Anda di halaman 1dari 25

REFERENSI KASUS

DEMAM TYPHOID DENGAN STATUS GIZI KURANG

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh program
Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Oleh:
Mohammad Fajar Sodiqi
30101507494

Pembimbing:
dr. Azizah Retno Kustiyah, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Nama : Mohammad Fajar Sodiqi


Judul : Demam Typhoid Dengan Status Gizi Baik
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas : Kedokteran UNISSULA
Pembimbing : dr. Azizah Retno Kustiyah, Sp.A

Semarang, Januari 2020


Pembimbing,

dr. Azizah Retno Kustiyah, Sp.A


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGUNG
SEMARANG 2019

CATATAN MEDIS ORIENTASI MASALAH

I. IDENTITAS
Nama Pasien : By. SA
Tanggal Lahir (Usia) : 3 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pondok Raden Patah Demak
Tanggal Masuk RS : 25 – 12 – 2019

Nama Ayah : Tn. A


Tanggal Lahir (Usia) : 41 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Pondok Raden Patah Demak

Nama Ibu : Ny. R


Tanggal Lahir (Usia) : 37 tahun
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Pondok Raden Patah Demak

II. DATA DASAR


Alloanamnesis dengan orang tua pasien dilakukan pada Sabtu, 28 Desember 2019
pukul 15.00 WIB di bangsal Baitul Nissa 1 RSISA serta didukung dengan catatan
medis.
Keluhan utama: Demam tinggi

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan demam tinggi sejak 4 hari yang lalu. Suhu tubuh pasien sempat
diukur di rumah oleh ibunya dan didapatkan hasil 38,5 oC namun demam tidak
kunjung turun hingga hari ke-4 sebelum akhirnya masuk RSISA. Akhirnya pasien
dilarikan ke RSISA pada Rabu, 25 Dessember 2019.
Pasien juga mengeluhkan batuk pilek. Pasien mengaku BAB menjadi jarang. Selama
sakit pasien baru BAB 2x. Selain itu nafsu makan pasien juga berkurang. Pasien
menjadi lebih sulit untuk makan dan minum ASI. Orang tua pasien juga menceritakan
bahwa anaknya sempat muntah sebanyak 2x pada hari ke 2 demam. Muntah yang
dikeluarkan volumenya ± 1 gelas belimbing.
Sebelum dilarikan ke RSISA, pasien sempat diobati dengan paracetamol. Demam
sempat turun setelah minum obat, namun kembali naik. Pasien juga sempat
diperiksakan ke puskesmas. Di puskesmas pasien melakukan pemeriksaan lab darah.
Dari pihak puskesmas mengatakan bahwa hasilnya adalah demam typhoid dan
menyarankan agar pasien dibawa ke rumah sakit untuk dirawat inap.

Riwayat Penyakit Dahulu


Faringitis : disangkal Kejang : disangkal
Tonsilitis : disangkal Enteritis : disangkal
Bronkiolitis : disangkal Disentri Basiler : disangkal
Pnemonia : disangkal Disentri Amoba : disangkal
Morbili : disangkal Demam Thyphoid : diakui 1 tahun yang lalu
Pertusis : disangkal Cacing : disangkal
Varisela : disangkal Operasi : disangkal
Difteri : disangkal Trauma : disangkal
Malaria : disangkal Alergi : disangkal
Polio : disangkal Tuberculosis : disangkal
Anemia : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami gejala serupa.

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta. Ibu pasien bekerja sebagai buruh. Orang tua
dan pasien tinggal serumah. Biaya pengobataan menggunakan BPJS.
Kesan social ekonomi: Cukup
III. DATA KHUSUS
Riwayat Perinatal
Anak perempuan lahir spontan dari ibu G3P2A0 hamil 37 minggu di rumah sakit dan
menangis saat lahir. ANC teratur. Pasien mengaku saat hamil tekanan darah pasien
tinggi. Dokter mengatakan bahwa pasien mengalami preeklamsi. Anak lahir dengan
berat badan saat lahir 2500 gram dan panjang badan 47 cm.
Kesan perinatal: Aterm

Riwayat Makan
Pasien diberikan ASI hingga usia 6 bulan, lalu selanjutnya diberikan susu formula.
Pasien mulai diberikan MPASI saat usia 6 bulan. MPASI yang sering diberikan
berupa pisang, pepaya dan bubur tim.
Kesan: ASI eksklusif

Riwayat Imunisasi Dasar


No. Imunisasi Freq Rekomendasi (Usia)
1. BCG 1 1 bulan
2. Polio 4 0, 2, 4, 6 bulan
3. Hepatitis B 3 0, 2, 6 bulan
4. DPT 3 2, 4, 6 bulan
5. Measles 1 9 bulan

Kesan: lengkap

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Tersenyum : usia 2 bulan
Miring : usia 3 bulan
Tengkurap : usia 4 bulan
Duduk tanpa berpegangan : usia 7 bulan
Merangkak : usia 9 bulan
Berdiri dengan berpegangan : usia 12 bulan

Kesan: Sesuai usia


Riwayat KB
Ibu pasien sempat menggunakan KB spiral untuk menjarakan kehamilannya. Saat ini
pasien sudah melakukan operasi steril/MOW.

IV. STATUS GIZI


Z Score
Anak perempuan berusia 38 bulan
Weight = 10,5 kg
Height = 90 cm

10,5−14,4
WAZ = =−2,6 (BB Rendah, Gizi Kurang)
1,5
90−95,3
HAZ = =−1,3 (Normal)
3,8
10,5−12,9
WHZ = =−2,1 (Kurus)
1,1
Kesan: Gizi Kurang

V. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada Kamis, 19 Desember 2019 di Bangsal Baitun Nissa
1 RSISA.

Keadaan Umum : tampak kurus


Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda Vital:
HR : 114x/min, isi dan tegangan cukup
RR : 22 x/min
Temp : 37,4° C (axilla)
BP :-

Status Internus
Kepala : Mesocephale, ubun-ubun besar sudah tertutup, tanda perdarahan
intracranial (-)
Rambut : Hitam, mudah dicabut (-), kering (-)
Kulit : Peteki (-), sianosis (-), turgor kembali lambat (-), pucat (-)
Mata : Mata cekung (-), oedem palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Telinga : Discharge (-/-)
Bibir : Stomatitis angularis (-), kering (-), sianosis (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), stomatitis (-), bula hemorargik (-)
Lidah : Atrofi papil lidah (-), glositis (-), licin (-), kotor (+)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Tenggorokan : Hiperemis (-), selaput putih (-) Tonsil T1/T1

Thorax
Paru-paru
 Inspeksi : Bentuk normal, simetris, retraksi (-)
 Palpasi : Sterm fremitus dextra et sinistra simetris, nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor di seluruh lapang
 Auskultasi : Suara vesikuler (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), amforik (-/-)

Cor
 Inspeksi : Iktus cordis tak tampak
 Perkusi :-
 Palpasi : Iktus cordis teraba, kuat angkat
 Auskultasi :
o Irama : Reguler
o Bunyi Jantung : BJ I dan BJ II normal reguler
o Bising : (-)

Abdomen
 Inspeksi : Datar, hiperemis (-), lesi (-), kembung (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Perkusi : Timpani pada seluruh regio, tanda perdarahan intrabdomen (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-), defens muscular (-), hepar dan lien tak teraba
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Refleks patologis -/- -/-
Edema -/- -/-
Capillary refill time <2s/<2x <2s/<2s
Kuku sendok -/- -/-
Bercak kemerahan -/- -/-

Genital
Perempuan, dalam batas normal

Anorectal
Normal

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium
24/12/19 (Di Puskesmas Bangetayu)
Darah Rutin Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 11,6 9,50 – 14,1 g/dL
Hematokrit 34,46 30,0 – 40,0 %
Leukosit 3,14 5 – 19 Ribu/uL
Trombosit 194 150 – 450 Ribu/uL
Eritrosit 4,21 3,91 – 5,31 Juta/uL

Widal Hasil Nilai Rujukan Satuan


Salmonella Typhi O Positif 1/160 Negatif -
Salmonella Typhi H Positif 1/320 Negatif -

25/12/19
Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12,1 10,8 – 12,8 g/dL
Hematokrit 36,5 35 – 43 %
Leukosit 3,83 6,0 – 17,0 Ribu/uL
Trombosit 192 229 – 553 Ribu/uL
Blood Type/Rh O/Positive

Widal Hasil Nilai Rujukan Satuan


Salmonella Typhi O Positif 1/160 Negatif -
Sal. Paratyphi A O Negatif Negatif -
Sal. Paratyphi B O Negatif Negatif -
Sal. Paratyphi C O Positif 1/320 Negatif -
Salmonella Typhi H Negatif Negatif -
Sal. Paratyphi A H Negatif Negatif -
Sal. Paratyphi B H Positif 1/160 Negatif -
Sal. Paratyphi C H Negatif Negatif -

28/12/19
Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12,4 10,8 – 12,8 g/dL
Hematokrit 37,4 35 – 43 %
Leukosit 4,00 6,0 – 17,0 Ribu/uL
Trombosit 177 229 – 553 Ribu/uL

29/12/19
Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12,4 10,8 – 12,8 g/dL
Hematokrit 37,3 35 – 43 %
Leukosit 5,18 6,0 – 17,0 Ribu/uL
Trombosit 230 229 – 553 Ribu/uL

VII. ASSESMENT
 Demam Typhoid
 Status Gizi Kurang

VIII. INITIAL PLAN


A. Assessment: Demam Typhoid
DD:
 Demam Dengue
 Malaria
IP Dx:
S: Demam > 7 hari dengan step ladder pattern, terutama pada sore dan malam,
diare, kembung, bradikardia relatif
O: Uji serologi Widal, Darah Lengkap, Kultur Darah, Uji IgM dan IgG
IP Tx:
 Kebutuhan cairan
o Rumus Darrow
BB: 10,5 kg
10 kg #1 = 10 kg x 100 cc = 1000 cc
10 kg #2 = 0,5 kg x 50 cc = 25 cc
Total = 1000 cc + 25 cc = 1025 cc
1025× 15
Tpm = =1 0,6 tpm→ 11 tpm
24 ×60
 Antibiotik
o Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari PO/IV (dibagi 4 dosis)
selama 10-14 hari
o Atau amoksisilin 100 mg/kgBB/ hari peroral atau ampisilin
intravena selama 10 hari
o Atau kotrimoksazol 48 mg/kgBB/hari (dibagi 2 dosis) peroral
selama 10 hari
o Bila tidak ada perbaikan beri seftriakson (80 mg/kg IM atau IV,
sekali sehari, selama 5-7 hari)
o Atau sefiksim oral (20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10
hari)
 Berikan paracetamol 10 mg/kgBB/hari jika demam ≥ 39oC
IP Mx:
 KU
 TTV
 Tanda bahaya
 BAB, BAK
IP Ex:
 Menjelaskan tentang penyakit pasien
 Menegaskan untuk minum obat antibiotik sampai habis
 Menjelaskan untuk menjaga higenitas makanan dan minuman
 Menjalaskan kepada keluarga mengenai komplikasi yang dapat terjadi
 Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita pasien dapat disembuhkan

B. Assessment: Gizi Kurang


DD:
 Gizi Buruk
 Gizi Baik
IP Dx:
S: Tampak kurus
O: Antropometri, Z Score
IP Tx:

BB: 9,5 kg
Dosis F-75
Per 2 jam = 105
Per 3 jam = 155
Per 4 jam = 210



BB: 9,5 kg
Dosis F-100 per 4
jam
Min = 240
Max = 350


IP Mx:
 KU
 TTV
 Tanda bahaya
 Z Score
IP Ex:
 Menjelaskan tentang kondisi pasien
 Menjelaskan agar memperhatikan asupan makanan pasien
 Menjelaskan bahwa masalah ini dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan pasien
 Menjelaskan bahwa pasien harus di rawat inap untuk memperbaiki
kondisinya

IX. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
25/12/19 Panas 4 HR 98x/mnt Demam  Infus Futrolit 10
hari, RR 22x/mnt Typhoid tpm
batuk, SpO2 99%  Inj Ceftriaxone
o
BAB (+) T 36,8 C 2x250 mg
BAK (+) Widal (+)  Inj Fartison 2x25
mg
 Inj Ondansetron 3x1
mg
 Puyer 3x1
 Triamcinolone 1
mg
 Lapifed ¼ tab
 Vestein 100 mg
 Cetirizine 2 mg
26/12/19 Panas HR 100x/mnt Demam  Infus Futrolit 10
BAB (+) RR 28x/mnt Typhoid tpm
BAK (+) SpO2 99%  Inj Ceftriaxone
o
T 38,5 C 2x250 mg
 Inj Fartison 2x25
mg
 Inj Ondansetron 3x1
mg
 Puyer 3x1
 Triamcinolone 1
mg
 Lapifed ¼ tab
 Vestein 100 mg
 Cetirizine 2 mg
27/12/19 Batuk HR 100x/mnt Demam  Infus 2A1/2N 10
BAB (+) RR 28x/mnt Typhoid tpm
BAK (+) SpO2 99%  Inj Ceftriaxone
T 36,8oC 2x250 mg
 Inj Fartison 2x25
mg
 Inj Ondansetron 3x1
mg
 Puyer 3x1
 Triamcinolone 1
mg
 Lapifed ¼ tab
 Vestein 100 mg
 Cetirizine 2 mg
28/12/19 Batuk HR 110x/mnt Demam  Infus 2A1/2N 10
BAB (+) RR 20x/mnt Typhoid tpm
BAK (+) SpO2 99%  Inj Ceftriaxone
o
T 37,1 C 2x250 mg
 Inj Fartison 2x25
mg
 Inj Ondansetron 3x1
mg
 Puyer 3x1
 Triamcinolone 1
mg
 Lapifed ¼ tab
 Vestein 100 mg
 Cetirizine 2 mg
29/12/19 Batuk HR 110x/mnt Demam  Infus 2A1/2N 10
BAB (+) RR 24x/mnt Typhoid tpm
BAK (+) SpO2 99%  Inj Ceftriaxone
T 36,7oC 2x250 mg
 Inj Fartison 2x25
mg
 Inj Ondansetron 3x1
mg
 Puyer 3x1
 Triamcinolone 1
mg
 Lapifed ¼ tab
 Vestein 100 mg
 Cetirizine 2 mg

TINJAUAN PUSTAKA

DEMAM TYPHOID
 DEFINISI
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, tifoid disebut juga paratyphoid fever,
enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis. Tifoid adalah suatu penyakit pada
usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella
typhosa, salmonella type A, B, C. Salmonella adalah suatu genus bakteri
enterobakteria gram-negative berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus,
dan penyakit foodborne. Spesies - spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan
menghasilkan hidrogen sulfida.

 ETIOLOGI
Etiologi demam typoid dan demam paratyphoid adalah salmonella typhi,
salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B dan salmonella paratypoih C.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/ Eberthella typhosa
yang merupakan kuman gram negative, motil, mempunyai flagel, fakultatif anaerob,
tidak berkapsul dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali
pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada
suhu 70oC atau pun oleh antiseptic. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini
hanya menyerang manusia.
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen yaitu:
 Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak menyebar)
 Antigen H = Hauch (menyebar ), terdapatpada flagella dan bersifat termo labil
 Antigen Vi = envelope antigen.
Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan
pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin. Salmonella typhosa
juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap
multiple antibiotic.
Ada 3 spesies utama, yaitu:
 Salmonella typhosa (satu serotipe)
 Salmonella choleraesius (satu serotipe)
 Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)

 PATOGENESIS
 MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala- gejala klinis
yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik
hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnyayaitu demam, Nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anokresia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisikhanya didapatkan suhu badan
meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan – lahan dan terutama pada sore
hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala – gejala menjadi lebih jelas berupa
demam, bradikardia relative (bradikardia relative adalah peningkatan suhu 1oC tidak
diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per manit), lidah yang berselaput (kotor di
tengah, tepid an ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, ataupsikosis. Roseolae
jarang ditemukan pada orang Indonesia.
Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)  Biasanya jika gejala khas itu
yang tampak, diagnosis kerja pun bisa langsung ditegakkan. Yang termasuk gejala
khas Demam tifoid adalah sebagai berikut.
o Minggu Pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya
sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang
berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-
pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali
permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis
kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit
silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas lidah
pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau
tremor. Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa
kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan
menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada
penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari
ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-
bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna.
Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa
makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada
kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila
ditekan. Pada infeksi yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai.
Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi.
o Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap
hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore
atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus
menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan
penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi
penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan
suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh.
Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang
mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak
kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah
menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna
gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung
dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai
kacau jika berkomunikasi dan lain-lain.
o Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu.
Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan
membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun
demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung
untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin
memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas
berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan
inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan
abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian
mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis
lokal maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi
usus sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi
yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi
miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian
penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
o Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat
dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
o Relaps
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya
menghasilkan kekebalan yang lemah,kekambuhan dapat terjadi dan
berlangsung dalam waktu yang pendek.Kekambuhan dapat lebih ringan dari
serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi
primer tersebut.Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati akan
mengakibatkan timbulnya relaps.

 DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan
gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran dengan
kriteria ini maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka tifoid. Diagnosis
pasti ditegakkan melalui isolasi S. Typhi dari darah. Pada 2 minggu pertama sakit,
kemungkinan mengisolasi S.typhi dari dalam darah pasien lebih besar dari pada
miggu berikutnya. Biakan yang dilakukan pada urin dan feses, kemungkinan
keberhasilan lebih kecil. Biakan spesimen yang berasal dari aspirasi sumsum tulang
mempunyai sensitivitas tertinggi. Uji serologi widal suatu metode serologik yang
memeriksa antibodi aglutinasi terhadap antigen somatik (O), flagel (H) banyak
dipakai untuk membuat diagnosis demam tifoid. Di Indonesia penganmbilan angka
titer O aglutinin ≥ 1/40 dengan memakai uji widal slide aglutination. Gambaran darah
juga dapat membantu menentukan diagnosis. Jika terdapat lekopeni polimorfonuklear
dengan limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh dari demam, maka arah demam
tifoid menjadi jelas. Sebaliknya jika terjadi lekositosis polimorfonuklear, maka berarti
terdapat infeksi sekunder bakteri di dalam lesi usus. Akhir-akhir ini banyak
dimunculkan beberapa jenis pemeriksaan untuk mendeeteksi antibodi S.thypi dalam
serum, antigen terhadap S.Thypi secara spesifik pada darah, serum dan urin.

 DIAGNOSIS BANDING
Pada stadium dini : influenza, gastroenteritis, bronchitis danbronkopneumoni
Pada stadium berat : sepsis, leukemia, limfomadanpenyakit Hodgkin

 PENATALAKSANAAN
o Perawatan umum
Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
Mobilisasi pesien harus dilakukan secara bertahap,sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus
diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi
pneumonia hipostatik dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil harus dperhatikan karena kadang-kadang terjadi
obstipasi dan retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk
menekan gejala-gejala simtomatik yang dijumpai seperti demam, diare,
sembelit, mual, muntah, dan meteorismus. Sembelit bila lebih dari 3 hari perlu
dibantu dengan paraffin atau lavase dengan glistering. Obat bentuk laksan
ataupun enema tidak dianjurkan karena dapat memberikan akibat perdarahan
maupun perforasi intestinal. Pengobatan suportif dimaksudkan untuk
memperbaiki keadaan penderita, misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila
terjadi gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan
oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.

o Diet
Di masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur
kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa
pemberian makanan padat dini,yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada
pasien demam tifoid. Diet makanan tidak berserat dan mudah dicerna.
o Obat
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan adalah :
 Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama
pada pasien demam tifoid.Dosis 50-100 mg/KgBB/hari, oral atau IV,
dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
 Amoksisilin 100 mg/KgBB/hari, oral atau IV selama 10 hari
 Kotrimoksazol 6 mg/KgBB/hari, oral selama 10 hari
 Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran.
Deksametason 1-3 mg/KgBB/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga
kesadaran membaik.

 PENCEGAHAN
Usaha pencegahan dapat dibagiatas:
o Usaha terhadap lingkungan hidup
 Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
 Pembuangan kotoran manusia yang higienis
 Pemberantasan lalat
 Pengawasa nterhadap penjual makanan
o Usaha terhadap manusia
 Vaksin yang dibuat dari salmonella typhosa yang dimatikan.
 Vaksin yang dibuat dari strain salmonella yang dilemahkan (Ty2la)
 Vaksin polisakarida kapsular Vi (Typhi Vi)
 Menemukan dan mengobati karier
 Pendidikan kesehatan masyarakat
Vaksin yang terbuat dari Salmonella yang dimatikan pada pemeriksaan oral
ternyata tidak memberikan perlindungan yang baik. Sedangkan vaksin yang terbuat
dari Salmonella yang dilemahkan dari stain Ty 2la pada pemberian oral memberikan
perlindungan 87-95% selama 36 bulan, dengan efek samping 0-5% berupa demam
atau nyari kepala. Vaksin yang terbuat dari kapsul Vi (Typhi Vi) disuntik sc atau im
0,5 mL dengan booster 2-3 tahun, dengan efek samping demam 0-1%, sakit kepala
1,5-35% dan berupa pembengkakan dan kemerahan pada tempat suntikan.

 KOMPLIKASI
o Komplikasi intestinal
o Perdarahanusus
o Perforasiperifer
o Ileus paralitik
o Komplikasi ekstra intestinal
o Komplikasi kardiovaskular : gagal sirkulasi perifer, miokarditis,
tromboflebitis.
o Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, KID, trombosis
o Komplikasi paru – paru : pneumonia, empiema, pleuritis
o Komplikasi hepatobilier : hepatitis, kolesistitis
o Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis
o Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, arthritis.
o Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik.
 PROGNOSIS
Prognosis demam tifoid tergantung dari ketepatan terapi, umur, keadaan kesehatan
sebelumnya serta ada tidaknya komplikasi. Di negara berkembang angka
mortalitasnya >10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan
pengobatan. Munculnya komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan
hebat, meningitis, endokarditis dan pneumonia mengakibatkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai