Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suku kaili adalah suku bangsa di Indonesia yang mendiami sebagian besar dari provinsi
Sulawesi tengah, khususnya wilayah Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kota Palu, di
seluruh daerah lembah antara Gunung Gawalise, Gunung Nokilelaki, Kulawi dan Gunung
Raranggonau. MeReka juga menghuni wilayah Pantai Timur Sulawesi Tengah, meliputi
Kabupaten Parigi-Moutong, Kabupaten Tojo-Una Una dan Kabupaten Poso.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kearifan Lokal


Adalah pengetahuan khas milik suatu massyarakat atau budaya tertentu yang telah
berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal balik antara massyarakat dan
lingkungannya. Dengan begitu, sistem kearifan local berakar dari sistem pengetahuan dan
pengelolaan lokal atau tradisional.
Kearifan lokal dapat juga di defenisikan sebagai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
kekayaan-kekayaan budaya berupa tradisi, pepatih-pepatih, dan semboyan hidup.

B. Kearifan Lokal Suku Kaili


1. Baliya Jinja
Adalah sebuah ritual pengobatan bersifat nonmedis yang sudah dikenal massyarakat Suku
Kaili sejak ratusan tahun lalu. Sebelum adanya rumah sakit, upacara ini di andalkan
masasyarakat untuk mendapatkan petunjuk dari nenek moyang terkait bagaimana melunturkan
penyakit;penyakit yang mrnyerang tubuh.
Manopo, salah satu anggota tim upacara Ritual Baliya Jinja mengungkapkan, tradisi ini
masih di pegang oleh massyarakat Suku Kaili hingga sekarang. Minimal ada satu orang di
anggota keluarga yang bersedia belajar mengenai adat turu-temurun ini.
“Tradisi ini masih di lestarikan. Misalnya siapa anak perempuan yang mau (belajar upacara
Baliya) di keluarga. Namun ini sifatnya tidak dipaksa, bagi yang mau saja,”
Ritual ini di pimpin oleh seorang dukun atau tetua yang di sebut Tina Nu Baliya. Sang
dukun biasanya mengenakan seragam yang terdiri dari sarung dan baju ari fuya (sinjulo)
berwarna putih dan destar (kudung) berwarna merah. Di dalam ritual Baliya Jinja, Ti Na Nu
Baliya akan duduk mengeliingi si penderita. Sementara itu, tiga orang lainnya bertugas meniup
serulng, memukul tambur dan gong. Sebisa mungkin alunan music dimainkan dengan lemah
lembut. Lirik nyayiannya berisikan pujian;pujian yang di tujukan kepada Maha Besar Tuhan
untuk mengembalikan keseahatan dari gangguan setan dan jin. Melalui untaian;untaian lirik
inilah penyakit dihalau debngan kata-kata yang sopan dan tidak mencela.
Secara prosesi, ritual Baliya Jimja ini di bagi menjadi dua macam, yakni sesaji nyang di
larung ke laut atau di bauang ke gunung. Soal sesajipun di bedakan menjadi beberapa, ada adat
9 dan adat 7. Angka-angka ini merujuk pada jumlah sesaji yang di siapkan.
Ritual Baliya Jinja yang di tampilkan massyarakat Suku kaili ini menghabiskan waktu berjam-
jam lamanya. Di penghujung ritual, sesaji di larung ke laut pada keesokan harinya untuk
membuang penyakit yang mendara si penderita.
TUGAS KULIAH
KEARIFAN LOKAL SUKU KAILI (UPACARA ADAT BALIYA JINJA)

SOSIOLOGI PEDESAAN

OLEH :

FADLI SETIAWAN
B201 17 193

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

Anda mungkin juga menyukai