Tokoh berdarah Cina ini lahir pada 9 Februari 1950 dengan nama A. Kwie. Nilai-nilai
karakter yang diterapkan dalam keluarganya merupakan modal untuk meraih
kesuksesan seperti saat ini. Djoko Susanto juga menuntut ilmu dalam dunia
pendidikan formal.
Akan tetapi, saat berada di bangku Sekolah Dasar, beliau harus putus sekolah
karena pemerintah Indonesia tidak mengijinkan siswa dengan nama Cina,
bersekolah di Indonesia. Hal tersebut tidak mematahkan semangat Djoko. Beliau
tetap bersemangat mengembangkan kemampuannya, meskipun tanpa pendidikan
formal.
Pada usia 17 tahun, Djoko mengelola sejumlah 560 warung kaki lima milik orang
tuanya di Pasar Arjuna, pasar tradisional di Jakarta. Orang Cina identik dengan jiwa
bisnis. Sifat pekerja kerasnya mengarahkan beliau untuk memperluas usaha warung
Kisah Djoko Susanto menjelaskan bahwa kegigihan Djoko menarik perhatian taipan
rokok kretek Putera Sampoerna. Akhirnya, Djoko dan Putera Sampoerna bekerja
sama membuka warung yang sama serta jaringan supermarket diskon bernama Alfa
Toko Gudang Rabat.
Tahun 1994, nama tersebut berganti menjadi Alfa Minimart. Akan tetapi, kerja sama
tersebut berhenti pada tahun 2005, ketika Putera Sampoerna menjual
perusahaannya, anak perusahaan, beserta seluruh saham kepada Phillips Morris
Internasional.
Aset Putera Sampoerna yang dijual, termasuk 70% saham Alfa Minimart.
Perusahaan Phillip tidak tertarik dengan usaha retail dan menjual saham Alfa
Minimart kepada Djoko. Setelah itu, Djoko merintis bisnis ritel Alfa Supermarket.
Bisnis tersebut berada dalam naungan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Karena
pesatnya kemajuan bisnis, Djoko membeli saham Nirthstar pada tahun 2013 dan
mempunyai 65% saham di perusahaan itu. Tahun 2007, beliau membentuk Alfa Midi
di naungan PT Midimart Utama.
Kisah Djoko Susanto memaparkan perjalanan karir bisnis tokoh pekerja keras ini.
Djoko harus merelakan Alfa Supermarket berpindah kepada pihak Carrefour.
Pada akhirnya, beliau fokus pada Alfa Midi dan membuahkan sukses berat. Dimana
ia mampu menjalin kerja sama antara Alfa Midi dengan Lawson, salah satu waralaba
convenience store dari Jepang.
Bisnis semakin berkembang dan saat ini, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk,
menjalankan lebih dari 5.500 toko, di bawah berbagai merek, meliputi Alfamart, Alfa
Midi, Alfa Express, dan Lawson. Satu-satunya saingan berat alfamart berasal dari
jaringan minimarket Indomaret yang merupakan milik konglomerat Anthony Salim
Djoko Susanto, Tokoh Bisnis dengan Penghargaan Istimewa
Sepak terjang merintis bisnis dengan beragam problema memotivasi beliau untuk
bangkit dan mengembangkan usahanya. Berdasarkan versi Majalah Forbes tahun
2014, Djoko menempati urutan ke-27 orang terkaya di Indonesia.
Selain kekayaan Djoko, prestasi dalam bidang bisnis juga diraihnya. Pada tahun
2012, Alfamart menyandang gelar Top Brand yang diselenggarakan lembaga riset
Frontier Consulting Group.