Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Isolasi sosial : menarik diri

II. Proses Terjadinya Masalah


Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Budi Ana
Keliat, 1999). Menarik diri dipengaruhi oleh faktor perkembangan dan sosial
budaya. Faktor perkembangan yang terjadi adalah kegagalan individu
sehingga terjadi tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis,
putus asa terhadap hubungan dengan orang lain dan gangguan konsep diri,
dimana klien merasa dirinya tidak berharga.
Menarik diri dapat juga disebabkan oleh perceraian, putus hubungan,
peran keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan
penganiayaan anak. Risiko dari perilaku menarik diri adalah terjadinya
perubahan persepsi sensori (halusinasi). Manifestasi klinik pada klien
dengan menarik diri adalah apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri,
banyak diam diri di kamar, menunduk, menolak hubungan dengan orang
lain, perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur).

III. Pohon Masalah

Risiko perubahan persepsi sensori : halusinasi….

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah Keperawatan
1. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi…..
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Data yang perlu Dikaji
I. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi…..
a. Data obyektif
Klien berbicara dan tertawa sendiri,klien bersikap seperti
mendengar / melihat sesuatu
b. Data subyektif
Klien mangatakan dengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata,klien melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata
II. Isolasi sosial:menarik diri
a. Data obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di
kamar, banyak diam
b. Data subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya
dijawab dengan singkat ya atau tidak.
III. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Data obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan,ingin menciderai diri / ingin mengakhiriak
hidup.
b. Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu,tidak bisa,tidak tahu apa-
apa,bodoh,mengkritik diri sendiri,mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
IV. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi… berhubungan dengan
menarik diri
b. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

V. Rencana Tindakan Keperwatan


i. Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
ii. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kesepakatan/janji dengan jelas
tentang topik, tempat, waktu
b. Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak
menjawab
c. Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan
terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.
2. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan :
a. Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain
b. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain
b. Bantu mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki untuk
bergaul
4. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap : klien-
perawat, klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-
keluarga
Tindakan :
a. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin
perawat sama
b. Motivasi/temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
c. Tingkatkan interaksi secara bertahap
d. Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
e. Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
f. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik
5. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan :
a. Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
6. Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.


Amino Gondoutomo. 2003
2. Boyd, M.A. & Nihart, M.A. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice.
Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher. 1998

3. Keliat, B.A. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.


1999
4. Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta :
EGC. 1998
5. Tim Direktorat Keswa. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi
1. Bandung : RSJP Bandung. 2000
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Perilaku kekerasan/amuk

II. Proses Terjadinya Masalah


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif
(Towsend,1998)
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,
manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekersan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan
ketergantungan pada orang lain.
Pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan dapat disebabkan
adanya perubahan sensori persepsi berupa halusinasi baik dengar, visual
maupun lainnya. Klien merasa diperintah oleh suara-suara atau bayangan
yang mengejeknya. Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan
tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungan,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dan
lain-lain
III. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan/amuk

Perubahan persepsi sensori : halusinasi….


IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
a. Masalah keperawatan
a) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b) Perilaku kekerasan/amuk
c) Perubahan persepsi sensori : halusinasi….
b. Data yang perlu dikaji
I. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
a) Data Subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain,ingin
membunuh,ingin membakar dan mengacak-acak lingkungannya.
b) Data objektif
Klien mengamuk merusak dan melempar barang-barangmelakukan
tindakan kekerasan pada orang-oarang di sekitarnya.

II.Perilaku kekerasan / amuk


a. Data Subjektif
a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa
lainnya
b. Data Objektif
a. Mata merah, wajah agak merah
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam
d. Merusak dan melempar barang-barang

III. Gangguan harga diri : harga diri rendah


1. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu tidak bisa,tidak tahu apa-
apa,bodoh,mengkritik diri sendiri,mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiriakan
2. Data Subyektif
Klien tampak lebih sendiri bingung bila disuruh memilih alternatif
tindindakan ingin menciderai diri/ ingin mengakhiri hidup.

V. Diagnosa Keperawatan
a) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan/amuk
b) Perilaku kekerasan/amuk berhubungan dengan perubahan persepsi
sensori : halusinasi….

VI. Rencana Tindakan Keperwatan


a. Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,
perkenalan dan jelaskan tujuan interaksi
2 Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak
menjawab

3 Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang

2. Klien dapat mengidentifikasikan penyebab perilaku


kekerasan
Tindakan :
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan tenang
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel atau kesal
b. Observasi tanda perilaku kekerasan
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang
dialami klien
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
c. Tanyakan apakah dengan tindakan seperti itu dapat
menyelesaikan masalah
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
c. Tanyakan apakah klien ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahan
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
b. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik : tarik napas dalam
jika sedang kesal, berolahraga, memukul bantal/kasur
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau
kesal/tersinggung
d. Secara spiritual : berdoa, ibadah, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku
kekerasan
Tindakan :
a. Bantu memilih cara yang paling tepat
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat
jengkel/marah
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai


program)
Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,
frekuensi,efek dan efek samping)
b. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
klien, obat, dosis, cara dan waktu)
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI . 1989. Petunjuk Teknik Asuhan Keperawatan Ed. 8. Jakarta : EGC

Keliat dkk . 1998 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Maramis, WF . 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga


University Press

Stuart, GW, Sundeen, SJ . 1995. Pocket Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3,


Alih Bahasa Achir Yani S. Hamid. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC

Townsend, Mary C . 1998 . Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada


Keperawatan Psikiatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Perubahan sensori perseptual : halusinasi

II. Proses Terjadinya Masalah


Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart &
Sundeen, 1998).
Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber
atau penyebab halusinasi berasal dari lingkungan. Rangsangan primer dari
halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap
kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa
takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan
dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga
diri (self esteem) dan keutuhan keluarga dapat merupakan penyebab
terjadinya halusinasi. Ancaman terhadap harga diri dan keutuhan keluarga
meningkatkan kecemasan. Gejala dengan meningkatnya kecemasan,
kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi, mengenal perbedaan
antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun, sehingga
segala sesuatu diartikan berbeda dan proses rasionalisasi tidak efektif lagi.
Hal ini mengakibatkan sulit untuk membedakan mana rangsangan yang
berasal dari pikirannya sendiri dan mana yang dari lingkungan.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum
atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
gelisah, melakukan gerakan seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan dari
klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar
atau dirasakan).

III. Pohon Masalah


Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori perceptual : halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


a. Masalah keperawatan
a) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b) Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c) Isolasi sosial : menarik diri
b. Data yang perlu dikaji
a) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkunga
a. Data Subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain
ingin membunuh ingin membakar atau mengacak-acak
lingkungannya.
b. Data Objektif
Klien mengamuk merusak dan melempar barang-
barang melakukan tindakan kekerasan pada orang-
orang disekitarnya.
b) Perubahan sensori perseptual : halusinasi
a. Data Subjektif
a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus nyata
b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada
stimulus yang nyata
c. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d. Klien merasa makan sesuatu
e. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan
didengar
g. Klien ingin memukul/melempar barang-barang
b. Data Objektif
a. Klien berbicara dan tertawa sendiri
b. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c. Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
d. Disorientasi
c) Isolasi sosial : menarik diri
a. Data Subjektf
 Klien mengingkapkakan tidak berdaya dan tidak ingin hidup
lagi
 Klien ngungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
 Disorientasi
b. Data objektif
 Klien tampak lebih suka sendiri
 Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan
 Ingin menciderai diri/ingin mengakhiri hidup

V. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan
dengan menarik diri.
VI. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasiyang dialaminya
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Salam terapeutik – perkenalan diri – jelaskan tujuan – ciptakan
lingkungan yang tenang – buat kontrak yang jelas (waktu,
tempat, topik)
b. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
c. Empati
d. Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
a. Kontak sering dan singkat
b. Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal
dan non verbal)
c. Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada
suara yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara itu.
Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,
tetapi perawat tidak mendengarnya. Katakan bahwa perawat
akan membantu
d. Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu,
frekuensi terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat
terjadi halusinasi
e. Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a. Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru
untuk mengontrol halusinasinya
c. Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara
dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan,
mengatakan pada suara tersebut “saya tidak mau dengar”
d. Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan
e. Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri
pujian jika berhasil
f. Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi
4. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang
gejala, cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu
follow up atau kapan perlu mendapat bantuan
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
a. Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat
b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara, waktu)
c. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
d. Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.


Amino Gonohutomo, 2003
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC, 1999
3. Stuart, G.W. & Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC,
1995
4. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung, 2000
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung, 2000
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan konsep diri : harga diri rendah

II. Proses Terjadinya Masalah


Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Gangguan harga
diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll.
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy
yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan
perianal, dll), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama

III. Pohon Masalah


Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


Berduka disfungsional

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Berduka disfungsional
2. Data yang perlu dikaji
a. Isolasi sosial : menarik diri
1. Data Subyektif
 mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup
 mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
 klien malu bertumu dan berhadapan dengan orang lain
2. Data objektif
 ekspresi wajah kosong
 tidak ada kotak mata ketika di ajak bucara
 suara pelan dan tidak jelas
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
2. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
a. Berduka disfungsionalk
1. Data Subyektif
 Mengikapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
 mengungkapkan sedih karena tidak naik kelas
 klien malu bertemu dan berhadapan dangan orang lain
karena diceraikan suaminya
2. Data Obyektif
 Ekspresi wajah sedih
 tidak ada kotak mata ketika diajak bicara
 suara pelan dan tidak jelas
 Tampak menangis
V. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan
berduka disfungsional.

VI. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan konsep diri :
harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan
Tindakan :
a. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang
ada
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Boyd, M.A., Hihart, M.A. Psychiatric nursing : contemporary practice.
Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998
Keliat, B.A. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart, G.W., Sundeen, S.J. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
1998
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung. 2000
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Masalah Utama
Defisit perawatan diri: higiene

II. Proses Terjadinya Masalah

Defisit perawatan diri : higiene adalah keadaan dimana individu


mengalami kegagalan kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan
aktivitas kebersihan diri (Carpenito, 1977).
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perawatan diri kurang
(higiene) antara lain:
a. Perkembangan:
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif dan keterampilan.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungannya.

III. Pohon Masalah

Perawatan diri kurang: higiene

Menurunnya motivasi perawatan diri


Isolasi sosial : menarik diri

IV. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


a. Masalah keperawatan:
a) Defisit perawatan diri
b) Menurunnya motivasi perawatan diri
c) Isolasi sosial: menarik diri

b. Data yang perlu dikaji:


a) Defisit perawatan diri
 Data Subyektif
Klien mengatakan belum bisa melakukan perawatan diri dengan baik
 Data Obyektif
Badan bau,rambut gigi kotor
b) Menurunnya motivasi perawatan diri
 Data Subyektif:
Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau
menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa
menggunakan alat mandi / kebersihan diri.

 Data Obyektif:
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan
kotor, gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa
menggunakan alat mandi.
c) Isolasi sosial: menarik diri
 Data Subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi kadang hanya dijawab
dangan singkat ya atau tidak
 Data Obyektif
Apatis ekspresi sedih afek tumpul menyendiri berdiam diri dikamar
banyak diam

V. Diagnosa keperawatan
1. Perawatan diri kurang: higiene berhubungan dengan menurunnya motivasi
perawatan diri
2. Menurunnya motivasi perawatan diri berhubungan dengan menarik diri.

VI. Rencana tindakan


a. Tujuan umum : klien mampu melakukan perawatan diri: higiene.
b. Tujuan khusus:
1. Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda-tanda kebersihan diri
Tindakan :
a. Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan tanda-tanda
bersih
b. Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan hal yang
positif.

2. Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri


Tindakan :
a. Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri
b. Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga kebersihan diri

3. Klien dapat menyebutkan manfaat higiene


Tindakan:
a. Diskusikan bersama klien tentang manfaat hygiene
b. Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk menjaga
kebersihan diri

4. Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri


Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri: andi 2x
sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi
minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x
seminggu dengan sampo, memotong kuku minimal 1x seminggu,
memotong rambut minimal 1 x sebulan.
b. Beri reinforcement positif bila klien berhasil

5. Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan


minimal
Tindakan:
a. Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga
kebersihan diri
b. Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan
minimal

6. Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri


Tindakan:
a. Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap
b. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
membersihkan diri
c. Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri
d. Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur

7. Klien mendapat dukungan keluarga


Tindakan:
a. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan
diri melalui pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Boyd, M.A., Hihart, M.A. Psychiatric nursing : contemporary practice.
Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998
Keliat, B.A. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart, G.W., Sundeen, S.J. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
1998
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung. 2000

Anda mungkin juga menyukai