Anda di halaman 1dari 25

REFLEKSI KASUS

DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT II DENGAN


STATUS GIZI KURANG

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh program
Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Oleh:
Mohammad Fajar Sodiqi
30101507494

Pembimbing:
dr. Hj. Pujiati Abbas, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Nama : Mohammad Fajar Sodiqi


Judul : Demam Berdarah Dengue Derajat II Dengan Status Gizi Kurang
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas : Kedokteran UNISSULA
Pembimbing : dr. Hj. Pujiati Abbas, Sp.A

Semarang, Januari 2020


Pembimbing,

dr. Hj. Pujiati Abbas, Sp.A


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGUNG
SEMARANG 2019

CATATAN MEDIS ORIENTASI MASALAH

I. IDENTITAS
Nama Pasien : An. SFJ
Tanggal Lahir (Usia) : 11 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banjardowo Genuk Semarang
Tanggal Masuk RS : 07 – 01 – 2020

Nama Ayah : Tn. N


Tanggal Lahir (Usia) : 47 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Banjardowo Genuk Semarang

Nama Ibu : Ny. K


Tanggal Lahir (Usia) : 47 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Banjardowo Genuk Semarang

II. DATA DASAR


Alloanamnesis dengan orang tua pasien dilakukan pada Jumat, 10 Januari 2020 pukul
15.00 WIB di bangsal Baitul Nissa 1 RSISA serta didukung dengan catatan medis.
Keluhan utama: Demam 6 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan demam tinggi sejak 6 hari yang lalu. Demam timbul mendadak
dan tinggi. Saat diukur oleh ibu pasien dirumah demam 39,5 oC, demam naik turun.
Demam turun saat ibu pasien memberikan paracetamol. Ibu pasien mengatakan
muncul bitnik kemerahan pada dahi anaknya. 3 hari SMRS keluhan demam masih
meningkat dan tidak berkurang maka orang tua pasien memabawa anaknya ke RSISA
Selasa, 7 Januari 2020.
Pasien juga mengeluhkan mual (+), muntah (+) 1 kali berisikan makanan yang telah
dimakan sebanyak 1 gelas belimbing, sakit kepala (+), nyeri otot dan sendi (+), nafsu
makan menurun, batuk (-), pilek (-), pegel di sendi (-) gangguan BAB (-) gangguan
BAK (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
Faringitis : disangkal Kejang : disangkal
Tonsilitis : disangkal Enteritis : disangkal
Bronkiolitis : disangkal Disentri Basiler : disangkal
Pnemonia : disangkal Disentri Amoba : disangkal
Morbili : disangkal Demam Thyphoid : disangkal
Pertusis : disangkal Cacing : disangkal
Varisela : disangkal Operasi : disangkal
Difteri : disangkal Trauma : disangkal
Malaria : disangkal Alergi : disangkal
Polio : disangkal Anemia : disangkal
Tuberculosis : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluhan serupa di keluarga.

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai swasta. Ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Orang tua dan pasien tinggal serumah. Biaya pengobataan menggunakan BPJS.
Kesan social ekonomi: Cukup

III. DATA KHUSUS


Riwayat Perinatal
Anak laki-laki lahir secara section cesarean dari ibu G4P4A0 hamil 37 minggu di
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro dan menangis saat lahir. ANC teratur. Anak lahir
dengan berat badan saat lahir 3100 gram.
Kesan perinatal: Aterm

Riwayat Makan
Pasien diberikan ASI hingga usia 1 tahun. Pasien mulai diberikan MPASI saat usia 1
minggu. MPASI yang sering diberikan berupa bubur instan.
Kesan: ASI tidak eksklusif

Riwayat Imunisasi Dasar


No. Imunisasi Freq Rekomendasi (Usia)
1. BCG 1 1 bulan
2. Polio 4 0, 2, 4, 6 bulan
3. Hepatitis B 3 0, 2, 6 bulan
4. DPT 3 2, 4, 6 bulan
5. Measles 1 9 bulan

Kesan: lengkap

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Tersenyum : usia 2 bulan
Miring : usia 3 bulan
Tengkurap : usia 4 bulan
Duduk tanpa berpegangan : usia 7 bulan
Merangkak : usia 9 bulan
Berdiri dengan berpegangan : usia 12 bulan

Kesan: Sesuai usia

Riwayat KB
Ibu pasien menggunakan KB suntik yang disuntikan setiap 3 bulan.

IV. STATUS GIZI


Z Score
Anak perempuan berusia 11 tahun 4 bulan = 136 bulan
Berat = 23 kg
Tinggi = 135 cm

23−38,5
WAZ = =−2,3 (BB Rendah, Gizi Kurang)
6,6
135−147
HAZ = =−1,7 (Normal)
6,9
23−30,1
WHZ = =−2,2 (Kurus)
3,1
Kesan: Gizi Kurang

V. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada Jumat, 10 Januari 2020 di Bangsal Baitun Nissa 1
RSISA.

Keadaan Umum : tampak kurus


Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda Vital:
HR : 100x/min, isi dan tegangan cukup
RR : 20 x/min
Temp : 36,8° C (axilla)
BP : 120/80 mmHg

Status Internus
Kepala : Mesocephale, ubun-ubun besar sudah tertutup, tanda perdarahan
intracranial (-)
Rambut : Hitam, mudah dicabut (-), kering (-)
Kulit : Peteki (+), sianosis (-), turgor kembali lambat (-), pucat (-)
Mata : Mata cekung (-), oedem palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Telinga : Discharge (-/-)
Bibir : Stomatitis angularis (-), kering (-), sianosis (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), stomatitis (-), bula hemorargik (-)
Lidah : Atrofi papil lidah (-), glositis (-), licin (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Tenggorokan : Hiperemis (-), selaput putih (-) Tonsil T1/T1

Thorax
Paru-paru
 Inspeksi : Bentuk normal, simetris, retraksi (-)
 Palpasi : Sterm fremitus dextra et sinistra simetris, nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor di seluruh lapang
 Auskultasi : Suara vesikuler (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), amforik (-/-)

Cor
 Inspeksi : Iktus cordis tak tampak
 Perkusi :-
 Palpasi : Iktus cordis teraba, kuat angkat
 Auskultasi :
o Irama : Reguler
o Bunyi Jantung : BJ I dan BJ II normal reguler
o Bising : (-)

Abdomen
 Inspeksi : Datar, hiperemis (-), lesi (-), kembung (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Perkusi : Timpani pada seluruh regio, tanda perdarahan intrabdomen (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (+) epigastrium, defens muscular (-), hepar dan
lien tak teraba

Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Refleks patologis -/- -/-
Edema -/- -/-
Capillary refill time <2s/<2x <2s/<2s
Kuku sendok -/- -/-
Bercak kemerahan -/- -/-

Genital
Perempuan, dalam batas normal

Anorectal
Normal

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium
07/01/20
Darah Rutin Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12,5 10,8 – 15,6 g/dL
Hematokrit 36,9 33 – 45 %
Leukosit 5 4,5 – 13,5 Ribu/uL
Trombosit 84 (L) 217 – 497 Ribu/uL

Widal Hasil Nilai Rujukan Satuan


Salmonella Typhi O Negatif Negatif -
Sal. Paratyphi A O Negatif Negatif -
Sal. Paratyphi B O Negatif Negatif -
Sal. Paratyphi C O Positif 1/160 Negatif -
Salmonella Typhi H Negatif Negatif -
Sal. Paratyphi A H Negatif Negatif -
Sal. Paratyphi B H Negatif Negatif -
Sal. Paratyphi C H Negatif Negatif -

Kimia Hasil Nilai Rujukan Satuan


Natrium 134,6 132 – 145 mmol/L
Kalium 3,41 3,5 – 5 mmol/L
Chloride 95,5 95 – 105 mmol/L

08/01/20
Darah Rutin Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12,9 10,8 – 15,6 g/dL
Hematokrit 38,4 33 – 45 %
Leukosit 4,51 4,5 – 13,5 Ribu/uL
Trombosit 63 (L) 217 – 497 Ribu/uL

09/01/20
Darah Rutin Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12,2 10,8 – 15,6 g/dL
Hematokrit 36,0 33 – 45 %
Leukosit 6,79 4,5 – 13,5 Ribu/uL
Trombosit 68 (L) 217 – 497 Ribu/uL

10/01/20
Darah Rutin Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12,2 10,8 – 15,6 g/dL
Hematokrit 35,3 33 – 45 %
Leukosit 5,48 4,5 – 13,5 Ribu/uL
Trombosit 91 (L) 217 – 497 Ribu/uL

VII. ASSESMENT
 Demam Berdarah Dengue Derajat II
 Status Gizi Kurang

VIII. INITIAL PLAN


A. Assessment: Demam Berdarah Dengue Derajat II
DD:
 Demam Typhoid
 Demam Chikungunya
IP Dx:
S: Demam 2-7 hari bifasik, perdarahan (bitnik merah dikulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah darah BAB darah), batuk pilek, myalgia, artalgia
O: Darah Rutin, Uji IgM dan IgG anti dengue
IP Tx:
 Kebutuhan cairan
o Rumus Darrow
BB: 23 kg
10 kg #1 = 10 kg x 100 cc = 1000 cc
10 kg #2 = 10 kg x 50 cc = 500 cc
10 kg #3 = 3 kg x 20 cc = 60 cc
Total = 1560 cc
1560× 15
Tpm = =16,25 tpm→ 16 tpm
24 ×60
 Berikan paracetamol 10 – 15 mg/kgBB/hari jika demam ≥ 38,5oC
 Antikonvulsan apabila timbul kejang
o Diazepam 0,5 mg/kgBB/kali IV
o Phenobarbital diberikan luminal 75 mg bila dalam waktu 15 menit
kejang tidak berhenti dapat diulangi dosis 3 mg/kgBB IM
IP Mx:
 KU
 TTV
 Tanda bahaya
 Trombosit, Leukosit, Hematokrit
IP Ex:
 Menjelaskan tentang penyakit pasien
 Menjelaskan mengenai tanda – tanda bahaya
 Menjelaskan mengenai diet nutrisi yang perlu diberikan
 Menjelaskan mengenai faktor risiko dan cara pencegahan berkaitan dengan
perbaikan hygiene personal, perbaikan sanitasi lingkungan, metode 4M
plus seminggu sekali:
o Menguras wadah air
o Menutup rapat semua wadah air
o Mengubur atau memusnahkan barang bekas
o Memantau semua wadah air
o Tidak menggantung baju, menghindari gigitan nyamuk
 Menjalaskan kepada keluarga mengenai komplikasi yang dapat terjadi
 Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita pasien dapat disembuhkan

B. Assessment: Status Gizi Kurang


DD: - Gizi Baik
IP Dx:
S: Tampak kurus
O: Antropometri, Z Score
IP Tx:
 Wanita (10 – 12 tahun) = 60 x BB Ideal
 BB Ideal (7 – 12 tahun) = (7 x (usia tahun) – 5)/2
= (7x11-5)/2
= 36 kg
 Kebutuhan kalori (wanita 10 – 12 tahun) = 60 x BB Ideal
= 60 x 36
= 6210 kcal
o Karbohidrat : 60% x 6210 kcal = 3726 kcal
o Lemak : 35% x 6210 kcal = 2173,5 kcal
o Protein : 5% x 6210 kcal = 310,5 kcal
IP Mx:
 KU
 TTV
 Tanda bahaya
 Z Score
IP Ex:
 Menjelaskan tentang kondisi pasien
 Menjelaskan agar memperhatikan asupan makanan pasien
 Menjelaskan bahwa masalah ini dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan pasien

IX. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
07/01/20 Demam 3 HR 100x/mnt Hiperterm  Inf Futrolit 15 tpm
hari, BAB RR 20x/mnt i  Inj glibotik
cair 2x SpO2 99% 2x500mg
o
T 36,7 C  Sanmol K/P
Trombositopenia  Inj Ondansetron 3x2
3
84.000/mm mg
 L BIO 2x1
 Zinc 1x1 tab
08/01/20 Pusing HR 92x/mnt DHF  Inf Futrolit 15 tpm
Mual (+) RR 20x/mnt  Inj glibotik
Muntah SpO2 99% 2x500mg
(+) T 36,oC  Sanmol K/P
Nyeri Trombositopenia  Inj Ondansetron 3x2
3
perut 63.000/mm mg
 L BIO 2x1
 Zinc 1x1 tab
09/01/20 Nyeri HR 96x/mnt DHF  Inf Futrolit 15 tpm
perut (+) RR 18x/mnt  Inj glibotik
SpO2 99% 2x500mg
T 36oC  Sanmol K/P
Trombositopenia  Inj Ondansetron 3x2
3
68.000/mm mg
 L BIO 2x1
 Zinc 1x1 tab
10/01/20 Nyeri HR 100x/mnt DHF  Inf Futrolit 15 tpm
perut (+) RR 20x/mnt  Inj glibotik
SpO2 100% 2x500mg
o
T 36,8 C  Sanmol K/P
Trombositopenia  Inj Ondansetron 3x2
3
91.000/mm mg
 L BIO 2x1
 Zinc 1x1 tab
TINJAUAN PUSTAKA

DEMAM BERDARAH DENGUE


 DEFINISI
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue.
Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis dan menginfeksi luas dibanyak
negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat
menyebabkan demam berdarah baik ringan maupun fatal. DBD ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang terdapat hampir diseluruh daerah Indonesia.
Transmisi virus dengue tergantung pada faktor biotik dan faktor abiotik.
Faktor biotik termasuk virus, vektor dan pejamu (host). Faktor abiotik termasuk suhu,
kelembaban dan curah hujan. Faktor lingkungan juga mempengaruhi kejadian DBD.
Faktor lingkungan ini meliputi kondisi geografi dan demografi. Kondisi geografi yaitu
ketinggian dari permukaan laut, angin dan iklim.
Virus dengue adalah genus dari Flavivirus dan familia Flaviviridae dengan
ukuran 50 nm, mengandung RNA rantai tunggal sebagai genome. Virion terdiri atas
nukleokapsid berbentuk kubus simetris dalam amplop 9 lipoprotein. Virus dengue
memiliki 4 strain DENV1, DENV2, DENV3 dan DENV4. Infeksi salah satu serotipe
virus dapat membentuk sistem imun dari serotipe yang menginfeksi. Apabila terjadi
infeksi sekunder dengan serotipe lain atau multipel infeksi dengan serotipe berbeda
dapat menyebabkan infeksi dengue berat yaitu Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau
Dengue Shock Syndrome (DSS).
 EPIDEMIOLOGI
Kasus DBD meningkat pada lima dekade terakhir. Terdapat 50-100 juta kasus
infeksi baru yang diperkirakan terjadi lebih dari 100 negara endemik DBD. Setiap
tahun ratusan sampai ribuan kasus DBD meningkat dan menyebabkan 20.000
kematian. Pada Asia Tenggara menjadi area endemik dengan laporan kasus dengue
sejak tahun 2000- 2010 angka kematian mencapai 355.525 kasus.
DBD pertama kali ditemukan tahun 1968 di Surabaya dengan 58 kasus pada
anak dan diantaranya 24 anak meninggal. DBD menunjukkan kecenderungan
peningkatan jumlah kasus dan luas daerah terjangkit. Wilayah diseluruh Indonesia
mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD kecuali daerah yang memiliki
ketinggian lebih dari 1.000 meter DPL (Diatas Permukaan Laut). Jumlah kasus DBD
di Indonesia tahun 2008 mencapai 137.469 kasus dan jumlah kematian sebanyak
1.187 orang. Tahun 2009 kasus DBD meningkat mencapai 158.912 kasus, jumlah
kematian 1.420 orang. Selama tahun 2010, kasus DBD menurun menjadi 156.806
kasus dan jumlah kematian 1.358 orang. Dengue di Indonesia memiliki siklus
epidemik setiap sembilan hingga sepuluh tahunan. Hal ini terjadi karena perubahan
iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor diluar faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia pada umumnya dan Provinsi Lampung pada khususnya. Kasus DBD
cenderung meningkat dan semakin luas penyebarannya serta berpotensi menimbulkan
KLB. IR selama tahun 2004-2012 cenderung berfluktuasi. Angka kesakitan DBD di
Provinsi Lampung tahun 2012 sebesar 68,44 per 100.000 penduduk (diatas IR
Nasional yaitu 55 per 100.000 penduduk) dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) kurang
dari 95% namun CFR telah kurang dari 1%.
 ETIOLOGI
Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae. Keempat serotipe
virus dengue yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dapat dibedakan
dengan metodologi serologi. Infeksi pada manusia oleh 13 salah satu serotipe
menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang
sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial terhadap serotipe
yang lain.
Virus-virus dengue menunjukkan banyak karakteristik yang sama dengan
flavivirus lain, mempunyai genom RNA rantai tunggal yang dikelilingi oleh
nukleotida ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid. Virionnya mempunyai
panjang kira-kira 11 kb (kilobases), dan urutan genom lengkap dikenal untuk
mengisolasi keempat serotipe, mengkode nukleokapsid atau protein inti (C), protein
yang berkaitan dengan membrane (M), dan protein pembungkus (E) dan tujuh gen
protein nonstruktural (NS).
 PATOGENSIS
Terdapat tiga faktor yang berperan dalam timbulnya suatu penyakit termasuk
DBD yaitu pejamu, vektor dan lingkungan.
o Pejamu
Virus dengue dapat menginfeksi manusia dan beberapa spesies
primata. Manusia merupakan reservoir utama virus dengue di daerah
perkotaan. Beberapa variabel yang berkaitan dengan karakteristik pejamu
adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, imunitas, status gizi, ras
dan perilaku.
o Vektor
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau Arthropoda
yang dapat memindahkan atau menularkan agen infeksi dari sumber infeksi
kepada pejamu yang rentan. Virus dengue ditularkan kepada manusia 12
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes polynesiensis
dan beberapa spesies yang lain yang kurang berperan. Penularan DBD terjadi
melalui gigitan nyamuk Aedes sp. betina yang sebelumnya telah membawa
virus dalam tubuhnya dari penderita baru. Nyamuk Aedes aegypti sering
menggigit manusia pada pagi dan siang hari.
o Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang berkaitan
dengan terjadinya infeksi dengue. Lingkungan pemukiman sangat besar
peranannya dalam penyebaran penyakit menular. Kondisi perumahan yang
tidak memenuhi syarat rumah sehat apabila dilihat dari kondisi kesehatan
lingkungan akan berdampak pada masyarakat itu sendiri. Dampaknya dilihat
dari terjadinya suatu penyakit yang berbasis lingkungan yang dapat menular
seperti DBD.
Hingga kini sebagian besar masih menganut the secondary heterologous infection
hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah
terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue
serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.
Infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis
kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag.
Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T-helper dan T-
sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma
akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti
TNF-α, IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan
terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma.
 DIAGNOSIS
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik/jasmani, dan pemeriksaan penunjang lainnya
Manifestasi klinik untuk demam berdarah dengue (DBD) yaitu:
 Demam tinggi, timbul mendadak, kontinua, kadang bifasik.
 Berlangsung antara 2-7 hari.
 Muka kemerahan (facial flushing) , anoreksi, mialgia dan artralgia.
 Nyeri epigastrik, muntah, nyeri abdomen difus.
 Kadang disertai sakit tenggorok.
 Faring dan konjungtiva yang kemerahan.
 Dapat disertai kejang demam.
Tersangka infeksi dengue apabila terdapat demam < 7 hari, menifestasi
perdarahan (rumple leed (+), nyeri kepala dan retroorbital, mialgia, arthralgia,
leukopeni (<4000uL), kasus DBD lingkungan (+). Adapun tanda bahaya (warning
signs) yaitu pada fase afebris klinis tidak ada perbaikan atau memburuk, tidak mau
minum, muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, letargi dan/gelisah, perubahan
perilaku, perdarahan (mimisan, muntah & BAB hitam, menstruasi berlebih, urin
berwarna hitam/hemoglobinuria atau hematuria, pening, pucat (tangan-kaki teraba
dingin), diuresis berkurang dalam 4-6 jam. Warning signs tersebut digunakan untuk
menilai syok pada penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Tanda atau gejala DBD yang muncul seperti bintik-bintik merah pada kulit.
Selain itu suhu badan lebih dari 38oC, badan terasa lemah dan lesu, gelisah, ujung
tangan dan kaki dingin berkeringat, nyeri ulu hati, dan muntah. Dapat pula disertai 18
perdarahan seperti mimisan dan buang air besar bercampur darah serta turunnya
jumlah trombosit hingga 100.000/mm.
Demam dengue memiliki tiga fase diantaranya fase demam, fase kritis dan
fase penyembuhan. Pada fase demam, penderita akan mengalami demam tinggi secara
mendadak selama 2-7 hari yang sering dijumpai dengan wajah kemerahan, eritema
kulit, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital, rasa sakit di seluruh tubuh, fotofobia dan
sakit kepala serta gejala umum seperti anoreksia, mual dan muntah. Tanda bahaya
(warning sign) penyakit dengue meliputi nyeri perut, muntah berkepanjangan, letargi,
pembesaran hepar >2 cm, perdarahan mukosa, trombositopeni dan penumpukan
cairan di rongga tubuh karena terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah
kapiler.
Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi tidak demam, pasien yang
tidak diikuti dengan peningkatan pemeabilitas kapiler tidak akan berlanjut menjadi
fase kritis. Ketika terjadi penurunan demam tinggi, pasien dengan peningkatan
permeabilitas mungkin menunjukan tanda bahaya yaitu yang terbanyak adalah
kebocoran plasma. Pada fase kritis terjadi penurunan suhu menjadi 37.5-38°C atau
kurang pada hari ke 3-8 dari penyakit. Progresivitas leukopenia yang diikuti oleh
penurunan jumlah platelet mendahului kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit
merupakan tanda awal terjadinya perubahan pada tekanan darah dan denyut nadi.
Terapi cairan digunakan untuk mengatasi plasma leakage. Efusi pleura dan asites
secara klinis dapat dideteksi setelah terapi cairan intravena.
Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan selama 24-48
jam fase kritis, reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi selama 48-72
jam. Fase ini ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu makan kembali normal,
gejala gastrointestinal membaik dan status hemodinamik stabil.
DBD ditegakkan jika memenuhi 2 kriteria klinis ditambah 2 kriteria
laboratorium dibawah ini:
Kriteria klinik
1. Demam tinggi mendadak, terus – menerus selama 2-7 hari
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti tourniquet positif, petechiaem echimosis,
purpura, epistaksis, hematemesis, melena, perdarahan mukosa, perdarahan gusi
3. Pembesaran hepar
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat, tekanan nadi turun, tekanan
darah turun, kulit dingin dan lembab terutama ujung jari dan hidung, sianosis
sekitar mulut, gelisah
Kriteria laboratorium
1. Trombositopenia < 100.000/mm3
2. Hemokonsentrasi, peningkatan hematocrit 20% atau lebih
Klasifikasi Derajat
Derajat DBD Gejala Laboratorium
I Demam disertai 2 atau lebih tanda Trombositopenia, bukti
sakit kepala, nyeri retroorbital, ada kebocoran plasma
myalgia, arthralgia ditambah uji
tourniquet positif
II Gejala diatas ditambah perdarahan Trombositopenia, bukti
spontan ada kebocoran plasma
III Gejala diatas disertai dengan tekanan Trombositopenia, bukti
darah dan nadi tidak terukur ada kebocoran plasma
IV Syok berat disertai dengan tekanan Trombositopenia, bukti
darah dan nadi tidak terukur ada kebocoran plasma

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium demam berdarah dengue adalah sebagai berikut:
o Jumlah sel darah putih bisa normal atau didominasi oleh neutrofil pada fase
awal demam. Kemudian, jumlah sel darah putih dan neutrofil akan turun,
hingga mencapai titik terendah di akhir fase demam. Perubahan pada jumlah
total sel darah putih (<5000 sel/mm3) dan rasio neutrofil-limfosit (neutrofil <
limfosit) berguna untuk memprediksi periode kritis kebocoran plasma.
o Jumlah platelet normal selama fase awal demam. Penurunan ringan dapat
terjadi selanjutnya. Penurunan jumlah platele secara tiba-tiba hingga di bawah
100.000 terjadi di akhir fase demam sebelum onset syok ataupun demam
surut. Jumlah platelet berkorelasi dengan keparahan DBD. Selain itu, terdapat
kerusakan pada fungsi platelet. Perubahan ini terjadi secara singkat dan
kembali normal selama fase pemulihan.
o Hematokrit normal pada fase awal demam. Peningkatan kecil dapat terjadi
karena demam tinggi, anoreksi, dan muntah. Peningkatan hematokrit secara
tiba-tiba terlihat setelah jumlah platelet berkurang. Hemokonsentrasi atau
naiknya hematokrit sebesar 20% dari batas normal, seperti hematokrit 35% ≥
42% merupakan bukti obyektif adanya kebocoran plasma.
o Trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan penemuan tetap dari DBD.
Berkurangnya jumlah platelet di bawah 100.000 sel/mm3 biasanya terjadi
pada hari ketiga-sepuluh. Peningkatan hematokrit terjadi pada semua kasus
DBD, khususnya kasus syok. Hemokonsentrasi degan peningkatan hematokrit
sebesar 20% atau lebih merupakan bukti obyektif adanya kebocoran plasma.
Harus dicatat bahwa level hematokrit mungkin dipengaruhi oleh penggantian
volume yang terlalu dini atau perdarahan.
o Penemuan lain adalah hipoproteinemia/ albuminemia (sebagai kosekuensi
kebocoran plasma), hiponatremia, dan kenaikan ringan AST serum (<=200
U/L) dengan rasio AST:ALT>2
o Albuminuria ringan sesaat juga dapat terlihat
o BAB darah
o Pada sebagian besar kasus, pemeriksaan koagulasi dan faktor fibrinolitik
menunjukkan berkurangnya fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII,
dan antitrombin. Pengurangan antiplasmin (penghambat plasmin) juga
terdeteksi pada beberapa kasus. Pada kasus berat dengan disfungsi hepar,
kofaktor protrombin tergantung vitamin K berkurang, seperti faktor V,VII,IX,
dan X.
o Waktu tromboplastin sebagian dan waktu protrombin memanjang pada
sepertiga sampai setengah kasus DBD. Waktu trombin juga memanjang di
kasus yang berat.
o Hiponatremia terjadi beberapa kali pada DBD dan lebih parah pada syok.
o Hipokalsemia (dikoreksi dengan hipoalbuminemia) terjadi pada seluruh kasus
DBD, levelnya lebih rendah pada derajat 3 dan 4
o Asidosis metabolik juga sering ditemukan di kasus dengan syok
berkepanjangan. Kadar nitrogen urea dalam darah meningkat pada syok
berkepanjangan.

 PENATALAKSANAAN
Penemuan lain adalah hipoproteinemia/ albuminemia (sebagai kosekuensi
kebocoran plasma), hiponatremia, dan kenaikan ringan AST serum (<=200 U/L)
dengan rasio AST:ALT>2
 PENCEGAHAN
Dasar penatalaksanaan penderita DBD adalah pengganti cairan yang hilang
sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian
permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga
diberikan obat penurun panas.
Secara umum Demam Berdarah Dengue (DBD) dibagi 4 derajat, terapi yang
biasa dilakukan, yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD) Tanpa Syok
1. Penggantian volume cairan pada DBD
Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma yang terjadi
pada fase penurunan suhu sehingga dasar pengobatannya adalah
penggantian volume plasma yang hilang. Penggantian cairan awal
dihitung untuk 2–3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok lebih
sering sekitar 30–60 menit. Tetesan 24–48 jam berikutnya harus selalu
disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit dan jumlah volume
urin. Apabila terdapat kenaikan hemokonsentrasi 20% atau lebih maka
komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma.
Volume dan komposisi cairan yang diperlukan sesuai seperti cairan
dehidrasi untuk diare ringan sampai sedang yaitu cairan rumatan
ditambah defisit 6% (5-8%) seperti tertera di bawah ini.
Berat Badan (Kg) Jumlah Cairan (ml/kg BB/hari)
<7 220
7 – 11 165
12 – 18 132
>18 88
Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung
dari umur dan berat badan pasien serta derajat kehilangan plasma
sesuai dengan derajat hemokonsentrasi yang terjadi. Pada anak gemuk,
kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan ideal untuk anak
umur yang sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungkan dari
tabel berikut ini:
Berat badan (Kg) Jumlah cairan (ml)
10 100 per Kg BB
10 – 20 1000 + 50 x BB (untuk BB diatas 10 kg)
>20 1500 + 20 x BB (untuk BB diatas 20 kg)
Dengan melihat keterangan tabel diatas dapat diperhitungkan
misalnya jika anak dengan berat badan 40 kg maka cairan rumatan
yang diberikan adalah sebanyak 2300 ml dan jumlah cairan rumatan ini
diperhitungkan untuk 24 jam. Oleh karena kecepatan perembesan
plasma tidak konstan (perembesan plasma terjadi lebih cepat pada saat
suhu turun), volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan
kecepatan dan kehilangan plasma, yang dapat diketahui dari
pemantauan kadar hematokrit.
2. Antipiretika.
Antipiretikum yang diberikan ialah parasetamol, tidak disarankan
diberikan golongan salisilat karena dapat menyebabkan bertambahnya
pendarahan.
3. Antikonvulsan
Apabila timbul kejang – kejang diatasi dengan pemberian
antikonvulsan.
a. Diazepam: diberikan dengan dosis 0,5 mg/KgBB/kali secara
intravena dan dapat diulang apabila diperlukan.
b. Phenobarbital: diberikan dengan dosis, pada anak berumur lebih
dari satu tahun diberikan luminal 75 mg dan dibawah satu tahun 50
mg secara intramuscular. Bila dalam waktu 15 menit kejang tidak
berhenti dapat diulangi dengan dosis 3mg/Kg BB secara
intramuskular
4. Pengamatan Penderita
Pengamatan penderita dilakukan terhadap tanda–tanda dini syok.
Pengamatan ini meliputi: keadaan umum, denyut nadi, tekanan darah,
suhu, pernafasan, dan monitoring Hb, Hct dan trombosit.

Anda mungkin juga menyukai