Anda di halaman 1dari 22

ANALISA NETWORK

Konsep network ini mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Boaz, Allen dan Hamilton, yang
disusun untuk perusahaan peswat terbang Lockheed. Kebutuhan penyusunan network ini dirasakan karena perlu
adanya koordinasi dan pengerutan kegiatan-kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling
tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan semua kegiatan itu dapat dilakukan
secara sistematis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja.

Manfaat Analisa Network

Analisa network bisa digunakan untuk merencanakan suatu proyek antara lain sebagai berikut :

a. Pembangunan rumah, jalan atau jembatan.


b. Kegiatan penelitian.
c. Perbaikan, pembongkaran dan pemasagan mesin pabrik.
d. Kegiatan-kegiatan advertensi.
e. Pembuatan kapal, kapal terbang.
f. Kegiatan-kegiatan penataran, dan sebagainya.

Metode Analisis Network PERT dan CPM

PERT merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review Technique (teknik menilai dan
meninjau kembali program). Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin
mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian
suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan
dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu
pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
CPM adalah singkatan dari Critical Path Method (metode jalur kritis) adalah suatu metode perencanaan
dan pengendalian proyek yang merupakan sistem yang paling banyak digunakan diantara semua sistem
yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan
antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Jadi CPM
merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan
waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan.

Pembuatan Network

Di dalam analisa network kita mengenalevents (kejadian-kejadian) dan activities (kegiatan-kegiatan). Activity atau
kegiatan adalah suatu pekerjaan atau tugas, dimana penyelesaiannya memerlukan periode waktu, biaya serta
fasilitas tertentu. Biasanya diberi simbol anak panah. Sedangkan events atau kejadian adalah permulaan atau akhir
dari suatu kegiatan. Biasanya diberi simbol lingkaran.
Sebagai contoh yang menunjukkan hubungan antaraevents dengan activities ini adalah pekerjaan mengecat pintu.
Event pertama adalah pintu yang masih kotor belum dicat, kemudian dilakukan kegiatan pengecatan, dan akhirnya
setelah kegiatan pengecatan selesai kita peroleh event kedua, yaitu pintu telah dicat. Untuk lebih jelasnya contoh
ini dapat dilihat pada gambar dibawah.

1 2

Dummy Activities

Untuk menyusun suatu network yang bisa memenuhi ketentuan-ketentuan diatas maka kadang-kadang diperlukan
“dummy activities” atau kegiatan-kegiatan semu dan kejadian-kejadian semu (dummy events). Kegiatan semu
adalah bukan kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan, hanya saja tanpa memerlukan waktu, biaya dan fasilitas.
Adapun kegunaan dari kegiatan semu adalah:

a. Untuk menghindari terjadinya dua kejadian dihubungkan oleh lebih dari satu kegiatan.

1 3

b. Untuk memenuhi ketentuan, dimana suatu network harus dimulai oleh satu kejadian dan diakhiri oleh satu
kejadian. Kadang-kadang di awal dan di akhir kegiatan ditambah kegiatan semu.

1 3 4
4

Jalur dan Jalur Kritis

Di dalam analisa network, biasanya pertama kali dicari terlebih dahulu adalah jalur kritis dari pekerjaan proyek
tersebut. Jalur adalah satu rangkaian kegiatan yang menghubungkan secara “kontinyu” permulaan proyek sampai
dengan akhir proyek. Adapun jalur kritis adalah jalur yang jumlah jangka waktu penyelesaian kegiatan-kegiatannya
terbesar.

Istilah-istilah Lain yang Digunakan dalam Analisis Network

a. Earliest Start Time (ES)

Earliest Start Time adalah waktu tercepat untuk bisa memulai suatu kegiatan dengan waktu normal, tanpa
mengganggu kegiatan yang lain

b. Earliest Finish Time (EF)

Earliest Finish Time adalah waktu paling cepat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan dengan menggunakan
waktu normal, tanpa mengganggu kelancaran kegiatan- kegiatan yang lain.

c. Latest Start Time (LS)

Latest Start Time adalah waktu yang paling lambat untuk bisa memulai suatu kegiatan dengan waktu normal, tanpa
mengganggu kelancaran kegiatan- kegiatan yang lain.

d. Latest Finish Time (LF)

Latest Finish Time adalah waktu yang paling lambat untuk menyelesaikan suatu kegiatan dengan waktu normal,
tanpa mengganggu kelancaran kegiatan- kegiatan yang lain.

ANALISA NETWORK DENGAN METODE ALGORITHMA

Kalau kegiatan suatu proyek tidak banyak dan network-knya sederhana, jalur kritis bisa dihitung dengan mudah.
Tetapi kalau network-nya kompleks, maka sulit sekali menghitungnya dengan cara sederhana tersebut di atas.
Untuk itu bisa digunakan Metode Algoithma, Moetode Matriks, Metode Linear Programming.

1. Algorithma ES dan EF

Pada metode ini kita cari ES dan EF setiap kegiatan. Tentu saja kalau suatu kegiatan didahului oleh dua
rangkaian kegiatan atau lebih, maka untuk menentukan ES kegiatan itu adalah LS dari salah satu rangkaian
kegiatan tersebut yang mendahului dan terpanjang.

2. Algorithma LS dan LF

Dalam algorithma LS pertama-tama ditentukan dulu kapan proyek akan selesai. Untuk menentukan LS dan LF
dihitung dari belakang, sampai tercapai kegiatan yang pertama.

Slack dan Float (Waktu Longgar)


Yang dimaksud dengan slack adalah perbedaan latest dan earliest event time. Jadi merupakan perbedaan antara LS
dengan EF. Namun slack ini biasanya digunakan dalam network yang disusun berdasarkan kejadian (event). Adapun
nama yang digunakan untuk network yang disusun berdasarkan kegiatan, biasanya disebut dengan float.

ANALISA NETWORK DENGAN METODE MATRIKS

Dalam metode ini akan disusun kegiatan-kegiatan serta waktu yangd ibutuhkannya di dalam tabel. Kemudian dari
tabel itu dapat kita cari EF dan LF nya. Selanjutnya untuk menetukan jalur kritis dilakukan dengan mencari deretan
dari events yang mempunyai EF = LF.

ANALISA NETWORK DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING

Cara lain untuk mencari jalur kritis adalah dengan menggunakan linearprogramming. Caranya dengan menentukan
fungsi tujuan (objective function), yaitu mencari jalur yang terpanjang. Adapun batasan-batasannya adalah flow
atau aliran pekerjaan yang melalui tiap-tiap jalur.

MEMPERPENDEK WAKTU SELESAINYA PROYEK

Perpendekan waktu selesainya proyek tentu saja disertai dengan tambahan biaya misalnya untuk menambah
tenaga kerja, upah lembur dan sebagainya. Dalam hal ini akan dipilih cara memperpendek yang dapat
meminimumkan biaya tambahan.

Di dalam memperpendek waktu selesainya proyek, tidak perlu diperpendek semua kegiatan dari proyek itu,
melainkan dipilih yang terletak pada jalur kritis. Hal ini disebabkan karena apabila diperpendek waktu kegiatan
pada jalur yang bukan kritis, maka hanya akan berakibat menambah float saja.

Contoh Soal 1

Kegiata Urauian Kegiatan Kegiatan Yang Mendahului Waktu Mengerjakan


n
A Membuat pondasi Tidak ada 2 minggu
B Membuat atap Tidak ada 4 minggu
C Membangun tembok A 3 minggu
D Meratakan tanah A 5 minggu
E Finishing B,C 5 minggu

Pertanyaan :

1. Gambar Networknya
2. Tentukan jalur kritisnya
Penyelesaian :

1. Gambar Network

D,5
2

1 C,3 3

B,4 E,5
4

2. Jalur Kritis.
o Jalur 1, 2, 3, 4 = 10 minggu (jalur kritis)
o Jalur 1, 2, 4 = 7 minggu
o Jalur 1, 3, 4 = 9 minggu

Contoh Soal 2

Kegiatan Waktu Selesai (Minggu) Biaya (Ribu Rupiah)


Kegiatan
Yang
Normal Crash Normal Crash
Mendahului
A - 10 10 500 500
B A 2 1 5000 6000
C B 8 4 700 1500
D A 4 2 4000 6500
E D 3 2 2000 2500
F E 1 1 1000 1000
G C,F 5 4 500 600
Pertanyaan :
1. Gambarkan Networknya
2. Tentukan jalur kritisnya
3. Jika waktu selesai proyek diperpendek 2 minggu, maka tentukan kegiatan-kegiatan yang dapat diperpendek
waktu selesainya dan total biaya perpendekan yang minimum.
Penyelesaian :

1. Gambar network

2. Jalur kritis
a. Jalur dari network:
1 - 2 - 3 - 6 - 7 dengan waktu 25 minggu
1 - 2 - 4 - 5 - 6 - 7 dengan waktu 23 minggu
b. Jalur kritis dari network:
event 1 - 2 - 3 - 6 - 7 atau Activity A, B, C, G lama waktu 25 minggu.

3. Waktu selesai proyek diperpendek 2 minggu (25 minggu 23 minggu)


o Untuk memperpendek waktu selesai suatu proyek, yang bisa diperpendek adalah kegiatan-kegiatan yang
ada pada jalur kritis. Kegiatan pada jalur kritis adalah kegiatan A, B, C, G
o Biaya tambahan/minggu = (Kolom 5 - kolom 4) dibagi (kolom 2- kolom 3)
a. Activity A = (500-500) / (10-10) = 0
b. Activity B = (6000-5000) / (2-1) = 1000
c. Activity C = (1500-700) / (8-4) = 200
d. Activity D = (6500-4000) / ( 4-2) = 1250
e. Activity E = (2500-2000) / ( 3-2)= 500
f. Activity F = (1000-1000) / (1-1) = 0
g. Activity G =(600-500) / (5-4) = 100
o Alternatif perpendekan: (2 minggu)
dipilih BIAYA TAMBAHAN YANG MINIMUM
a. 1 minggu pada activity B
1 minggu pada activity C 1000 + 200 = 1200
b. 1 minggu pada activity C
1 minggu pada activity G 200 + 100 = 300
c. 1 minggu pada activity B
1 minggu pada activity G 1000 + 100 = 1100
d. 2 minggu pada activity C 2 * 200 = 400

Maka kegiatan yang diperpendek adalah G selama 1 minggu dengan biaya Rp.100.000,- dan
kegiatan C selama 1 minggu dengan biaya Rp.200.000,- sehingga total biaya perpendekan
Rp.300.000,-.
MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Metode pengendalian persediaan adalah merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu
perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan bahan untuk
keperluan proses produksi dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil mungkin.
Persediaan yang terlalu besar (over stock) merupakan pemborosan karena menyebabkan terlalu
tingginya beban-beban biaya guna penyimpanan dan pemeliharaan selama penyimpanan di gudang.
Disamping itu juga persediaan yang terlalu besar berarti terlalu besar juga barang modal yang
menganggur dan tidak berputar. Begitu juga sebaliknya kekurangan persediaan (out of stock) dapat
menganggu kelancaran proses produksi sehingga ketepatan waktu pengiriman sebagaimana telah
ditetapkan oleh pelanggan tidak terpenuhi yang ada sehingga pelanggan lari ke perusahaan lain.
Singkatnya pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha penyediaan bahan-bahan yang
diperlukan untuk proses produksi sehingga dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan bahan
serta dapat diperoleh biaya persediaan yang sekecil-kecilnya.

Alasan utama yang menyebabkan perhatian terhadap maslaah pengendalian persediaan demikian
bedar adalah karena pada kebanyakan perusahaan persediaan merupakan bagian atau “porsi” yang
bedar tercantum dalam neraca. Persediaan yang terlalu besar maupun terlalu kecil dapat
menimbulkan masalahmasalah yang pelik. Kekurangan persediaan bahan mentah akan
mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi. Kekurangan persediaan
dagangan akan menimbulkan kekecewaan dan mengakibatkan perusahaan kehilangan pelanggaan.
Kelebihan persediaan akan menimbulkan biaya ekstra di samping resiko. Maka dari itu manajemen
perediaan yang efektif diharap mampu memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Fungsi utama pengendalian perusahaan adalah “menyimpan” untuk melayani kebutuhan


perusahaan akan bahan bahan mentah/barang jadi dari waktu-waktu. Fungi tersebut ditentukan
oleh beberapa kondisi, seperti :

a) Jangka waktu pengiriman bahan mentah relatif lama.


b) Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar daripada yang dibutuhkan.
c) Bila permintaan bersifat musiman, sementara produksi bersifat konstan maka persediaan
akan berfluktuasi.
d) Persediaan juga dibutuhkan apabila biaya untuk mencari barhan/barang pengganti atau
disebut biaya kehabisan barang (Stock out cost).
KOMPONEN-KOMPONEN BIAYA PERSEDIAAN

Berbagai macam biaya yang perlu diperhitungkan di saat mengevaluasi masalah persediaan.
Diantara biaya-biaya tersebut, ada tiga kelompok utama, yakni :

a. Ordering dan procurement cost.

Merupakan total biaya pemesanan dan pengadaan bahan sehingga siap untuk dipergunakan
atau diproses lebih lanjut dengan kata lain, mencakup pula biaya-biaya pengangkutan,
pengumpulan, pemilikan, penyusunan dan penempatan dan lain-lain.

b. Holding cost atau carrying cost.

Merupakan biaya yang ditimbulkan oleh penyimpanan persediaan dalam gudang pada periode
waktu tertentu, termasuk pula di dalamnya biaya asuransi, penyusutan, bunga dan lain-lainnya.

c. Shortage cost.

Yaitu biaya yang timbul apabila ada pertmintaan terhadap barang yang kebetulan sedang tidak
tersedia di gudang. Untuk barang-barang tertentu, langganan dapat diminta untuk menunda
pembeliannya atau dengan kata lain langganan dapat diminta untuk menunggu.

MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY

Model persedian (inventory model) yang paling sederhana mengandung ciri-ciri sebagai berikut :

o Barang/bahan mentah yang dipesan dan disimpan hanya 1 macam.


o Kebutuhan/permintaannya per periode diketahui (tertentu).
o Barang/bahan mentah yang dipesan segera dapat tersedi, dan tidak ada “back order”.

Model persediaan yang sederhana memakai parameter berikut ini:

k : ordering cost per pesanan.

A: jumlah barang yang dibutuhkan dalam 1 periode ( misalkan : 1 tahun ).

c : procurement cost per unit barang yang dipesan.

h : holding cost persatuan nilai persediaan.

T : waktu antara satu pemesanan dengan yang lainnya.

Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah setiap kali pemesanan (Q) sehingga total
annual cost dapat diminimumkan.
Secara grafis model persediaan yang sederhana tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Total annual cost = Ordering cost + Holding cost + Procurement cost

Ordering Cost, tergantung pada jumlah pemesanan dalam satu periode (tahun). Frekuensi
Pemesanan tergantung pada dua hal, yaitu : Jumlah barang yang dibutuhkan selama satu periode,
(A), Jumlah setiap kali pemesanan (Q) :

A
o Frekuensi Pemesanan =
Q
A
o Dengan mengalikan dengan biaya setiap “order” yakni k
Q
A
o Annual ordering cost = ( ) k.
Q

Holding Cost, ditentukan oleh jumlah barang yang di simpan dan lamanya barang disimpan.

Q
o Persediaan rata-rata :
2
o Annual Holding Cost : hc (per unit barang)
o Holding cost dihitung berdasarkan satuan nilai persediaan (h) dan procurement cost (c),
sehingga:
Q
o Annual holding cost : hc ( )
2
Holding cost dapat juga dicari dengan cara melihat gambar model persediaan sederhana :

1
o Luas segitiga = alas x tinggi
2

1
= TxQ
2

1
= TQ
2

Q
Bila T = maka ;
A

1 Q
o Luas segitiga = ( ¿Q
2 A

1 Q2
= ¿ )
2 A

Q2
=
2A

Bila holding cost per unit barang = hc,

Maka ;

Q2
Holding cost (per siklus) = hc ( ¿
2A

Apabila adalah jumlah siklus persediaan dalam 1 periode (tahun), maka :

Q2 A
o Annual holding cost = hc ( ¿x
2A Q

Q
= hc ( )
2

Dengan menggabungkan ketiga komponen biaya persediaan yang telah terhitung di atas, maka :

A
Total annual cost = ( ¿ k + hc ¿ ) + a
Q
Tujuan dari model di atas adalah untuk memilih nilai Q yang mengandung kesemua biaya di atas
serendah-rendahnya. Yang perlu di perhatikan hanyalah biaya-biaya yang relevan saja. Biaya yang
ketiga (Ac) dapat diabaikan karena tidak tergantung pada frekuensi pemesanan. Karena itu tujuan
dari pada model persediaan ini berubah menjadi :

A
Meminimumkan TC = ( ¿ k + hc ¿ )
Q

MODEL PERSEDIAAN DENGAN “BACK ORDER”

Merupakan suatu keadaan dimana suatu perusahaan distributor terlambat untuk mengirim pesanan
yang lalu maka perusahaan harus memberikan potongan kepada klien atas keterlambatan
pengiriman. Dalam kondisi tertentu mungkin permintaan pelanggan tidak dipenuhi sekaligus, atau
ada pesanan yang pemenuhannya ditunda yang disebabkan tidak tersedianya persediaan (stock
out).

Hal ini sudah barang tentu akan berakibat terhadap besarnya biaya, yaitu akan menyebabkan
timbulnya biaya kekurangan persediaan. Dengan demikian maka biaya total persediaan merupakan
penjumlahan dari biaya pemesanan + biaya penyimpanan + biaya kekurangan persediaan. Kondisi
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

k K

t
k-K
Keterangan :

Q = tingkat persediaan

K = jumlah setiap pesanan

k = on hand inventory

K-k = back order, yaitu jumlah pesanan yang belum bisa dipenuhi.

Syarat EOQ dengan back order:


1. Ada waktu (T1) dimana ada surplus persediaan (I)
2. Waktu (T2) dimana ada kekurangan persediaan (Q-1)
3. Setiap siklus memerlukan waktu sama
4. Biaya back order per-unit pertahun adalah konstan (B)
5. Back order dan persediaan dipenuhi secara bersamaan

MODEL-MODEL QUANTITY DISCOUNT

Dalam rangka meningkatkan volume penjualan seringkali perusahaan (supplier) memberikan harga
yang lebih rendah kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah yang lebih besar. Jadi harga per
unit ditentukan semakin murah dengan semakin banyaknya jumlah yang dibeli.

Dalam model potongan harga ini kita harus mempertimbangkan trade off antara biaya pembelian
dengan biaya penyimpanan, dimana semakin banyak jumlah yang dibeli maka biaya pembelian per
unit akan semakin menurun, tapi di lain pihak biaya penyimpanan akan semakin meningkat.

Asumsi dalam Quantity Discount Model


1. Permintaan Bebas (Independent Demand)
2. Tingkat permintaan konstan (Demand rate is constant).
3. Lead time tetap dan diketahui (Lead time is constant and know)
4. Harga per unit tergantung kepada kuantitas (Unit cost depent on quantity)
5. Biaya penyimpanan proporgsional dengan rata-rata tingkat persediaan (Carrying cost depends
linearly on the average level of inventory)
6. Biaya pemesana per pesanan tetap (Ordering/setup cost per order is fixed)
7. Hanya satu item yang dikendalikan (The item is a single product)
Dalam rangka mencari biaya terendah dengan menggunakan model ini dimasukan biaya pembelian
untuk mencari biaya total, secara matematis ditulis :

D QH
TC = --- S + ----- + c.D
Q 2

Keterangan :
C = harga barang
TC =Total biaya persediaan, dst

Kalau terdapat beberapa potongan harga, maka untuk menentukan jumlah pemesanan yang akan
meminimaliasi biaya persediaan total tahunan, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Hitung nilai EOQ untuk potongan harga tertinggi (harga terendah). Apabila jumlah ini fisibel,
artinya jumlah yang akan dibeli mencapau jumlah yang dipersyaratkan dalam potongan harga,
maka jumlah tersebut merupakan jumlah pembelian/pesanan yang optimal. Jika tidak lanjutkan
ke tahap 2.
2. Hitung biaya total untuk kuantitas pada harga terendah tersebut.
3. Hitung EOQ pada harga terendah kedua. Jika jumlah ini fisibel hitung biaya totalnya, dan
bandingkan dengan biaya total pada kuantitas sebelumnya (langkah 2). Kuantitas optimal adalah
kuantitas yang memiliki biaya terendah.
Jika langkah ketiga masih tidak fisibel, ulangi langkah-langkah di atas sampai diperoleh EOQ fisibel
atau perhitungan tidak bisa dilanjutkan.

Contoh Soal

Toko “LESTARI” mampu menjual 5.200 karung beras setiap tahunnya (tingkat penjualan beras
konstan setiap tahun). Setiap karung menanggung biaya Rp 2 untuk sampai ke gudang. Penyalur
meminta bayaran Rp 10 untuk setiap pemesanan, tanpa menghitung berapa jumlah yang dipesan.
Pesanan segera datang sesaat setelah proses pemesanan dilakukan. Modal kerja yang dimiliki toko
“CITRA” semuanya tertanam pada persediaan barang (beras), dan modal ini dipinjam dari bank
dengan bunga sebesar 10% per tahun, selain itu pemilik toko harus membayar atas barang yang
disimpannya sebesar 5% dari nilai persediaan rata-rata. Asuransi yang juga harus dibayar adalah 5%
dari persediaan ratarata. Biaya-biaya operasional dalam hal ini bersifat fixed, tidak tergantung pada
besarnya pesanan. Biaya-biaya di atas dinyaatakan dalam bentuk rupiah, Toko “LESTARI” ingin
meninjau apakah kebijaksanaan pesanan 100 karung beras per minggu sudah betul atau belum,
ditinjau dari sudut biaya yang relevan.

1. Metode EOQ Diketahui :

k : Rp 10 setiap pemesanan
A : 5.200 karung beras

c : Rp 2 per karung

h : Rp 0,20 per rupiah, nilai karung beras dalam persediaan.

Catatan untuk holding cost :

- Bunga pinjaman bank = 10%

- Asuransi barang dalam persediaan = 5%

- Pajak atas barang = 5%

Total = 20%

o Kebijaksanaannya adalah setiap minggu dipesan 100 karung beras, dengan dasar
perhitungan:

5200
Q= = 100 karung beras.
52

o Total annual relevant cost, apabila kebijaksanaan ini teap dilaksanakan adalah :

A
TC = ( ¿ k + hc ¿ )
Q
5200
= ( 100 ¿ 10+( 0,20)( 2)¿ )

= 520 + 20

= 540 Rupiah per Tahun.

Perbandingan menggunakan Wilson Formula.

2 Ak
Q=
√ hc

2(5200)(10)
=
√ (0,20)(2)
= √ 260.000

= 509,9 atau 510 peti

Jarak (jangka waktu) ( T* ) optimal antara 2 pesanan :


Q
T=
A

510
=
5200

= 0,098 tahun.

Apabila 1 tahun = 365 hari, maka T* = 0,098 x 365 = +/- 36 hari

Total Annual Cost :

510
TC = ( ¿ 10+( 0,20)( 2)¿ )
5200

= 101,96 + 102

= 203,96 rupiah/tahun

Note :

Ordering Cost dan Holding Cost berbeda 0,04, hal ini semata-mata karena pembulatan
terhadap Q.
Kesimpulannya adalah kebijakan yang dilakukan selama ini adalah salah, karena biaya
relevan yang timbul jauh lebih besar apabila perusahaan melakukannya secara optimal.
2. Metode “Back Order”

Karung beras dianggap sebagai barang convenience sehingga pembeli akan memilih beras merek lain
(atau pergi ke toko lain) apabila beras merek “X” tidak tersedia di toko tersebut. Lain halnya Mobil.
Pembeli akan menunggu sampai merek kesukaannya tersedia. Artinya ia akan tetap memesan
walaupun merek tersebut sedang tidak tersedia. Andaikata untuk itu toko dibebani 1 sen per unit
per hari sebagai “hukuman” karena ia tidak dapat memenuhi permintaan langganan, maka dalam
setahun p= Rp 3,65 per unit. Apabila k = Rp 100, A = 1.000, c = Rp 20 dan h = 0,20 (lihat soal
sebelumnya), maka

2 ( 1000 ) 100 3,65+ ( 0,20 ) 20


Q¿ =
√ ( 0,20 ) 20 √ 3,65
= 324 unit.

2 ( 1000 ) 100 3,65


S¿ =
√ ( 0,20 ) 20 √ 3,76+ ( 0,20 ) 20
= 154 unit.

Dan
324
T¿ =
1000

= 0,324 tahun atau ± 118 hari.

Ternyata apabila perusahaan tersebut mengizinkan adanya back order, maka kebijaksanaan
persediaan yang optimal mencakup : 324 unit yang dipesan setiap 118 hari.

Diantara yang dipesan, hanya 154 unit yang disimpan sebagai persediaan. Selebihnya (Q*- S* = 170
peti) digunakan untuk memenuhi permintaan yang belum terpenuhi (back order).

Total annual relevant cost :

2
1000 (0,20)(20) (154 )
TC = ( ¿ 100+ ¿¿
324 2(324)

= 617,82 rupiah per tahun.

Perhatian bahwa angka di atas lebih kecil daripada total annual relevant cost apabila back order
tidak diizinkan (893,43 rupiah). Hal ini disebabkan karena frekuensi pemesanan adalah lebih jarang
(dalam setahun) dan jumlah barang yang disimpan sebagai persediaan adalah lebih kecil. Akibatnya,
meskipun ada unsur shortage cost, total annual relevant cost akan lebih kecil karena ordering cost
dan holding cost juga lebih kecil.

MODEL ANTRIAN
Menurut Siagian (1987), antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yangmemerlukan
layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Pada umumnya, system antrian dapat
diklasifikasikan menjadi system yang berbeda – beda di mana teori antrian dan simulasi sering
diterapkan secara luas. 

Komponen Sistem Antrian

a. Pola kedatangan

Menurut Wagner (1972:840), pola kedatangan adalah pola pembentukan antrian akibat
kedatangan customer  dalam selang waktu tertentu. Pola kedatangan dapat diketahui secara pasti
atau berupa suatu variabel acak yang distribusi peluangnya dianggap telahdiketahui. Jika tidak
disebutkan secara khusus customer  datang secara individu ke dalam sistem antrian. Namun dapat
pula lebih dari satu customer  datang secara bersamaan ke dalam sistem antrian, pada kondisi ini
disebut dengan bulk arrival  (Taha, 1997:177).

b. Pola kepergian
Pola kepergian adalah banyak kepergian customer  selama periode waktu tertentu. Pola kepergian
biasanya dicirikan oleh waktu pelayanan, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang pelayan untuk
melayani seorang customer. Waktu pelayanan dapat bersifat deterministik dan dapat berupa suatu
variabel acak dengan distribusi peluang tertentu (Bronson, 1996 : 310). Waktu pelayanan bersifat
deterministik berarti bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melayani setiap customer  selalu tetap,
sedangkan waktu pelayanan yang berupa variabel acak adalah waktu yang dibutuhkan untuk
melayani setiap customer  berbeda – beda.

c. Kapasitas sistem

Menurut Bronson (1996:310), kapasitas sistem adalah banyak maksimum customer,


baik customer  yang sedang berada dalam pelayanan maupun dalam antrian, yang ditampung oleh
fasilitas pelayanan pada waktu yang sama. Suatu sistem antrian yang tidak membatasi
banyak customer  dalam fasilitas pelayanannya disebut sistem berkapasitas tak berhingga,
sedangkan suatu sistem yang membatasi banyak customer  dalam fasilitas pelayanannya disebut
sistem berkapasitas berhingga, jika customer  memasuki sistem pada saat fasilitas pelayanan penuh
maka customer  akan ditolak dan meninggalkan sistem tanpa memperoleh pelayanan.

d. Disiplin pelayanan

Menurut Sinalungga (2008: 251), disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang dikenalkan dalam
memilih customer  dari barisan antrian untuk segera dilayani. Adapun pembagian disiplin pelayanan
ialah:

1. First come first served (FCFS) atau first in first out (FIFO),

suatu peraturan dimana yang akan dilayani ialah customer  yang datang terlebih dahulu. Contohnya
antrian di suatu kasir sebuah swalayan.

2. Last come first served (LCFS)  atau last in first out (LIFO)

merupakan antrian dimana yang datang paling akhir adalah yang dilayani paling awal atau paling
dahulu. Contohnya antrian pada satu tumpukan barang digudang, barang yang terakhir masuk akan
berada ditumpukkan paling atas, sehingga akan diambil pertama.

3. Service in random order (SIRO)  atau pelayanan dalam urutan

acak atau sering dikenal juga random selection for services (RSS),  artinya pelayanan atau panggilan
didasarkan pada  peluang secara random, tidak mempermasalahkan siapa yang  lebih dahulu tiba.
Contohnya kertas – kertas undian yang  menunggu untuk ditentukan pemenangnya, yang diambil
secara  acak.

4. Priority service (PS),  artinya prioritas pelayanan diberikan

kepada mereka yang mempunyai prioritas paling tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki
prioritas paling rendah, meskipun yang terakhir ini sudah lebih dahulu tiba dalam garis tunggu.
Kejadian seperti ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, misalnya seseorang yang keadaan penyakit
yang lebih berat dibanding dengan orang lain dalam sebuah rumah sakit.

e. Tingkat pelayanan
Tingkat pelayanan merupakan tahap-tahap untuk melaksanakan suatu pelayanan di dalam suatu
sistem antrian. Tingkat pelayanan dapat merupakan tingkat pelayanan tunggal (single stage) atau
pelayanan ganda (multi stage).

f. Sumber pemanggilan

Menurut Taha (1996:177), ukuran sumber pemanggilan adalah banyaknya populasi yang
membutuhkan pelayanan dalam suatu sistem antrian. Ukuran sumber pemanggilan dapat terbatas
maupun tak terbatas. Sumber pemanggilan terbatas misalnya mahasiswa yang akan melakukan
registrasi ulang di suatu universitas, dimana jumlahnya sudah pasti. Sedangkan sumber pemanggilan
yang tak terbatas misalnya nasabah bank yang antri untuk menabung atau membuka rekening baru,
jumlahnya bisa tak terbatas.

g. Perilaku manusia

Perilaku manusia merupakan perilaku – perilaku yang mempengaruhi suatu sistem antrian ketika
manusia mempunyai peran dalam sistem baik sebagai customer  maupun pelayan. Jika manusia
berperan sebagai pelayan, dapat melayani customer  dengan cepat atau lambat sesuai
kemampuannya sehingga mempengaruhi lamanya waktu tunggu (Taha, 1996:178).Menurut Gross
dan Harris (1998:3), perilaku manusia dalam sistem antrian jika berperan sebagai customer  sebagai
berikut. 1. Reneging  mengGambarkan situasi dimana seseorang masuk dalam antrian, namun belum
memperoleh pelayanan, kemudian meninggalkan antrian tersebut.

SISTEM-SISTEM ANTRIAN

o Sistem pelayanan komersial


o Sistem pelayanan bisnis – industry
o Sistem pelayanan transportasi
o Sistem pelayanan social

Struktur-struktur Antrian

Ada 4 model struktur antrian dasar yang umum terjadi dalam seluruh sistem antrian :

1. Single Channel – Single Phase

Single Channel berarti hanya ada satu jalur yang memasuki sistem pelayanan atau ada satu fasilitas
pelayanan. Single Phase berarti hanya ada satu pelayanan. Sebagai contoh : pelayanan toko kecil.

Individu yang telah


Individu Antri Fasilitas Pelayan
dilayani

2. Single Channel – Multi Phase


Istilah Multi Phase menunjukkan ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan secara berurutan
(dalam phasephase). Sebagai contoh : pencucian mobil.

Sumber
M S M S Keluar
Populasi
Keterangan :

M = Antrian

S = Fasilitas Pelayanan (Server)

3. Multi Channel – Single Phase

Sistem Multi Channel – Single Phase terjadi kapan saja di mana ada dua atau lebih fasilitas pelayanan
dialiri oleh antrian tunggal, sebagai contoh model ini adalah antrian pada teller sebuah bank.

S
M
S
4. Multi Channel – Multi Phase

Sistem Multi Channel – Multi Phase contohnya, herregistrasi para mahasiswa di universitas,
pelayanan kepada pasien di rumah sakit mulai dari pendaftaran, diagnosa, penyembuhan sampai
pembayaran. Setiap sistem – sistem ini mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap
tahapnya.

MODEL-MODEL ANTRIAN (Pangestu, 2012: 274)

a. Model 1 = M/M/1/I/I
b. Model 2 = M/M/S/I/I
c. Model 3 = M/M/1/I/F
d. Model 4 = M/M/S/F/I

Keterangan :

M = tingkat kedatangan dan pelayanan poisson

D = tingkat kedatangan atau pelayanan deterministik (diketahui konstan)


K = distribusi erlang waktu antar kedatangan atau pelayanan

S = Jumlah Fasilitas Pelayanan

I = Sumber populasi atau kepanjangan antrian tak terbatas (infinite)

F =sumber populasi atau kepanjangan antrian terbatas (finite)

Contoh soal

Laporan produksi dan kualitas produk suatu departement yang memprotes plastik menunjukkan
bahwa rata-rata setiap mesin dari 20 mesin yang ada membutuhkan beberapa tipe penyesuain
setiap 4 jam. Pengawas proses produksi memeriksa bagian-bagian yang datang dari masing-masing
mesin setiap 10 menit. Bila mesin membutuhkan penyesuaian kembali, dia menyetop mesin dan
menunggu seorang “set-up man” untuk melakukan readjustment mesin tersebut. Ada set-up man
tunggal yang rata-rata bekerja 10 menit per adjustment. Dengan menganggap tingkat kedatangan
dan tingkat pelayanan mengikuti suatu distribusi ekponensial, tentukan :

a. Waktu antarkedatangan rata-rata dari setiap mesin (U)


b. Jumlah mesin rata-rata menunggu untuk dilayani
c. Waktu rata-rata yang dipergunakan untuk menunggu pelayanan dan dalam sistem
d. Jumlah mesin rata-rata yang sedang dilayani(H)
e. Jumlah mesin rata-rata yang sedang beroperasi (J)
f. Jumlah mesin rata-rata dalam sistem
g. Probabilitas bahwa mesin akan menunggu untuk dilayani (D)
h. Jumlah rata-rata fasilitas pelayanan menganggur (M-H).

Jawab :

Penyelesaian

a. U = 4 jam/adjustment = 240 menit/adjustment.


b. Untuk menghitung n q, kita perlu mencari F dari apendiks tabel antrian terbatas (finite-
queuing tables) dibelakang.
T 10
X= = = 0,04
T +U 10+240
Diketahui N = 20, X =0,04 dan M = 1,diperoleh F = 0,929
n´q = N (1-F)
¿ 20(1-0,929) = 1,42 mesin
c.
ńq (T +U ) 1,42(10+240)
n´q= = = 19,11 menit
N + nq 20+1,42
t´t=19,11 +10=29,11 menit
d. H = FNX
= 0,929(20)(0,04) = 0,7432 mesin
e. J = NF (1-X)
= 20 (0,929)(1-0,04)=17,8368 mesin
f. nt=¿ N-J = 2-17,8368 = 2,1632 mesin
g. D diperoleh dari apendiks tabel antrian terbatas
D = 0,712
h. M-H = 1 – 0,7342
= 0,2568 orang bagian set-up.

Anda mungkin juga menyukai