Konsep network ini mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Boaz, Allen dan Hamilton, yang
disusun untuk perusahaan peswat terbang Lockheed. Kebutuhan penyusunan network ini dirasakan karena perlu
adanya koordinasi dan pengerutan kegiatan-kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling
tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan semua kegiatan itu dapat dilakukan
secara sistematis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja.
Analisa network bisa digunakan untuk merencanakan suatu proyek antara lain sebagai berikut :
PERT merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review Technique (teknik menilai dan
meninjau kembali program). Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin
mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian
suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan
dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu
pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
CPM adalah singkatan dari Critical Path Method (metode jalur kritis) adalah suatu metode perencanaan
dan pengendalian proyek yang merupakan sistem yang paling banyak digunakan diantara semua sistem
yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan
antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Jadi CPM
merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan
waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan.
Pembuatan Network
Di dalam analisa network kita mengenalevents (kejadian-kejadian) dan activities (kegiatan-kegiatan). Activity atau
kegiatan adalah suatu pekerjaan atau tugas, dimana penyelesaiannya memerlukan periode waktu, biaya serta
fasilitas tertentu. Biasanya diberi simbol anak panah. Sedangkan events atau kejadian adalah permulaan atau akhir
dari suatu kegiatan. Biasanya diberi simbol lingkaran.
Sebagai contoh yang menunjukkan hubungan antaraevents dengan activities ini adalah pekerjaan mengecat pintu.
Event pertama adalah pintu yang masih kotor belum dicat, kemudian dilakukan kegiatan pengecatan, dan akhirnya
setelah kegiatan pengecatan selesai kita peroleh event kedua, yaitu pintu telah dicat. Untuk lebih jelasnya contoh
ini dapat dilihat pada gambar dibawah.
1 2
Dummy Activities
Untuk menyusun suatu network yang bisa memenuhi ketentuan-ketentuan diatas maka kadang-kadang diperlukan
“dummy activities” atau kegiatan-kegiatan semu dan kejadian-kejadian semu (dummy events). Kegiatan semu
adalah bukan kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan, hanya saja tanpa memerlukan waktu, biaya dan fasilitas.
Adapun kegunaan dari kegiatan semu adalah:
a. Untuk menghindari terjadinya dua kejadian dihubungkan oleh lebih dari satu kegiatan.
1 3
b. Untuk memenuhi ketentuan, dimana suatu network harus dimulai oleh satu kejadian dan diakhiri oleh satu
kejadian. Kadang-kadang di awal dan di akhir kegiatan ditambah kegiatan semu.
1 3 4
4
Di dalam analisa network, biasanya pertama kali dicari terlebih dahulu adalah jalur kritis dari pekerjaan proyek
tersebut. Jalur adalah satu rangkaian kegiatan yang menghubungkan secara “kontinyu” permulaan proyek sampai
dengan akhir proyek. Adapun jalur kritis adalah jalur yang jumlah jangka waktu penyelesaian kegiatan-kegiatannya
terbesar.
Earliest Start Time adalah waktu tercepat untuk bisa memulai suatu kegiatan dengan waktu normal, tanpa
mengganggu kegiatan yang lain
Earliest Finish Time adalah waktu paling cepat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan dengan menggunakan
waktu normal, tanpa mengganggu kelancaran kegiatan- kegiatan yang lain.
Latest Start Time adalah waktu yang paling lambat untuk bisa memulai suatu kegiatan dengan waktu normal, tanpa
mengganggu kelancaran kegiatan- kegiatan yang lain.
Latest Finish Time adalah waktu yang paling lambat untuk menyelesaikan suatu kegiatan dengan waktu normal,
tanpa mengganggu kelancaran kegiatan- kegiatan yang lain.
Kalau kegiatan suatu proyek tidak banyak dan network-knya sederhana, jalur kritis bisa dihitung dengan mudah.
Tetapi kalau network-nya kompleks, maka sulit sekali menghitungnya dengan cara sederhana tersebut di atas.
Untuk itu bisa digunakan Metode Algoithma, Moetode Matriks, Metode Linear Programming.
1. Algorithma ES dan EF
Pada metode ini kita cari ES dan EF setiap kegiatan. Tentu saja kalau suatu kegiatan didahului oleh dua
rangkaian kegiatan atau lebih, maka untuk menentukan ES kegiatan itu adalah LS dari salah satu rangkaian
kegiatan tersebut yang mendahului dan terpanjang.
2. Algorithma LS dan LF
Dalam algorithma LS pertama-tama ditentukan dulu kapan proyek akan selesai. Untuk menentukan LS dan LF
dihitung dari belakang, sampai tercapai kegiatan yang pertama.
Dalam metode ini akan disusun kegiatan-kegiatan serta waktu yangd ibutuhkannya di dalam tabel. Kemudian dari
tabel itu dapat kita cari EF dan LF nya. Selanjutnya untuk menetukan jalur kritis dilakukan dengan mencari deretan
dari events yang mempunyai EF = LF.
Cara lain untuk mencari jalur kritis adalah dengan menggunakan linearprogramming. Caranya dengan menentukan
fungsi tujuan (objective function), yaitu mencari jalur yang terpanjang. Adapun batasan-batasannya adalah flow
atau aliran pekerjaan yang melalui tiap-tiap jalur.
Perpendekan waktu selesainya proyek tentu saja disertai dengan tambahan biaya misalnya untuk menambah
tenaga kerja, upah lembur dan sebagainya. Dalam hal ini akan dipilih cara memperpendek yang dapat
meminimumkan biaya tambahan.
Di dalam memperpendek waktu selesainya proyek, tidak perlu diperpendek semua kegiatan dari proyek itu,
melainkan dipilih yang terletak pada jalur kritis. Hal ini disebabkan karena apabila diperpendek waktu kegiatan
pada jalur yang bukan kritis, maka hanya akan berakibat menambah float saja.
Contoh Soal 1
Pertanyaan :
1. Gambar Networknya
2. Tentukan jalur kritisnya
Penyelesaian :
1. Gambar Network
D,5
2
1 C,3 3
B,4 E,5
4
2. Jalur Kritis.
o Jalur 1, 2, 3, 4 = 10 minggu (jalur kritis)
o Jalur 1, 2, 4 = 7 minggu
o Jalur 1, 3, 4 = 9 minggu
Contoh Soal 2
1. Gambar network
2. Jalur kritis
a. Jalur dari network:
1 - 2 - 3 - 6 - 7 dengan waktu 25 minggu
1 - 2 - 4 - 5 - 6 - 7 dengan waktu 23 minggu
b. Jalur kritis dari network:
event 1 - 2 - 3 - 6 - 7 atau Activity A, B, C, G lama waktu 25 minggu.
Maka kegiatan yang diperpendek adalah G selama 1 minggu dengan biaya Rp.100.000,- dan
kegiatan C selama 1 minggu dengan biaya Rp.200.000,- sehingga total biaya perpendekan
Rp.300.000,-.
MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Metode pengendalian persediaan adalah merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu
perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan bahan untuk
keperluan proses produksi dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil mungkin.
Persediaan yang terlalu besar (over stock) merupakan pemborosan karena menyebabkan terlalu
tingginya beban-beban biaya guna penyimpanan dan pemeliharaan selama penyimpanan di gudang.
Disamping itu juga persediaan yang terlalu besar berarti terlalu besar juga barang modal yang
menganggur dan tidak berputar. Begitu juga sebaliknya kekurangan persediaan (out of stock) dapat
menganggu kelancaran proses produksi sehingga ketepatan waktu pengiriman sebagaimana telah
ditetapkan oleh pelanggan tidak terpenuhi yang ada sehingga pelanggan lari ke perusahaan lain.
Singkatnya pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha penyediaan bahan-bahan yang
diperlukan untuk proses produksi sehingga dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan bahan
serta dapat diperoleh biaya persediaan yang sekecil-kecilnya.
Alasan utama yang menyebabkan perhatian terhadap maslaah pengendalian persediaan demikian
bedar adalah karena pada kebanyakan perusahaan persediaan merupakan bagian atau “porsi” yang
bedar tercantum dalam neraca. Persediaan yang terlalu besar maupun terlalu kecil dapat
menimbulkan masalahmasalah yang pelik. Kekurangan persediaan bahan mentah akan
mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi. Kekurangan persediaan
dagangan akan menimbulkan kekecewaan dan mengakibatkan perusahaan kehilangan pelanggaan.
Kelebihan persediaan akan menimbulkan biaya ekstra di samping resiko. Maka dari itu manajemen
perediaan yang efektif diharap mampu memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Berbagai macam biaya yang perlu diperhitungkan di saat mengevaluasi masalah persediaan.
Diantara biaya-biaya tersebut, ada tiga kelompok utama, yakni :
Merupakan total biaya pemesanan dan pengadaan bahan sehingga siap untuk dipergunakan
atau diproses lebih lanjut dengan kata lain, mencakup pula biaya-biaya pengangkutan,
pengumpulan, pemilikan, penyusunan dan penempatan dan lain-lain.
Merupakan biaya yang ditimbulkan oleh penyimpanan persediaan dalam gudang pada periode
waktu tertentu, termasuk pula di dalamnya biaya asuransi, penyusutan, bunga dan lain-lainnya.
c. Shortage cost.
Yaitu biaya yang timbul apabila ada pertmintaan terhadap barang yang kebetulan sedang tidak
tersedia di gudang. Untuk barang-barang tertentu, langganan dapat diminta untuk menunda
pembeliannya atau dengan kata lain langganan dapat diminta untuk menunggu.
Model persedian (inventory model) yang paling sederhana mengandung ciri-ciri sebagai berikut :
Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah setiap kali pemesanan (Q) sehingga total
annual cost dapat diminimumkan.
Secara grafis model persediaan yang sederhana tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Ordering Cost, tergantung pada jumlah pemesanan dalam satu periode (tahun). Frekuensi
Pemesanan tergantung pada dua hal, yaitu : Jumlah barang yang dibutuhkan selama satu periode,
(A), Jumlah setiap kali pemesanan (Q) :
A
o Frekuensi Pemesanan =
Q
A
o Dengan mengalikan dengan biaya setiap “order” yakni k
Q
A
o Annual ordering cost = ( ) k.
Q
Holding Cost, ditentukan oleh jumlah barang yang di simpan dan lamanya barang disimpan.
Q
o Persediaan rata-rata :
2
o Annual Holding Cost : hc (per unit barang)
o Holding cost dihitung berdasarkan satuan nilai persediaan (h) dan procurement cost (c),
sehingga:
Q
o Annual holding cost : hc ( )
2
Holding cost dapat juga dicari dengan cara melihat gambar model persediaan sederhana :
1
o Luas segitiga = alas x tinggi
2
1
= TxQ
2
1
= TQ
2
Q
Bila T = maka ;
A
1 Q
o Luas segitiga = ( ¿Q
2 A
1 Q2
= ¿ )
2 A
Q2
=
2A
Maka ;
Q2
Holding cost (per siklus) = hc ( ¿
2A
Q2 A
o Annual holding cost = hc ( ¿x
2A Q
Q
= hc ( )
2
Dengan menggabungkan ketiga komponen biaya persediaan yang telah terhitung di atas, maka :
A
Total annual cost = ( ¿ k + hc ¿ ) + a
Q
Tujuan dari model di atas adalah untuk memilih nilai Q yang mengandung kesemua biaya di atas
serendah-rendahnya. Yang perlu di perhatikan hanyalah biaya-biaya yang relevan saja. Biaya yang
ketiga (Ac) dapat diabaikan karena tidak tergantung pada frekuensi pemesanan. Karena itu tujuan
dari pada model persediaan ini berubah menjadi :
A
Meminimumkan TC = ( ¿ k + hc ¿ )
Q
Merupakan suatu keadaan dimana suatu perusahaan distributor terlambat untuk mengirim pesanan
yang lalu maka perusahaan harus memberikan potongan kepada klien atas keterlambatan
pengiriman. Dalam kondisi tertentu mungkin permintaan pelanggan tidak dipenuhi sekaligus, atau
ada pesanan yang pemenuhannya ditunda yang disebabkan tidak tersedianya persediaan (stock
out).
Hal ini sudah barang tentu akan berakibat terhadap besarnya biaya, yaitu akan menyebabkan
timbulnya biaya kekurangan persediaan. Dengan demikian maka biaya total persediaan merupakan
penjumlahan dari biaya pemesanan + biaya penyimpanan + biaya kekurangan persediaan. Kondisi
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
k K
t
k-K
Keterangan :
Q = tingkat persediaan
k = on hand inventory
K-k = back order, yaitu jumlah pesanan yang belum bisa dipenuhi.
Dalam rangka meningkatkan volume penjualan seringkali perusahaan (supplier) memberikan harga
yang lebih rendah kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah yang lebih besar. Jadi harga per
unit ditentukan semakin murah dengan semakin banyaknya jumlah yang dibeli.
Dalam model potongan harga ini kita harus mempertimbangkan trade off antara biaya pembelian
dengan biaya penyimpanan, dimana semakin banyak jumlah yang dibeli maka biaya pembelian per
unit akan semakin menurun, tapi di lain pihak biaya penyimpanan akan semakin meningkat.
D QH
TC = --- S + ----- + c.D
Q 2
Keterangan :
C = harga barang
TC =Total biaya persediaan, dst
Kalau terdapat beberapa potongan harga, maka untuk menentukan jumlah pemesanan yang akan
meminimaliasi biaya persediaan total tahunan, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Hitung nilai EOQ untuk potongan harga tertinggi (harga terendah). Apabila jumlah ini fisibel,
artinya jumlah yang akan dibeli mencapau jumlah yang dipersyaratkan dalam potongan harga,
maka jumlah tersebut merupakan jumlah pembelian/pesanan yang optimal. Jika tidak lanjutkan
ke tahap 2.
2. Hitung biaya total untuk kuantitas pada harga terendah tersebut.
3. Hitung EOQ pada harga terendah kedua. Jika jumlah ini fisibel hitung biaya totalnya, dan
bandingkan dengan biaya total pada kuantitas sebelumnya (langkah 2). Kuantitas optimal adalah
kuantitas yang memiliki biaya terendah.
Jika langkah ketiga masih tidak fisibel, ulangi langkah-langkah di atas sampai diperoleh EOQ fisibel
atau perhitungan tidak bisa dilanjutkan.
Contoh Soal
Toko “LESTARI” mampu menjual 5.200 karung beras setiap tahunnya (tingkat penjualan beras
konstan setiap tahun). Setiap karung menanggung biaya Rp 2 untuk sampai ke gudang. Penyalur
meminta bayaran Rp 10 untuk setiap pemesanan, tanpa menghitung berapa jumlah yang dipesan.
Pesanan segera datang sesaat setelah proses pemesanan dilakukan. Modal kerja yang dimiliki toko
“CITRA” semuanya tertanam pada persediaan barang (beras), dan modal ini dipinjam dari bank
dengan bunga sebesar 10% per tahun, selain itu pemilik toko harus membayar atas barang yang
disimpannya sebesar 5% dari nilai persediaan rata-rata. Asuransi yang juga harus dibayar adalah 5%
dari persediaan ratarata. Biaya-biaya operasional dalam hal ini bersifat fixed, tidak tergantung pada
besarnya pesanan. Biaya-biaya di atas dinyaatakan dalam bentuk rupiah, Toko “LESTARI” ingin
meninjau apakah kebijaksanaan pesanan 100 karung beras per minggu sudah betul atau belum,
ditinjau dari sudut biaya yang relevan.
k : Rp 10 setiap pemesanan
A : 5.200 karung beras
c : Rp 2 per karung
Total = 20%
o Kebijaksanaannya adalah setiap minggu dipesan 100 karung beras, dengan dasar
perhitungan:
5200
Q= = 100 karung beras.
52
o Total annual relevant cost, apabila kebijaksanaan ini teap dilaksanakan adalah :
A
TC = ( ¿ k + hc ¿ )
Q
5200
= ( 100 ¿ 10+( 0,20)( 2)¿ )
= 520 + 20
2 Ak
Q=
√ hc
2(5200)(10)
=
√ (0,20)(2)
= √ 260.000
510
=
5200
= 0,098 tahun.
510
TC = ( ¿ 10+( 0,20)( 2)¿ )
5200
= 101,96 + 102
= 203,96 rupiah/tahun
Note :
Ordering Cost dan Holding Cost berbeda 0,04, hal ini semata-mata karena pembulatan
terhadap Q.
Kesimpulannya adalah kebijakan yang dilakukan selama ini adalah salah, karena biaya
relevan yang timbul jauh lebih besar apabila perusahaan melakukannya secara optimal.
2. Metode “Back Order”
Karung beras dianggap sebagai barang convenience sehingga pembeli akan memilih beras merek lain
(atau pergi ke toko lain) apabila beras merek “X” tidak tersedia di toko tersebut. Lain halnya Mobil.
Pembeli akan menunggu sampai merek kesukaannya tersedia. Artinya ia akan tetap memesan
walaupun merek tersebut sedang tidak tersedia. Andaikata untuk itu toko dibebani 1 sen per unit
per hari sebagai “hukuman” karena ia tidak dapat memenuhi permintaan langganan, maka dalam
setahun p= Rp 3,65 per unit. Apabila k = Rp 100, A = 1.000, c = Rp 20 dan h = 0,20 (lihat soal
sebelumnya), maka
Dan
324
T¿ =
1000
Ternyata apabila perusahaan tersebut mengizinkan adanya back order, maka kebijaksanaan
persediaan yang optimal mencakup : 324 unit yang dipesan setiap 118 hari.
Diantara yang dipesan, hanya 154 unit yang disimpan sebagai persediaan. Selebihnya (Q*- S* = 170
peti) digunakan untuk memenuhi permintaan yang belum terpenuhi (back order).
2
1000 (0,20)(20) (154 )
TC = ( ¿ 100+ ¿¿
324 2(324)
Perhatian bahwa angka di atas lebih kecil daripada total annual relevant cost apabila back order
tidak diizinkan (893,43 rupiah). Hal ini disebabkan karena frekuensi pemesanan adalah lebih jarang
(dalam setahun) dan jumlah barang yang disimpan sebagai persediaan adalah lebih kecil. Akibatnya,
meskipun ada unsur shortage cost, total annual relevant cost akan lebih kecil karena ordering cost
dan holding cost juga lebih kecil.
MODEL ANTRIAN
Menurut Siagian (1987), antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yangmemerlukan
layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Pada umumnya, system antrian dapat
diklasifikasikan menjadi system yang berbeda – beda di mana teori antrian dan simulasi sering
diterapkan secara luas.
a. Pola kedatangan
Menurut Wagner (1972:840), pola kedatangan adalah pola pembentukan antrian akibat
kedatangan customer dalam selang waktu tertentu. Pola kedatangan dapat diketahui secara pasti
atau berupa suatu variabel acak yang distribusi peluangnya dianggap telahdiketahui. Jika tidak
disebutkan secara khusus customer datang secara individu ke dalam sistem antrian. Namun dapat
pula lebih dari satu customer datang secara bersamaan ke dalam sistem antrian, pada kondisi ini
disebut dengan bulk arrival (Taha, 1997:177).
b. Pola kepergian
Pola kepergian adalah banyak kepergian customer selama periode waktu tertentu. Pola kepergian
biasanya dicirikan oleh waktu pelayanan, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang pelayan untuk
melayani seorang customer. Waktu pelayanan dapat bersifat deterministik dan dapat berupa suatu
variabel acak dengan distribusi peluang tertentu (Bronson, 1996 : 310). Waktu pelayanan bersifat
deterministik berarti bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melayani setiap customer selalu tetap,
sedangkan waktu pelayanan yang berupa variabel acak adalah waktu yang dibutuhkan untuk
melayani setiap customer berbeda – beda.
c. Kapasitas sistem
d. Disiplin pelayanan
Menurut Sinalungga (2008: 251), disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang dikenalkan dalam
memilih customer dari barisan antrian untuk segera dilayani. Adapun pembagian disiplin pelayanan
ialah:
suatu peraturan dimana yang akan dilayani ialah customer yang datang terlebih dahulu. Contohnya
antrian di suatu kasir sebuah swalayan.
merupakan antrian dimana yang datang paling akhir adalah yang dilayani paling awal atau paling
dahulu. Contohnya antrian pada satu tumpukan barang digudang, barang yang terakhir masuk akan
berada ditumpukkan paling atas, sehingga akan diambil pertama.
acak atau sering dikenal juga random selection for services (RSS), artinya pelayanan atau panggilan
didasarkan pada peluang secara random, tidak mempermasalahkan siapa yang lebih dahulu tiba.
Contohnya kertas – kertas undian yang menunggu untuk ditentukan pemenangnya, yang diambil
secara acak.
kepada mereka yang mempunyai prioritas paling tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki
prioritas paling rendah, meskipun yang terakhir ini sudah lebih dahulu tiba dalam garis tunggu.
Kejadian seperti ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, misalnya seseorang yang keadaan penyakit
yang lebih berat dibanding dengan orang lain dalam sebuah rumah sakit.
e. Tingkat pelayanan
Tingkat pelayanan merupakan tahap-tahap untuk melaksanakan suatu pelayanan di dalam suatu
sistem antrian. Tingkat pelayanan dapat merupakan tingkat pelayanan tunggal (single stage) atau
pelayanan ganda (multi stage).
f. Sumber pemanggilan
Menurut Taha (1996:177), ukuran sumber pemanggilan adalah banyaknya populasi yang
membutuhkan pelayanan dalam suatu sistem antrian. Ukuran sumber pemanggilan dapat terbatas
maupun tak terbatas. Sumber pemanggilan terbatas misalnya mahasiswa yang akan melakukan
registrasi ulang di suatu universitas, dimana jumlahnya sudah pasti. Sedangkan sumber pemanggilan
yang tak terbatas misalnya nasabah bank yang antri untuk menabung atau membuka rekening baru,
jumlahnya bisa tak terbatas.
g. Perilaku manusia
Perilaku manusia merupakan perilaku – perilaku yang mempengaruhi suatu sistem antrian ketika
manusia mempunyai peran dalam sistem baik sebagai customer maupun pelayan. Jika manusia
berperan sebagai pelayan, dapat melayani customer dengan cepat atau lambat sesuai
kemampuannya sehingga mempengaruhi lamanya waktu tunggu (Taha, 1996:178).Menurut Gross
dan Harris (1998:3), perilaku manusia dalam sistem antrian jika berperan sebagai customer sebagai
berikut. 1. Reneging mengGambarkan situasi dimana seseorang masuk dalam antrian, namun belum
memperoleh pelayanan, kemudian meninggalkan antrian tersebut.
SISTEM-SISTEM ANTRIAN
Struktur-struktur Antrian
Ada 4 model struktur antrian dasar yang umum terjadi dalam seluruh sistem antrian :
Single Channel berarti hanya ada satu jalur yang memasuki sistem pelayanan atau ada satu fasilitas
pelayanan. Single Phase berarti hanya ada satu pelayanan. Sebagai contoh : pelayanan toko kecil.
Sumber
M S M S Keluar
Populasi
Keterangan :
M = Antrian
Sistem Multi Channel – Single Phase terjadi kapan saja di mana ada dua atau lebih fasilitas pelayanan
dialiri oleh antrian tunggal, sebagai contoh model ini adalah antrian pada teller sebuah bank.
S
M
S
4. Multi Channel – Multi Phase
Sistem Multi Channel – Multi Phase contohnya, herregistrasi para mahasiswa di universitas,
pelayanan kepada pasien di rumah sakit mulai dari pendaftaran, diagnosa, penyembuhan sampai
pembayaran. Setiap sistem – sistem ini mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap
tahapnya.
a. Model 1 = M/M/1/I/I
b. Model 2 = M/M/S/I/I
c. Model 3 = M/M/1/I/F
d. Model 4 = M/M/S/F/I
Keterangan :
Contoh soal
Laporan produksi dan kualitas produk suatu departement yang memprotes plastik menunjukkan
bahwa rata-rata setiap mesin dari 20 mesin yang ada membutuhkan beberapa tipe penyesuain
setiap 4 jam. Pengawas proses produksi memeriksa bagian-bagian yang datang dari masing-masing
mesin setiap 10 menit. Bila mesin membutuhkan penyesuaian kembali, dia menyetop mesin dan
menunggu seorang “set-up man” untuk melakukan readjustment mesin tersebut. Ada set-up man
tunggal yang rata-rata bekerja 10 menit per adjustment. Dengan menganggap tingkat kedatangan
dan tingkat pelayanan mengikuti suatu distribusi ekponensial, tentukan :
Jawab :
Penyelesaian