dalam.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, dan
mengerutkan wajah
6. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, lapar napas
Batuk
9
Riwayat bedah dada/trauma, inflamasi/infeksi paru
Pneumothorak spontan sebelumnya, PPOM
Tanda : Takipnea, bunyi napas menurun atau tidak ada
Peningkatan kerja napas
Fremitus menurun
Hiperresonan (udara), bunyi pekak (cairan)
Gerakan dada tidak sama
Kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan
7. Ekstremitas :
Edema, penurunan kekuatan otot
E. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru (akumulasi cairan / udara), gangguan musculoskeletal, inflamasi
nyeri.
Intervensi : - Identifikasi etiologi / faktor penentu
- Evaluasi fungsi pernapasan, observasi TTV
- Awasi kesesuian pola napas
- Kaji premitus
10
- Pertahankan posisi nyaman
- Berikan oksigen kanul / masker sesuai indikasi
11
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan edisi 17. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. dkk . 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Syaifuddin, H . 2006 . anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC
Tambayong, Jan . 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
12