Teosofi
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah ﷻyang telah menganugerahkan segala nikmat yaitu,
nikmat islam, nikmat iman, dan nikmat sehat. Sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah “Syari’at “ dengan baik. Shalawat serta salam, dihaturkan kepada Nabi
Muhammad ﷺ, Nabi Akhir zaman, yang membawa umatnya dari zaman
yang penuh kegelapan, tanpa adanya ilmu, ke zaman yang terang benderang, dengan
banyaknya ilmu yang kita dapat.
Penyusun
1|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI .......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................3
1.1.Latar Belakang .......................................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................................................3
1.3.Tujuan ....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................4
2.1.Pengertian Syari’at .................................................................................................4
2.2.Prinsip – Prinsip Syariat (Tasyri) ...........................................................................6
2.3.Nash Dan Tujuan Syariat ....................................................................................11
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................13
3.1. Kesimpulan .........................................................................................................13
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa syariat berasal dari kata syara’ yang berarti menjelaskan dan
menyatakan sesuatu atau dari kata Asy-Syir dan Asy Syari’atu yang berarti suatu
tempat yang dapat menghubungkan sesuatu untuk sampai pada sumber air yang tak
ada habis-habisnya sehingga orang membutuhkannya tidak lagi butuh alat untuk
mengambilnya.
Syariah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba Allah yang
harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Ketaatan, ketundukkan, dan kepatuhan
kepada Allah dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur
sedemikian rupa oleh syariah Islam. Syariah Islam mengatur pula tata hubungan
antara seseorang dengan dirinya sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang
saleh.1
Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu
perkara yang Allah dan RasulNya belum menetapkan ketentuannya maka umat
1
http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2071352-pengertian-syariah/#ixzz2BXl2KqoQ 28 februari 2020 / 20.46
4|Page
Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung
oleh ayat dalam Firman Alloh Subhaanahu wata’ala :
2
Q.S al-maidah (5) : 101
3
Q.S Al-jatsiah (45) : 18
4
Q.S Asy syuura (42) : 21
5
http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=283:syariat-islam-dan-tantangan-zaman&catid=11:nirwan-
syafrin / 20:50 28 februari 2020
5|Page
3. Alamiyah yang bermaksud sejagat. ( Peraturannya sesuai untuk semua lapisan
manusia tanpa batasan masa atau geografi )
6
http://ustwan77.blogspot.com/2012/02/21-konsep-syariat.html. 20:46 / 28 februari 2020
7
Al-Qur’an ,2:286
6|Page
Namun bukan berarti dalam al-Quran tidak ada ketetapan hukum yang sulit
dalam pelaksanaannya. Sebab menurut al-Syatibi, hukum sendiri merupakan beban,
sehingga kesulitan umum yang biasa dialami masyarakat, misalnya sulit mencari
nafkah, tidak termasuk dalam kategori ‘adam al-haraj diatas. Karena kesulitan yang
sifatnya seperti itu tidak lain timbul dari kemalasan atau belum adanya
keberuntungan saja.
يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال تَسْأَلُوا ع َْن أَ ْشيَا َء إِ ْن تُ ْب َد لَ ُك ْم تَس ُْؤ ُك ْم َوإِ ْن تَسْأَلُوا َع ْنهَا ِحينَ يُنَ َّز ُل ْالقُرْ آنُ تُ ْب َد لَ ُك ْم َعفَا هَّللا ُ َع ْنهَا
)١٠١( َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َحلِي ٌم
8
Ustwan, loc.cit
9
Ibid.,5:101
7|Page
ayat di atas sebagai teguran atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu. Bahkan
mungkin bisa menyusahkan si penanya sendiri. Karena, jawaban yang akan ia
terima merupakan baban dari si penanya sendiri. Padahal prinsip agama adalah
pengurangan terhadap beban.10.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Nabi ketika menerima ayat al-
Quran menafsirkan sesuai kebutuhan masyarakat pada saat tiu. Sedangkan yang
tidak dibutuhkan didiamkan saja, dengan maksud nantinya ayat-ayat tersebut dapat
ditafsiri sesuai dengan kondisi dan situasi yang terjadi di masyarakat pada masa
yang akan datang. Prinsip ini telah disebutkan dalam hadits, “Sesungguhnya Allah
telah menetapkan beberapa kewajiban, maka janganlah kalian menyia-nyiakannya.
Dan dia telah menetapkan ketentuan-ketentuan, maka janganlah kalian
melampauinya. Dia juga telah mengharamkan beberapa hal, maka janganlah kalian
merusaknya, serta telah mendiamkan beberapa hal sebagai rahmat buat kalian,
bukan karena lupa, maka janganlah kalian membicaraknnya.”
10
Ustwan,loc.cit
8|Page
Sebagai langkah pertama, yang dilakukan syari’ (Nabi Muhammaf saw) adalah
mendiamkan kebiasaan buruk, akan tetapi Nabi sendiri menghindarinya.
Ketiga, menetapkan hukum tegas. Dalam contoh tersebut, Syari’ (Allah dan
Rasul-Nya) menetapkan hukum haram minum khamr secara tegas, sebagai langkah
yang paling akhir13 (QS.al-Maidah: 90)
“Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah
(shalatlah) sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenam(nya)”14
11
Al-Qur’an,2:219
12
Ibid,4:43
13
Ibid,5:90
14
Ibid,50:39
9|Page
“Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan
mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah (shalatlah) seraya memuji
Tuhanmu pada waktu petang dan pagi”15
Perintah dalam ayat tersebut kemudian dijabarkan secara jelas oleh Nabi
sebagai kewajiban shalat lima waktu, sebagaimana perintah Nabi ketika mengutus
Mu’adz ibn Jabal ke Yaman, “Kabarkan kepada mereka (penduduk Yaman),
bahwasannya Allah swt telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam
sehari semalam.” Akkhirnya ketika umat Islam telah mulai merasakan ketenangan
di negeri baru mereka, Madinah, turunlah kewajiban-kewajiban yang sifatnya lebih
terperinci, yaitu dimulai dengan syarat-syarat shalat berupa wudlu dan tayamum 16,
serta rukun-rukn (teknis) pelaksanaan shalat. Teknis pelaksanaan shalat sendiri
merupakan cara yang diajarkan oleh Nabi saw. Beliau bersabda, “Shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku shalat.
Islam bukan hanya doktrin belaka yang identik dengan pembebanan, tetapi
juga ajaran yang bertujuan untuk menyejahterakan manusia. Karenanya, segala
sesuatu yang ada di mayapada ini merupakan fasilitas yang berguna bagi manusia
15
Ibid,40:55
16
Ibid,5:6
10 | P a g e
dalam memenuhi kebutuhannya. ‘Abd al-Wahab Khalaf berkata, “Dalam
membentuk hukum, Syari’ (Allah dan Rasul-Nya) selalu membuat illat (ratio logis)
yang berkaitan dengan kemaslahatan manusia, juga menunjukkan bebrapa buktu
bahwa tujuan legislasi hukum tersebut untuk mewujudkan kemaslahatan manusia.
Di samping itu, Syar’I menetapkan hukum-hukum itu sejalan dengan tiadanya illat
yang mengiringinya. Oleh karena itu, Allah mensyariatkan sebagian hukum
kemudian merevisinya karena ada kemaslahatan yang sebanding dengan hukum
tersebut.
Persamaan hak di muka adalah salah satu prinsip utama syariat Islam, baik
yang berkaitan dengan ibadah atau muamalah. Persamaan hak tersebut tidak hanya
berlaku bagi umat Islam, tatpi juga bagi seluruh agama. Mereka diberi hak untuk
memutuskan hukum sesuai dengan ajaran masing-masing, kecuali kalau mereka
dengan sukarela meminta keputusan hukum sesuai hukum Islam.
Prinsip persamaan hak dan keadilan adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam menetapkan hukum Islam. Keduanya harus diwujudkan demi
pemeliharaan martabat manusia (basyariyah insaniyah)18
Ulama bersepakat, bahwa antara nash dan tujuan (maqasid), tidak dapat
dipisahkan. Imam al-Ghazali yang kemudian mensistemasikan Maqasid Syariah ini
menjadi tiga kategori: daruriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat. 19. Teori ini kemudian
dilanjutkan oleh Fakhruddin al-Razi. Dalam tulisannya, dia menyatakan bahwa:
17
Al-Qur’an,Opcit,4:58
18
http://milaisma.blogspot.com/2009/12/prinsip-prinsip-syariat-tasyri-dalam-al.html
19
Shifa’ al-Ghalil, h. 161-172
11 | P a g e
“Hal ini (maksudnya maslahah) mestilah menjadi bagian dari Syariat, karena tujuan
utama seluruh hukum yang diperintahkan Allah adalah untuk memelihara dan
20
menjaga kemaslahatan (masalih).” . Ibn Taymiyah juga menekankan hal yang
sama: “Bahwa Shariat hadir untuk menjamin kemaslahatan dan menghindarkan
kerusakan.” 21.
20
Al-Mahsul, 1992, 6:165
21
Majmu’ Fatawa, t.t., 20: 48
12 | P a g e
Imam Syatibi, tokoh yang mempopularkan teori Maqasid, dalam al-
Muwafaqat, menyatakan: “Tidak ada perubahan padanya (pada hukum yang
diperintahkan Allah secara jelas dan kategorikal), meskipun pandangan para
mukallaf (orang dewasa) berbeda-beda. Maka tidak sah sesuatu yang baik berubah
buruk dan buruk menjadi baik sehingga dikatakan misalnya: bahwa membuka aurat
sekarang ini bukan lagi aib atau sesuatu yang buruk, dan oleh sebab itu wajar untuk
dibolehkan. Atau semisal ini. Andaikan hal ini diterima, maka ia merupakan
penasakhan (penghapusan) terhadap hukum yang sudah tetap dan kontiniu. Dan
nasakh sesudah wafatnya Rasullah adalah sesuatu yang batil.”22 .
22
Al-Muwafaqat, ed. Muhammad Muhyiddin ‘Abdul Hamid, 2:209
23
Ibid hlm 2
13 | P a g e
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Al – Qur’an al Karim
http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/pengertian-syariat-islam.html#.UJSpO2M0_qA
http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=283:syariat-islam-dan-
tantangan-zaman&catid=11:nirwan-syafrin21.05 01/ november 2012
http://milaisma.blogspot.com/2009/12/prinsip-prinsip-syariat-tasyri-dalam-al.html01 november
2012
http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=283:syariat-islam-dan-
tantangan-zaman&catid=11:nirwan-syafrin. 21.05 / 01 November 2012
http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2071352-pengertian-syariah/#ixzz2BXl2KqoQ
20.40 / 8 november 2012
15 | P a g e