Askep Jiwa-Gangguan Penggunaan Napza, Gelandangan, Psikotik-Bunda LIA
Askep Jiwa-Gangguan Penggunaan Napza, Gelandangan, Psikotik-Bunda LIA
Disusun oleh
1. Khotijah Safinaturrohmah (108116040)
2. Nurul Abibah (108116048)
3. Anjas Upi Rachmawati (108116056)
4. Novan Gumregah (108116064)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makaah tentang Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Khusus: Psikotik, Gelandangan Dan Pengguna
NAPZA sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-
ketentuan yang ada.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB II...............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
BAB I.................................................................................................................................2
A. Pengertian Napza.................................................................................................2
1. Jenis Zat Adiktif...............................................................................................2
2. Akibat Penggunaan Zat Adiktif......................................................................3
3. Permasalahan Yang Sering Timbul................................................................5
4. Tindakan...........................................................................................................7
5. Pencegahan Penyalahgunaan Napza...............................................................7
B. Gelandangan.........................................................................................................9
1. Pengobatan........................................................................................................9
2. Penatalaksanaan Pengobatan Untuk Klien Gelandangan...........................10
3. Terapi..............................................................................................................11
4. Diagnosis Keperawatan..................................................................................12
C. PSIKOTIK..........................................................................................................17
1. Definisi.............................................................................................................17
2. Etiologi............................................................................................................17
3. Manifestasi klinis............................................................................................17
4. Diagnosis.........................................................................................................19
5. Penatalaksanaan.............................................................................................21
6. Asuhan Keperawatan.....................................................................................23
BAB III........................................................................................................................25
A. Kesimpulan.........................................................................................................25
B. Saran...................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26
1
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini gangguan jiwa didefinisikan dan ditangani sebagai masalah medis.
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Gangguan jiwa atau mental illenes adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh
seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya
tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri (Budiman, 2010).
Sedangkan menurut (Maramis, 2010), gangguan jiwa adalah gangguan alam: cara
berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan
(psychomotor). Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.
Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua golongan yaitu : gangguan jiwa
(Neurosa)dan sakit jiwa (Psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam
gejala yang terpenting diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan
murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive),
hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.
Gangguan Jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik
kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu
orang lain atau
merusak/menyakiti dirinya sendiri (Yosep, 2009). Gangguan Jiwa sesungguhnya
sama dengan gangguan jasmaniah lainnya, hanya saja gangguan jiwa bersifat
lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang
tingkat berat berupa sakit jiwa atau lebih kita kenal sebagai gila (Budiman, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gangguan jiwa akibat NAPZA?
2. Bagaimanakah gangguan jiwa akibat gelandangan?
3. Bagaimanakah gangguan jiwa akibat Psikotik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gangguan jiwa akibat NAPZA.
2. Untuk mengetahui gangguan jiwa akibat gelandangan.
3. Untuk mengetahui gangguan jiwa akibat Psikotik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Napza
Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan masyarakat luas dengan
istilah narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah
tersebut kemudian berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan dari
narkotik, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik adalah obat-
obatan yang bekerja pada susunan saraf pusat dan digunakan sebagai analgesik
(pengurang rasa sakit) pada bidang kedokteran. Psikotropika adalah obat-obatan
yang efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, biasanya digunakan untuk
pengobatan gangguan kejiwaan. Bahan adiktif adalah bahan yang apabila
digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Pemakai dapat
merasa tenang, merasa segar, bersemangat, menimbulkan efek halusinasi, dan
memengaruhi suasana perasaan pemakai. Efek inilah yang sering dimanfaatkan
pemakai saat ia merasa kurang percaya diri, khawatir tidak diakui sebagai kawan,
melarikan diri dari permasalahan, atau bahkan hanya untuk sekedar rekreasi
(bersenang-senang).
Tanpa disadari, narkoba sekali digunakan akan menimbulkan keinginan
mencoba lagi, merasakan lagi, dan mengulang terus sampai merasakan efek dari
obat-obatan yang dikonsumsi, yang akibatnya akan terjadi overdosis. Jika tidak
mengonsumsi, maka tidak tahan untuk memenuhi keinginannya, tetapi jika
mengonsumsi akan khawatir mati akibat overdosis. Hal ini merupakan lingkaran
setan. Oleh karena itu, narkoba sekali dicoba akan membelenggu seumur hidup.
Tahap ini kondisi pasien sudah cukup serius dan kritis, penggunaan
cukup berat, tingkat toleransi yang tinggi, serta cara penggunaan yang
impulsif. Masalah kesehatan yang sering timbul antara lain sebagai
berikut.
4. Tindakan
Prinsip tindakan keperawatan pada pasien penyalahgunaan napza disesuaikan
dengan masalah keperawatan yang timbul (seperti yang telah disebutkan di atas).
Misalnya, pada kondisi overdosis maka usahakan pasien tidak mengalami
ancaman kehidupan yang dapat menimbulkan kematian. Pada kondisi intoksikasi
usahakan agar (1) pasien tidak mengalami perilaku amuk, agresif, (2) cemas
pasien berkurang, (3) rasa nyaman terpenuhi, dan (4) bawalah pasien ke tempat
pelayanan kesehatan.
5. Pencegahan Penyalahgunaan Napza
Beberapa materi pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada kelompok
risiko tinggi. Orang tua serta masyarakat umum mengetahui hal-hal yang
berkaitan kewaspadaan-kewaspadaan terhadap pengguna dan sikap preventif yang
dapat dilakukan, di antaranya sebagai berikut.
a. Waspadai jika ditemukan benda-benda seperti:
1) jarum suntik,
2) kertas timah,
3) CD bekas atau kartu telepon yang permukaannya bergores,
4) bong,
5) botol dengan pipa yang berbentuk unik,
6) lintingan uang kertas atau balok-balok serupa gelas kubus yang
tengahnya berlubang.
b. Waspadai jika saudara atau teman memperlihatkan ciri-ciri sebagai
berikut.
1) Prestasi sekolah menurun secara drastis/anjlok.
2) Pola tidur berubah, misalnya pagi susah dibangunkan dan malam suka
begadang.
3) Selera makan berkurang.
4) Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari bertemu anggota
keluarga lainnya karena takut ketahuan, dan menolak makan bersama.
5) Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota keluarga lainnya, dan
mulai suka berbohong.
6) Mabuk, bicara pelo (cadel), dan jalan sempoyongan.
c. Kenali penggunaan bahasa yang sering digunakan di antara bandar dan
pengguna napza
B. Gelandangan
1. Pengobatan
Untuk gelandangan yang berpenyakit jiwa kronis, terapi pengobatan dapat
digunakan untuk menstabilkan kondisi klien. Meski demikian, banyak klien ini
tidak mampu menggunakan pengobatan seperti yang disarankan karena adanya
gangguan kognitif. Pemantauan pengobatan yang tidak adekuat, terutama efek
samping, dpat menyebabkan klien menghentikan pengobatan.
TERAPI KELOMPOK.
a. Beri dukungan, dan kuatkan setiap perasaan klien bahwa dirinya
berharga.
b. Kurangi isolasi sosial dan sifat apatis tentang situasi kehidupan saat
ini.
c. Ajari praktik perawatan diri, cara-cara ,engkomunikasikan kebutuhan,
dan cara berhungan dengan orang lain.
d. Informasikan kepada klien tentang sumber-sumber komunitas dan
bagaimana memperoleh sumber-sumber tersebut melalui lembaga atau
tempat perlindungan melalui upaya klien sendiri.
e. Buat rencana untuk memperoleh pelayanan intervensi krisis jika
diperlukan. Ajarkan ketrampilan dasar pertolongan pertama jika klien
menunjukan tingkat kemampuan kognitif yang sesuai.
f. Diskusikan berbagai cara untuk mengubah perilaku yang tidak sehat
atau tidak aman.
g. Bantu klien memperloeh kebutuhan dasar walaupun terdapat
keterbatasan pribadi, fisik, finansial dan juga keterbatasan mental.
h. Ajarkan cara-cara untuk mengatasi ansietas diri, krisis, dan
kekhawatiran terhadap lingkungan. Fokuskan pada pembentukan
strategi untuk mengurangi stres.
i. Diskusikan cara-cara untuk meningkatkan keamanan pribadi ketika
sedang berada di komunitas dan ajarkan cara mencari bantuan jika
klien berada dalam bahaya.
4. Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan Penyebab :
1. Ketidakmampuan kognitif.
2. Kurang sistem pendukung dan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
perawatan.
3. Riawayat pernah di tempatkan di suatu institusi atau sering dirawat di
rumah sakit.
4. Riwayat skizodrenia atau gangguan alam perasaan.
5. Riwayat gagguan organis karena penggunaan zat.
Batasan Karakteristik.
Kemungkinan penyebab :
Batasan karakteristik :
C. PSIKOTIK
1. Definisi
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/ aneh.
Gangguan psikotik singkat/ akut didefinisikan sebagai suatu gangguan
kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala
psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.
2. Etiologi
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan
psikosis reaktif akut, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV.
Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat/
akut di dalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama
lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk
gangguan yang heterogen.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada
pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau
psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres
berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan,
kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak
pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung
kerentanan genetik untuk gangguan psikotik akut.
3. Manifestasi klinis
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
a. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
b. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/ tidak masuk akal
c. Kebingungan atau disorientasi
d. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti
menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain
atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul
tanpa alasan.
Gejala gangguan psikotik akut selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala
psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu
memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa
klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan
perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik akut daripada
gangguan psikotik kronis.
Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik akut adalah perubahan
emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu
dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa
gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium
dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya
mungkin negatif.
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang
mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal,
tidak teratur berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi,
bunuh diri, membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan , halusinasi, delusi,
disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan
wawasan miskin.
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat
diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya
gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode
suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang
belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping
itu, klinisi mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada
atau tidaknya stressor pencetus.
Contoh dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang
dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang.
Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan
kendaraan yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa
harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun
pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas definisi stressor
pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode
psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan
peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang
menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang
disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis
yang hampir tidak mungkin.
4. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah
sebagai berikut :
a. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan :
misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat
sesuatu yang tidak ada bendanya).
b. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat
diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa
mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau
merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
c. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
d. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
e. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala
psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan
yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan dengan
zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis
gangguan psikotik akut kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk
gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang harus
dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham adalah gejala psikotik
yang utama), gangguan skizofreniform (jika gejala berlangsung kurang dari 6
bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik akut.
a. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau
inkoherensi)
4) Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima
secara kultural.
b. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi
kurang dari satu bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat funsi
pramorbid.
c. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood
dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan
karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.
Sebutkan jika:
a. Dengan stresor nyata (psikosis akut reaktif); jika gejala terjadi segera
setelah dan tampak sebagai respon dari suatu kejadian yang sendirian
atau bersama-sama akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi
hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang
tersebut.
b. Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah
atau terlihat bukan sebagai respon terhadap kejadian yang terjadi
sendirian atau bersama sama akan menimbulkan stress yang cukup
besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur
orang tersebut.
c. Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu empat minggu
setelah persalinan.
Penegakan diagnosis gangguan psikotik akut di Indonesia ditegakkan melalui
Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III).
Berikut kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ
III: 6. Dengan menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan
prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan
prioritas yang dipakai ialah:
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu
gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya
beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk
periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas
yang menentukan seluruh kelompok.
b. Adanya sindrom yang khas ( berupa “polimorfik”= beraneka ragam
dan berubah cepat, atau “schizophrenia-like”= gejala skizofrenik yang
khas).
c. Adanya stres akut yang berkaitan ( tidak selalu ada, sehingga
dispesifikasi dengan karakter tanpa penyerta stres akut, dengan
penyerta stres akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan
tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stres dalam konteks ini.
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode
manik atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala
afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.Tidak ada penyebab
organik, seperti trauma kapitis, delirium dan demensia. Tidak merupakan
intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.
5. Penatalaksanaan
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat
dilakukan antara lain:
a. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi
dan kebersihan)
c. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
Konseling pasien dan keluarga.
a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan
psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga
dalam pengobatan pasien
b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan
stressor
c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala
membaik
6. Asuhan Keperawatan
a. Identitas klien. Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan,
tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama. Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan
klien dan keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi. Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien
pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan
atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan
pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.
d. Aspek fisik/biologis. Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi,
Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
3) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental. Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat
makan kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
h. Mekanisme koping. Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan
asyik dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan. Masalah berkenaan dengan ekonomi,
dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan
pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam
masalah.
k. Aspek medik. Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA