Anda di halaman 1dari 3

Option Contracts

Derivatif berdasarkan atas opsi (terjemahan dari kata option) adalah suatu kontrak
yang memberikan hak dan bukan kewajiban kepada pemiliknya untuk membeli atau menjual
sesuatu instrumen pada tingkat harga tertentu yang ditetapkan sekarang guna penyerahan
pada waktu tertentu di masa yang akan datang.[ CITATION Dia08 \l 1057 ]

Opsi merupakan produk derivatif yang digunakan sebagai suatu perjanjian untuk
untuk membeli atau menjual suatu komoditi (karet, timah dan lain-lain), surat-surat berharga
( securities) atau mata uang asing pada suatu tingkat harga yang telah disetujui (ditetapkan di
muka) pada setiap waktu untuk masa tertentu (biasanya tiga bulan kontrak). Opsi digunakan
oleh para pembeli dan penjual untuk menyeimbangkan akibat-akibat dari gerakan harga ke
arah yang berlawanan. Transaksi option biasanya dilakukan pada transaksi berjangka untuk
meminimkan resiko dan ketidakpastian harga yang mungkin terjadi dalam transaksi bisnis
pada waktu mendatang.[ CITATION Joh93 \l 1057 ]

Kontrak opsi pada dasarnya terdapat dua macam option , yaitu call
option dan put option . Call Option adalah hak yang dimiliki oleh seorang
pembeli untuk melaksanakan atau membatalkan opsi jual beli dengan
pembayaran premi tertentu. Sebaliknya istilah put option adalah hak yang
dimiliki oleh seorang penjual untuk melaksanakan atau membatalkan opsi
jual beli berjangka.[ CITATION Dim15 \l 1057 ]

Instrumen Derivatif dalam Perspektif Islam

Transaksi derivatif pada dasarnya secara teknikal tidak ada keberatan dari sudut
pandang islam selama transaksi tersebut semata-mata untuk melindungi kemungkinan resiko
yang terjadi dan transaksi tersebut benar-benar direalisasikan pada waktu jatuh temponya.
Konsep dasar transaksi tersebut sebenarnya sama dengan apa yang sabdakan oleh Nabi
Muhammad SAW yaitu bahwa siapa yang melaksanakan salaf (forward trading) harus
melaksanakannya dengan jumlah, berat dan periode waktu yang tertentu/spesifik.

Tetapi jika transaksi derivatif tersebut digunakan untuk tujuan spekulatif, misalnya
menyelesaikan transaksi sebelum jatuh temponya dengan melakukan set-off terhadap selisih
harga, sebagaimana yang terjadi saat ini, maka transaksi derivatif mengandung unsur gharar,
dalam perspektif etika Islam kegiatan transaksi baik yang dilakukan oleh perorangan maupun
organisasi dilarang melakukan transaksi yang mengandung unsur gharar, yaitu dalam hal
yang tidak diketahui pencapaiannya dan juga atas sesuatu yang majhul (tidak diketahui).
Hukum jual beli gharar dilarang dalam Islam berdasarkan al Qur‟an dan Hadis Nabi. Selain
itu Islam tidak memperbolehkan seseorang untuk menjual sesuatu yang tidak dikuasainya
(option).

Jadi, transaksi derivatif yang dilakukan dengan motif spekulasi hukumnya haram.
Namun, jika dilakukan untuk tujuan hedging, yaitu untuk menghindari resiko kerugian akibat
perubahan kurs, maka hukumnya adalah mubah, karena di dalamnya mengandung maslahah
bagi kedua belah pihak. Jika dilihat dari sisi jual beli, transaksi hedging dikategorikan pada
jual-beli salam (pesanan), karena merupakan transaksi yang berjangka (mempunyai tenggang
waktu).[ CITATION Ima09 \l 1057 ]
References
Buchori, I. (2009). Transaksi Derivatif dalam Perspektif Hukum Islam . Al-Qānūn, Vol. 12, No. 2, 150.

Dimyati. (2015). TRANSAKSI DERIVATIF DALAM PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH. Irtifaq, Vol. 2, No. 1,
105.

John D. Martin. (1993). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rae, D. E. (2008). Transaksi Derivatif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai